Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS

ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER

ETIKA DAN DISIPLIN APOTEKER

OLEH :

NAMA : Sainal Abidin

NIM : 15120210028

Dosen Pengampu Mata Kuliah

apt. Faradiba, M.Si., Ph.D

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
SUMPAH APOTEKER INDONESIA

DEMI ALLAH saya bersumpah,

1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan, terutama
dalam bidang kesehatan.

2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan keilmuan saya sebagai apoteker.

3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian


saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.

4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan se baik2nya sesuai dengan


martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian,

5. dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan beriktiar dengan sungguh-sungguh


supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan,
Politik Kepartaian atau kedudukan Sosial.

6. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan penuh keinsafan.

TUHAN YANG MAHA ESA MELINDUNGI SAYA.


A. ETIKA APOTEKER

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, mengamalkan keahliannya,


seorang apoteker harus melaksanakan kode etik apoteker Indonesia.

Kode Etik adalah kumpulan nilai-nilai atau prinsip yang harus diikuti oleh
apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak dan
mengambil keputusan .

BAB I Kewajiban

umum

A. Pasal 1. Sumpah apoteker harus dihayati dan dijadikan landasan moral


dalam tindakan dan perilaku.

Beberapa hal yang diperhatikan terkait sumpah :

1. Melaksanakan asuhan kefarmasian.

2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan “ medication record”

3. Melaksanakan praktek profesi sesuai landasan praktek profesi, yaitu ilmu,


hukum dan etik.

B. Pasal 2. Apoteker harus berusaha sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan


Kode Etik Apoteker Indonesia.

Pedoman Pelaksanaan :

1. Kesungguhan ini dinilai dari ada dan tidak adanya laporan dari
masyarakat, sejawat apoteker dan tenaga kesehatan lain, atau dari dinas
kesehatan.

2. Bila ada laporan tidak mengamalkan kode etik, pemberian sanksi


ditetapkan dalam peraturan ,
C. Pasal 3. Apoteker menjalankan profesinya sesuai standar kompetensi
Apoteker, mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan

Pedoman pelaksanaannya:

1. Setiap Apoteker Indonesia harus mengerti,menghayati dan mengamalkan


kompetensi seusai dengan Standard Kompetensi Apoteker Indonesia. Kompetensi
yang dimaksud adalah : ketrampilan,sikap, dan perilaku yang berdasarkan pada
ilmu,hokum , dan etik.

2. Ukuran kompetensi seorang Apoteker dinilai lewat uji kompetensi.

3. Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap


tindakan dan keputusan seorang Apoteker Indonesia.

4. Bilamana suatu saat seorang Apoteker dihadapkan kepada konflik tanggung


jawab professional, maka dari berbagai opsi yang ada seorang Apoteker harus
memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk kepentingan pasien serta
masyarakat.

D. Pasal 4. Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang


kesehatan pada umunya dan bidang farmasi pada khususnya

Pedoman Pelaksanaan

1. Seorang Apoteker hars mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan


professionalnya secara terus menerus.

2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti perkembangan di bidang kesehatan,


diukur dari alat SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi

3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh Apoteker ditetapkan dalam peraturan
organisasi.
E. Pasal 5. Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pedoman Pelaksanaan

1. Seorang Apoteker dalam tindakan professionalnya harus menghindari diri dari


perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan orang lain.

2. Seorang Apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat memperoleh imbalan dari


pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap memegang
teguh kepada prinsip medahulukan kepentingan pasien.

3. Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi.

F. Pasal 6. Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh baik bagi orang
lain.

Pedoman Pelaksanaan :

1. Seorang Apoteker harus menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi yang


disandangkan dengan jujur dan penuh integritas.

2. Seorang Apoteker tidak akan menyalahgunakan kemampuan professionalnya


kepada orang lain.

G. Pasal 7. Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

Pedoman Pelaksanaan

1. Seorang Apoteker yang memberikan informasi kepada pasien /masyarakat harus


dengan cara yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut harus
sesuai, relevan, dan “up to date”

2. Sebelum memberikan informasi, Apoteker harus menggali informasi yang


dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang datang menemui Apoteker mengenai
pasien serta penyakitnya.
3. Seorang Apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai pelayanan pada
pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat

4. Seorang Apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat


terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan infomasi secara jelas,
melakukan monitoring penggunaan obat dab sebagainya.

5. Kegiatan penyuluhan ini mendapat nilai Satuan Kredit Profesi (SKP)

H. Pasal 8. Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan


perundang- undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi
pada khususnya.

Pedoman Pelaksanaan

1. Tidak ada alasan bagi Apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang terkait
dengan kefarmasian . Untuk itu setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti
perkembangan peraturan, sehingga setiap Apoteker dapat menjalankan
profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan perundangan yang
berlaku.

2. Apoteker harus membuat Standard Prosedur Operasional ( SPO ) sebagai


pedomana kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian
sesuai kewenangan atas dasar peraturan perundangan yang ada.

BAB II

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN

I. Pasal 9. Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan


kepentingan masyarakat menghormati hak asasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.

Pedoman Pelaksanaan :

1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari seorang
Apoteker.
2. Setiap tindakan dan keputusann professional dari Apoteker harus berpihak
kepada kepentingan pasien dan masyarakat.

3. Seorang Apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam


keputusan pengobatan mereka.

4. Seorang Apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan


pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah.

5. Seorang Apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien adalah
obat yang terjamin mutu, keamanan, dan kahsiat dan cara pakai obat yang tepat.

6. Seorang Apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian, dan


rahasia kedokteran dengan baik.

7. Seorang Apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah


ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya.

