DISUSUN OLEH :
Kelompok 4 (5B Pg-PAUD)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
penyelesaian makalah yang berjudul “Gizi Seimbang Bayi”. Makalah ini dibuat
untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini. Pada
kesempatan yang berbahagia ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ruli Hafidah S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Mata Kuliah Kesehatan dan
Gizi Anak Usia Dini.
2. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca
makalah ini. Semoga makalah yang berjudul ”Gizi Seimbang Bayi” ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua dan bagi kami khususnya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh
seorang anak karena faktor eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal
menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia
tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor
yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang
dewasa. Tetapi mereka pun bisa menolak makanan yang disajikan tidak
memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus
berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang
menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup
pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terluhat pada lingkungan masyarakat adalah
kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak
pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya memberikan makan yang enak kepada
anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang
cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang
mengandung banyak gizi
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan bayi?
2. Bagaimanakah kebutuhan gizi pada bayi?
3. Bagaimanakah prinsip gizi seimbang pada bayi?
4. Bagaimanakah panduan pemberian makanan pada bayi?
5. Bagaimanakah pola pemberian makan pada bayi menurut umur?
1
6. Bagaimanakah menilai kecukupan gizi bayi?
7. Apakah alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif?
8. Apakah masalah gizi pada bayi?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan penulisan ini
adalah :
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2. Mengetahui kebutuhan gizi pada bayi.
3. Mengetahui prinsip gizi seimbang pada bayi.
4. Mengetahui panduan pemberian makanan pada bayi.
5. Mengetahui pola pemberian makan pada bayi menurut umur.
6. Mengetahui cara menilai kecukupan gizi bayi.
7. Mengetahui alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif.
8. Mengetahui masalah gizi pada bayi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dapat tersenyum
Tertawa, bergurau
Tengkurap.
Menyentuh mainan
Membedakan suara.
Memindahkan mainan atau objek dari tangan yang satu ke tangan yang
lainnya
Menoleh.
3
B. Kebutuhan Gizi Pada Bayi
Kebutuhan gizi bayi lebih sedikit dari kebutuhan orang dewasa, namun
jika dibandingkan per unit berat badan maka kebutuh gizi bayi jauh lebih
besar dari usia perkembangan lain. Makanan bergizi menjadi kebutuhan
utama bayi pada proses tumbuh kembangnya, sehingga kelengkapan unsur
pada gizi hendaknya perlu diperhatikan dalam makanan sehari-hari yang
dikonsumsi bayi
1. Energi
Kebutuhan energi pada bayi dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak,
protein yang terkandung dalam makanan sehari-harinya. Keutuhan energi
pada bayi meningkat sejalan dengan kenaikan berat badannya. Hal ini
dikarenakan pada masa bayi terjadi proses pertumbuhan yang sangat
cepat sehingga kebutuhan energi yang sangat besar. Kebutuhan energi
pada 2 bulan pertama adalah 120 kkal per kilogram berat badan. Selama
6 bulan sampai 12 bulan rata-rata kebutuhan energinya 105-110 kkal per
kilogram berat badan. Kebutuhan energi bayi diantaranya digunakan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan, melakukan
aktivitas fisik ketika tidur dan bagun, mengatur suhu tubuh, metabolisme
makanan, serta untuk proses penyembuhan dari sakit
2. Protein
Protein sangat penting pada tumbuh kembang bayi sejak di dalam
kandungan ibu sampai dilahirkan, sehingga protein harus selalu ada
dalam makanan yang dikonsumsi. Asupan protein pada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan sekitar 2,2 gram per kilogram berat badan,
sedangkan untuk bayi usia 6 bulan sampai 12 bulan membutuhkan
protein 1,6 gram per kilogram berat badan
Asupan protein yang kurang akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan jaringan dan organ serta terhambatnnya pertumbuhan yang
akan berpengaruh terhadap tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala.
Sedangkan asupan protein yangberleihan pada bayi akan menyebabkan
kelebihan asam amino yang dimetabolisasi dan dielleminasi sehingga
akan memperberat kerja ginjal dan hati
4
Menurut Nurachmah (2001) kegunaan protein bagi tubuh bayi adalah
sebagi berikut :
a. Menjaga proses fisiologis tubuh karena protein merupakan bahan
baku pembentukkan hormon, protein plasma, antibodi, dan
kromosom
b. Berperan dalam perkembangan ubuh yaitu penting bagi pertumbuhan,
pemuliha, dan memelihara struktur tubuh
c. Berperan dalam metabolisme tubuh sebagai enzim, mempercepat dan
terlibat aktif serta dalam reaksi biologis dan kimiawi dalam tubuh
d. Memeihara keseimbagan cairan dan asam basa. Molekul protein
merupakan sistem penyangga yang efektif dalam mengontrol
keseimbangan asam basa
e. Sebagai sumber energi
f. Sebagai penawar racun (detoksifikasi)
3. