Anda di halaman 1dari 26

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ANAK DENGAN POST


KEMOTERAPI
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

dosen pengampu: Yusi Sofiah, S. Kep., Ners., M. Kep

disusun oleh:

Anisa Sabila : 302018087


Arya Rahmawan : 302018088
Fathya Tri Ghasaani : 302018081
Heru Dwiantoro : 302018084
Igay Prajasastya : 302018086
Laila Sari Sabila : 302018082
Vera Anjelina Juniar : 302018083

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di
akhirat nanti.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Yusi Sofiah, S. Kep., Ners., M. Kep selaku dosen pengajar.

2. Ayah dan Bunda selaku orang tua yang selalu mendo’akan.

Terlepas dari semua itu, kami tentu menyadari bahwa makalah ini “Konsep
Penyakit Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Post Kemoterapi”
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Demikian penyusun berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Bandung, November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3
A. Definisi Kemoterapi...........................................................................................3
B. Tujuan Kemoterapi.............................................................................................3
C. Rute Pemberian Kemoterapi...............................................................................4
D. Mekanisme Kerja Kemoterapi............................................................................5
E. Obat-obat Kemoterapi........................................................................................5
F. Komplikasi Obat Kemoterapi.............................................................................8
G. Efek samping psikologis.....................................................................................9
H. Terapi mual muntah paska kemoterapi.............................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN POST
KEMOTERAPI...........................................................................................................13
A. Pengkajian........................................................................................................13
B. Analisa Data Keperawatan...............................................................................13
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status


sosial, umur,dan jenis kelamin. Tidak menutup kemungkinan anakanak, remaja
dan orang dewasa terkena serangan kanker. Pria dan wanitadapat juga teserang
penyakit yang banyak ditakuti. Kanker diketahui bisa diturunkan dari orang tua
kepada anaknya. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat kondisi fisik yang tidak
normal, selain itu pola makan dan pola hidup yang tidak sehat juga dapat
menyebabkan kanker. Wanita lebih beresiko terkena serangan kanker, terutama
pada organ reproduksi seperti rahim, indung telur dan vagina (Mardiana, 2004)
Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO tahun 2013, angka kejadian
kanker meningkat dari 12,7 juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus
pada tahun 2012. Jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008
menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di
dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular.Hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia menunjukkan angka prevalensi kanker di
Tengah 2,1%. Data Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012
menunjukkan jumlah insiden kanker yang terjadi pada kanker serviks sebanyak
909 kasus (Dinkes Jateng, 2013)
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan angka kejadian kanker
serviks didunia, Indonesia dan Jawa Tengah masih tinggi, sehingga perlu diadakan
penanggulangan. Kanker serviks merupakan kanker yangpaling sering
menyebabkan kematian pada wanita. Bahaya dari kanker serviks jika tidak
ditanggulangi yaitu gangguan kesuburan, fungsi organ reproduksi tergangu,
gangguan kualitas hidup baik psikis berupa kecemasan , fisik maupun kesehatan
seksual, dampak finansial, dan suasana kehidupan keluarga (Dinkes Jateng, 2013

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang akan diajukan


dalam makalah . adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut .
1. Apa saja Definisi kemoterapi ?
2. Apa saja tujuan kemoterapi ?
3. Bagaimana rute pemberian kemoterapi ?
4. Bagaimana Mekanisme kerja kemoterapi ?
5. Apa saja penggolongan obat kemoterapi berdasarkan mekanismenya ?
6. Apa saja efek samping secara fisik?
7. Apa saja Efek samping psikologis?
8. Bagaimana terapi mual pasca kemoterapi ?
9. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan kemoterapi ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas penulis memiliki beberapa tujuan penulisan


makalah diantaranya :
1. Tujuan umum
Untuk memahami/ menguasai tentang konsep penyakit dan konsep asuhan
keperawatan klien kemoterapi
2. Tujuan khusus
a. untuk mengetahui kemoterapi
b. untuk mengetahui tujuan kemoterapi
c. untuk mengetahui rute pemberian kemoterapi.
d. untuk mengetahui mekanisme kerja kemoterapi
e. untuk mengetahui penggolongan obat kemoterapi
f. untuk mengetahui efek samping secara fisik
g. untuk mengetahui efek samping psikologis
h. untuk mengetahui terapi mual pasca kemoterapi
i. untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kemoterapi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan zat atau obat yang
berguna untuk membunuh sel kanker. Obat yang diberikan disebut sitostatika
yang berarti penghambat proliferasi sel. Obat ini dapat diberikan secara sistemik
maupun regional. Kemoterapi dapat diberikan sebagai obat tunggal maupun
kombinasi beberapa obat, baik secara intravena atau per oral.
Kemoterapi bertujuan untuk menghambat proliferasi dan menghancurkan
sel kanker melalui berbagai macam mekanisme aksi. Istilah kemoterapi
diperkenalkan oleh Paul Erlich, berasal dari bahasa Yunani yaitu chymeia atau
chymos atau perasan buah dan therapeia atau pengobatan. Arti kemoterapi secara
umum yaitu pemberian senyawa kimia untuk mencegah dan mengobati suatu
penyakit. Kemoterapi secara khusus bermakna yaitu pemberian zat kimia tertentu
pada pasien kanker untuk membunuh atau menghambat proliferasi sel kanker.
Kemoterapi mempunyai karakteristik yaitu antineoplastik dan
sitostatika.Sitostatika adalah segolongan obat yang dapat menghambat proliferasi
atau membunuh sel kanker. Obat ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal
maupun kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi sitotoksik terhadap
sel kanker. Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan sitotoksik dalam terapi
kanker yang dapat menghambat proliferasi sel kanker (Smeltzer, 2010)

B. Tujuan Kemoterapi
1. Terapi adjuvant :
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendirian atau bersamaan
dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.
2. Terapi neodjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan masa tumor,
biasanya dikombinasi dengan radioterapi

3
4

3. Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil
untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
4. Terapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa berikutnya.
5. Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi ( rasjidi,2007.)

Penggunaan sitostatika untuk kemoterapi bertujuan untuk mengurangi


gejala kanker dan meningkatkan kualitas hidup dengan tingkat survival yang lebih
lama. Tujuan pemberian kemoterapi dibagi menjadi tiga, yaitu penyembuhan,
kontrol, dan paliatif.

C. Rute Pemberian Kemoterapi


1. Pemberian per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide ( vp-16).
2. Pemberian secara intra-muskulus
Pemberian dengan cara ini relative lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali
berturut-turut yang dapat secara intra- muskulus antara lain bleomicin dan
methotrexate.
3. Pemberian secara intravena
Pemberian secara intravena dapat dengan bolus perlahan-lahan atau
diberikan secara infuse ( drip). Cara ini merupakan cara pemberian
kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan.
4. Pemberian secara intra-arteri
Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang
cukup banyak antara lain alat radiologi diagnostic, mesin, atau alat filter,
serta memerlukan keterampilan tersendiri.
5

D. Mekanisme Kerja Kemoterapi


Suatu sel normal akan mengikuti siklus pembelahan sel yang teratur.
Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel yang baru dan sel yang lain
akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara tidak
teartur yang pada akhirnya disebut dengan tumor/kanker.
Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap:
1. Fase G0 dikenal juga fase istirahat, ketika ada sinyal untuk
berkembang dikenal dengan fase G1
2. Fase G1 pada fase ini sel siap untuk membeeah diri, yang diperantarai
oleh beberapa protein penting untuk bereproduksi. Fase ini
berlangsung 18-30 jam.
3. Fase S disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel akan di
kopi. Fase ini berlangsung selama 18-20 jam.
4. Fase G2 sintesis protein terus berlanjut, fase ini berlangsung 2-10 jam.
5. Fase M sel dibagi mejadi 2 sel baru. Fase ini berlangsung 30-6- menit.

Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi


mempunyai target dan efek merusak yang berbeda tergantung pada siklus selnya.
Obat kemoterapi aktif pada saat sel sedang bereproduksi, sehingga sel tumor yang
aktif merupakan target utama dari kemoterapi namun oleh karena itu sel yang
sehat juga bereproduksi, maka tidak tertutup kemungkinan mereka juga akan
terpengaruhi oleh kemoterapi, yang akan muncul sbagai efek samping obat.
(Rasjidi, 2007)
E. Obat-obat Kemoterapi
1. Alkilator
Efek sitotoksik zat alkilator terutama melalui pembentukan ikatan silang
secara langsung dengan pembentukan ikatan silang anatara molekul DNA dan
protein, sehingga struktur sel rusak dan sel mati.
6

Obat-obatan alkilator: Mostar Nitrogen, Siklofosfamid, Ifosfamid, Ttio-tepa,


Myleran, Melfalan, Karmustin, Lomustin, Me-CCNU, Cisplatin, Karboplatin,
Oksaliplatin, Dakarbazin, Temozolamid, Prokarbazin
2. Anti metabolit
Obat golongan ini terutama mengusik metabolism asam nukleat dengan
mempengatruhi sintesis DNA, RNA dan makromolekul protein.
Obat-obatan antimetabolite:
Metotreksat, Merkaptopurin, Tioguanin, Fluorourasil, Ftorafur, Urasil
Tegafur, Xeloda, Sitarabin, Gemsitabin, Fludarabin, Hidroksiurea, L-
Asparaginase.
3. Golongan antibiotic
Aktinomisin D, daunorubisin, adriamisin (ADR), epirubisin (THP),
idarubisin, mitoksantron (novantron), dan obat lain menyusup masuk ke
pasangan basa didekat rantai ganda DNA, menimbulkan terpisahnya rantai
DNA, mengusik transkripsi DNA dan mRNA.
4. Inhibitor protein mikrotubuli
Berkaitan dengan protein mikrotubul inti sel tumor, menghambat sisntesis dan
polimerisasi mikrotubul, sehingga mitosis berhenti pada metaphase dan
replikasi sel terganggu.
Obat-obatan :
Onkovin/Vinkristin, Vinblastin, Vindesin, Navelbin, Taksol, Taksoter.
5. Inhibitor topoisomerase
Menghambat pertautan kembali rantai ganda setelah saling berpisah waktu
replikasi DNA. Sehingga rantai ganda DNA terputus.
Obat-obatan :
Etoposid, Vumon, Topotekan, teniposit
6. Golongan hormone
Obat-obatan hormonal:
7

Tamoksifen, Toremifen, Medroksi-progesteron, Megestrol, Flutamid,


Aminoglutotimid, Lentaron, Letrozol, Anastrozol, Eksemestran, Goserelin,
Lupron.

7. Target molecular
Obat jenis ini berbeda dengan obat sitostatika. Selain memiliki efek spesifik,
tidak menimbulkan depresi sumsum tulang dan reaksi gastrointestinal yang
menonjol.
Obat-obatan:
Gleevac, Mabthera, Herceptin, Iressa, Erbitux, Tarceva, Avastin.

Obat kemoterapi yang digunakan pada anak:

golongan antibiotik yang digunakan dalam kemoterapi anak adalah sebanyak


lima jenis, yaitu
a. doxorubicin,
b. daunorubicin
dosis anak:
30-60 mg IV pada siklus hari 1 sampai hari ke 3. Atau 20 mg/m2/ hari
selama 4 hari setiap 14 hari
c. d-actinomycin,
dosis yang dianjurkan untuk anak adalah 15 mcg/kg IV atau 400-600
mcg/m2
sedangkan obat sitostatika non antibiotik yang digunakan adalah :
1) vincristin,
Anak dengan berat ≤ 10 kg dosisnya adalah 0,05 mg/kgBB 1x
seminggu. Dosis selanjutnya disesuaikan dengan tingkat toleransi pasien
terhadap obat. Selain dengan BB disesuaikan juga dengan luas permukaan
tubuh dengan dosis 1,5 – 2 mg/m2 1 x seminggu
2) methotrexate
usia dibawah 1 tahun 6 mg setiap 2-5 hari.
8

Usia 1 – 2 tahun 8 mg setiap 2-5 hari


Usia 2-3 tahun 10 mg setiap 2-5 hari
3) cyclophosphamid,
tumor nefrotik 2,5 – 3 mg/kgBB / hari selama 60-90 hari
4) mercaptopurin (6MP),
pemeberian disesuaikan dengan BB kondisi terkait dan respon anak
terhadap pengobatan.
5) L-Asparginase,
6) cytarabin,
7) etoposide,
Dosis oral harus diberikan sekali sehari jika kurang dari 400mg.
Dosis terbagi dianjurkan jika dosisnya melebihi 400 mg/hari.
8) cisplatin, dan
9) carboplatin.
F. Komplikasi Obat Kemoterapi
1. Jangka Pendek
a. depresi sumsum tulang.
Kebanyakan obat kemoterapi kecuali hormone, bleomycin, L
asparaginase semuanya menimbulkan leukopenia, anemia dan
trombositopenia dengan derajat bervariasi. Depresi sumsum tulang yang
parah menyebabkan infeksi, septicemia, dan hemoragi visera.
b. Reaksi gastrointestinal
Banyak obat kemoterapi sering menimbulkan mual, muntah dengan
bervariasi. Ada juga obat yang menimbulkan ulserasi mukosa mulut,
diare, gangguan elektrolit.
c. Rudapaksa fungsi hati
Berdasarkan keparahan rudapaksa fungsi hati perlu dilakukan
penyesuaian dosis obat.
d. Kardiotoksisitas
9

Andriamisin, danurobisin dapat menimbulkan efek kerdiotoksik


terutama efek kardiotoksik kumulatif. Pada pasien EKG abnormal perlu
dipantau jantungnya.
e. Pulmotoksisitas
Menimbulkan fibrosis kronis paru. Obat baru dengan target moluker
irresa dapat menimbulkan pneumotitis insterstisial.
f. Neurotoksisitas
Vinskritin, cisplastin dapat menimbulkan perineuritis.
g. Reaksi alergi
Bleomicin, asparaginase, taksol dapat menimbulkan menggigil, demam,
syok anafilaktik, udem.
h. Efek toksik local
Umumnya obat kemotrapi menyebabkan iritasi kuat misalnya
tromboflebitis bervariasi pada pasien yang berulang menerima obat.
2. Jangka panjang
a. Karsinogenesitas
Beberapa obat kemoterapi sperti HN2 prokarbazin, melfalan beberapa
bulan atau tahun setelah digunakan meningkatkan peluang terjadi tumor
primer kedua
b. Infertilitas
Umumnya obat kemoterapi dapat menekan fngsi spermatozoa dan
ovarium hingga timbul penurunan fertilitas. Anak dalam masa
pertumbuhan harus menghindari overterapi.

G. Efek samping psikologis


Dampak yang dialami anak setelah menjalani treatmen kemoterapi mampu
mempengaruhi psikologis anak seperti kualitas hidup, tumbuh kembang,
emosional, kebiasaan, gangguan tidur, cemas dan depresi (Musarezaie &
Khaledi, 2014).
10

Efek samping secara psikososial akibat kemoterapi antara lain kecemasan,


kehilangan kepercayaan diri, gangguan suasana hati, penurunan persepsi diri,
depresi, perubahan perilaku, menurunkan motivasi anak untuk bersekolah

H. Terapi mual muntah paska kemoterapi


Penatalaksanaan pada pasien dengan mual muntah mempunyai dua
pendekatan, yaitu pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Karena mual
muntah disebabkan oleh berbagai rangsangan, maka pendekatan farmakologi [ada
mual muntahpun berbeda. Klasifikasi antiemetic yang diberikan pada pasien
kemoterapi menurut Selwood (2008), adalah golongan pengganti benzamide
(metoclopomide), golongan bloker 5-HT3 (ondansetron, ganisteron,tropisetron),
golongan antihistamin (cyclizine, promethazine), golongan kortekosteroid
(dexamethasone), golongan pengganti butyrophenone (domperidone), golongan
phenothiazine (chlorpromazine, prochloperazine, lovemoprazine), golongan
cannaboloid (nabilone), dan golongan benzodiazepine (lorazepam, diazepam).
Pendekatan non farmakologi pada pasien mual muntah akibat kemoterapi
adalah mencegah mual dengan makan makanan yang mudah dicerna oleh tubuh,
misalnya sup, nasi putih, maupun yoghurt, makan dalam porsi kecil dan sering
karena rasa mual lebih sering pada saat perut kosong, makan atau minum hangat,
hindari makan atau minum yang berbau tajam, makan es krim buah atau kulus es
batu, makan permen mint bebas gula, istirahat sebelum kemoterapi diberikan,
pemberian tehnik biofeedback, hypnotis, guided imagery, akupuntur, akupresur,
serta lakukan tehnik distraksi jika merasa ingin muntah dengan cara ambil nafas
dalam dan keluarkan secara perlahan, mendengarkan music, menonton televisi
atau membaca buku cerita yang penggambaran tokohnya mengalami hal yang
sama oleh anak (National Cancer Institute, 2007; Newton, Hickey, & Marrs,
2009; Middleton, & Lennan, 2011; Pearmen, 2002). Tempat untuk menampung
muntahan yang diletakkan di dekat tempat tidur anak dan tetap memberikan
privasi pada saat anak muntah dapat meminimalkan stress yang dialami oleh
anak. Orang tua dapat diikutsertakan dalam mencatat masukan dan haluaran
cairan serta mendukung anak untuk tetap makan dan minum (Selwood, 2008)
11

 Gangguan pola tidur


Tumor/ kanker Pengobatan
 Keletihan
kemoterapi  Keputusasaan
 Ketidakberdayaan
 Gangguan tumbuh
kembang
 Nausea
 Ansietas
 Gangguan citra tubuh

Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pemberian kemoterapi yang


dilakukan oleh petugas kesehatan baik dokter ataupun perawat mulai dari
persiapan,pelaksanaan,monitoring dan evaluasi. Persiapan pasien harus dilakukan
seperti pemeriksaan TTV sebelum kemoterapi dimulai, dan pemberian inform
consent. Informed consent sangat erat kaitannya dengan transaksi terapeutik yang
artinya adalah suatu transaksi untuk menentukan atau upaya untuk mencari terapi
yang paling tepat bagi pasien yang dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan.
Menurut Power & Polovich (2003), APD digunakan untuk melindungi
kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan. APD yang dianjurkan dalam
pelaksanaan kemoterapi antara lain sarung tangan nitril tidak berpowder,
pelindung kepala, pelindung mata dan wajah, masker respirator, dan baju
pelindung tahan air.
Penelitian Horisson (2001, dalam NIOSH, 2004) melaporkan bahwa enam
obat kemoterapi yang berbeda terdeteksi dalam urin perawat yang terlibat dalam
pelaksanaan kemoterapi. Sebuah penelitian lanjutan menyatakan bahwa
peningkatan keamanan penanganan obat sitotoksik dapat menurunkan risiko hal
12

tersebut. Perlu diperhatikan juga petugas kesehatan yang dapat terlibat dalam
pelaksanaan kemoterapi.
Menurut Sutarni (2003, dalam Maridi, 2009), petugas kesehatan yang
diizinkan untuk memberikan obat sitostatika adalah mereka yang sudah mendapat
pendidikan tentang cara menangani obat sitostatika, mengetahui kemungkinan
risiko yang terjadi akibat obat sitostatika, penatalaksanaan alat-alat yang
terkontaminasi, pencegahan paparan terhadap petugas kesehatan. Petugas yang
tidak diizinkan untuk memberikan obat sitostatika seperti wanita hamil, petugas
kesehatan yang tidak memakai pelindung, atau mahasiswa yang sedang praktik.
Dalam tindakan pemberian kemoterapi perlu diperhatikan prinsip 6 benar,
yaitu benar pasien, benar rute, benar dosis, benar obat, benar waktu, dan
dokumentasi (ASCO, 2009). Dalam pemberian obat, baik pre-medikasi, obat
kemoterapi, dan post-medikasi sudah dilakukan sesuai dengan SOP.
Menurut Power & Polovich, (2003) dalam pembuangan alat dan bahan
bekas pakai terdapat juga standar keamanan yang harus diperhatikan oleh petugas
kesehatan yang terlibat, mengingat bahaya yang sama yang mungkin timbul pada
saat pembuangan.
Penting bagi petugas kesehatan untuk memberitahu pasien mengenai
rencana tindakan selanjutnya dan kapan tindakan selanjutnya akan dilakukan,
karena dalam pemberian kemoterapi, prinsipnya, semua obat harus diberikan
seluruhya atau tidak sama sekali.Petugas kesehatan harus mendokumentasikan
setiap detail yang berkaitan dengan pemberian obat kemoterapi, pemberiannya,
cara pelarutannya, dan hal lain yang berhubungan. Sangat penting bagi petugas
kesehatan untuk selalu memperhatikan reaksi atau efek samping yang timbul pada
saat pelaksanaan atau setelah pelaksanaan kemoterapi berlangsung. Sehingga
apabila timbul reaksi yang berlebihan dapat segera dicegah. Respon pasien dapat
berupa respon objektif ataurespon subjektif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN POST
KEMOTERAPI

A. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit : Pengobatan kanker sebelumnya
2. Riwayat keluarga : Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter
misal kembar (monozigot)
3. Kaji adanya tanda - tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit
kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
4. Kaji adanya tanda - tanda leukopenia : demam stomatitis, gejala infeksi
pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan
atau hiotam tanpa pus
5. Kaji adanya tanda - tanda trombositopenia : ptechiae, pupura, perdarahan
membran mukosa, pembentukan hematoma,
6. kaji adanya tanda - tanda invasi ekstra medulla; Limfadenopati,
hepatomegali splenomegali.
7. Kaji adanya pembesaran testis, hematuria, hipertensi gagal ginjal,
inflamasi di sekitar rektal dan nyeri.

B. Analisa Data Keperawatan


1. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
a. Lelah
b. Letargi
c. Pusing
d. Sesak
e. Nyeri dada
f. Napas sesak
g. Priapismus
h. Hilangnya nafsu makan

13
14

i. Demam
j. Nyeri Tulang dan Persendian.
2. Data Objektif
Data Objektif yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :
a. Pembengkakan Kekenjar Lympa
b. Anemia
c. Perdarahan
d. Gusi berdarah
e. Adanya benjokn tiap lipatan
f. Ditemukan sel - sel muda
3. Diagnosa Keperawatan
a. Keletihan Berhubungan dengan Kondisi Fisiologis
b. Risiko infeksi Berhubungan dengan Efek prosedur invasif
c. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera fisik
d. Nausea Berhubungan dengan Efek Agen Farmakologis
e. Defisit Nutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
makanan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Keletihan B.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
Kondisi keperawatan selama x 24
Observasi
Fisiologis jam diharapkan Pasien
mendapatkan kriteria hasil : 1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
1. Memverbalisasikan
melakukan aktivitas
peningkatan energy
2. Kaji adanya faktor yang
untuk merasa lebih
15

baik menyebabkan kelelahan


2. Menjelaskan 3. Monitor nutrisi dan sumber
penggunaan energy energy yang adekuat
untuk mengatasi 4. Monitor klien akan adanya
kelelahan kelelahan fisik dan emosi
3. Kecemasan menurun secara berlebihan
4. Glukosa darah 5. Monitor respon
adekuat kardiovaskuker terhadap
5. Kualitas hidup aktivitas
meningkat 6. Monitor pola tidur dan
6. Istirahat cukup lamanya tidur/istirahat klien
7. Mempertahankan Terapeutik
kemampuan untuk
7. Dukung klien dan keluarga
berkonsentrasi
untuk mengungkapkan
perasaan berhubungan
dengan perubahan hidup
yang disebabkan keletihan
8. Bantu aktivitas sehari-hari
sesuai dengan kebutuhan
Edukasi

9. Dorong anak untuk


mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
10. Tingkatkan Tirah baring
dan pembatasan aktifitas
Kolaborasi

11. Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk meningkatkan asupan
16

makanan yang berenergi


tinggi

2. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi


Berhubungan keperawatan selama x 24
Edukasi
dengan Efek jam diharapkan Pasien
1. Bersihkan lingkungan
prosedur invasif mendapatkan kriteria hasil :
setelah dipakai klien lain
1. Klien bebas dari 2. Pertahankan teknik isolasi
tanda dan gejala 3. Batasi pengunjung bila
infeksi perlu
2. Mendeskripsikan Terapeutik
proses penularan 4. Instruksikan kepada
penyakit Faktor yang pengunjung untuk mencuci
mempengaruhi tangan sebelum berkunjung
penularan serta dan setelah meninggalkan
penatalaksanaannya klien.
3. Menunjukkan 5. Gunakan sabun antimikroba
kemampuan untuk untuk cuci tangan
mencegah timbulnya 6. Cuci tangan setelah dan
infeksi sebelum melakukan
4. Jumlah Leukosit tindakan keperawatan
dalam batas normal 7. Gunakan baju/sarung tangan
5. Menunjukan Prilaku sebagai pelindung
hidup sehat 8. Pertahankan lingkungn
Aseptic selama pemasangan
alat
Kolaborasi
9. Tingkatkan Intake Nutrisi
10. Kolaborasi Pemberian
17

Antibiotik bila perlu

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


Berhubungan keperawatan selama x 24
Observasi
dengan Agen jam diharapkan Pasien
Pencedera fisik mendapatkan kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
1. Mampu mengontrol
termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab
karakteristik, durasi,
nyeri, mampu
frekuensi kualitas dan factor
menggunakan teknik
presipitasi
untuk mengurangi
2. Observasi reaksi nonverbal
nyeri, mencari
dari ketidaknyamanan
bantuan)
Edukasi
2. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang 3. Gunakan teknik komunikasi
dengan teraupetik untuk mengetahui
menggunakan pengalaman nyeri klien
managemen nyeri 4. Kaji kultur yang
3. Mampu mengenali mempengaruhi respon nyeri
nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri
(Skala,Intensitas, masa lampau
frekuensi dan tanda Terapeutik
neri)
6. Bantu klien dan keluarga
4. Menyatakan rasa
untuk mencari dan
nyaman setelah nyeri
menemukan dukungan
berkurang
Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
18

kebingungan
7. Kurangi faktor presipitasi
nyeri Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi. non farmako
bgi dan interpersonal)
8. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologis
Kolaborasi

10. Evaluasi bersama klien dan


tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control
nyeri masa lampau
11. Kolaborasikan pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri
4 Nausea Setelah dilakukan tindakan MENEJEMEN MUAL
Berhubungan keperawatan selama x 24
Observasi
dengan Efek jam diharapkan Pasien
Agen mendapatkan kriteria hasil : 1. Identifikasi pengalaman
Farmakologis mual
1. Tingkat Nausea
2. Identifikasi isyarat
Menurun
nonverbal ketidak
nyamanan (mis. Bayi, anak-
anak, dan mereka yang tidak
dapat berkomunikasi secara
efektif)
19

3. Identifikasi dampak mual


terhadap kualitas hidup
(mis. Nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung
jawab peran, dan tidur)
4. Identifikasi faktor penyebab
mual (mis. Pengobatan dan
prosedur)
5. Monitor mual (mis.
Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
6. Monitor asupan nutrisi dan
kalori
Terapeutik

7. Kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
(mis. Bau tak sedap, suara,
dan rangsangan visual yang
tidak menyenangkan)
8. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
(mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
9. Berikan makan dalam
jumlah kecil dan menarik
Edukasi

