Anda di halaman 1dari 116

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS STABILISASI TANAH LEMPUNG PERUMAHAN


BUKIT MANYARAN PERMAI DENGAN CAMPURAN
SERBUK ARANG KELAPA DAN KAPUR UNTUK
KEMAMPUAN DUKUNG TANAH DENGAN
MENGGUNAKAN PONDASI DANGKAL

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Menempuh Ujian Akhir


Program S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang

USM
Oleh:
HEXA ALAM PRATANGGA C.111.16.0073
FACHRIZAL LUTHFIANTORO C.111.16.0080

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
“ANALISIS STABILISASI TANAH LEMPUNG
PERUMAHAN BUKIT MANYARAN PERMAI DENGAN
CAMPURAN SERBUK ARANG KAYU DAN KAPUR UNTUK
KEMAMPUAN DAYA DUKUNG TANAH DENGAN
MENGGUNAKAN PONDASI DANGKAL”

Disusun oleh :
HEXA ALAM PRATANGGA
FACHRIZAL LUTHFIANTORO
NIM. C.111.16.0073
NIM. C.111.16.0080

Tugas Akhir ini Telah Diterima


Sebagai Salah Satu Persyaratan Menempuh Ujian Akhir
Universitas Semarang, 27 Agustus 2020

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Kusrin, ST. MT Ir.Diah Setiati Budiningrum, M.T


NIS. 06557003102012 NIS. 06557003102020

Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Semarang

Ir. Diah Setiati Budiningrum, M.T


NIS. 06557003102020
`

ii
KATA PENGANTAR

Assalammu’allaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah meberikan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya dan tak lupa Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan
baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Purwanto ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
2. Bapak Kusrin ST , MT selaku Dosen pembimbing Utama.
3. Ibu Ir. Diah Setyati Budiningrum,MT selaku Dosen Pembimbing
Pendamping dan Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempuraan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, agar
Laporan Tugas Akhir ini dapat diperbaiki dan bermanfaat bagi pembaca dikemudian hari.
Terima Kasih.

Semarang, Agustus 2020

Penulis

iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA JALAN
PURWODADI – BLORA ( BANK BKK CABANG TAWANGHARJO – TPK
PERHUTANI WIROSARI )
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Nama : HEXA ALAM PRATANGGA
FACHRIZAL LUTHFIANTORO
NIM : C.111.16.0073
C.111.16.0080

Bersama ini kami menyatakan bahwa


1. Tugas Akhir dengan judul di atas tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar sarjana di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang sepengetahuan
saya juga tidak dapat terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka
2. Saya bertangung jawab sepenuhnya terhadap orisinalitas isi Tugas Akhir ini.

Semarang, Agustus 2020

Penulis Penulis

HEXA ALAM PRATANGGA HEXA ALAM PRATANGGA


NIM. C.111.16.0073 NIM. C.111.16.0080

Jurusan Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

iv
Hexa Alam Pratangga [1]

Fachrizal Luthfiantoro [2]

[1] [2]
Mahasiswa Teknik sipil Universitas Semarang
Jl. Soekarno-Hatta TlogosariSemarang-50196
Email: pratanggahexa@gmail.com, fachrizalluthfiantoro@gmail.com

Abstrak

Kondisi dan jenis tanah disetiap daerah atau tempat tidaklah sama, hal
tersebut dikarenakan sifat tanah yang berbeda-beda. Jenis tanah di Perumahan
Bukit Manyaran Permai Kecamatan Gunungpati merupakan tanah lempung,
yang menjadikan daerah tersebut memiliki tanah yang tidak stabil. Untuk
memperbaiki kekuatan tanah tersebut perlu dilakukan usaha stabilisasi tanah
untuk meningkatkan daya dukung tanah yang tidak stabil atau tanah labil.
Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu untuk
memperbaiki sifat-sifat propertis tanah agar memenuhi syarat teknis tertentu,
agar dapat menaikan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser
tanah. Adapun tujuan stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan menyatukan
agregat material yang ada. Sifat-sifat tanah yang dapat diperbaiki dengan cara
stabilisasi dapat meliputi : kestabilan volume, kekuatan atau daya dukung dan
kekekalan atau keawetan. Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah
kekuatan tanah untuk menahan suatu beban yang bekerja padanya yang
biasanya disalurkan melalui pondasi.
Hasil dari penelitian ini bahwa menunjukan perubahan pada tanah asli
adalah jenis lempung inorganic dengan plastisitas dan viskositas tinggi (CH),
dan untuk tanah campuran adalah tanah jenis lempung inorganic plastisitas
rendah atau sedang, lempung kerikil, lempung berpasir, lempung berlanau
dengan viskositas rendah (MH).

Kata Kunci: Jenis Tanah, Stabilisasi, Daya Dukung Tanah, Hasil


Penelitian

v
ABSTRACT

The condition and types of soil in each area or place are not the same,
this is due to different soil properties. The type of soil in Bukit Manyaran
Permai Housing Complex, Gunungpati District is clay soil, which makes the
area unstable. To improve soil strength, it is necessary to conduct soil
stabilization efforts to increase the bearing capacity of unstable or unstable
soils.
Soil stabilization is the mixing of soil with certain materials to improve
soil property properties in order to meet certain technical requirements, in
order to increase soil strength and maintain soil shear strength. The purpose of
soil stabilization is to bind and unify the existing material aggregates. Soil
properties that can be improved by means of stabilization can include: volume
stability, strength or bearing capacity and conservation or durability. Bearing
capacity is the strength of the soil to withstand a load acting on it which is
usually transmitted through the foundation.
The results of this study indicate that the changes in the original soil are
inorganic clays with high plasticity and viscosity (CH), and for mixed soils are
low or medium plastic inorganic clay, gravel clay, sandy loam, low viscosity
silty clay (MH ).

Keywords: Stabilization, Soil Bearing Capacity, Research Result

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................................xi
DAFTAR GRAFIK............................................................................................................xii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Masalah.............................................................................................................2
1.3. PerumusanMasalah...........................................................................................3
1.4. Maksud..............................................................................................................4
1.5.Tujuan................................................................................................................4
1.6.Manfaat..............................................................................................................4
1.7.Keaslian..............................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Umum ...............................................................................................................6
2.2. Berat Volume Tanah dan Hubungan-Hubunganya...........................................6
2.3. Batas-Batas Atterberg......................................................................................................8
2.3.1. Batas Cair (Liquid Limit)........................................................................9
2.3.2. Batas Plastis (Plastic Limit)....................................................................9
2.3.3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)......................................................10
2.4.Klasifikasi Tanah.............................................................................................10
2.4.1. Sistem Klasifikasi Unified....................................................................10
2.4.2. Sistem Klasifikasi AASHTO................................................................13

vii
2.5. Sifat Mekanis Tanah.......................................................................................13
2.6. Stabilisasi Tanah.............................................................................................15
2.7. Kapur...............................................................................................................16
2.8. Serbuk Arang Kelapa......................................................................................17
2.9. Tanah Lempung..............................................................................................17
2.10. Kapasitas Dukung Tanah..............................................................................18
2.10.1. Teori Terzaghi (Mengenai Daya Dukung Tanah) ...........................18
2.10.2. Metode Hansen.................................................................................21
2.10.3. Metode Vesic....................................................................................23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bagan Alur Penelitian....................................................................................27
3.2. Jenis Data.......................................................................................................28
3.3. Metode Pengumpulan Data............................................................................28
3.4. Sistematika Penulisan.....................................................................................28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Fisik Tanah............................................................................................30
4.2. Hasil Pengujian Kadar Air.............................................................................30
4.3. Pengujian Batas-bata Konsistensi (Atteberg Limits).....................................32
4.3.1. Batas Cair (Liquid Limit)...................................................................32
4.3.2. Batas Plastis (Plastic Limit)................................................................36
4.3.3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)....................................................36
4.4. Sifat Mekanis Tanah......................................................................................37
4.4.1. Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test)..................................37
4.5. Sistem Klasifikasi Unified.............................................................................40
4.6. Sieve analysis (Grain Size)............................................................................45
4.6.1. Tujuan.................................................................................................45
4.6.2. Alat-Alat yang Digunakan..................................................................45
4.6.3. Cara Kerja...........................................................................................45
4.6.4. Perhitungan Tanah Asli......................................................................46
4.7. Percobaan Dengan Hydrometer.....................................................................49
4.7.1. Tujuan Percobaan...............................................................................49
4.7.2. Alat-Alat yang Digunakan..................................................................49
4.7.3. Cara Kerja...........................................................................................49

viii
4.7.4. Prinsip Alat Hydrometer.....................................................................49
4.8. Uji Soil Test...................................................................................................55
4.8.1. Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah (Specify Gravity)........................54
4.8.2. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah................................................57
4.8.3. Mencari Harga Porositas.....................................................................60
4.8.4. Mencari Harga Void Ratio..................................................................61
4.8.5. Hasil Analisa Perhitungan Derajat Kejenuhan Tanah........................62
4.9. Analisis Kapasitas Dujung Tanah Berdasarkan Uji Geser Langsung............63
4.9.1. Analisis Kapasitas Dukung Tanah Dengan Metode Terzaghi............64
4.9.2. Analisis Kapasitas Dukung Tanah Dengan Metode Hansen..............69
4.9.3. Analisis Kapasitas Dukung Tanah Dengan Metode Vesic.................76
4.10. Standart Proctor............................................................................................84
4.10.1. Tujuan Percobaan.............................................................................84
4.10.2. Alat-Alat yang digunakan.................................................................84
4.10.3 Cara Kerja..........................................................................................85
4.10.4. Perhitungan.......................................................................................87
4.11. Hasil Pembahasan Penelitian.......................................................................92
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan..................................................................................................97
5.2. Saran............................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah..................................................................................7


Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg limit........................................................................9
Gambar 2.3 Kurva pada penentuan batas cair tanah lempung.......................................9
Gambar 2.4 Batas konsistensi tanah menurut sistem klasifikasi tanah unified.............13
Gambar 2.5 Alat uji geser langsung..............................................................................14
Gambar 2.6 Grafik Hubungan.......................................................................................15
Gambar 2.7 Tekanan Pada Tanah akan menybabkan keruntuhan.................................18
Gambar 2.8 Tekanan Aktif dan Pasif............................................................................19
Gambar 2.9 Fase-fase Keruntuhan Pondasi...................................................................24
Gambar 4.1 Tampang Pondasi.......................................................................................64
Gambar 4.2 Tampang Pondasi.......................................................................................77
Gambar 4.3 Alat Proktor...............................................................................................92

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Indeks Plastis menurut Atterberg.........................................................10


Tabel 2.2 Sistem Klarifikasi Tanah...............................................................................12
Tabel 2.3 Faktor Daya Dukung Hansen .......................................................................22
Tabel 2.4 Faktor bentuk pondasi...................................................................................25
Tabel 2.8 Faktor Pondasi Vesic.....................................................................................25
Tabel 2.9 Faktor Pondasi Vesic.....................................................................................26
Tabel 2.10 Pertimbangan Pemakaian Kapasitas Dukung..............................................26
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kadar Air Tanah..................................................................30
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Batas Cair Tanah Asli.........................................................32
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Batas Cair Tanah 6%...........................................................33
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Batas Cair Tanah 8%...........................................................34
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Batas Cair Tanah 10%.........................................................35
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Batas Plastis........................................................................36
Tabel 4.7 Hasil Batas konsistensi Tanah.......................................................................37
Tabel 4.8 Data Perhitungan Direksir Test Tabel Tanah dengan Campuran..................38
Tabel 4.9 Kesimpulan Hasil Direksir Test....................................................................38
Tabel 4.10 Hasil Batas Konsistensi Tanah....................................................................40
Tabel 4.11 Sistem Klasifikasi Tanah (ASTM D 2487 – 66T).......................................46
Tabel 4.12 Data Perhitungan Sieve analysis Tanah Asli...............................................46
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Sieve analysis Tanah Asli.............................................48
Tabel 4.14 Data Sampel Tanah Asli..............................................................................50
Tabel 4.15 Perhitungan Hidrometer Tanah Asli............................................................52
Tabel 4.16 Hasil Uji Berat Jenis dan Harga Air Tanah.................................................54
Tabel 4.17 Perhitungan Volume Tanah Basah dan Berat Volume Tanah Kering.........57
Tabel 4.18 Perhitungan Harga Porositas Tanah............................................................60
Tabel 4.19 Perhitungan Harga Void Tanah...................................................................61
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Nilai Derajat Kejenuhan Tanah.....................................63
Tabel 4.21 Dafter Nilai Koefisien Daya Dukung Tanah Terzaghi................................63
Tabel 4.22 Kesimpulan Hasil Pengujian Tanah Metode Terzaghi................................68
Tabel 4.23 Faktor Daya Dukung Tanah Hansen...........................................................70
Tabel 4.24 Kesimpulan Hasil Pengujian Tanah Metode Hansen..................................76

xi
Tabel 4.25 Faktor Kapasitas Dukung Vesic..................................................................78
Tabel 4.26 Faktor Bentuk Pondasi Vesic......................................................................78
Tabel 4.27 Faktor Kedalaman Pondasi Vesic................................................................78
Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Tanah Metode Vesic......................................................84
Tabel 4.29 Data Sampel Tanah Standar Proktor...........................................................88
Tabel 4.30 Data Percobaan Proktor...............................................................................89
Tabel 4.31 Kesimpulan Hasil Penelitian Tanah Asli.....................................................92
Tabel 4.32 Kesimpulan Hasil Penelitian Campuran 6%...............................................92
Tabel 4.33 Kesimpulan Hasil Peneletian Campuran 8%...............................................93
Tabel 4.34 Kesimpulan Hasil Penelitian Campuran 10%.............................................93

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik liquid limit Pengujian Tanah Asli.....................................................33


Grafik 4.2 Grafik liquid limit Pengujian Tanah Campuran 6%.....................................34
Grafik 4.3 Grafik liquid limit Pengujian Tanah Campuran 8%.....................................35
Grafik 4.4 Grafik liquid limit Pengujian Tanah Campuran 10%...................................36
Grafik 4.5 Directshear Test untuk Tanah Asli..............................................................39
Grafik 4.6 Directshear Test untuk Tanah Campuran 6%..............................................39
Grafik 4.7 Directshear Test untuk Tanah Campuran 8%..............................................39
Grafik 4.8 Directshear Test untuk Tanah Campuran 10%............................................39
Grafik 4.9 Klasifikasi Tanah Asli..................................................................................41
Grafik 4.10 Klasifikasi untuk Tanah Campuran 6%.....................................................42
Grafik 4.11 Klasifikasi untuk Tanah Campuran 8%.....................................................43
Grafik 4.12 Klasifikasi untuk Tanah Campuran 10%...................................................44
Grafik 4.13 Grain Size...................................................................................................53
Grafik 4.14 Hasil Pengujian Tanah Metode Terzaghi...................................................68
Grafik 4.15 Hasil Pengujian Tanah Metode Hansen.....................................................76
Grafik 4.16 Hasil Pengujian Tnaha Metode Vesic........................................................85
Grafik 4.17 Hasil Perhitungan Standar Proktor.............................................................91
Grafik 4.18 Hasil qs Metode Terzaghi..........................................................................94
Grafik 4.19 Hasil qu Metode Terzaghi..........................................................................94
Grafik 4.20 Hasil qs Metode Hansen.............................................................................94
Grafik 4.21 Hasil qu Metode Hansen............................................................................95
Grafik 4.22 Hasil qs Metode Vesic................................................................................95
Grafik 4.23 Hasil qu Metode Vesic...............................................................................95
Grafik 4.24 Hasil qs Metode Terzaghi, Hansen, Vesic.................................................96
Grafik 4.25 Hasil qu Metode Terzaghi, Hansen, Vesic.................................................96

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahap paling awal dalam pengerjaan sebuah konstruksi adalah perencanaan
pondasi. Pondasi adalah bagian paling penting dari sebuah konstruksi, karena
pondasi penerima beban dari struktur konstruksi atas dan diteruskan ke tanah atau
batuan yang ada di bawahnya. Sebelum kita menentukan pondasi yang akan kita
gunakan/buat seharusnya kita adakan penelitian tanah terlebih dahulu terhadap
tanah yang akan dipergunakan untuk sebuah bangunan konstruksi. Hal ini
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kapasitas dukung tanah guna untuk
menentukan pondasi apa yang cocok.
Tanah sendiri mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan
konstruksi baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai pendukung beban. Maka
dalam hal pengerjaan suatu konstruksi kita memerlukan pemahaman dan pengertian
tentang hal – hal yang berkaitan dengan tanah misalnya jenis tanah tersebut dan
sifat – sifat tanah tersebut jika dilakukan pembebanan terhadapnya. Hampir semua
bangunan di atas atau di permukaan tanah, maka harus dibuat pondasi yang dapat
menyokong beban bangunan tersebut atau gaya yang bekerja pada bangunan
tersebut.
Pada saat berada di lapangan sering kita jumpai kondisi tanah yang tidak
memenuhi kualitas persyaratan fisik maupun teknis. Karena itu perlu dilakukan
usaha perbaikan sifat-sifat tanah untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Usaha perbaikan sifat-sifat tanah ini disebut stabilisasi tanah (Hardiyatmo, 2006).
Kondisi dan jenis tanah disetiap daerah atau tempat tidaklah sama. Hal
tersebut dikarenakan sifat tanah yang tidak homogen dan tidak berwujud satu
kesatuan. Bisa ditemukan tanah yang bersifat padat, kering, dan keras. Namun bisa
juga ditemui jenis tanah yang bersifat sangat lepas atau lunak dan tidak mendukung
dalam pembuatan pondasi suatu bangunan. Dengan jenis tanah yang seperti itu,
diperlukan stabilisasi untuk meningkatkan daya dukung tanah.
Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki tanah yang bermasalah
agar tanah memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya.Stabilisasi dapat dilakukan

