Anda di halaman 1dari 19

RINITIS ALERGI

Monika Ramadhani Mardila


1611012020
DEFINISI

 Rinitis alergi adalah radang selaput lendir


hidung yang disebabkan proses inflamasi
mukosa hidung yang dimediasi oleh reaksi
hipersensitifitas/alergi tipe 1,dengan gejala
hidung gatal, bersin-bersin, rinore encer dan
hidung tersumbat yang reversibel secara spontan
maupun dengan pengobatan.
 Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan
udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,
serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
• Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna,
berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan
dan udang.
• Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan
atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah.
• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak
dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan
kosmetik atau perhiasan
KLASIFIKASI RINITIS ALERGI

Rinitis berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi


dua golongan, yaitu:
a. Rinitis alergi : disebabkan oleh adanya allergen
yang terhirup oleh hidung.
b. Rinitis non-alergi : disebabkan oleh faktor-faktor
pemicu tertentu.
-Rinitis non-alergi dibagi lagi menjadi tiga,
yaitu rinitis vasomotor, rinitis medicamentosa,
dan rinitis struktural.
1) Rinitis vasomotor
Merupakan tipe rinitis di mana terjadi reaksi
hiperresponsivitas pada saluran pernapasan bagian
atas terhadap faktor pemicu eksternal non-spesifik,
seperti perubahan suhu dan kelembaban, asap rokok,
atau aroma tajam. Simptom yang sering muncul pada
tipe ini adalah inflamasi nasal (sebagian kecil pasien),
hiperreaktivitas parasimpatik dan/atau glandular.
 Rinitis medicamentosa
Rinitis medicamentosa adalah obstruksi nasal
yang terjadi pada pasien yang menggunakan
vasokonstriktor intranasal secara kronis. Belum
diketahui dengan jelas penyebabnya, namun
vasodilatasi dan edema intravaskular telah menjadi
implikasi utamanya.
Penanganan rinitis medicamentosa
membutuhkan penghentian penggunaan nasal
dekongestan untuk memulihkan kondisi nasal, lalu
diikuti dengan terapi sesuai dengan simptom yang
timbul.
 Rinitis stuktural
Rinitis tipe ini disebabkan oleh adanya kelainan
anatomi hidung yang diakibatkan oleh injury
(kecelakaan), congenital (kelainan bawaan), maupun
kelainan tumbuh-kembang. Pasien rinitis tipe ini
dapat mengalami simptom rinitis kapan saja dalam
setahun dan biasanya keparahannya lebih tinggi pada
salah satu sisi hidung dibanding sisi lainnya
PATOFISIOLOGI RINITIS ALERGI

 Rinitis alergi merupakan suatu penyakit


inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi
dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi
terdiri dari 2 fase yaitu immediate phase allergic
reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC)
yang berlangsung sejak kontak dengan alergen
sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic
reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL)
yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8
jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan
dan dapat berlangsung 24-48 jam
 Reaksi alergi fase cepat
 Reaksi alergi fase cepat terjadi dalam beberapa menit
setelah terpapar alergen. Pada fase cepat, histamin
dilepaskan oleh sel mast sehingga menimbulkan
vasodilatasi, edema mukosa dan stimulasi saraf.
Proses ini menghasilkan gejala seperti bersin-bersin,
hidung tersumbat dan gatal.
Paparan alergen pada kontak pertama menimbulkan
sensitisasi, Antigen Presenting Cell (APC) menangkap alergen
di mukosa hidung. Komplek peptida Major Histocompatibility
Complex (MHC) kelas II terbentuk dan dipresentasikan pada
sel T helper (Th0). Melalui IL-1 Th0 berproliferasi menjadi
Th1 dan Th2. Berbagai sitokin akan dihasilkan oleh Th2 yang
nantinya akan mengaktifkan sel limfosit B sehingga
dihasilkan imunoglobulin E (IgE). Di jaringan mukosa hidung
IgE berikatan pada reseptor di permukaaan sel mast dan
basofil. Sel mast dan basofil yang berikatan dengan IgE ini
akan tersensitisasi oleh alergen yang sama sehingga terjadi
degranulasi. Preformed mediator terutama Histamin dan
mediator lain seperti prostaglandin D2, leukotrien, bradikinin,
platelet activating factor (PAF) serta sitokin yang merupakan
hasil degranulasi fase cepat akan menimbulkan gejala gejala
dalam hitungan menit. Mediator-mediator ini merekrut sel-sel
inflamasi ke mukosa hidung untuk masuk ke tahap reaksi
fase lambat
 Reaksi alergi fase lambat
 Reaksi alergi fase lambat terjadi beberapa jam setelah
terpapar alergen. Mediator-mediator pada fase cepat
melalui even yang lebih komplek merekrut sel
inflamasi lain ke mukosa seperti netrofil, eosinofil,
limfosit dan makrofag. Dimana mediator yang
dihasilkan oleh sel mast memfasilitasi leukosit dari
sirkulasi untuk menempel pada sel endotel melalui
proses kemotaktik sehingga terjadi penumpukan sel
inflamasi pada mukosa hidung. Selain itu IL-5
memicu kemoatraktif eosinofil, netrofil, basofil,
limfosit dan makrofag bermigrasi ke mukosa hidung
dan mempertahankan reaksi inflamasi di hidung
Eosinofil sebagai sel yang predominan dalam
proses inflamasi kronik rinitis alergi, melepas
sejumlah mediator proinflamatory seperti cationic
proteins, eosinophil peroksidase, major basic protein
dan sistenil leukotrien. Eosinofil juga melepas sitokin
seperti IL-3, IL-5, IL13, granulocyte-macrophage
colony-stimulating factor, platelet activating factor dan
tumor necrosis factor.
ALGORITMA
B. STRATEGI TERAPI (FARMAKOLOGI DAN NON-
FARMAKOLOGI)

 1) Terapi non-farmakologi
 Salah satu terapi alergi adalah pencegahan terhadap
paparan allergen. Namun, pencegahan alergi tidak
mudah, apalagi jika allergen penyebabnya belum bisa
dipastikan. Rumah harus kerap dibersihkan, tidak
boleh memelihara binatang, sebaiknya tidak
menggunakan bantal atau kasur kapuk (diganti
dengan busa atau springbed) dan sebaiknya tidak
menggunakan karpet.
 Jika memungkinkan, perlu digunakan penyaring
udara berupa Air Conditioner (AC) atau High
Efficiency Particulate Air (HEPA) filter. Hindarkan
berada dekat bunga-bunga pada musim penyerbukan,
dan gunakan masker pada saat berkebun
2) Terapi farmakologi
 Tujuan terapi farmakologi untuk rinitis alergi adalah
mencegah dan mengurangi atau meminimalkan
gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah:
antihistamin, dekongestan nasal,kortikosteroid nasal,
antikolinergik dan golongan kromolin

Anda mungkin juga menyukai