10. Anjurkan istirahat dan tidur


yang cukup
11. Anjurkan sering
20

membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mua
12. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
13. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
Biofeedback, hipnosis,
relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi

14. Kolaborasi pemberian


antiemetik, jika perlu

5. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


Berhubungan keperawatan selama x 24
Observasi
dengan jam diharapkan Pasien
Ketidakmampua mendapatkan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
n mencerna 2. Identifikasi alergi dan
1. Status nutrisi
makanan intoleransi makanan
membaik
3. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
4. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
21

Terapeutik

7. Sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang
sesuai
8. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
9. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
10. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi

11. Anjurkan posisi duduk, jika


mampu
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi

13. Kolaborasi pemberian


medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlU
BAB IV
PENUTUP

Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status


sosial, umur,dan jenis kelamin. Tidak menutup kemungkinan anakanak, remaja
dan orang dewasa terkena serangan kanker. Pria dan wanitadapat juga teserang
penyakit yang banyak ditakuti. Kanker diketahui bisa diturunkan dari orang tua
kepada anaknya. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat kondisi fisik yang tidak
normal, selain itu pola makan dan pola hidup yang tidak sehat juga dapat
menyebabkan kanker. Wanita lebih beresiko terkena serangan kanker, terutama
pada organ reproduksi seperti rahim, indung telur dan vagina.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan angka kejadian kanker
serviks didunia, Indonesia dan Jawa Tengah masih tinggi, sehingga perlu diadakan
penanggulangan. Kanker serviks merupakan kanker yangpaling sering
menyebabkan kematian pada wanita. Bahaya dari kanker serviks jika tidak
ditanggulangi yaitu gangguan kesuburan, fungsi organ reproduksi tergangu,
gangguan kualitas hidup baik psikis berupa kecemasan , fisik maupun kesehatan
seksual, dampak finansial, dan suasana kehidupan keluarga.
Kemoterapi merupakan alternatif yang bisa mengurangi populasi yang
terkena kanker akan tetapi ada beberapa hal yang mungkin berdampak pada pasien
, baik itu dari operasi , obat-obatan yang membuat pasien merasa kekurangan,
akan tetapi dari dampak negatif itu ada hal positif dimana tingkat penurunan
kanker akan sedikit berkurang dengan melakukan kemoterapi, diharapkan
kedepannya tingkat penyakit kanker bisa menurun dengan signifikan sehingga
terwujudnya populasi manusia yang sehat dan sejahtera

22
DAFTAR PUSTAKA

Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi: Berdasarkan


Evidence Base. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
http://repository.unimus.ac.id/876/3/BAB%20II.pdf

NINDYA SHINTA, R.; SURARSO, Bakti. TERAPI MUAL MUNTAH PASCA


KEMOTERAPI. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
thtklac6b53d6eefull.pdf

Rasjidi, imam.(2007). Kemoterapi kanker ginekologi dalam praktek sehari-hari.


Jakarta: CV. Sagungseto

Djuwantono,tono.,Permadi,Wirawan.,&Ritinga,A.Mulyanusa,(2013).BCCOG
Bandung Controversies and Consensusin Obstetrics &Gynecology,.Jakarta:
Sagung Seto.

Donowati, M. W., Pramodhawardani, A. Y., & Lestari, I. (2016). Penggunaan obat


sitostatika pada anak-anak yang melakukan kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2010. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas (Journal of
Pharmaceutical Sciences and Community), 10(1).

Ranaillaa, R; Mardhiyaha, A; Hidayatia, N. (2016). Ners jurnal keperawatan:


gambaran dampak kemoterapi pada anak menurut orang tua di rumah cinta
Bandung. Bandung: Fakultas Keperawatan Univeritas Padjajaran, vol. 12, no.2,
hal 145

Hapsari, H. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang efek samping


kemoterapi melalui multimedia terhadap perilaku orang tua dalam merawat
anak leukemia yang sedang kemoterapi. Depok: Universitas Indonesia, hal 35-
36

Anda mungkin juga menyukai