1
2

dengan cara mekanis,fisis dan kimiawi. Secara umum maksud dan tujuan
stabilisasi tanah secara kimia adalah menambah kuat dukung, mengurangi
kompresibilitas, mengurangi perubahan volume,dan mengurangi kapileritas.
Stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan cara mencampur tanah dengan berbagai
macam material yang mempunyai sifat mengikat seperti kapur, semen, flyash atau
abu batubara, belerang, serbuk batubata, serbuk genteng tanah, serbuk arang kayu
dan masih banyak lagi.
Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kekuatan tanah untuk menahan
suatu beban yang bekerja padanya yang biasanya disalurkan melalui pondasi.
Kapasitas/daya dukung tanah batas (qu = qult = ultimate bearing capacity) adalah
tekanan maksimum yang dapat diterima oleh tanah akibat beban yang bekerja tanpa
menimbulkan kelongsoran geser pada tanah pendukung tepat di bawah dan
sekeliling pondasi. Dalam analisis daya dukung tanah, yang dipelajari adalah
kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi yang bekerja diatasnya
Pada penelitian ini dilakukan stabilisasi dengan cara pencampuran kapur dan
serbuk arang kelapa yang akan dicampur dengan tanah yang berasal dari
Perumahan Bukit Manyaran Permai Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Dalam hal ini akan dicoba topik penelitian Tugas Akhir dengan “Analisis
Stabilisasi Tanah Lempung Perumahan Bukit Manyaran Permai Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang Dengan Campuran Kapur dan Serbuk Arang
Kelapa Untuk Kemampuan Dukung Tanah Dengan Menggunakan Pondasi
Dangkal”.

1.2 Masalah
Setiap jenis tanah di setiap daerah pastilah selalu berbeda. Pada sampel
tanah yang diuji pada penelitian ini, mengambil sampel tanah pinggir hutan di
daerah Gunungpati Semarang, tepatnya di Perumahan Bukit Manyaran Permai.
Jenis tanah di daerah tersebut berupa tanah labil karena pada saat pengambilan
sampel jalan yang berada di daerah tersebut rusak di bagian tengah nya dan
permukaan jalannya menjadi agak miring, di daerah tersebut juga sudah dikenal
banyak orang dengan tanahnya yang labil karena banyak rumah disana yg
bangunannya miring dan sebagian jalan ada yang telah longsor.
3

Belum diketahui jenis tanah di daerah tersebut dan apakah dibangun di


daerah longsoran atau tidak, mengingat ada beberapa tempat tinggal dan jalan yang
longsor tetapi banyak juga bangunan yang tidak terdampak seperti kejadian
tersebut. Bahwa upaya untuk memperbaiki tanah di daerah tersebut salah satunya
dengan cara dicoba dengan upaya meningkatkan kemampuan dukung tanah dengan
cara stabilisasi tanah. Beberapa upaya dilakukan untuk memperoleh stabilitas tanah
dengan melakukan uji laboratorium pada sampel tanah yang telah diambil.
Pencampuran kapur dan serbuk arang kelapa dengan variasi 0%, 6%, 8%, dan 10%.
Dengan banyaknya variasi pada uji laboratorium, diharapkan dapat
membandingkan pengaruh penambahan campuran serta memperoleh komposisi
campuran terbaik yang dapat meningkatkan daya dukung tanah.

1.3 Perumusan Masalah


Agar ruang lingkup penelitian lebih jelas dan terarah diperlukan adanya batasan -
batasan masalah yaitu:
1. Pencampuran variasi kapur dan serbuk arang kelapa terhadap berat tanah basah
sebesar 0%, 6%, 8%, dan 10%.
2. Dilakukan upaya untuk meningkatkan stabilitas tanah lempung dengan
menggunakan kapur dan serbuk arang kelapa.
3. Sampel tanah yang diambil didaerah Perumahan Bukit Manyaran
Permai ,Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah pada kedalaman
0,4 m karena kedalaman pondasi harus disesuaikan dengan kedalaman sample
tanah.
4. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Semarang.
5. Bentuk pondasi yang digunakan adalah Bujur sangkar, dengan ( B=D ) / lebar =
panjang
a. Dengan lebar ( B ) = 1 m
b. Kedalaman pondasi ( Df ) = 1 m, dari muka air tanah setempat ( ± 0,0 m )
c. Faktor - faktor
1) Beban ( V ) vertical (δ = 0 )
2) Sample tanah diambil ditempat yang datar. Dasar pondasi dan
permukaan tanah datar ( α=0 dan β=0)
4

3) Sf diambil = 3
4) γ yang digunakan sesuai dengan perhitungan atau kondisi tanah
sebelum dan sesudah distabilisasi
5) Kelongsoran dan penurunan tanah tidak diperhitungkan .

1.4 Maksud
Analisa ini diharapkan untuk mengetahui klasifikasi tanah daerah Perumahan
Bukit Manyaran Permai Kecamatan Gunungpati Kota Semarang berdasarkan sifat
fisik dan mekanis tanah didaerah tersebut. Mengetahui pengaruh penambahan kapur
dan serbuk arang kelapa terhadap kekuatan daya dukung tanah sebagai bahan
campuran dan menganalisa berapa persen campuran kapur dan serbuk arang kelapa
agar memperoleh hasil yang maksimal.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menentukan nilai propertis tanah diantaranya kadar air (w), porositas (n),
angka pori (e), berat volume basah (γb), berat volume kering (γd), berat
volume butiran padat (γs), berat jenis (Gs)dancohesi ( c ).
2. Analisis daya dukung pondasi dangkal.
3. Membandingkan kemampuan dukung tanah yang sudah distabilisasikan
dengan tingat campuran yang berbeda dengan tanah aslinya dengan
menggunakan rumus kemampuan dukung berdasarkan Terzaghi Hansen
dan Vesic.
4. Mengetahui jenis tanah di daerah tersebut.

1.6 Manfaat
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Diharapkan mendapatkan hasil daya dukung tanah yang lebih baik dari pada
tanah aslinya.
2. Mengetahui daya dukung tanah di Daerah Perumahan Bukit Manyaran Permai
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang terhadap campuran kapur dan serbuk
arang kelapa serta diharapkan pula dapat menjadi referensi guna merencanakan
5

pondasi untuk bangunan konstruksi di daerah Perumahan Bukit Manyaran


Permai Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.7 Keaslian
Penelitian di Perumahan Bukit Manyaran Permai Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang dengan menggunakan kapur dan serbuk arang kelapa untuk
stabilisasi tanah belum pernah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Dalam pengertian secara umum tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat mineral – mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu
sama lain dan dari bahan – bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat
cair dan gas yang mengisi ruang - ruang kosong di antara partikel – pertikel padat
tersebut.
Tanah selalu mempunyai peranan yang sangat penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan, atau bahan
konstruksi dari bangunan itu sendiri (Sosrodarsono, 2000). Dalam suatu pekerjaan
konstruksi tanah mendapat posisi yang sangat penting. Kebanyakan problem dalam
kegagalan pembangunan konstruksi tidak selalu pada pondasinya, tetapi juga dapat
terletak pada keadaan tanah yang mendukung pondasi bangunan.

2.2. Berat Volume Tanah dan hubungan-hubungannya


Segumpal tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang
kering, hanya akan terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori
udara. Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau
butiran dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian padat (butiran), pori-pori udara dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat
digambarkan dalam bentuk diagram fase, seperti ditunjukkan Gambar.
Gambar (a) memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume v dan
berat total W, sedang gambar (b) memperlihatkan hubungan berat dengan
volumenya.
7

Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah


Sumber : Hardiyatmo, 2006, Teknik Pondasi 1
dengan:
Va = volume udara
Vw= volume air
Vs = volume butiranpadat
Vv = volume rongga pori = Va + Vw
V = volume total = Vv + Vs
Berat udara (Wa) dianggap sama dengan nol. Hubungan-hubungan volume
yang sering digunakan adalah kadar air (w), angka pori (e), porositas (n) dan derajat
kejenuhan (S).
Beberapa persamaan dalam hubungan volume berat ini adalah sebagai berikut
1. Kadar Air (w)
Adalah perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat butiran padat (Ws)
dari volume tanah yang diselidiki. Dinyatakan dalam persen.
w = Ww/Ws x 100%
2. Porositas (n)
Adalah perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan volume total (V).
Nilai n dapat dinyatakan dalam persen atau desimal.
e = Vv/V
3. Angka pori (e)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara volume rongga (Vv) dengandengan
volume butiran (Vs), biasa dinyatakan dalam persen atau desimal.
e = Vv/Vs
8

4. Berat Volume Basah (γb)


Adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk air dan udara (W)
dengan volume tanah (V).
γb = W/ V
dimana W = Ws + Ww + Wa
5. Berat Volume Kering (γd)
Adalah perbandingan antara berat butiran (Ws) dengan volume total (V) tanah.
γd = Ws/V
6. Berat volume butiran padat (γs)
Adalah perbandingan antara berat butiran padat (Ws) dengan volume butiran
padat (Vs).
γs = Ws/Vs
7. Berat Jenis (specific gravity, Gs)
Adalah perbandingan antara berat volume butiran padat (γ s) dengan berat
volume air (γw) pada temperatur 4o C.
Gs = γs / γw
8. Derajat kejenuhan (S)
Adalah perbandingan antara volume air (Vw) dengan volume total rongga pori
tanah (Vv), biasanya dinyatakan dalam persen,
S (%) = Vw/Vv x 100

2.3. Batas-batas Atterberg


Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya.
Plastisitas disebabkan adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah
plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan
bentuk pada volume yang konstan tanpa retal-retak atau remuk.
9

batas susut batas plastis batas cair

padat semi padat plastis cair

w (%)
penambahan kadar air (w)

Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1

2.3.1. Batas Cair (Liquid Limit)


Batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas
antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.
Batas cair biasanya ditentukan dari uji casagrande.
Hasil uji batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Kurva pada penentuan batas cair tanah lempung


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1

2.3.2. Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan
antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana
tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.
10

2.3.3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)


Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis :
IP = LL – PL ………………………………….(2.9)
Indeks plastisitas merupakan interval kadar air, yaitu tanah masih
bersifat plastis. Jika tanah mempunyai PI tinggi, maka tanah mengandung
banyak butiran lempung, Jika PI rendah, seperti lanau, sedikit pengurangan
kadar air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai indeks
plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg terdapat
dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Batasan Indeks Plastis Menurut Atterberg

PI Sifat Macam Tanah Kohesi


0 Non Plastis Pasir Non Kohesif
Kohesif
<7 Plastisitas Rendah Lanau
sebagian
7 – 17 Plastisitas Sedang Lempung berlanau Kohesif
>17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif
Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1

2.4. Klasifikasi Tanah


Umumnya, penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah
teknis yang berhubungan dengan tanah. Hasil dari penyelidikan dari sifat – sifat ini
kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi masalah-masalah seperti :
1. Penentuan penurunan bangunan, yaitu dengan menentukan kompresibilitas
tanah. Dari sini selanjutnya digunakan dalam persamaan penurunan yang
didasarkan pada teori konsolidasi.
2. Penentuan kecepatan air yang mengalir lewat benda uji guna menghitung
koefisien permeabilitas. Dari sini kemudian dihubungkan dengan hukum Darcy
dan jaring arus (flownet) untuk menentukan debit aliran yang lewat struktur
tanah.
3. Untuk mengevaluasi stabilitas tanah yang miring yaitu dengan menetukan kuat
geser tanah. Dari sini kemudian disubstitusikan dalam rumus statika (stabilitas
lereng).
11

Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indeks tipe pengujian yang


sangat sederhana untuk memperoleh karakteristik tanah. Karakteristik tersebut
digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasi. Umumnya, klasifikasi tanah
didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan (dan uji
sedimentasi) dan plastisitas.
Terdapat dua sistem klasifikasi yang sering digunakan, yaitu Unified Soil
Classification System dan AASHTO (American Associaton of State Highway and
Transportation Officials). Sistem – sistem ini menggunakan sifat-sifat indeks tanah
yang sederhana seperti distribusi butiran, batas cair, dan indeks plastisitas.

2.4.1. Sistem Klasifikasi Unified


Pada sistem Unified, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam tanah
berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika lebih dari 50 % tinggal dalam saringan
nomer 200, dan sebagai tanah berbutir halus (lanau dan lempung) jika lebih
dari 50 % lewat saringan 200. Yang selanjutnya tanah diklasifikasikan
dalam sejumlah kelompok dan sub kelompok.
12

Tabel 2.2 Sistim Klasifikasi Tanah ( ASTM D 2487 – 66T )


Simbol
Klasifikasi umum Nama Jenis
klasifikasi
Lanau inorganik, pasir
sangat halus, debu padas,
ML
pasir halus berlanau atau
berlempung
Lanau dan Lempung inorganik dengan
lempung plastisitas rendah atau
LL ≤ 50 % sedang,lempung dari
CL kerikil, lempung berpasir,
lempung berlanau, lempung
dengan berviskositas
rendah
Lanau organik dengan
Tanah berbutir halus
OL plastisitas rendah dan
lebih dari 50% lolos
lempung berlanau organik
ayakan 74µ Lanau inorganik dengan
plastisitas rendah atau
sedang, lempung dari
MH
kerikil, lempung berpasir,
Lanau dan
lempung berlanau, lempung
lempung
dengan viskositas rendah
LL > 50 %
Lempung inorganik dengan
CH plastisitas tinggi, lempung
dengan viskositas tinggi
Lempung organik dengan
OH plastisitas sedang sampai
tinggi
Sumber : Sosrodarsono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Batas konsistensi tanah menurut sistem klasifikasi tanah unified


13

Gambar 2.4. Grafik Sistem Klasifikasi Tanah Unified

Sumber : Sosrodarsono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

2.4.2. Sistem Klasifikasi AASHTO


Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas
tanah untuk perencanaan timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem ini
terutama ditujukan untuk maksud-maksud dalam lingkup tersebut.
2.5. Sifat Mekanis Tanah
Sifat mekanis tanah yaitu perilaku tanah akibat diberikannya gaya terhadap
tanah. Sifat-sifat mekanis tanah antara lain : kuat geser tanah, sudut geser dalam,
dan nilai kohesi tanah.
Sifat-sifat mekanis tanah tersebut dapat diketahui dengan melakukan
pengujian geser langsung (Direct Shear Test). Dalam pengujian uji geser langsung,
terdapat beberapa batasan, antara lain :
1. Tanah benda uji dipaksa untuk mengalami keruntuhan (fail) pada bidang yang
telah ditentukan sebelumnya.
2. Distribusi tegangan pada bidang kegagalan tidak uniform.
3. Tekanan air pori tidak dapat diukur.
4. Deformasi yang diterapkan pada benda uji hanya terbatas pada gerakan
maksimum sebesar alat geser langsung dapat digerakkan.
5. Pola tegangan pada kenyataannya adalah sangat kompleks dan arah dari bidang-
bidang tegangan utama berotasi ketika regangan geser ditambah.
14

6. Drainasi tidak dapat dikontrol, kecuali hanya dapat ditentukan kecepatan


penggeserannya.
7. Luas bidang kontak antara tanah di kedua setengah bagian kotak geser
berkurang ketika pengujian berlangsung. Koreksi mengenai kondisi ini
diberikan oleh (Petley, 1966, dalam Hardiyatmo, 2002). Tetapi pengaruhnya
sangat kecil pada hasil pengujiannya, hingga dapat diabaikan.

