Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Filsafat secara umum telah membagi doaminnya dalam tiga bagian besar yakni

ontology, Epistemologi dan aksiologi. Khusus pada Epistemologi, domain ini dalam

banyak disiplin ilmu telah mendapat posisi yang kuat jika dikaitkan dengan

kepentingannya dalam mengetahui asal usul suatu ilmu. Bahkan, pada kondisi tertentu

bisa diartikan bahwa tanpa mengetahui Epistemologi suatu ilmu ynag sedang kita geluti

maka kita tidak akan mendapatkan pemahaman ynag hakiki.1

Fenomenalogi pada awalnya merupakan kajian filsafat dan sosiologi. Edmunt

Husseri sendiri, penggagas utamanya, menginginkan fenomenalogi akan melahirkan ilmu

yang lebig bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia, setelah sekian lam ilmu

pengetahuan mengalami krisis dan disfungsional. Fenomenalogi, kemudian berkembang

sebagai semacam metode riset yang diterapkan dalam berbagai ilmu social, termasuk

didalamnya komunikasi, sebagai slah satu varian dalam penelitian kualitatif dalam

payung paradigm interpretif.

1
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teolosofi.
Bandung: Pustaka Setia

1
PEMBAHASAN

A. Asal Usul Fenomenalogi

Fenomenalogi berasal dari bahasa Yunani, Phainomenon yang merujuk

pada arti “ yang menampak”. Fenomena ialah fakta yang disadari dan masuk

kedalam pemahaman manusia. Sehingga, suatu objek ada dalam relasi kesadaran.

Dewasa ini, Fenomenalogi sebagai salah satu cabang filsafat sekaligus metode

berfikir yang mempelajari fenomena manusiawi ( human Phenomena ) tanpa

menanyakan fenomena secara realitas objektif dan penampakannya.

Fenomenalogi sebagai bahan filsafat pertama kali dikembangkan oleh Edmunt

Husserl, yang kemudian dilanjutkan oleh Martin Heidegger dan yang lainnya.

Sebagai seorang ahli fenomenalogi, Husserl mencoba menunjukkan bahwa

melalui metode fenomenalogi mengenai pengarungan pengalaman biasa menuju

pengalaman murni, kita bisa mengetahu pengetahuan absolute dengan susunan

penting aksi sadar kita, seperti berpikir dan mengingat dan pada sisi lain, susunan

penting obyek-obyek merupakan tujuan hasil tersebut. Demikian filsafat akan

menjadi sebuah ilmu setepat-tepatnya dan akhirnya kepastian akan diraih.

Dalam pengertian sederhana, sesungguhnya kita pada waktu-waktu

tertentu mempraktikan fenomenalogi dalam keseharian hidup kita. Kita

mengamati fenomena, kita membuka diri,kita membiarkan fenomena itu nampak

pada kita, lalu memahaminya.2

B. Unsur-Unsur Pembentuk

2
Engkus Kuswarno, Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomolofi Konsepsi: Konsep, Pedoman Contoh
Penelitiannya ( Bandung,: Widya Padjajaran, 2009), 34-35

2
Disebutkan unsur pembentuk metode fenomenologi adaah pertama, sikap

anti natural ( natural attitude ) yaitu sikap yang menolak kepercayaan akan adanya

dunia yang rill dan menggantinya dengan sikap kritis atau epokhe, kedua yaitu

cara melihat realitas apa adanya sebelum dibagi dan dibahas secara tematis oleh

ilmu-ilmu. Melalui reduksi inilah filasaft dapat dikatakan rigorus. Terdapat tiga

jenis reduksi yaitu :

1. Reduksi fenomenalogis (epokhe). Reduksi ini menolak pandangan realism

menyatakan bahwa realitas dunia di luar kita tidak bergantung pada kesadaran kita

tetapi realitas dunia haruslah direduksi karena idealism kita mempercayai sesuatu

yang diluar kesadaran manusia dimana paham fenomenalogis mematok adanya

intesionalitas yang memungkinkan komunikasi subjek dan objek.

2. Reduksi eidetic ( eidos ). Reduksi ini dimaksudkan untuk memperoleh hakikat dari

suatu fenomena melalui intuisi murni.

3. Reduksi transcendental. Dalam resduksi ini dunia tidak lagi dihubungkan dengan

kesadaran individu tetapi pada tataran universal.

C. Dasar-dasar filsafat Epistemologi Fenomenologi

Peletakan dasar-dasar filsafat epistemology dalam dilakukan dengan

beberapa pendekatan seperti yang diuraikan berikut:

1. Pendekatan filsafatnyaberpusat pada analisis terdapat gejala yang menampakkan diri

pada kesadaran kita. Analis menampakkan bahwa kesadaran itu sungguh-sungguh

selalu terarah kepada objek.

3
2. Orang harus berpikir, dengan memulai dengan mengamati hal sendiri, tanpa dasar

apapun. Memulai kegiatandengan meneliti pengalaman-pengalamannyasendiri

tentang realita dan menjauhkan diri dari meneliti dan mengulangi ( teori orang lain )

3. Fenomenalogi kebenaran dibuktikan berdasarkan ditemukannya yang essinsial.

4. Fenomenalogi menerima kebenaran dluar empiric indrawi. oleh sebab itu mereka

menerima kebenaran sensual, kebenaran logic, ethic dan transedental.

5. Fenomena baru dapat dinyatakan benar-benar telah diuji korespondensi dengan yang

dipercayainya.

6. Fenomenalogi lebih merupakan sikap bukan suatu prosedur khusus yang di ikuti

pemikirannya ( diskusi, induksi, observasi dll ) .

D. Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Fenomenologi

Kebelebihan filsafat Fenomenalogi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan fenomena

dengan apa adanyadengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan

pandangan.

b. Fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar

yang objektif

c. Fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari

objek lainnya.

Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari

berbagai kelemahan seperti :

4
a. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa

ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya ,baik dari adat,agama ataupun ilmu

pengetahuan,merupakan suatu absurd.

b. Pengetahuan ynag didapat bebas nilai ( value free ), tetapi tidak bermuatan nilai

( value –bounding )

Dari kelebihan dan kekurangan tersebut maka kebenaran yang dihasilkan

cenderung subjektif, yang hanya berlaku dalam waktu tertentu. Dengan ungkapan lain

pengetahuan dan kebenaran yang dihasilkan tidak digeneralisasikan.

5
PENUTUP

Epistemologi fenomenolgi yang di perkenalkan oleh Husserl dengan kajian yang

berpusat pada analisis terdapat gejala yang nampak dalam kesadaran manusia. Untuk

melahirkan suatu teori tersebut maka seseorang jangan berpedoman pada teori orang lain

( bukan menguji teori yang ada ) tapi mengamati tanpa dasar apapun. Metode ini banyak

mempengaruhi segala cabang ilmu filsafat.

6
DAFTAR PUSTAKA

Engkus Kuswarno, Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomolofi Konsepsi:

Konsep, Pedoman Contoh Penelitiannya ( Bandung,: Widya Padjajaran, 2009), 34-35

Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum dari Mitologi

sampai Teolosofi. Bandung: Pustaka Setia. 2007

Anda mungkin juga menyukai