Anda di halaman 1dari 3

Kritik Matan

Kritik matan hadits sangat perlu dilakukan dalam penelitian agar kita bisa mengetahui apakah
dalam redaksi matan hadits yang diteliti terdapat ‘Illah atau syadz. Untuk mengetahui apakah
dalam redaksi hadits tersebut ada syadz dan ‘illah maka peneliti mencoba menguji redaksi hadits
dengan metode muqaran dangan hadits riwayat lain dan Al-Qur’an :

1. Uji redaksional antara matan hadis yang diteliti dengan hadis riwayat lain
a. Riwayat Ibnu majah (Dari Jalur Aisyah R.A) Imam Ahmad

‫اللهم ! إنك عفو حتب العفو فاعف عىن‬


b. Riwayat Imam Ahmad (dari Jalur Abdullah)

‫واهلل عز وجل عفو حيب العفو‬


c. Riwayat At-Turmudzi (dari jalur Aisyah)

‫اللهم إنك عفو كرمي حتب العفو فاعف عىن‬

Dari tiga redaksi hadits tersebut, ada penambahan dan perubahan beberapa kata. Yakni

penambahan kata ‫وجل‬ ‫ عز‬dari jalur Abdullah pada riwayat Imam Ahmad dan penambahan kata

‫ كرمي‬pada riwayat Imam Turmudzi (jalur Aisyah). Meski demikian, semua kata-kata tersebut
tetap mempunyai makna yang sama dan tidak menimbulkan hal kontradiktif dari segi isi maupun
pemahaman. Lalu, sudah ditegaskan para ulama dalam kitab-kitab yang mu‟tabar bahwa hadits
yang dikeluarkan oleh Imam Muslim itu sanadnya shohih, dan sudah menjadi kaidah umum
bahwa jika sebuah sanad hadits sudah shohih, maka tidak perlu lagi mempertanyakan matannya.
Dengan kata lain, hadits dari Ibnu Majah dikuatkan dengan hadits tersebut.

2. Uji redaksional hadis dengan Al-Qur’an

Dari semua redaksi hadis di atas jelas Allah maha pengampunan bagi seluruh hambanya yang
mau bertobat. Hal ini senada kalau kita bandingkan dengan
a. Q.S. Az-Zumar ayat 53

‫َسَرفُوا َعلَ ٰى أَْن ُف ِس ِه ْم اَل َت ْقنَطُوا ِم ْن َرمْح َِة اللَّ ِه ۚ إِ َّن اللَّهَ َي ْغ ِفُر‬
ْ ‫ين أ‬
ِ َّ‫قُل يا ِعب ِادي ال‬
‫ذ‬
َ َ َ َْ
‫يم‬ ِ َّ ‫الذنُوب مَجِ يعا ۚ إِنَّه هو الْغَ ُفور‬
ُّ
ُ ‫الرح‬ ُ َُ ُ ً َ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b. Q.S. An-Nisa ayat 110

#‫ ا‬#‫ ًم‬#‫ ي‬#‫ح‬#ِ #‫ َر‬#‫ ا‬#‫ر‬#ً #‫ و‬#‫ ُف‬#‫ َغ‬#َ‫ه‬#َّ‫ل‬#‫ل‬#‫ ا‬#‫ ِد‬#ِ‫ جَي‬#َ‫ه‬#َّ‫ل‬#‫ل‬#‫ ا‬#‫ ِر‬#‫ ِف‬#‫ت ْغ‬#َ #‫ ْس‬#َ‫ ي‬#َّ‫ مُث‬#ُ‫ ه‬#‫ َس‬#‫ ْف‬#‫ َن‬#‫ ْم‬#ِ‫ل‬#ْ‫ظ‬#َ‫ ي‬#‫و‬#ْ #َ‫ أ‬#‫ا‬#ً‫ء‬#‫ و‬#‫ ُس‬#‫ ْل‬#‫ َم‬#‫ ْع‬#‫ َي‬#‫ ْن‬#‫ َم‬#‫و‬#َ

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon
ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat-ayat tersebut diatas adalah ayat mengenai bagaimana Allah dengan mudahnya memberikan
pengampunan pada seseorang yang benar-benar bertobat, Allah adalah zat yang menyukai
pengampunan bagi orang-orang yang benar-benar meminta ampun kepadanya. Dari beberapa
ayat tersebut jelas sekali jika kita diperintahkan mengakui keesaan Allah dan semua sesembaha
selain Allah jelas tidak akan memberi manfaat apapun.

Jelas disini antara kandungan hadits yang diteliti dengan kandungan beberapa ayat Al-Qur‟an
tersebut tidak ada kontradiksi. Dan redaksi hadits tersebut tidak syadz dan ‘illah.

Kemudian mengenai derajat hadis yang diteliti adalah hadis Shohih, hal tersebut dikuatkan
dengan riwayat-riwayat hadis lain yang diteliti, Selain itu sudah ditetapkan pula pada salah satu
kitab syarh dari sunan Ibnu Majah itu sendiri bahwa hadits yang diteliti ini tergolong hadits
shohih.1

Penjelasan Hadis

ٍ ‫ )مكتبة دار ال‬، ‫ إهداء الديباجة بشرح سنن إبن ماجه‬،‫صفاء الضىي احمذ العذوي‬
1
195.‫ ص‬،( ‫ دون سىة‬: ‫ق ٍه‬

Anda mungkin juga menyukai