Gambar 2.5 Alat Uji Geser Langsung


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Mekanika Tanah 1
Tegangan normal dapat dihitung dengan persamaan :

σ (tegangan normal) =

Tegangan geser yang melawan pergerakan pergeseran geser dapat dihitung


dengan persamaan :

τ( tegangan geser) =
15

S h e a r S tre s s (k g /c m 2 )
f(x) = 0.16f(x)
x +=0.12
0.16 x + 0.12
R² = 1 R² = 1

Normal Stress (kg/cm2)

gambar 2.6 Grafik hubungan τ (kg/cm2) dengan σ (kg/cm2)


Sumber : Hardiyatmo, 2002, Teknik Pondasi 1

Analisisnya dilakukan dengan menganggap bahwa tanah berkelakuan


sebagai bahan yang bersifat plastis. Pada umumnya didasarkan pada persamaan
Mohr - Coulomb :

τ = c + σ tg φ (2.12)

dengan :
τ = tahanan geser tanah (kN/m2)
c = kohesi tanah (kN/m2)
σ = tegangan normal (kN/m2)
φ = sudut geser dalam tanah (º)

2.6. Stabilisasi Tanah


Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki tanah yang bermasalah
agar tanah memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya. Stabilisasi dapat dilakukan
dengan cara mekanis, fisis dan kimiawi. Secara umum maksud dan tujuan
stabilisasi tanah secara kimia adalah menambah kuat dukung, mengurangi
kompresibilitas, mengurangi perubahan volume, dan mengurangi kapileritas.
Apabila dalam suatu proyek bangunan terdapat tanah yang tidak memenuhi
persyaratan daya dukungnya disebabkan sifatnya yang lunak,mempunyai indeks
16

konsistensi yang terlalu tinggi, mempunyai permeabilitas yang terlalu tinggi, atau
mempunyai sifat lain yang tidak diinginkan maka tanah tersebut harus distabilkan.
Stabilisasi tanah dapat terdiri dari salah satu kombinasi dari pekerjaan berikut :
a) Stabilisasi Mekanik
Stabilisasi mekanik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk mendapatkan
kepadatan tanah yang maksimum yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
mekanis seperti mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan (pounder),
ledakan(explosive), tekanan statis, tekstur, pembekuan, dan pemanasan.
b) Stabilisasi Fisik
Stabilisasi fisik adalah stabilisasi yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat
tanah dengan cara pemanasan (heating), pendinginan (cooling), dan menggunakan
arus listrik. Salah satu jenis stabilisasi fisik yang sering dipakai adalah pemanasan.
c) Stabilisasi Kimia
Stabilisasi kimia adalah stabilisasi yang dilakukan dengan memberikan
bahan kimia pada tanah sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat-sifat
tanah tersebut. Pencampuran kimia yang sering dilakukan adalah dengan
menambahkan semen, kapur, abu batu bara, aspal, geosta dan lain sebagainya pada
tanah.
2.7. Kapur
Kapur adalah material yang berasal dari batuan sedimen berwarna putih dan
halus yang terutama terususn dari mineral kalsium. Tiga senyawa utama yang
mewujudkan kapur adalah kalsium karbonat, kalsium oksida, dan kalsium
hidroksida. Kapur yang ditemukan dialam juga dapat tercampur dengan mineral
magnesium.
Dalam banyak kejadian, pembentukan kapur terjadi di laut. Ketika
organisme laut purba yang memiliki cangkang berkalsium mati dan sisa-sisa
jasadnya bertumpuk dan perlahan-lahan membentuk lapisan endapan. Setelah
berjuta tahun, lapisan ini menjadi batuan melalui proses geologi.
Kapur adalah bahan yang sangat bermanfaat dalam berbagai aktivitas
manusia dan relatif murah. Pemanfaatan terbanyak adalah dibidang bangunan.
Kapur menjadi bagian dari campuran semen karena memiliki sifat merekatnya dan
mengubah penampilan.
17

2.8. Serbuk Arang Kelapa


Arang adalah residu dari proses penguraian panas terhadap bahan
mengandung karbon yang sebagian besar komponennya adalah karbon.
(Lempang, 2014)
Arang kelapa adalah arang yang berbahan dasar tempurung kelapa.
Pemanfaatan arang tempurung kelapa ini termasuk cukup strategis sebagai sektor
usaha. Hal ini ini karena jarang masyarakat memanfaatkan tempurung kelapanya.
Tempurung kelapa yang akan dijadikan arang halus dari kelapa yang sudah tua,
karena lebih padat dan kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan kelapa yang
masih muda.

2.9. Tanah Lempung


Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel –
partikel mineral tertentu yang “menghasilkan sifat - sifat plastis pada tanah bila
dicampur dengna air” (Risman,2011 ). Partikel - partikel tanah berukuran yang
lebih kecil dari 2 mikron (=2μ), atau <5 mikron menurut sistem klasifikasi yang
lain, disebut saja sebagai partikel berukuran lempung daripada disebut lempung
saja. Partikel – partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid (<1μ)
dan ukuran 2μ merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral
lempung.
Untuk menentukan jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran
butirannya saja tetapi perlu diketahui mineral yang terkandung didalamnya ASTM
D- 653 memberikan batasan bahwa secara fisik ukuran lempung adalah partikel
yang berukuran antara 0,002 mm samapi 0,005 mm. Sifat -sifat yang dimiliki tanah
lempung (Hardiyatmo, 1999) adalah sebagai berikut:
1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm
2. Permeabilitas rendah
3. Kenaikan air kapiler tinggi
4. Bersifat sangat kohesif
5. Kadar kembang susut yang tinggi
6. Proses konsolidasi lambat
18

2.10 Kapasitas Dukung Tanah

Analisis kapasitas dukung tanah mempelajari kemampuan tanah dalam


mendukung beban pondasi dari struktur yang terletak diatasnya. Kapasitas dukung
menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan,
yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah disepanjang bidang-bidang
gesernya. Apabila beban yang bekerja pada tanah pondasi telah melampaui daya
dukung batasnya, tegangan geser yang ditimbulkan didalam tanah pondasi
melampaui ketahanan geser tanah pondasi maka akan berakibat keruntuhan geser
dari tanah pondasi. Analisis kapasitas dukung, dilakukan dengan cara pendekatan
untuk memudahkan hitungan. Persamaan-persamaan yang dibuat, dikaitkan dengan
sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan

2.10.1. Teori terzaqhi ( Mengenai Daya Dukung Tanah ).


Dimisalkan pondasi lajur dengan lebar B, yang dalamnya Df dan
memikul beban QkN/m² ( Lihat Gambar ), Pada tanah dasar bekerja tekanan
s = Q/BkN/m². Jika Q atau σ terlalu besar, pondasi akan turun , jika
tercapai ultimit tanah akan runtuh dan menggeser ke samping.

Gambar 2.7 : Tekanan pada tanah akan menyebabkan keruntuhan dan


menimbulkan tekanan aktif dan pasif sehingga tanah menggeser ke
samping.
19

Pada gambar di atas disederhanakan dan dianggap sebagai berikut:


- Bidang longsoran dianggap garis lurus.
- Yang mendorong tekanan aktif, yang melawan tekanan pasif.
- Muka tanah dianggap satu bidang dengan dasar pondas, berat tanah
setebal Df dianggap beban terbagi rata q = Df γ kN/m²
Dianggap tekanan aktif dan pasif pada bidang vertikal fiktif KM sebagai
berikut,

Gambar 2.8. Tekanan aktif dan pasif yang disebabkan tekanan normal.

Pada keadaan ultimit sama dengan kondisi seimbang yang terakhir sebelum
runtuh σ = σ untuk lebar a meter

Ea = ½ H2 g Ka + g H Ka - 2H c

Ep = ½ H2 g Kp + q H Kp- 2H c
Pada keadaan ini :
Ea = Ep = σ ult maka didapat :

σ ult = Ka 2 H c ( + ) + H q Kp + H2 g ( Kp-Ka)
Dengan H = B

σ ult =2c +q + 0,5 Bγ


/a/
Dan dapat ditulis sebagai berikut :
σ ult = c. Nc + q.Nq + 0,5 BγNγ (Rumus Terzaghi) /b/
Oleh Terzaqhi digunakan rumus dengan bentuk persamaan /b/ tetapi
nilainya tidak sama persis seperti persamaan /a/, diadakan koreksi
mengingat
- Bidang longsor buang garis lurus
20

- Diperhitungkan terhadap bentuk pondasi


 Persegi ( square)
- Dibedakan keadaan :
 Kondisi general shear
 Kondisi lokal shear
Ditulis dalam beberapa Rumus ;
1) General Shear
- Continuous footing
σult = c. Nc + q. Nq + 0,5 B . γ Nγ
- Square footing
σult = 1,3 c . Nc + q. Nq + 0,4 B . γ Nγ
- Round footing
σult = 1,3 c. Nc + q. Nq + 0,3 B.γ Nγ
2) Local Shear
- Continuous footing
σult = C’. Nc’ + q’. Nq’.0,5 B.γ Nγ
- Square footing
σult = 1,3 c’.Nc’.+ q’.Nq’ + 0,4 B.γ Nγ
- Round footing
σult = 1,3 c’. Nc’ + q’. Nq’ +0,3 B.γ Nγ
Rumus – rumus di atas agak disederhanakan menjadi 2 rumus :
General Shear :
σult = α c.Nc + q.Nq+β B.γ Nγ
Lokal Shear :
σult = αc’.Nc’ + q’. Nq’ +β B.γ Nγ
Dalam rumus tersebut :
1) α dan β adalah faktor bentuk pondasi dimana :
Bentuk Pondasi α β
Lajur (c) 1,0 0,5
Persegi (s) 1,3 0,4
Bulat (r) 1,3 0,3

2) Nc, Nq, Nγ serta Nc’,Nq’,Nγ’ adalah


21

- Koefisien daya dukung tanah untuk general shear dan lokal shear.
- Besarnya ditentukan oleh tanah di bawah dasar pondasi.
- Disajikan dalam tabel dan grafik atau rumus tapi bukan seperti
persamaan /a/
3) Lebar Pondasi ( B)
- Untuk pondasi lajur adalah lebarnya.
- Untuk lingkaran dimana B adalah diameter.
- Untuk segi empat diambil sisi yang kecil.
4) Nilai parameter f, c , g yang dipakai pada rumus adalah parameter dari
tanah yang ada di bawah dasar pondasi.
- Jika tanah ada di bawah muka air terendam maka digunakan berat
volume terendam (γ)
- Jika kondisi tanah di bawah dasar pondasi itu tidak homogen atau
berlapis – lapis digunakan nilai φ, c, dan γ rata – rata

2.10.2 Metode Brinch Hansen


Teori Brinch Hansen mengenai persamaan daya dukung pada
dasarnya sama dengan Terzaghi. Yang membedakan adalah Brinch Hansen
memperhatikan pengaruh bentuk pondasi, kedalaman pondasi, inklinasi
beban, inklinasi dasar dan inklinasi permukaan tanah.

Qu = = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N


Dengan :
Qu = komponen vertikal ultimit
B = lebar pondasi (m)
L’, B’ = panjang dan lebar efektif pondasi (m)
 = berat volume tanah (kN/m3)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Po = tekanan overburden di dasar pondasi (kN/m2)
scsqs = faktor-faktor bentuk pondasi
dcdqd = faktor-faktor kedalaman pondasi
iciqi = faktor-faktor kemiringan beban
bcbqb = faktor-faktor kemiringan dasar
22

gcgqg = faktor-faktor kemiringan permukaan


NcNqN = faktor-faktor kapasitas dukungHansen.
Nilai faktor daya dukung lainnya terdapat pada tabel 2.4. Dalam
perhitungan faktor kemiringan beban nilai kohesi c diganti dengan nilai ca
(adhesi) apabila dasar pondasi tidak terlalu kasar. Nilai adhesi ca ini
diperoleh dari mengalikan faktor adhesi dengan nilai kohesi.

φ (°) N N N φ (°) N N N
c q γ c q γ
0 5,14 1,00 0,00 26 22,25 11,85 7,94
1 5,38 1,09 0,00 27 23,94 13,20 9,32
2 5,63 1,20 0,01 28 25,80 14,72 10,94
3 5,90 1,31 0,02 29 27,86 16,44 12,84
4 6,19 1,43 0,05 30 30,14 18,40 15,07
5 6,49 1,57 0,07 31 32,67 20,63 17,69
6 6,81 1,72 0,11 32 35,49 23,18 20,79
7 7,16 1,88 0,16 33 38,64 26,09 24,44
8 7,53 2,06 0,22 34 42,16 29,44 28,77
9 7,92 2,25 0,30 35 46,12 33,30 33,92
10 8,34 2,47 0,39 36 50,59 37,75 40,05
11 8,80 2,71 0,50 37 55,63 42,92 47,38
12 9,28 2,97 0,63 38 61,35 48,93 56,17
13 9,81 3,26 0,78 39 67,87 55,96 66,76
14 10,37 3,59 0,97 40 75,31 64,20 79,54
15 10,98 3,94 1,18 41 83,86 73,90 95,05
16 11,63 4,34 1,43 42 93,71 85,37 113,9
6
17 12,34 4,77 1,73 43 105,11 99,01 137,1
0
18 13,10 5,26 2,08 44 118,37 115,31 165,5
8
19 13,93 5,80 2,48 45 133,87 134,87 200,8
1
20 14,83 6,40 2,95 46 152,10 158,50 244,6
5
21 15,81 7,07 3,50 47 173,64 187,21 299,5
2
22 16,88 7,82 4,13 48 199,26 222,30 368,6
7
23 18,05 8,66 4,88 49 229,92 265,50 456,4
0
24 19,32 9,60 5,75 50 266,88 319,06 568,5
7

Tabel 2.3. Faktor Daya Dukung Hansen


(Sumber : Hary C.H., 2002)
23

Hansen menganalisa daya dukung dalam kondisi plane strain seperti yang
dilakukan Meyerhof dimana analisa ini hanya dapat digunakan apabila
pondasi berbentuk memanjang tak berhingga. Oleh karena itu, Hansen
menyarankan adanya koreksi sudut geser dalam sehingga nilai sudut geser dalam φ
ps = 1,1 φtr dengan φ ps adalah sudut geser dalam yang digunakan dalam
perhitungan daya dukung tanah dan φ Dr adalah sudut geser dalam dari uji triaksial.

2.10.3 Metode Vesic

Fase-fase keruntuhan fondasi pada pembebanan yang berangsur-angsur :

Fase I. Saat awal penerapan beban, tanah di bawah fondasi turun yang diikuti oleh
deformasi tanah ke arah lateral dan vertikal kebawah. Sejauh beban yang diterapkan
relatif kecil, penurunan yang jadi kira-kira sebanding dengan besarnya beban yang
diterapkan. Dalam keadaan ini, tanah masih dalam kondisi keseimbangan elastis.
Massa tanah yang terletak di bawah fondasi mengalami kompresi atau pemadatan
yang mengakibatkan kenaikan kuat geser tanah, sehingga menambah kapasitas
dukungnya.
Fase II. Pada penambahan beban selanjutnya, baji tanah terbentuk tepat di dasar
fondasi dan deformasi plastis tanah menjadi semakin nampak. Gerakan tanah pada
kedudukan plastis dimulai dari tepi fondasi. Dengan bertambahnya beban. zona plastis
berkembang. Gerakan tanah ke arah lateral menjadi semakin nyata yang diikuti oleh
retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi fondasi. Dalam zona plastis, kuat
geser tanah sepenuhnya berkembang untuk rnenahan beban yang bekerja.

Fase III. Fase ini dikarakteristikkan oleh kecepatan deformasi yang semakin
bertambah seiring dengan penambahan beban. Deformasi tersebut diikuti oleh gerakan
tanah ke luar yang disertai dengan menggelembungnya tanah permukaan, dan
kemudian tanah pendukung fondasi mengalami keruntuhan dengan bidang runtuh
yang berbentuk lengkungan dan garis, yang disebut bidang geser radial dan bidang
geser linier.
Berdasarkan hasil uji model, Vesic (1963) membagi mekanisme keruntuhan fondasi
menjadi 3 macam
24

(1) Keruntuhan geser umum (general shear failure)


(2) Keruntuhan geser lokal (local shear failure).
(3) Keruntuhan penetrasi (penetration failure atau punching shecir failure)

Gambar 2.9 Fase-fase keruntuhan pondasi a) Fase I, b) Fase II,


c) Fase III (Vesic 1963)

Analisis kapasitas daya dukung dilakukan dengan cara pendekatan untuk


mempermudah perhitungan-perhitunganya. Persamaan-persamaan yang dibuat
dikaitkan dengan sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat
keruntuhan . Vesic menyarankan penggunaan faktor-faktor kapasitas daya dukung
yang diperoleh oleh beberapa peneliti. Persamaan kapasitas daya dukung
selengkapnya memberikan pengaruh-pengaruh seperti kedalaman, bentuk pondasi,
kemiringan dan eksentrisitas beban, kemiringan dasar dan kemiringan permukaan.