8. Dalam hal seorang Apoteker akan mengambil keputusan yang berbeda dengan
permintaan seorang dokter, maka Apoteker harus melakukan komunikasi dengan
dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan membolehkan Apoteker
mengambil keputusan demi kepentingan dan atas persetujuan pasien.

BAB III

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

J. Pasal 10. Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana


dia sendiri ingin diperlakukan.

Pedoman Pelaksanaan

1. Setiap Apoteker harus menghargai teman sejawatnya termasuk rekan kerjanya.

2. Bilamana seorang Apoteker dihadapkan kepada suatu situasi yang problematik,


baik secara moral atau peraturan perundangan Yang berlaku, tentang
hubungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi antar jerawat harus
dilakukan dengan baik dan santun.

3. Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI atau majelis Etik dan Disiplin Apoteker
Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat.
K. Pasal 11. Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan
saling menasehati untuk emmatuhi ketentuan ketentuan kode etik.

Pedoman Pelaksanaan

1. Bilamana seorang Apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode etik, dengan


cara yang santun dia harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya tersebut
untuk mengingatkan kekeliruan yang ada.

2. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat


menyampaiakan kepada Pengurus Cabang dan atau MEDAI secara berjenjang.

L. Pasal 12. Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan


kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.

Pedoman Pelaksanaan :

1. Seorang Apoteker harus menjalin dan memelihara kerjasama dengan sejawat


Apoteker lainnya.

2. Seorang Apoteker harus membantu teman sejawatnya delam menjalankan


pengabdian profesinya.

3. Seorang Apoteker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam menjalin/


memelihara kerjasama.

BAB IV

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN

M. Pasal 13. Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk


membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai
dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.

Pedoman Pelakasanaan :

Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan tenaga


profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermanfaat.

N. Pasal 14 : Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan


yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
Pedoman Pelaksanaan :

Bilamana seorang Apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan
profesi kesehatan lainnya, maka Apoteker tersebut harus mampu
mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang
bersangkutan harus merasa dipermalukan.

O. Pasal 15. Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik


Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.

BAB V

PENUTUP

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau
tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pedoman Pelaksanaan :

Apabila Apoteker melakukan pelanggaran Kode Etik Apoteker Indonesia yang


bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat beruba pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan sementara atau pencabutan keanggotaan tetap

Kriteria palanggaran kode etik diatur dalam pertauran organisasi, dan sanksi
ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dari MEDAI Daerah. Selanjutnya
MEDAI Daerah menyampaikan hasil telaahnya kepada Pegurus cabang . Pengurus
Daerah , dan MEDAI Pusat.
B. Disiplin Apoteker

1. Definisi Disiplin Apoteker

Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk mentaati kewajibannya dan


menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan per undang-undangan dan
atau pertauran praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman
displin.

2. Disiplin Pekerjaan Kefarmasian

a. Mematuhi aturan nilai dasar Apoteker : Sumpah Apoteker , Kode Etik Apoteker Indonesia,
Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.

b. Mematuhi semua pertauran di bidang kefarmasian : UU, PP, PMK, AD.ART IAI,
PO IAI , dll

c. Mematuhi semua SPO yang berkaitan dengan lingkungan pekerjaan sehari-

hari. d. Pertanggung-jawaban dan Evaluasi terhadap pekerjaan kefarmasian.

3. Pelanggaran Disiplin

Pelanggaran disiplin dapat dibagi 3 kelompok :

a. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten

b. Tugas dan tanggung jawab professional pada pasien tidak dilaksanakan


dengan baik.

c. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker

Pelanggaran disiplin bisa berupa : setiap ucapan, tulisan , atau perbuatan yang
tidak mentaati kewajiban dan/atau ketentuan displin Apoteker Indonesia.
( PO:004/1418/VII/2014,SK PP IAI).

4. Bentuk Pelanggaran Disiplin Apoteker

a. Butir 1 : Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten


b. Butir 2 : Membiarkan berlangsungnya praktik kefarmasaian yang menjadi
tanggung jawabnya tanpa/atau Apoteker pendamping yang sah.

c. Butir 3 : Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/atau


tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan itu

d. Butir 4 : Membuat keputusan professional yang tidak berpihak kepada


kepentingan pasien/masyrakat

e. Butir 5 : Tidak memberikan infomasi yang sesuai, relevan dan “UP TO DATE “
dengan cara yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga
berpotensi menimbulkan kerusakan /kerugian pasien.

f. Butir 6 : Tidak membuat dan /atau tidak melaksanakan SPO sebagai pedoman
kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian,sesuai
dengan kewenangannya.

g. Butir 7 : Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin “Mutu “, “Keamanan”,


dan “khasiat/manfaat kepada pasien.

h. Butir 8 : Melakukan pengadaan obat dan/atau bahan baku obat tanpa


Prosedur yang berlaku sehingga berpotensi menimbulkan tidak terjaminya mutu,khasiat
obat.

i. Butir 9 : Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat


menimbulkan kerusakan dan kerugian kepada pasien.

j. Butir 10 : Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standard,


sehingga berpotensi menimbulkan penurunan kualitas obat.

k. Butir 11 : Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi fisik ataupun mental


yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.

l. Butir 12 : Dalam penatalaksanaan Pratik kefarmasian melakukan yang


seharusnya dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan , sesuai
dengan jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah sehingga dapat
membahayakan pasien.
m.Butir 13 : Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik
pengobatan sendiri ( self medication ), yang tidak sesuai kaidah pelayanan
kefarmasian.

n. Butir 14 : Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/atau tidak etis, dan/atau
tidak obyektif kepada yang membutuhkan.

o. Butir 15 : Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak

p. Butir 16 : Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya

q. Butir 17 : Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak


baik dan tidak benar.

r. Butir 18 : Berpraktik dengan menggunakan STRA atau SIPA dan /atau Sertifikat
yang tidak sah.

Anda mungkin juga menyukai