Rumus perhitungan kapasitas dukung (qu) yang digunakan adalah :

Qu = = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N

Dengan :
Qu = komponen vertikal ultimit
25

B = lebar pondasi (m)


L’, B’ = panjang dan lebar efektif pondasi (m)
 = berat volume tanah (kN/m3)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Po = tekanan overburden di dasar pondasi (kN/m2)
scsqs = faktor-faktor bentuk pondasi
dcdqd = faktor-faktor kedalaman pondasi
iciqi = faktor-faktor kemiringan beban
bcbqb = faktor-faktor kemiringan dasar
gcgqg = faktor-faktor kemiringan permukaan
NcNqN = faktor-faktor kapasitas dukung Vesic

Faktor-faktor bentuk pondasi Vesic :

Tabel 2.8 Faktor bentuk pondasi Vesic(2005)

Faktor bentuk Pondasi Pondasi empat Pondasi bujur


memanjang persegi panjang sangkar atau
lingkaran

Sc 1 1 + (B/L) (Nc/Nq) 1 + (Nc/Nc)


Sq 1 1 + (B/L) tg φ 1 + tg φ
Sy 1 1 – 0,4(B/L) ≥ 0,6 0,6

Tabel 2.9 Faktor bentuk pondasi Vesic(2005)

Faktor bentuk Nilai Keterangan

dc 1 + 0,4 (D/B) Batasan :


dq 1+2 (D/B) tg φ(1sin φ)2 Bila (D/B) > 1, maka (D/B)
dy 1 Diganti dengan arc tg (D/B)
26

Tabel 2.10 Pertimbangan pemakaian persamaan kapasitas dukung

Cara Sangat Baik digunakan untuk

Terzaghi Tanah berkohesi, dimana D/B ≤ 1 atau untuk


estimasi qu secaracepat untuk dibandingkan dengan
cara lain. Jangan digunakan digunakan bila pondasi
mengalami momen ( beban tidak sentris) dan atau
gaya horisontal , atau bila dasar pondasi miring.
Hansen, Meyerhoff,
Sembarang situasi dapat diterapkan, tergantung pada
dan
kesukaan pemakai
Vesic

Jika dasar pondasi miring atau pondasi pada lereng


Hansen, Vesic atau bila D/B > 1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bagan Alur Penelitian

Mulai

Mengumpulkan buku referensi


tentang
Tanah dan bahan Stabilisasi

Pengambilan Tanah Perumahan Bukit Manyaran Permai


Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dengan menggunakan
Kapur dan serbuk arang kelapa

Penelitian di Laboratorium

Pengujian Tanah Asli Pengujian Tanah dicampur Kapur dan


a. Jenis Tanah serbuk arang kelapa 0%, 6%, 8%, 10%

1. Sieve Analysis & Hidrometer 1. Direct Shear Test


2. Batas Atterberg ( PL,LL ) dan table 2. Soil Properties
ASTMD 424-74 dan ASTMD 423- 3. Batas Atterberg ( PL, LL )
66

b. Karakteristik Tanah

1. Soil Properties ( W, GS, λb, λd, e,


n, S )
2. Uji Pemadatan Proctor
3. Direct Shear Test

Hasil Uji Penelitian Laboratorium

Analisa Kapasitas Dukung Pondasi Dangkal


dengan Metode Terzaghi Hansen dan Vesic

Kesimpulan& Saran

Selesai
28

3.2 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer hasil dari
uji penelitian laboratorium.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Uji laboratorium, yaitu
pengujian kualitas material yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik Universitas Semarang berupa pengujian soil properties, batas-batas
atterberg, analisa saringan, Proctor Standart, dan uji kadar lumpur. Pengumpulan
data menggunakan metode observasi (pengamatan) pada obyek yang diuji di
laboratorium.Mengamati hasil uji penelitian laboratorium dan mencatat data secara
sistematik. Kemudian mengolah data tersebut dengan bantuan data penunjang
lainnya.

3.4 Sistematika Penulisan


Laporan Penelitian ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang mencakup bagian
awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal yang terdiri dari Halaman Judul,
Halaman Pengesahan, Lembar Persembahan, Kata Pengantar, Abstraksi, Daftar Isi,
Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran. Pada bagian akhir terdiri dari
Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran. Sebagian besar dari penyusunan laporan
penelitian ini terletak pada bagian pokok yang terdiri dari 5 (lima) bab. Untuk garis
besarnya sistematika penulisan Laporan ini adalah sebagai berikut.
29

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bagian ini diuraikan tentang : latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini merupakan Studi Pustaka yang berisi Tinjauan Umum, yakni
membahas stabilisasi tanah dengan bahan campuran lainnya. Dalam bagian ini
diuraikan mengenai pengertian dasar teori.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara melakukan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini berisi uraian mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan
di laboratorium dan pembahasan perhitungan stabilitas dengan metode Terzaghi
dan Analisis Skempton.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian terhadap beberapa komposisi tanah dengan campuran serbuk arang


kelapa dan kapur. Penelitian dilakukan di Laboraturium Mekanika Tanah Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang. Dari hasil penelitian ini dibatasi pada
pengujian yang meliputi sifat fisik dan sifat mekanis tanah diperoleh hasil : kadar air, berat
jenis, berat volume, dan uji geser langsung (Direct Shear Test) dan pemadatan proctor.

4.1. Sifat Fisik Tanah


Dilihat dari sifat fisiknya diketahui bahwa tanah lempung di Perumahan Bukit
Manyaran Permai yang berwarna hitam ke abu-abu an.
4.2. Hasil Pengujian Kadar Air Tanah
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kadar air yang terkandung
dalamtanah. Kadar air tanah adalah nilai perbandingan antara berat air dalam satuan
tanah dengan beratkering tanah tersebut. Sampel tanah diambil dari lokasi pada
kedalaman + 1 meter dari permukaan tanah, kemudian sampel tanah dibungkus agar
kadar air tidak berubah yang kemudian langsung ditimbang di Laboratorium. Hasil
dari pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1.Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Asli


dengan campuran serbuk arang kelapa dan kapur
No Pengujian 0% (Tanah asli) 6% 8% 10%
1 berat tanah basah+kaleng (Gram) 57,7 53,6 53,8 54,7
2 berat tanah kering+ kaleng (Gram) 48,8 44,7 45,2 47,4
3 berat kaleng (Gram) 21,6 16,3 17,2 17,2
4 berat air (Gram) 8,9 8,9 8,6 7,3
5 berat tanah kering (Gram) 27,2 28,4 29,2 30,2
6 kadar air %(w) 32,2 31,3 29,4 24,1

 Perhitungan kadar air (w) Tanah Asli:


31

Ww
w= x 100%
Ws w = 32,72 %
W1 – W2 Dari pengujian dan
w= x 100%
W2 – W3 perhitungan didapat kadar
57,7- 44,7 air tanah Perumahan Bukit
w= x 100%
44,8- 21,6
Manyaran Permai sebesar
32,72%.

 Perhitungan kadar air (w) Campuran 6%:


Ww
w= x 100%
Ws
W1 – W2
w= x 100%
W2 – W3
53,6– 43,8
w= x 100%
43,8- 16,3

w = 31,34 %

 Perhitungan kadar air (w) Campuran 8 %:


Ww
w= x 100%
Ws
W1 – W2
w= x 100%
W2 – W3
53,8 – 45,2
w= x 100%
45,2 – 17,2

w = 30,71 %

 Perhitungan kadar air (w) Campuran 10 %:


Ww
w= x 100%
Ws
W1 – W2
w= x 100%
W2 – W3
54,7 – 47,4
w= x 100%
47,4 – 17,2
32

w = 24,17 %

4.3. Pengujian Batas-Batas Konsistensi (Atterberg Limits)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat konsistensi tanah berbutir


halus pada kadar air yang bervariasi. Pengujian batas konsistensi yang dilakukan
meliputi : Pengujian Batas Cair, Batas Plastis dan Indeks Plastisitas.

4.3.1. Batas cair (Liquid Limit)


Maksud dari pengujian ini adalah untuk menentukan batas cair tanah. Batas
cair tanah adalah kadar air tanah pada keadaan batas cair dan plastis, yaitu batas
atas dari daerah plastis. Hasil dari perhitungan batas cair tanah Perumahan Bukit
Manyaran Permai dengan presentase 6%, 8% dan 10% dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.2.Hasil Pengujian Batas CairTanah asli (0%) (Liquid Limit)
1 No. Pengujian 1 2 3 4
2 Banyaknya Ketukan 31 28 23 19
3 Berat kaleng + tanah basah (gram) 73,75 60,71 54,5 59,21
4 Berat kaleng + tanah kering (gram) 55,71 45,73 40,56 42,27
5 Berat air (gram) 18,04 14,98 13,94 16,94
6 Berat kaleng (gram) 16,3 16,1 16,9 16,5
7 Berat tanah kering (gram) 39,41 29,63 23,66 25,77
8 Kadar air (Wa/Wt) x 100 % 45,77 50,55 58,91 65,73
33

100.00%
90.00%
80.00%
70.00% 65.73%
58.91%
60.00%
50.55%
Kadar Air

50.00% 45.77%

40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Banyak Ketukan

Grafik4.1 Grafik liquid limit Pengujian Tanah Asli 0 %

Tabel 4.3.Hasil Pengujian Batas Cair campuran 6 % (Liquid Limit)


1 No. Pengujian 1 2 3 4

2 Banyaknya Ketukan 31 28 23 19
3 Berat kaleng + tanah basah (gram) 65,5 70,6 72,3 61
4 Berat kaleng + tanah kering (gram) 48,3 50,8 55,7 43,23
5 Berat air (gram) 17,25 19,8 16,6 17,77
6 Berat kaleng (gram) 16,2 15,8 21,5 15,3
7 Berat tanah kering (gram) 32,1 35 34,2 27,93
8 Kadar air (Wa/Wt) x 100 % 53,73 56,57 60,5 63,62
34

100.00%
90.00%
80.00%
70.00% 63.62%
60.50%
60.00% 56.57%
53.73%
Kadar Air

50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Banyak Ketukan

Grafik4.2 Grafik liquid limit Pengujian campuran 6 %

Tabel 4.4.Hasil Pengujian Batas Cair campuran 8 % (Liquid Limit)


1 No. Pengujian 1 2 3 4
2 Banyaknya Ketukan 31 26 22 16
3 Berat kaleng + tanah basah (gram) 61,6 55,19 62,27 59,85
4 Berat kaleng + tanah kering (gram) 46,72 41,39 45,1 42,4
5 Berat air (gram) 14,88 13,8 17,17 17,45
6 Berat kaleng (gram) 14,9 15,44 15,3 15,57
7 Berat tanah kering (gram) 31,82 25,95 29,8 26,83
8 Kadar air (Wa/Wt) x 100 % 46,76 52,17 57,61 65,03
35

100.00%
90.00%
80.00%
70.00% 65.03%
57.61%
60.00%
52.17%
Kadar Air

50.00% 46.76%

40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Banyak Ketukan

Grafik4.3 Grafik liquid limit Pengujian campuran 8 %

Tabel 4.5.Hasil Pengujian Batas Cair campuran 10 % (Liquid Limit)


1 No. Pengujian 1 2 3 4
2 Banyaknya Ketukan 31 26 16 11
3 Berat kaleng + tanah basah (gram) 52,21 54,1 62,33 67,37
4 Berat kaleng + tanah kering (gram) 40,6 41 44,57 46,5
5 Berat air (gram) 11,61 31,1 17,76 20,87
6 Berat kaleng (gram) 15,8 16 16,4 16,2
7 Berat tanah kering (gram) 24,80 25 28,17 30,3
8 Kadar air (Wa/Wt) x 100 % 46,81 52,4 63,04 68,87
36

100.00%
90.00%
80.00%
68.87%
70.00% 63.04%
60.00% 52.40%
Kadar Air

50.00% 46.81%

40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Banyak Ketukan

Grafik4.4 Grafik liquid limit Pengujian campuran 10 %

4.3.2. Batas Plastis (plastic limit)


Batas plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara daerah
plastis dan semi padat.
Tabel 4.6.Hasil Pengujian Batas Plastis
NO Pengujian Tanah asli 6% 8% 10%
1. Berat kaleng + Tanah basah (gr) 20,9 21,1 20,73 21,15
2. Berat kaleng + Tanah kering (gr) 20 19,7 19,95 19,9
3. Berat Air (gr) 0,9 1,4 1,18 1,25
4. Berat Kaleng Kosong (gr) 16 15,3 15,95 16,7
5. Berat Tanah Kering (gr) 4 4,4 4 3,2
6. Kadar Air (Wa/Wt) x 100% 22,5 31,8 29,5 39,1

4.3.3.
4.3.3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Dari pengujian-pengujian batas cair dan batas plastis, maka didapatkan rata-rata
yang dapat dilihat padaTabel di bawah ini.
37

Tabel 4.7.Hasil Batas Konsistensi Tanah


1 No. Pengujian Tanah asli 6% 8% 10 %

2 Batas cair (LL) 58,00 % 59,00% 53,00% 51,00%

3 Batas limit (PL)


22,50 % 31,80 % 29,50 % 39,10 %
Indeks plastisitas
4 35,50 % 27,20 % 23,50 % 11,90 %
(IP)

4.4. Sifat Mekanis Tanah


Sifat Mekanis Tanah di laboratorium meliputi Pengujian Geser Langsung (Direct
Shear Test).
4.4.1. Pengujian Geser Langsung (Direct Shear Test)

Tujuan pengujian adalah untuk menentukan besar parameter geser langsung


pada kondisi Unconsolidated Undrained, Parameter geser tanah terdiri atas sudut
gesek intern ( φ ), dan cohesi ( c ). Pengujian ini dilakukan pada sampel benda uji
tanah campuran dengan jumlah sampel sebanyak 3 buah, yaitu untuk beban 2,01 kg,
6,03 kg, dan 10,06 kg.

1. Data Benda Uji Laboratorium:


 Berat ring = 0,70 kg
 Diameter penampang sample = 6,3 cm
 Luaspenampang (F) = ¼ .π . D² = 31,17 cm²
 Angkakalibrasi = 0,2
 Beratbeban 1 = 2,01 kg/cm²
 Beratbeban 2 = 6,03 kg/cm²
 Berat beban 3 = 10,06 kg/cm²
 Beban normal 1 = 2,01 kg/cm²
 Beban normal 2 = 6,03 kg/cm²
 Beban normal 3 = 10,06 kg/cm²

2. Rumus Perhitungan:
Beban normal  beban ring

Tegangan normal (σn) F
38

Pembacaan dial x kalibrasi (0,20)



TeganganGeser (σs) F
Tabel 4.8. Data Perhitungan Direct Shear Test Tabel Tanah dengan
Bahan Campuran serbuk arang kelapa dan kapur
Tanah Berat Berat Tegang Tegangan
Becam
dengan No. Uji Belum ring F (cm²) Normal Geser
Dial
Campuran Normal (kg) (kg/cm²) (kg/cm²)
Tanah I 2,01 0,7 31,17 10 0,087 0,064
II 6,03 0,7 31,17 15 0,216 0,096
Asli III 10,06 0,7 31,17 20 0,346 0,128

I 2,01 0,7 31,17 14 0,087 0,089


6% II 6,03 0,7 31,17 17 0,216 0,109
III 10,06 0,7 31,17 20 0,346 0,128

I 2,01 0,7 31,17 13 0,087 0,083


8% II 6,03 0,7 31,17 18 0,216 0,115
III 10,06 0,7 31,17 23 0,346 0,147

I 2,01 0,7 31,17 10 0,087 0,064


10% II 6,03 0,7 31,17 15 0,216 0,096
II 10,06 0,7 31,17 20 0,346 0,128

Tabel 4.9. Kesimpulan Hasil Direct Shear Test Tanah Asli & Bahan Campuran
Φ
Bahan C (cohesi) (kg/cm2)
(o)
Tanah asli 8 0,049
6% 6 0,085
8% 8 0,070
10 % 9 0,050
39

0.2

Te gan gan G e se r
0.15
0.13

0.1
0.1

0.06

0.05

0
0.09 0.22 0.35
Tegangan Normal

Grafik 4.5 Direct shear test untuk tanah asli

0.2

0.15
0.13
Te gangan Ge se r

0.11
0.10.09

0.05

0
0.09 0.22 0.35
Tegangan Normal

Grafik 4.6 Direct shear test untuk campuran 6 %

0.2
Te gan gan G e se r

0.15
0.15

0.12

0.1
0.08

0.05

0
0.09 0.22 0.35
Tegangan Normal

Grafik 4.7 Direct shear test untuk campuran 8 %

0.2
Te gan gan G e se r

0.15
0.13

0.1
0.1

0.06

0.05

0
0.09 0.22 0.35
Tegangan Normal

Grafik 4.8 Direct shear test untuk campuran 10 %


40

4.5. Sistem Klasifikasi Unified


Dalam menentukan jenis tanah, dalam Sistem Unified menggunakan sifat-sifat
Batas Cair, Batas Plastis dan Indeks Platisitasnya, maka dari hasil penelitian dari tanah
Perumahan Bukit Manyaran Permai diperoleh data sebagai berikut.
Dari hasil batas cair dan indeks plastisitasnya kemudian diplotkan pada Gambar
Sistem Klasifikasi Unified sebagai berikut:
Tabel 4.10.Hasil Batas Konsistensi Tanah
Tanah
1 No. Pengujian 6% 8% 10 %
asli

2 Batas cair (LL) 58,00 % 59,00% 53,00% 51,00%

3 Batas limit (PL)


22,50 % 31,80 % 29,50 % 39,10 %
4 Indeks plastisitas (IP) 35,50 % 27,20 % 23,50 % 11,90 %

Tabel 4.11 Sistim Klasifikasi Tanah ( ASTM D 2487 – 66T )


Lanau inorganik dengan
plastisitas rendah atau
sedang, lempung dari
MH
kerikil, lempung berpasir,
Lanau dan
lempung berlanau, lempung
lempung
dengan viskositas rendah
LL > 50 %
Lempung inorganik dengan
CH plastisitas tinggi, lempung
dengan viskositas tinggi
Lempung organik dengan
OH plastisitas sedang sampai
tinggi
Sumber : Sosrodarsono, 2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

1. Hasil Klasifikasi Tanah asli


41

Diagram Plastisitas
Untuk mengklarifikasi
kadar butiran halus dan
berbutir kasar.
Batas atterberg yang
termasuk dalam daerah
yang diarsir berarti
batasan klarifikasinya
menggunakan 2 simbol

Batas Cair
LL (%)

Grafik 4.9. Klasifikasi Tanah asli

Pada grafik Unified di atas, didapat titik pertemuan yang diplotkan antara
Batas Cair dan Indeks Platisitasnya pada golongan tanah Lempung inorganik
dengan plastisitas tinggi, lempung dengan viskositas tinggi (CH). Berdasarkan
batasan Indeks Plastisitas menurut Atterberg Limit tanah dari Perumahan Bukit
Manyaran Permai tanah tersebut memilki sifatplastisitas tinggi, jenis tanah lempung
dan berkohesi.

2. Hasil Klasifikasi Campuran 6 %


42

Pada sistem Unified,campuran 6 % ini masih sama dengan tanah asli yaitu
masih dalam kelas jenis tanah Lanau inorganik dengan plastisitas rendah atau
sedang,lempung dari kerikil,lempung berpasir,lempung berlanau,lempung dengan
berviskositas rendah (MH). Batasan Indeks Platisitas menurut Atterberg sama
seperti tanah asli tanah tersebut memilki sifat plastisitas tinggi, lempung dan
berkohesi.

Diagram Plastisitas
Untuk mengklarifikasi
kadar butiran halus dan
berbutir kasar.
Batas atterberg yang
termasuk dalam daerah
yang diarsir berarti
batasan klarifikasinya
menggunakan 2 simbol

Batas Cair
LL (%)

Gambar 4.10 Klarifikasi untuk tanah campuran 6 %

3. Hasil Klasifikasi Campuran 8 %


43

Hasil dari campuran 8 % ini belum menunjukkan perbedaan yang signifikan


dari campuran 8 %,dimana masih dalam golongan tanah yang relatif sama. Lanau
inorganik dengan plastisitas rendah atau sedang, lempung dari kerikil, lempung
berpasir,lempung berlanau,lempung dengan berviskositas rendah (MH). menurut
Atteberg,tanah dengan campuran 8 % ini masuk dalam kategori memilki sifat
plastisitas tinggi dan berkohesi.

Diagram Plastisitas
Untuk mengklarifikasi
kadar butiran halus dan
berbutir kasar.
Batas atterberg yang
termasuk dalam daerah
yang diarsir berarti
batasan klarifikasinya
menggunakan 2 simbol

Batas Cair
LL (%)

Gambar 4.11. Klasifikasi Tanah untuk Campuran 8 %

4. Hasil Klasifikasi Campuran 10%


44

Untuk campuran 10 % ini tidak menunjukkan perbedaan dari campuran


10%, yakni masih masuk dalam kategori Lanau inorganik dengan plastisitas rendah
atau sedang, lempung dari kerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung
dengan berviskositas rendah (MH). Batasan Indeks Plastis menurut Atteberg tanah
dengan campuran 10 % ini masuk dalam kategori plastisitas tinggi, lempung dan
berkohesi.

Diagram Plastisitas
Untuk mengklarifikasi
kadar butiran halus dan
berbutir kasar.
Batas atterberg yang
termasuk dalam daerah
yang diarsir berarti
batasan klarifikasinya
menggunakan 2 simbol

Batas Cair
LL (%)

Gambar 4.12. Klasifikasi Tanah untuk Campuran 10 %

4.6. SIEVE ANALYSIS ( GRAIN SIZE )


45

4.6.1. Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan gradasi dari butiran tanah.
4.6.2. Alat – alat yang digunakan

1. Satu set saringan


2. Oven
3. Cawan
4. Neraca Analisis
5. Sample tanah

4.6.3 Cara Kerja

1. Percobaan Pendahuluan
 Kita ambil sample tanah sebesar 100 gr.
 Sample tanah kita rendam dengan air selama 24 jam.
 Setelah direndam, sample tadi kita cuci dengan saringan Ø = 0,075 mm
 Sample yang kita cuci tadi,setelah larutan yang lolos lewat saringan airnya
sudah jernih,pekerjaan kita hentikan.
 Sample yang tertinggal diatas saringan oven,sedangkan Lumpur yang lolos
lewat saringan kita lakukan percobaan Hydrometer.
2. Percobaan Sieve analysis ( grain size )
 Sample yang tinggal diatas saringan setelah dioven dan kering kita timbang
beratnya.
 Selisih,berat sample kering sebelum dicuci dan sample setelah dicuci adalah
lumpurnya
 Kemudian sample kita ayak dengan saringan terdiri dari saringan ukuran
diameter ukuran ( Ø 4,75 ) sampai ukuran yang paling besar (Ø 0,075 mm).
 Setiap sample yang tertinggal dalam saringan kita tinggal ambil dan kita
timbang, sehinnga dapat ditentukan besranya prosentase.

Rumus :
46

a
Prosentase = —— x 100 %
b
Dimana :
a = Berat butiran yang tertinggal dalam saringan.
b = Berat mula – mula seluruhnya
- Pekerjaan begitu selanjutnya sampai pada saringan paling halus
( saringan paling bawah ).

Tabel 4.12 Data Perhitungan Sieve Analysis untuk tanah asli :


Diameter Saringan Butiran Yang Tertinggal
No
(mm) (gr)
1 4,75 0
2 2,00 0
3 1,18 0,1
4 0,850 0,39
5 0,425 0,7
6 0,300 1,0
7 0,180 3,1
8 0,150 3,9
9 0,750 7,13

4.6.4 Perhitungan Tanah Asli

Prosentase yang tertinggal pada masing – masing saringan. Untuk tanah asli
berat tanah kering mula – mula = 100 gr.
1.         Diameter saringan = 4,75 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 0 gr

Prosentase = 0 X 100 % = 0 %
100
47

2. Diameter saringan = 2,00 mm


Berat tanah sisa dalam saringan = 0 gr

Tabel Prosentase = 0 X 100 % = 0 %


100
4.13
Hasil 3. Diameter saringan = 1,18 Mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 0,1 Gr

Prosentase = 0,1 X 100 % = 0,1 %


100
4. Diameter saringan = 0,850 Mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 0,39 Gr

Prosentase = 0,39 X 100 % = 0,39 %


100

5. Diameter saringan = 0,425 Mm


Berat tanah sisa dalam saringan = 0,7 Gr

Prosentase = 0,7 X 100 % = 0,7 %


100

6. Diameter saringan = 0,300 Mm


Berat tanah sisa dalam saringan = 1,0 Gr

Prosentase = 1,0 X 100 % = 1 %


100

7. Diameter saringan = 0,180 Mm


Berat tanah sisa dalam saringan = 3,1 Gr

Prosentase = 3,1 X 100 % = 3,1 %


100

8. Diameter saringan = 0,150 Mm


Berat tanah sisa dalam saringan = 3,9 Gr

Prosentase = 3,9 X 100 % = 3,9 %


100

9. Diameter saringan = 0,750 Mm


Berat tanah sisa dalam saringan = 7,13 Gr

Prosentase = 7,13 X 100 % = 7,13 %


100
Perhitungan Sieve Analysis Tanah Asli
48

Sample Prosentase
Brt. Sample
Diameter tanah yg yg Komulati Finer
tanah awal
No tertinggal tertinggal f
(mm) (gr) (gr) (%) (%)
P (%)
1 4,75 100 0 0 0 100
2 2,00 100 0 0 0 100
3 1,18 100 0,1 0,1 0,1 99,9
4 0,850 100 0,39 0,39 0,49 99,51
5 0,425 100 0,7 0,7 1,19 98,81
6 0,300 100 1,0 1,0 2,19 97,81
7 0,180 100 3,1 3,1 5,29 94,71
8 0,150 100 3,9 3,9 9,19 90,81
9 0,750 100 7,13 7,13 16,32 83,68

Prosentase tanah berbutir halus = 100 % - 16,32


= 83,68 %
49

4.7 PERCOBAAN DENGAN HYDROMETER

4.7.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui butiran yang lolos lewat
saringan no.200 ( ø 0,074 mm ) atau dengan kata lain untuk mengetahui prosentase
kandungan lumpur yang di kandung oleh tanah.
4.7.2 Alat – alat yang digunakan
- Alat Hydrometer
- Gelas ukur 1000 ml
- Stop wacth
- Cawan
4.7.3 Cara Kerja
- Tanah yang lolos dari saringan no.200 ( ø 0,074 mm )masih bercampur
dengan air kemudian sample kita biarkan mengendap dan air sebagian kita
buang.
- Endapan lumpur sebagian kita masukkan ke dalam gelas ukur, yang
kemudian kita kocok – kocok sampai betul – betul homogen,disamping itu
persiapan alat hydrometer dan juga stop wacth.
- Alat hydrometer ini kita dapati strip – strip yang terbaca dari titik nol.
- Pembacaan ini kita mulai saat sample masih dalam keadaan homogen
serta waktu dalam 0 detik.
- Kita usahakan air agak tenang sehingga pembacaan dapat jelas,
demikian pembacaan dilakukan berturut – turut dengan interval waktu yang
sudah ditentukan yaitu pada 0’, ¼’, ½’, 1’, 2’, 5’, 10’ dan 48’ sampai
hydrometer menunjukkan angka nol ( 0 ).
4.7.4 Prinsip Alat Hydrometer
Alat hydrometer ini makin lama bergerak turun kebawah jika lumpur makin
mengendap, sehingga alat hydrometer pada waktu tertentu menunjukkan angka nol
dan hal ini berarti bahwa lumpur sudah mengendap.
Rumus Perhitungan Hydrometer :
1. Z=a–b

2. D = ( 106 x 10ˉ7 x Z/t )½


50

Selisih pembacaan dua strip


3. Presentase : ———————————— x n %
Jumlah selisih dua strip
Dimana :
a = tinggi alat hydrometer, yang diukur dari titik berat ujung Hydrometer
sampai permukaan hydrometer yang tidak terendam oleh air ( antara 24 –
26 cm ).
b = strip yang terbaca.
t = interval waktu pembacaan
n = prosentase kadar lumpur
D = diameter butiran.

Tabel 4.14 Data Sample Tanah Asli


Pembacaan Pembacaan
Waktu
strip strip Selisih 2 strip
( detik ) ( cm ) x 0.2 (b)
0 ( 0" ) 22 4,4 0
1/4 ( 15" ) 22 4,4 0
1/2 ( 30" ) 21 4,2 0,2
1 ( 60" ) 20 4,0 0,2
2 ( 120" ) 19 3,8 0,2
5 ( 300" ) 18 3,6 0,2
10 ( 600" ) 17 3,4 0,2
48 (2880'') 0 0 3,4
0 36’ 05” 0 0
Jumlah Selisih Strip 4,4

Nilai Hydrometer (a) = 26 cm


n = prosentase
n = 83,68 %
1. t= 0 Detik
z= 26 – 4,4 = 21,6
D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0
selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip
Pr= X 83,32 = 0 %
Pf= 83,68 - 0 = 83,68 %

2. t= 15 Detik
z= 26 – 4,4 = 21,6
51

D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0,0039


selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip
Pr= X 83,68 = 0 %
Pf= 83,68 - 0 = 83,68 %

3 t= 30 Detik
z= 26 – 4,2 = 21,8
D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0,0028
selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip
Pr= X 83,68 = 3,803 %
Pf= 83,68 - 3,803 = 79,88 %

4 t= 60 Detik
z= 26 – 4 = 22
D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0,0019
selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip
Pr= X 83,68 = 3,803 %
Pf= 79,88 - 3,803 = 76,07 %

5 t= 120 detik
z= 26 – 3,8 = 22,2
D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0,0014
selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip
Pr= X 83,68 = 3,803 %
Pf= 76,07 - 3,803 = 72,27 %

6 t= 300 detik
z= 26 – 3,6 = 22,4
D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0,00089
selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip
Pr= X 83,68 = 3,803 %
Pf= 72,27 - 3,803 = 68,47 %

7 t= 600 detik
z= 26 – 3,4 = 22,6
D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0,00063
selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip
Pr= X 83,68 = 3,803 %
Pf= 68,47 - 3,803 = 64,66 %

8 t= 2880 detik
z= a - pembacaan setrip x 0,2 = 26
D= (106 x 10^-7 x z/t)^0,5 = 0,00031
Pr= selisih 2 strip/jumlah selisih 2 strip 83,68 = 64,46 %
52

X
Pf= 64,46 - 64,46 = 0 %

Tabel 4.15 Perhitungan Hidrometer Tanah Asli


Waktu A B Z D Selisih Jumlah n Pr Pf
( detik
) mm Mm mm Mm 2 strip Selisih % % %
21, 83,6
4,4 0 0 4,4 0 83,68
0 26 6 8
21, 83,6
4,4 0,0039 0 4,4 0 83,68
15 26 6 8
21, 83,6
4,2 0,0028 0,2 4,4 3,803 79,88
30 26 8 8
22, 83,6
4,0 0,0019 0,2 4,4 3,803 76,07
60 26 0 8
22, 83,6
3,8 0,0014 0,2 4,4 3,803 72,27
120 26 2 8
22, 83,6 68,47
3,6 0,00089 0,2 4,4 3,803
300 26 4 8
22, 83,6
3,4 0,00063 0,2 4,4 3,803 64,66
600 26 6 8
83,6
0 26 0,00031 3,4 4,4 64,46 0
2.800 26 8

  Checking prosentase
    N = Σ Pr
  64,66 = 64,66
53

`
54

Grafik 4.13 Grain Size

4.8 Uji Soil Test

Uji soil test terdiri dari beberapa percobaan yang terdiri dari uji Berat jenis tanah,
Berat volume tanah, dan Kadar air tanah.
4.8.1. Hasil Pengujian Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya nilai perbandingan


antara berat butir-butir tanah dengan berat air destilasi diudara dengan volume yang
sama pada suhu tertentu, biasanya diambilsuhu 30,20C. Hasil dari pengujian berat jenis
tanah dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut ini.
(W 2 - W 1 )
Gs (t o) = (W 4 - W 1 ) - (W 3 - W 2)
o
Suhu air t
o
Gs (29o) = Gs (t o) x Suhu air 29
Tabel 4.16.Hasil Uji Berat Jenis dan Harga Air Tanah Asli
dengan campuran serbuk arang kelapa dan kapur
No Pengujian Tanah asli 6% 8% 10 %
1 picnometer no. 1 2 3 4
2 berat picnometer kosong (Gram) 33,2 27,3 32,7 32,53
3 Beratpicnometer +aquadest (Gram) 82,9 77 83,56 83,39
4 ukur suhu 26 29 27 27,3
1,00324 1,00400 1,00349 1,00356

5 Hargaair picnometer 49,86 49,89 51,037 51,041


Mencari Harga Gs / Spesific Gravity
6 berat picnometer+tanah kering (Gram) 73,2 59,3 58,97 59,14
7 Berat picnometer + Tanah kering + 105,1 93,1 97,44 97,23
Aquades (Gram)
8 ukur suhu 29 29,5 26,5 26,2
1,00100 1,00414 1,00336 1,00326
9 GS 2,231 2,005 2,112 2,074
55

berat air + berat tanah kering


γb = volume void + vs
berat tanah kering
vs = Gs
Perhitungan Berat Jenis Tanah Asli (0%) :
a = 33,2 gr
b = 82,9 gr
t1˚c = 26˚= 1,00324
w’ = (b-a) x t1˚c
= (82,9-33,2) x 1,00324
= 49,86
c = 73,2 gr
d = 105,1 gr
t2˚ = 29˚ = 1,00100
c- a
Gs = w' - (d-c )t2°c
73,2 -33,2
49,86 - (105,1-73,2).1,00100
= 2,231

 Perhitungan berat jenis tanah (6%) :


a = 27,3 gr
b = 77 gr
t1˚c = 29˚=1,00400
w’ = (b-a) x t1˚c
= (77-27,3) x 1,00400
= 49,89
c = 59,3 gr
d = 93,1 gr
t2˚ = 29,5˚=1,00414
c- a
Gs = w' - (d-c )t2°c
59,3-27,3
56

49,89- (93,1-59,3).1,00414
= 2,005
 Perhitungan berat jenis tanah (8%) :
a = 32,7 gr
b = 83,56 gr
t1˚c = 27˚=1,00349
w’ = (b-a) x t1˚c
= (83,56-32,7) x 1,00349
= 51,037
c = 58,97 gr
d = 97,44 gr
t2˚ = 26,5˚=1,00336
c- a
Gs = w' - (d-c )t2°c
58,97-32,7
51,037-(97,44-58,97).1,00336
= 2,112

 Perhitungan berat jenis tanah (10%) :


a = 32,53 gr
b = 83,39 gr
t1˚c = 27,3˚=1,00356
w’ = (b-a) x t1˚c
= (83,39-32,53) x 1,00356
= 51,041
c = 59,14 gr
d = 97,23 gr
t2˚ = 26,2˚ = 1,00326
c- a
Gs = w' - (d-c )t2°c
59,14-32,53
=
51,041-(97,23-59,14).1,00326

= 2,074
57

4.8.2. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah (γb)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui berat volume suatu sampel


tanah, berat volume tanah adalah nilai perbandingan berat tanah total termasuk air
yang terkandung didalamnya dengan volume tanah total. Hasil dari pengujian ini
dihitung dalam dua jenis:
Tabel 4.17.Tabel Perhitungan Volume Tanah Basah dan Berat Volume Tanah Kering
padaTanah Asli dengan campuran serbuk arang kelapa dan kapur.

No Pengujian Tanah asli 6% 8% 10%


1 volume air/void(cm³) 31,9 33,8 38,47 38,09
2 berat tanah kering 40 32 26,27 26,21
3 Gs 2,231 2,005 2,112 2,074
4 Vs(cm³) 17,929 15,95 12,43 12,83
5 γb(gr/cm³) 1,442 1,322 1,271 1,262
6 γd(gr/cm³) 1,091 1,006 0,985 1,017

berat air + berat tanah kering


γb = volume void + vs

berat tanah kering


vs = Gs
 UntukPerhitungan Tanah Asli
Volume Void : 31,9 cm³
- BeratTanah Kering : 40 gr
- Gs : 2,231
Vs = 40
2,231
= 17,929 cm³

γb = 31,9+ 40
31,9 + 17,929
= 1,442 gr/cm³
58

γb
γd = 1+w
= 1,442
1 + 0,3876
= 1,091 gr/cm³

 Untuk Campuran 6%
- Volume Void : 33,8 cm³
- BeratTanah Kering : 32 gr
- Gs : 2,005

Vs = 32
2,005
= 15,96 cm³

γb = 33,8 + 32
33,8 + 15,96
= 1,322 gr/cm³

γb
γd = 1+w
= 1,332
1 + 0,3105
=1,006 gr/cm³

 UntukCampuran 8%
- Volume Void : 38,47 cm³
- BeratTanah Kering : 26,27 gr
- Gs : 2,112

Vs = 26,27
2,112
59

= 12,43 cm³

γb = 38,47 + 26,27
38,47 + 12,43
= 1,271 gr/cm³

γb
γd = 1 + w
= 1,271
1 + 0,1192
= 0,985 gr/cm³

 UntukCampuran 10 %
- Volume Void : 38,09 cm³
- BeratTanah Kering : 26,21 gr
- Gs : 2,074

Vs = 26,21
2,074
= 12,83 cm³

γb = 38,09 + 26,21
38,09 + 12,83
= 1,262 gr/cm³

γb
γd = 1+w

= 1,262
1 + 0,1087
= 1,017 gr/cm³
60

4.8.3. Mencari Harga Porositas

Tabel 4.18. Tabel Perhitungan Harga Porositas Tanah Asli dengan campuran serbuk
arang kelapa dan kapur

No Pengujian tanah asli 6% 8% 10%


1 γd (gr/cm³) 1,091 1,006 0,985 1,017
2 Gs 2,231 2,005 2,112 2,074
3 Porositas(n) % 53,43 49,69 46,23 45,12

d
n = 1 - Gs x 100%
 Untuk Tanah Asli
γd = 1,091 gr/cm³
Gs = 2,231

1,091
n = 1- x 100%
2,231

= 49,90 %

 Untuk Campuran 6%
γd = 1,006 gr/cm³
Gs = 2,005

1,006
n = 1- x 100%
2,005

= 50,17 %
 Untuk Campuran 8%
γd = 0,985 gr/cm³
Gs = 2,112

0,985
n = 1- x 100%
2,112
61

= 46,64 %
 Untuk Campuran 10%
γd = 1,017 gr/cm³
Gs = 2,074

1,017
n = 1- x 100%
2,074

= 49,04 %

4.8.4. Mencari Harga Void Ratio

Tabel 4.19.Tabel Perhitungan Harga Void Ratio Tanah Asli dan campuran
No Pengujian tanah asli 6% 8% 10%
1 Harga void ratio (e) 0,996 1,006 0,874 0,962

n
e = (1-n)
 Untuk tanah asli

0,4990
e =
1 – 0,4990

= 0,996

 Untuk campuran 6%

0,5017
e =
1 – 0,5017

= 1,006
 Untuk campuran 8%

0,4664
e =
1 – 0,4664

= 0,874
62

 UntukCampuran 10%

0,4904
e =
1 – 0,4904

= 0,962

4.8.5. Hasil Analisa Perhitungan Derajat Kejenuhan Tanah (S)


Derajat kejenuhan tanah(S) adalah perbandingan antara volume air (Vw) yang
terkandung dalam tanah dengan volume rongga pori (Vv) tanah tersebut, dan
dinyatakan dalam persen (%). Hasil perhitungan harga derajat kejenuhan tanah (S) dari
penelitian ini dianalisa sebagai berikut :
Vw
S = Vv x 100%
dengan :
S = Harga derajat kejenuhan dalam (%)
Vv = Volume rongga atau pori tanah
Vw = Volume air
Jika tanah dalam kondisi jenuh air maka nilai derajat kejenuhan adalah sama
dengan 1, karena volume rongga pori dalam tanah seluruhnya terisi oleh air jadi
besarnya volume rongga pori (Vv) sama dengan besarnya berat air (Ww). Hubungan
antara berat jenis tanah (Gs), angka pori tanah (e), dan kadar air tanah (w) terlihat
dalam persamaan berikut ini,
w x Gs
S = e x 100%
dengan :
S = Derajat kejenuhan tanah (%)
w = Kadar air tanah (%)
Gs = Berat jenis tanah (specific gravity) (gram/cm3)

e = Angka pori tanah


63

Tabel 4.20. Hasil perhitungan nilai derajat kejenuhan tanah (S)

1 Pengujian 0% 6% 8% 10%
2 Kadar air ( w ) 49,86 47,89 40,32 39,43
3 Gs 2,231 2,005 2,112 2,074
4 Harga Void Ratio (e) 0,996 1,006 0,874 0,962
5 Derajat Kejenuhan Tanah ( S ) 96,98 97,12 98,90 99,49

4.9. Analisis Kapasitas Dukung Tanah Berdasarkan Uji Geser Langsung


(DirectShear Test) Dengan Metode Terzaqhi, Hansen, dan Vesic.

Berikut ini adalah hitungan kapasitas dukung tanah berdasarkan data pengujian
Geser Langsung (Direct Shear Test)

`Tabel 4.21. Daftar nilai Koefisien daya dukung tanah Terzaqhi


Nc Nq Ng (Ø) Nc’ Nq’ Ng’
5.7 1.0 0.0 0° 5.7 1.0 0.0
7.3 1.6 0.5 5° 6.7 1.4 0.2
9.6 2.7 1.2 10° 8.0 1.9 0.5
12.9 4.4 2.5 15° 9.7 2.7 0.9
17.7 7.4 5.0 20° 11.8 3.9 1.7
25.1 12.7 9.7 25° 14.8 5.6 3.2
37.2 22.5 19.7 30° 19.0 8.3 5.7
57.8 41.4 42.4 35 25.2 12.6 10.1
95.7 81.3 100.4 40 34.9 20.5 18.8
Catatan : Untuk nilai f diantara nilai – nilai tersebut dapat diinterpolasi lempung
murni kenyang air .

Dari pengujian Direct Shear Test Tanah Asli didapat Perhitungan Kapasitas
Dukung Tanah. Dengan Metode Terzaqhi Sebagai ilustrasi perhitungan, diambil
lebar pondasi (B=L) 1 meter dengan kedalaman (Df) 1 meter seperti pada gamabar
di bawah ini
64

+ 0,00 m

Df = 1 m

B/D = 1 m

Gambar 4.1. Tampang pondasi

4.9.1 Analisis Kapasitas Dukung Tanah dengan Metode Terzaghi

a) Tanah Asli

Kohesi (c) = 0,049 kg/cm2 = 0,49 KN /m2

Sudut geser dalam (φ) = 8 °

γb = 1,442gr/cm3 = 14,42 KN/m3

Df =1m

B=L ( lebar ) =1m

q = Df. γb = 1 x 14,42 = 14,42 KN /m3

Nilai N‘c, N‘q, dan N‘γ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ)
untuk pondasi adalah :

N‘c = 7,48

N‘q = 1,7

N‘γ = 0,38
65

Kapasitas dukung ultimit

Qu = 2/3 c x N’c + q x N’q + 0,5y x B x N’y

= ((2/3) x 0,49 x 7,48) + (14,42 x 1,7) + (0,5 x 14,42 x 1 x 0,38)

= 29,69 KN /m3

Daya Dukung Tanah yang diijinkan :

Qs = (1/3) x 29,69

= 9,89 KN /m3

Dari hasil pengujian tanah asli dengan sudut geser 8 0 dan nilai cohesi 0,49
KN /m2 didapat nilai kapasitas dukung tanah (qu) sebesar 29,69 KN /m3.

b) Tanah Asli dengan Campuran 6 % :

Kohesi (c) = 0,085 kg/cm2 = 0,85 KN /m 2

Sudut geser dalam (φ) =6°

γb = 1,332 gr/cm3 = 13,32 KN /m3

Df =1m

B=L ( lebar ) =1m

q = Df. γb = 1 x 13,32 = 13,32 KN /m 3

Nilai N‘c, N‘q, dan N‘γ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ)
untuk pondasi adalah :

N‘c = 6,96

N‘q = 1,5

N‘γ = 0,26
66

Kapasitas dukung ultimit

Qu = 2/3 c x N’c + q x N’q + 0,5y x B x N’y

= ((2/3) x 0,85 x 6,96)+(13,32 x 1,5)+(0,5 x 13,32 x 1 x 0,26)

= 25,65 KN /m3

Daya Dukung Tanah yang diijinkan :

Qs = (1/3) x 25,65

= 8,55 KN /m3

Dari hasil pengujian tanah asli dengan campuran sebesar 6% dengan sudut
geser 60 dan nilai cohesi 0,85 KN /m2 didapat nilai kapasitas dukung tanah
(qu) sebesar 25,65 KN /m3.

c) Tanah Asli dengan Campuran 8% :

Kohesi (c) = 0,070 kg/cm2 = 0,70 KN /m2

Sudut geser dalam (φ) =8°

γb = 1,271 gr/cm3 = 12,71 KN /m3

Df =1m

B=D (diameter) =1m

q = Df. γb = 1 x 12,71 = 12,71 KN /m3

Nilai Nc, Nq, dan Nγ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ)
untuk pondasi adalah :

N‘c = 7,48

N‘q = 1,7

N‘γ = 0,38
67

Kapasitas dukung ultimit

Qu = 2/3 c x N’c + q x N’q + 0,5y x B x N’y

= ((2/3) x 0,70 x 7,48) + (12,17 x 1,7) + (0,5 x 12,71 x 1 x 0,38)

= 26,48 KN /m3

Daya Dukung Tanah yang diijinkan :

Qs = (1/3) x 26,48

= 8,82 KN /m3

Untuk hasil pengujian tanah asli dengan campuran sebesar 8%


dengan sudut geser 80 dan nilai cohesi 0,70 KN /m2 nilai kapasitas dukung
tanah (qu) sebesar 26,48 KN /m3 .

d) Tanah Asli dengan Campuran 10% :

Kohesi (c) = 0,050 kg/cm2 = 0,50 KN /m2

Sudut geser dalam (φ) = 9°

γb = 1,262 gr/cm3 = 12,62 KN /m3

Df =1m

B=D (diameter) =1m

q = Df. γ = 1 x 12,62 = 12,62 KN /m3

Nilai Nc, Nq, dan Nγ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ)
untuk pondasi adalah :

N‘c = 7,74

N‘q = 1,8

N‘γ = 0,44
68

Kapasitas dukung ultimit

Qu = 2/3 c x N’c + q x N’q + 0,5y x B x N’y

= ((2/3) x 0,50 x 7,74) + (12,62 x 1,8 ) + (0,5 x 12,62 x 1 x 0,44)

= 28,06 KN /m3

Daya Dukung Tanah yang diijinkan :

Qs = (1/3) x 28,06

= 9,35 KN /m3

Untuk campuran sebesar 10% dengan sudut geser 9 0 dan nilai cohesi 0,50
KN /m2 nilai kapasitas dukung tanah (qu) sebesar 28,06 KN /m3.

Tabel 4.22. Kesimpulan Hasil Pengujian Tanah Asli dengan Campuran Serbuk
Arang Kelapa dan Kapur dengan Metode Terzaghi
Tanah qu (KN/m3) qs (KN/m3)
Tanah Asli 29,69 9,89
Campuran 6 % 25,65 8,55
Campuran 8 % 26,48 8,82
Campuran 10 % 28,06 9,32

qu dan qs Metode Terzaghi


70

60

50
qu
40 qs
29.69 28.06
30 25.65 26.48

20
9.89 8.55 8.82 9.35
10

0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.14. Hasil Pengujian Tanah Asli dan dengan Campuran Serbuk Arang
Kelapa dan Kapur dengan metode Terzaghi
69

4.9.2. Perhitungan Kapasitas Dukung dengan Metode Hansen


Teori Brinch Hansen mengenai persamaan daya dukung pada dasarnya
sama dengan Terzaghi. Yang membedakan adalah Brinch Hansen memperhatikan
pengaruh bentuk pondasi, kedalaman pondasi, inklinasi beban,inklinasi dasar dan
inklinasi permukaan tanah.
Qu
Qu = = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N
B' L'
Dengan :
Qu = komponen vertikal ultimit
B = lebar pondasi (m)
L’, B’ = panjang dan lebar efektif pondasi (m)
 = berat volume tanah (kN/m3)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Po = tekanan overburden di dasar pondasi (kN/m2)
scsqs = faktor-faktor bentuk pondasi
dcdqd = faktor-faktor kedalaman pondasi
iciqi = faktor-faktor kemiringan beban
bcbqb = faktor-faktor kemiringan dasar
gcgqg = faktor-faktor kemiringan permukaan
NcNqN = faktor-faktor kapasitas dukung Hansen
Untuk lempung jenuh (φ = 0), Brinch Hansen menyarankan persamaan
daya dukung ultimit sebagai berikut.

qu = 5,14cu (1 + sc '+d c '−ic '−bc '−g c ' ) + Po


Pada persamaan Brinch Hansen nilai faktor-faktor kapasitas dukung adalah:
Nq = e (π tan φ ) tan 2 (45° + φ 2)
N c = ( N q − 1) cot φ
N γ = 1,5( N q − 1) tan
Nilai factor daya dukung lainnya terdapat pada table 4.22. Dalam perhitungan
faktor kemiringan beban nilai kohesi cdiganti dengan nilai ca (adhesi) apabila dasar
pondasi tidak terlalu kasar. Nilai adhesi ca ini diperoleh dari mengalikan factor
adhesi dengan nilai kohesi.
70

Tabel 4.23. Faktor Daya Dukung Tanah Hansen

φ(°) φ(°)
Nc Nq Nγ Nc Nq Nγ

0 5,14 1,00 0,00 26 22,25 11,85 7,94


1 5,38 1,09 0,00 27 23,94 13,20 9,32
2 5,63 1,20 0,01 28 25,80 14,72 10,94
3 5,90 1,31 0,02 29 27,86 16,44 12,84
4 6,19 1,43 0,05 30 30,14 18,40 15,07
5 6,49 1,57 0,07 31 32,67 20,63 17,69
6 6,81 1,72 0,11 32 35,49 23,18 20,79
7 7,16 1,88 0,16 33 38,64 26,09 24,44
8 7,53 2,06 0,22 34 42,16 29,44 28,77
9 7,92 2,25 0,30 35 46,12 33,30 33,92
10 8,34 2,47 0,39 36 50,59 37,75 40,05
11 8,80 2,71 0,50 37 55,63 42,92 47,38
12 9,28 2,97 0,63 38 61,35 48,93 56,17
13 9,81 3,26 0,78 39 67,87 55,96 66,76
14 10,37 3,59 0,97 40 75,31 64,20 79,54
15 10,98 3,94 1,18 41 83,86 73,90 95,05
16 11,63 4,34 1,43 42 93,71 85,37 113,96
17 12,34 4,77 1,73 43 105,11 99,01 137,10
18 13,10 5,26 2,08 44 118,37 115,31 165,58
19 13,93 5,80 2,48 45 133,87 134,87 200,81
20 14,83 6,40 2,95 46 152,10 158,50 244,65
21 15,81 7,07 3,50 47 173,64 187,21 299,52
22 16,88 7,82 4,13 48 199,26 222,30 368,67
23 18,05 8,66 4,88 49 229,92 265,50 456,40
24 19,32 9,60 5,75 50 266,88 319,06 568,57

(Sumber:Hary C.H., 2002)


71

a) Tanah Asli

Kohesi (c) = 0,049 kg/cm2 = 0,49 KN /m2

Sudut geser dalam (φ) = 8 °

γb = 1,442 gr/cm3 = 14,42 KN/m3

Df =1m

B=L ( lebar ) =1m

q = Df. γb = 1 x 14,42 = 14,42 kN /m3

Nilai N‘c, N‘q, dan N‘γ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ)
untuk pondasi adalah :

N‘c = 7,53

N‘q = 2,06

N‘γ = 0,22

Kapasitas dukung ultimit

Qu = 2/3 c x N’c + q x N’q + 0,5y x B x N’y

= ((2/3) x 0,49 x 7,53) + (14,42 x 2,06) + (0,5 x 14,42 x 1 x 0,22)

= 33,74 KN/m3

Daya Dukung Tanah yang diijinkan :

Qs = (1/3) x 33,74

= 11,25 KN/m3

Dari hasil pengujian tanah asli dengan sudut geser 8 0 dan nilai cohesi 0,49
KN/m2 didapat nilai kapasitas dukung tanah (qu) sebesar 33,74 KN/m3.
74

d) Tanah Asli dengan Campuran 10% :

Kohesi (c) = 0,050 kg/cm2 = 0,50 kN /m2

Sudut geser dalam (φ) = 9°

γb = 1,262 gr/cm3 = 12,62 kN /m3

Df =1m

B=D (diameter) =1m

q = Df. γ = 1 x 12,62 = 12,62 kN /m3

Nilai Nc, Nq, dan Nγ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ) untuk
pondasi adalah :

N‘c = 7,92

N‘q = 2,25

N‘γ = 0,30

Kapasitas dukung ultimit

Qu = 2/3 c x N’c + q x N’q + 0,5y x B x N’y

= ((2/3) x 0,50 x 7,92) + (12,62 x 2,25 ) + (0,5 x 12,62 x 1 x 0,30)

= 32,92 KN/m3

Daya Dukung Tanah yang diijinkan :

Qs = (1/3) x 32,92

= 10,97 KN/m3

Untuk campuran sebesar 10% dengan sudut geser 90 dan nilai cohesi
0,50 KN/m2 nilai kapasitas dukung tanah (qu) sebesar 32,92 KN/m3.
75

Tabel 4.24 Kesimpulan Hasil Pengujian Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang
Kelapa dan Kapur dengan Metode Hansen

Tanah qu (KN/m3) qs (KN/m3)


Tanah Asli 33,74 11,25
Campuran 6 % 27,32 9,10
Campuran 8 % 29,97 9,99
Campuran 10 % 32,92 10,97

qu dan qs Metode Hansen


40

33.74
35 32.92
29.97
30 27.32

25 qu
qs
20

15
11.25 10.97
9.1 9.99
10

0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.15 Hasil Pengujian Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan
Kapur dengan Metode Hansen
76

4.9.3 Analisis Kapasitas Dukung Tanah dengan Metode Vesic

Rumus perhitungan kapasitas dukung (qu) yang digunakan adalah dengan


menggunakan persamaan Vesic, yaitu :

Qu
Qu = = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N
B' L'

Dengan :
Qu = komponen vertikal ultimit
B = lebar pondasi (m)
L’, B’ = panjang dan lebar efektif pondasi (m)
 = berat volume tanah (kN/m3)
C = kohesi tanah (kN/m2)
Po = tekanan overburden di dasar pondasi (kN/m2)
scsqs = faktor-faktor bentuk pondasi
dcdqd = faktor-faktor kedalaman pondasi
iciqi = faktor-faktor kemiringan beban
bcbqb = faktor-faktor kemiringan dasar
gcgqg = faktor-faktor kemiringan permukaan
NcNqN = faktor-faktor kapasitas dukung Vesic
Sebagai ilustrasi perhitungan, diambil lebar pondasi (B=L) 1 meter dengan
kedalaman (Df) 1 meter seperti pada gambar di bawah ini

+ 0,00 m

Df = 1 m

B/D = 1 m

Gambar 4.2 Tampang pondasi


77

Tabel 4.25 Faktor-faktor kapasitas dukung Vesic


Vesic
φ (o)
Nc Nq Nγ
0 5,14 1,00 0
5 6,49 1,57 0,45
6 6,81 1,72 0,57
7 7,16 1,88 0,71
8 7,53 2,06 0,86
9 7,92 2,25 1,03
10 8,34 2,47 1,22
15 10,98 3,94 2,65
20 14,83 6,4 5,39
25 20,72 10,66 10,88

Tabel 4.26 Faktor bentuk pondasi Vesic


Pondasi Pondasi empat persegi Pondasi bujur sangkar
Faktor Bentuk
Memanjang panjang atau lingkaran
sc 1 1+(B/L) (Nq/Nc) 1+(Nq/Nc)

sq 1 1+(B/L) tgφ 1+ tgφ


sγ 1 1-0,4(B/L) ≥ 0,6 0,6

Tabel 4.27 Faktor kedalaman pondasi Vesic


Faktor
Nilai Keterangan
Kedalaman
dc 1+0,4 (D/B)
Batasan : bila (D/B) >1,
dq 1+2 (D/B) tg φ (1-sinφ)2 maka (D/B) diganti dengan
arc tg (D/B)
dγ 1

a ) Tanah Asli

Kohesi (c) = 0,049 kg/cm2 = 0,49 KN/m2

Sudut geser dalam (φ) = 8°

γb = 14,42 KN/m3

Df =1m

B=L ( lebar ) =1m


78

Po = Dƒγ= 1 x 14,42 = 14,42 KN/m3

Nilai Nc, Nq, dan Nγ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ) untuk
pondasi adalah :

Nc = 7,53

Nq = 2,06

Nγ = 0,86

Karena beban vertikal, maka iciqi , bcbqb , gcgqg = 1

sc = 1+(Nq/Nc) = 1+(2,06/7,53)

= 0,274

sq = 1+tg φ = 1+0,14 = 1,4

sγ = 0,6 (pondasi berbentuk persegi/bujur sangkar)

beban di pusat fondasi dan vertikal, karena itu lebar efektif B’= B = 1
;D/B = 1/1= 1,00

Faktor kedalaman Vesic

dc = 1+0,4(Df/B) = 1+0,4(1/1)

= 1,4

dq = 1+2 (Df/B) tg φ (1-sinφ)2

= 1+2 (1/1) tg 8° (1-sin 8°)2

= 1,28

dγ =1

Kapasitas dukung ultimit

Qu = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N

= (0,274x 1,4 x 1 x 1 x 1 x 0,49 x 7,53) + (1,49 x 1,28 x 1 x 1 x 1 x


14,42 x 2,06) + (0,6 x 1 x 1 x 1 x 1 x 0,5 x 1 x 0,86)
79

= 58,327 KN/m3

Qun = qu – Dƒγ = 58,327 – 14,42 = 43,907 KN/m3

Kapasitas dukung aman dihitung :

qun
Qs = = (43,907/3) = 14,636 KN/m3
F

b ) Tanah Asli dengan Campuran 6 %

Kohesi (c) = 0,085 kg/cm2 = 0,85 KN/m2

Sudut geser dalam (φ) = 6°

γb = 13,22 KN/m3

Df =1m

B=L ( lebar ) =1m

Po = Dƒγ= 1 x 13,22 = 13,22 KN/m3

Nilai Nc, Nq, dan Nγ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ) untuk
pondasi adalah :

Nc = 6,81

Nq = 1,72

Nγ = 0,71

Karena beban vertikal, maka iciqi , bcbqb , gcgqg = 1

sc = 1+(Nq/Nc) = 1+(1,72/6,81)

= 0,25

sq = 1+tg φ = 1+0,105 = 1,105

sγ = 0,6 (pondasi berbentuk persegi/bujur sangkar)


80

beban di pusat fondasi dan vertikal, karena itu lebar efektif B’= B = 1
;D/B = 1/1= 1,00

Faktor kedalaman Vesic :

dc = 1+0,4(Df/B) = 1+0,4(1/1)

= 1,4

dq = 1+2 (Df/B) tg φ (1-sinφ)2

= 1+2 (1/1) tg 6° (1-sin 6°)2

= 1,21

dγ =1

Kapasitas dukung ultimit

Qu = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N

= (0,25 x 1,4 x 1 x 1 x 1 x 0,85 x 6,81) + (1,105 x 1,21 x 1 x 1 x 1 x


13,22 x 1,72) + (0,6 x 1 x 1 x 1 x 1 x 0,5 x 1 x 0,71)

= 32,641 KN/m3

Qun = qu – Dƒγ = 32,641 – 13,22 = 19,421 KN/m3

Kapasitas dukung aman dihitung :

qun
Qs = = (19,421/3) = 6,474 KN/m3
F

c ) Tanah Asli dengan Campuran 8 %

Kohesi (c) = 0,070 kg/cm2 = 0,70 KN/m2

Sudut geser dalam (φ) = 8°

γb = 12,71 KN/m3

Df =1m

B=L ( lebar ) =1m


81

Po = Dƒγ= 1 x 12,71 = 12,71 KN/m3

Nilai Nc, Nq, dan Nγ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ) untuk
pondasi adalah :

Nc = 7,53

Nq = 2,06

Nγ = 0,86

Karena beban vertikal, maka iciqi , bcbqb , gcgqg = 1

sc = 1+(Nq/Nc) = 1+(2,06/7,53)

= 0,274

sq = 1+tg φ = 1+0,14 = 1,14

sγ = 0,6 (pondasi berbentuk persegi/bujur sangkar)

beban di pusat fondasi dan vertikal, karena itu lebar efektif B’= B = 1
;D/B = 1/1= 1,00

Faktor kedalaman Vesic

dc = 1+0,4(Df/B) = 1+0,4(1/1)

= 1,4

dq = 1+2 (Df/B) tg φ (1-sinφ)2

= 1+2 (1/1) tg 8° (1-sin 8°)2

= 1,28

dγ =1

Kapasitas dukung ultimit

Qu = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N

= (0,274 x 1,4 x 1 x 1 x 1 x 0,70 x 7,53) + (1,14 x 1,28 x 1 x 1 x 1 x


12,71 x 2,06) + (0,6 x 1 x 1 x 1 x 1 x 0,5 x 1 x 0,86)
82

= 40,486 KN/m3

Qun = qu – Dƒγ = 40,486 – 12,71 = 27,776 KN/m3

Kapasitas dukung aman dihitung :

qun
Qs = = (27,776/3) = 9,259 KN/m3
F

d ) Tanah Asli dengan Campuran 10 %

Kohesi (c) = 0,050 kg/cm2 = 0,50 KN/m2

Sudut geser dalam (φ) = 9°

γb = 12,62 KN/m3

Df =1m

B=L ( lebar ) =1m

Po = Dƒγ= 1 x 12,62 = 12,62 KN/m3

Nilai Nc, Nq, dan Nγ berdasarkan nilai sudut geser dalamnya (φ)
untuk pondasi adalah :

Nc = 7,92

Nq = 2,25

Nγ = 1,03

Karena beban vertikal, maka iciqi , bcbqb , gcgqg = 1

sc = 1+(Nq/Nc) = 1+(2,25/7,92)

= 0,284

sq = 1+tg φ = 1+0,158 = 1,158

sγ = 0,6 (pondasi berbentuk persegi/bujur sangkar)


83

beban di pusat fondasi dan vertikal, karena itu lebar efektif B’= B = 1
;D/B = 1/1= 1,00

Faktor kedalaman Vesic

dc = 1+0,4(Df/B) = 1+0,4(1/1)

= 1,4

dq = 1+2 (Df/B) tg φ (1-sinφ)2

= 1+2 (1/1) tg 9° (1-sin 9°)2

= 1,3

dγ =1

Kapasitas dukung ultimit

Qu = sc.dc.ic.bc.gc.cNc + sq.dq.iq.bq.gq.po.Nq + s.d. i.b.g.0,5 .B N

= (0,284 x 1,4 x 1 x 1 x 1 x 0,50 x 7,92) + (1,158 x 1,3 x 1 x 1 x 1 x


12,62 x 2,25) + (0,6 x 1 x 1 x 1 x 1 x 0,5 x 1 x 1,,03)

= 44,629 KN/m3

Qun = qu – Dƒγ = 44,629 – 12,62 = 32,009 KN/m3

Kapasitas dukung aman dihitung :

qun
Qs = = (32,009/3) = 10,67 KN/m3
F

Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa
dan Kapur dengan Metode Vesic

Tanah qu (KN/m3) qs (KN/m3)

Tanah Asli 58,327 14,636

Campuran 6 % 32,641 6,474

Campuran 8 % 40,486 9,259


84

Campuran 10 % 44,629 10,67

qu dan qs Metode Vesic


120

100

80 qu
58.33 qs
60
44.63
40.49
40 32.64

14.64
20 10.67
6.47 9.26

0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.16 Hasil pengujian Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa
dan Kapur dengan Metode Vesic

4.10. STANDART PROCTOR


4.10.1. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan (berat volume
kering) tanah apabila dipadatkan dengan tenaga pemadat tertentu. Berdasarkan
jumlah tenaga pemadatan, pemadatan ada dua cara :

1. Pemadatan standart: ASTM


2. Pemadatan berat (Modified) : AASHTO
Sedangkan kita melakukan pemadatan standart (ASTM).

4.10.2. Alat-alat yang digunakan

a. Silinder Pemadat
Ada 3 macam yaitu: Silinder utama, Silinder gabungan yang dapat
dilepas, dan plat atas yang dapat dilepas.

b. Penumbuk
 Penumbuk yang digunakan dapat berupa:
85

o Penumbuk yang dilayani dengan tangan


o Penumbuk mesin
 Berdasarkan berat dan tinggi jatuhnya di bedakan atas:
o Penumbuk standart, yang digunakan pada percobaan pemadatan
standart
o Penumbuk berat (Modified), yang digunakan pada percobaan
pemadatan berat (Modified)
c. Alat untuk Mengeluarkan Sample Tanah dari Silinder
Bentuknya bermacam-macam, yang penting dapat mengambil sample
dari silinder dan biasanya berupa drei.

d. Timbangan
Timbangan dengan kapasitas + 12 kg dengan keselisihan 5 gram.

e. Pisau
Pisau ini biasanya digunakn untuk meratakan tanah yang ada dalam
silinder yang akan ditimbang beratnya.

f. Saringan/Ayakan
Sebelum pekerjakan dilaksanakan, maka tanahnyakita ayak memakai
ayakan nomor 4,76 mm. Tanah yang lolos nomor saringan tersebut
kemudian kita pergunakan untuk pratikum, sedangkan yang
tertinggal diatas saringan tersebut harus kita tumbuk, sehingga
kebutuhan tanah dapat terpenuhi.

g. Oven
Dipergunakan untuk mengoven tanah pada suhu dan waktu tertentu.
Jadi alat ini digunakan untuk mencari kadar air (Water Content).

h. Alat dan tempat pencampuran tanah


Biasanya digunakan suatu loyang yang agak besar, sehingga waktu
mencampur tanah dan air betul-betul dapat merata (Homogen).
4.10.3. Cara Kerja
Pada dasarnya cara pelaksanaan percobaan sama, baik untuk pemadatan
standart maupun pemadatan modified.
86

1. Perbedaan utama antara pemadatan modified adalah :


a. Pemadatan standart menggunakan penumbuk standart dan pemadatan
dilaksanakan dalam 3 lapis.
b. Pemadatan berat (Modified) menggunakan penumbuk berat dan
pemadatan dilaksanakan dalam 5 lapis.

2. Persiapan benda uji:


a. Bila sample tanah yang akan diperiksa dalam keadaan basah, keringkan
tanah tersebut diudara atau dengan alat pengering dengan suhu + 60 C.
Pengeringan dilakukan secukupnya, sampai gumpalan-gumpalan tanah
dapat mudah dihancurkan atau dipecah-pecah, hancurkan gumpalan-
gumpalan menjadi butiran-butiran dengan alat, sedemikian hingga butir-
butir tanah tidak rusak.
b. Butir-butiran yang diperoleh disaring dengan menggunakan saringan
nomor 4,76 mm. Butiran besar yang tertahan diatas saringan
terbuang/disingkirkan, kecuali butiran yang masih berupa gumpalan dan
dapat dipecah lebih lanjut.
c. Bagian yang lewat saringan akan digunakan sebagai benda uji, dan yang
terkumpul jumlahnya harus cukup
d. Karena pelaksanaan pemadatan akan dilaksanakan 5 kali dengan kadar air
yang berbeda, maka untuk tanah lempung akan lebih baik apabila
disiapkan benda uji yang lebih banyak. Setiap 5 benda uji masing-
masing bagian dicampur dengan merata dengan air sehingga kadar air
yang diperoleh berbeda.

3. Persiapan alat
a. Bersihkan silinder pemadatan dan plat dasar yang akan digunakan
kemudian timbang beratnya ( = W ).
b. Pasang dan klem plat atas dengan silinder gabungan. Pada saat
pelaksanaan penumbukan, silinder harus diletakan pada dasar yang
kokoh, bilamana perlu harus dilandasi dengan blok beton.
87

4. Cara melakukan percobaan :


a. Alat proctor kita timbang beratnya.
b. Kita ukur diameter dan tinggi masing-masing bagian dengan alat
tersebut.
c. Menentukan volume proctor berat, dengan cara : bagian proctor
ditimbang, kemudian pada sambungan diberi tanah basah agar tidak
bocor, kemudian diisi air hingga penuh dan volume air tersebut kita
ukur dengan gelas ukur.
d. Berat penumbuk kita timbang dan ukur tinggi jatuhnya
e. Tanah yang kita ayak dengan ayakan nomor 4,76 mm ditimbang
sebanyak 5 percobaan.
f. Tanah yang pertama kita ambil dan dicam pur dengan air sebanyak 5 cc,
kemudian kita masukan kedalam alas proctor, dan begitu seterusnya.
g. Tanah dimasukkan dalam proctor, ½ bagian yang terakir dimasukan dan
ditumbuk 25 kali.
h. Alat proctor yang kita ambil, kemudian tanah diratakan dengan alat
perata tanah beserta proctor kita timbang beratnya.
i. Kita ambil cawan yang telah ditimbang beratnya dan masukan sebagian
tanah bagian atas dalam cawan, lakukan sampai 5 cawan.
j. Cawan dan sample basah kita timbang beratnya.
k. Lakukan percobaan tersebut diatas sampai 5 kali.
l. Cawan dan sample basah di oven selama 24 jam.
m. Setelah 24 jam, cawan dan sample kering ditimbang.

4.10.4. Perhitungan
 Mencari kadar air atau water content
a. Tabel Data Sample Tanah Standart Proctor

Tabel 4.29 Data Sample Tanah Standart Proctor


Nomor Cawan
 
1 2 3 4 5
Berat Tanah Basah +
66,5 53,3 5857 59,25 63,45
Cawan (gr)
Berat Cawan (gr) 17 16,9 16,7 17,2 16,2
88

Berat Tanah Kering +


56,23 43,55 47,22 45,71 46,37
Cawan (gr)
Berat Air (gr) 10,20 9,75 11,35 13,54 17,06
Berat Tanah Kering (gr) 39,21 26,65 30,52 28,51 30,17
Kadar Air (W) % 26,02 36,59 37,19 47,49 56,55

b. Langkah Perhitungan

Berat Air
W = x 100%
Berat Tanah Kering

Dimana = a : Berat cawan kosong (gr)


b : Berat tanah basah + cawan (gr)
c : Berat tanah kering + cawan (gr)

 Percobaan 1 – 5
W1 = ( 10,20 / 39,2 ) x 10 % = 26,02 %
W2 = ( 9,7 / 126,2 ) x 0
10 % = 36,5 %
W3 = ( 5
11,3 / 5
30,5 ) x 0
10 % = 937,1 %
W4 = ( 513,5 / 2
28,5 ) x 0
10 % = 9
47,4 %
W5 = ( 4
17,0 / 130,17 ) x 0
10 % = 956,5 %
6 0 5
 Mencari Berat Volume Tanah Basah (γb)

a. Tabel Data Percobaan Proctor


Tabel 4.30 Data Percobaan Proctor
Air 50 cc 100 cc 150 cc 200 cc 250 cc
No Percobaan 1 2 3 4 5
Berat Tanah +
5170 5280 5410 5320 5200
Proctor Silinder (gr)
Berat Proctor
3900 3900 3900 3900 3900
Silinder (gr)
Berat Tanah Basah
1270 1380 1510 1420 1300
(gr)
Volume Proctor
908,2 908,2 908,2 908,2 908,2
(cm3)
Berat Isi Basah ϒb 1,398 1,519 1,66 1,56 1,431
89

(gr/cm3)
Berat Isi Kering ϒk
1,109 1,113 1,211 1,058 0,914e3
(gr/cm3)
Kadar Pori (n) %          

b. Langkah Perhitungan

Rumus ϒb = W1 - W2
V
Dimana : W2 = berat proctor silinder (gr)
W1 = Berat tanah proctor (gr)
V = Volume proctor (cm³)
 Percobaan 1 – 5

γb = 517 - 390 = 1,39 gr/c ³


1 0 908, 0 8 m
2

γb = 528 - 390 = 1,51 gr/c ³


2 0 908, 0 9 m
2

γb = 541 - 390 = 1,66 gr/c ³


3 0 908, 0 0 m
2

γb = 532 - 390 = 1,56 gr/c ³


4 0 908, 0 0 m
2

γb = 520 - 390 = 1,43 gr/c ³


5 0 908, 0 1 m
2

 Mencari Berat Volume Tanah Kering (γk)


90

Rumus γk = γb
1+W
Dimana :
γb = berat volume tanah basah (gr/cm³)
W = kadar air ( % )
 Percobaan 1 – 5

γk1 = 1,39 = 1,10 gr/c ³


1 8 + 0,26 9 m
0

γk2 = 1,51 = 1,11 gr/c ³


1 9 + 0,36 3 m
5

γk3 = 1,66 = 1,21 gr/c ³


1 0 + 0,37 1 m
1

γk4 = 1,56 = 1,05 gr/c ³


1 0 + 0,47 8 m
4

γk5 = 1,43 = 0,91 gr/c ³


1 1 + 0,56 4 m
5
91

GRAFIK STANDART PROCTOR


3

2.5
Berat Isi Basah & Kering (ϒb),(ϒk)

2
1.66
1.52 1.56
1.4 1.43
1.5
1.21
1.11 1.11 1.06
1 0.91

0.5

0
20 30 40 50 60 70

Kadar Air (W)


Yb
Polyn
omial
(Yb)
Yk
Polyn
omial
(Yk)

Grafik 4.17. Hasil Perhitungan Standart Proctor


92

Gambar 4.3. Alat Proctor


93

4.11. Hasil Pembahasan Penelitian

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
berdasarkan sifat fisiknya, tanah butir lempung yang berasal dari Perumahan Bukit
Manyaran Permai Kecamatan Gunungpati setelah dicampur dengan Campuran Serbuk
Arang Kelapa dan Kapur mengalami perubahan sebagai berikut:
A. Tanah Asli

Tabel 4.31 Kesimpulan Hasil Penelitian Tanah Asli


No. Sifat fisik tanah Hasil
1 Kadar air (w), (%) 49,86
2 Berat jenis (Gs) 2,,231
3 Berat Volume gr/cm3 1,442
4 Batas cair (LL) (%) 58
5 Batas plastis (PL) (%) 22,50
6 Indeks plastisitas (IP) (%) 35,50

Jenis Tanah:
Dilihat dari tabel sistim klasifikasi tanah (ASTM D 2487-66T), tanah
7
asli masuk dalam jenis Lempung inorganik dengan plastisitas tinggi,
lempung dengan viskositas tinggi (CH).

B. Tanah Campuran 6 %

Tabel 4.32 Kesimpulan Hasil Penelitian Tanah Campuran 6 %

No. Sifat fisik tanah Hasil

1 Kadar air (w), (%) 47,86

2 Berat jenis (Gs) 2,005

3 Berat Volume gr/cm3 1,322

4 Batas cair (LL) (%) 59


5 Batas plastis (PL) (%) 31,80

6 Indeks plastisitas (IP) (%) 27,20


Jenis Tanah:
Dilihat dari tabel sistim klasifikasi tanah (ASTM D 2487-66T), tanah
7 campura 6% masuk dalam jenis Lempung inorganik dengan plastisitas
rendah atau sedang,lempung dari kerikil, lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung dengan berviskositas (MH).
C. Tanah Campuran 8 %

Tabel 4.33 Kesimpulan Hasil Penelitian Tanah Campuran 8 %


94

No. Sifat fisik tanah Hasil


1 Kadar air (w), (%) 40,32
2 Berat jenis (Gs) 2,112
3 Berat Volume gr/cm3 1,271
4 Batas cair (LL) (%) 53
5 Batas plastis (PL) (%) 29,50
6 Indeks plastisitas (IP) (%) 23,50
Jenis Tanah:
Dilihat dari tabel sistim klasifikasi tanah (ASTM D 2487-66T), tanah
7 campuran 8% masuk dalam jenis Lempung inorganik dengan
plastisitas rendah atau sedang,lempung dari kerikil, lempung berpasir,
lempung berlanau, lempung dengan berviskositas rendah (MH).

D. Tanah Campuran 10%

Tabel 4.34 Kesimpulan Hasil Penelitian Tanah Campuran 10 %

No. Sifat fisik tanah Hasil

1 Kadar air (w), (%) 39,43

2 Berat jenis (Gs) 2,074

3 Berat Volume gr/cm3 1,262

4 Batas cair (LL) (%) 51


5 Batas plastis (PL) (%) 39,10

6 Indeks plastisitas (IP) (%) 11,90


Jenis Tanah:
Dilihat dari tabel sistim klasifikasi tanah (ASTM D 2487-66T),
tanah campuran 10 % masuk dalam jenis Lempung inorganik
7
dengan plastisitas rendah atau sedang,lempung dari kerikil,
lempung berpasir, lempung berlanau, lempung dengan berviskositas
rendah(MH).
95

qs Metode Terzaghi
60
50
40
30
20
9.89 8.55 8.82 9.35
10
0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.18. Grafik qs Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Terzaqhi

qu Metode Terzaghi
60
50
40
29.69 28.06
30 25.65 26.48

20
10
0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.19. Grafik qu Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Terzaqhi

qs Metode Hansen
60
50
40
30
20
11.25 9.1 9.99 10.97
10
0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.20. Grafik qs Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Hansen
96

qu Metode Hansen
60
50
33.74
40 32.92
27.32 29.97
30
20
10
0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.21. Grafik qu Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Hansen

qs Metode Vesic
60
50
40
30
14.64
20
9.26 10.67
10 6.47

0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.22. Grafik qs Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Vesic

qu Metode Vesic
58.33
60
50 44.63
40.49
40 32.64
30
20
10
0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.23. Grafik qu Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Vesic
97

qs Metode Terzaghi,Hansen dan Vesic


60

50

40 qs vesic

30
qs
terzaghi
20
14.64
11.25
9.89 9.99 10.97
10.67
qshansen
9.1
8.55 9.26
8.82 9.32
10 6.47

0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.24. Grafik qs Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Terzaghi,Hansen, dan Vesic

qu Metode Terzaghi,Hansen dan Vesic


60 58.33

50
44.63
40.49
40 qu vesic
33.74 32.64 32.92
29.69 29.97
30 27.32 26.48 28.06
25.65
qu
terzaghi
20

10 qu hansen

0
Tanah Asli 6% 8% 10%

Grafik 4.25. Grafik qu Tanah Asli dengan Campuran Serbuk Arang Kelapa dan Kapur
dengan Metode Terzaghi,Hansen, dan Vesic
97

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
hal-hal seperti berikut ini :

1. Berdasarkan sifat fisiknya tanah lempung yang berasal dari Perumahan Bukit
Manyaran Permai Kecamatan Gunungpati berwarna abu-abu an. Memiliki kadar
air sebesar 49,86 % , berat jenis (Gs) 2,231 gr/cm 3, berat volume tanah basah
(γb) 1,442 gr/cm3 , dan volume tanah kering (γd) sebesar 1,091 gr/cm 3. Setelah di
campur dengan campuran 6 % mempunyai kadar air 47,86%,berat jenis(Gs)
2,005 gr/cm3, berat volume tanah basah (γb) 1,322 gr/cm 3. Volume tanah kering
(γd) 1,006 gr/cm3. Campuran 8 % mempunyai kadar air 40,32 %, berat jenis
(Gs) 2,112 gr/cm3. berat volume tanah basah (γb) 1,217 gr/cm3, volume tanah
kering (γd) 0,985 gr/cm3. Campuran 10 % mempunyai kadar air 39,43 %,berat
jenis (Gs) 2,074 gr/cm3, berat volume tanah basah (γb) 1,262 gr/cm 3, volume
tanah kering (γd) 1,017 gr/cm3.
2. Berdasarkan pengujian Aterrberg Limits untuk Indeks Plastisitas (IP) diperoleh
data-data tanah lempung asli dan bahan campuran serbuk arang kayu dan serbuk
genteng tanah sebagai berikut:

1 No. Pengujian Tanah asli 6% 8% 10 %


2 Batas cair (LL) 58% 59% 53 % 51 %

3 Batas limit (PL)


22,50% 31,80 % 29,50 % 39,10 %
Indeks plastisitas
4 35,50 % 27,20 % 23,50 % 11,90 %
(IP)

a. Dari hasil Unified pada tanah asli didapat titik pertemuan anrtara Batas Cair
dan Indeks Plastisitas pada golongan jenis tanah. Lempung inorganic
dengan plastisitas tinggi, Lempung dengan viskositas tinggi (CH).
99

Nilai kapasitas dukung tanah dengan campuran serbuk arang kelapa dan kapur
10 % didapat nilai qu sebesar 32,92 KN/m3 dan qs 10,97 KN/m3 atau dengan
penurunan untuk qu sebesar 0,82 KN/m3 dan qs 0,28 KN/m3
c) Metode Vesic
 Pada tanah lempung asli didapat qu = 58,327 KN/m3 dan qs = 14,636 KN/m3
 Nilai kapasitas dukung tanah dengan campuran serbuk arang kelapa dan kapur
10 % didapat nilai qu sebesar 44,629 KN/m3 dan qs 10,67 KN/m3, atau dengan
penurunan untuk qu sebesar 13,698 KN/m3 dan qs 3,966 KN/m3.

5.2 Saran

Berdasarkan pengujian dan pembahasan diatas dapat diambil beberapa saran


untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Dalam penelitian selanjutnya dalam menganalisis kapasitas dukung tanah


dapat digunakan metode-metode yang lain.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sample tanah dari daerah lain.
3. Proses stabilitasi tanah lempung dapat menggunakan bahan aditif atau
campuran lainnya yang dpat meningkatkan daya dukung tanah.
4. Penggunaan bahan aditif atau campuran yang tidak merusak lingkungan.
100

DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Praktikum Mekanika Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan


Teknik Sipil Semarang.
Borneo, 2009(26), 160-169. Retrived from Jurnal Riset Industri Hutan Vol 8, No 2,
Desember 2016 53-64

Gogot, Setyo, Budi, 2011, Pondasi Dangkal, Penerbit Andi Publisher, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 1999, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2002, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christady, 2003, Mekanika Tanah II, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Hardiyatmo, Hary Christady, 2006, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Henry, D Foth, 1994, Dasar Dasar Ilmu Tanah, Jilid 6.Penerbit Erlangga, Jakarta.

Lempang,M., 2014. Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif. Balai Penelitian


Kehutanan Makasar, 11 (2): 65-80
Risman, 2011 (hal:66), Analisis Daya Dukung Tanah Lempung yang Distabilisasi dengan
Kapur dan Pasir, Wahana TEKNIK SIPIL, Volume 16 nomor 2. Desember 2011.
ISSN:0853-8727 e-ISSN:2527-4333. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Semarang jurnal.polines.ac.id/jurnal/index.php/wahana/article/view/107
Soedarmo, G. Djatmiko, Mekanika Tanah 1, Kanisius, Malang.
Sosrodarsono, Suyono ,2000, Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
101

LAMPIRAN-LAMPIRAN
102

Anda mungkin juga menyukai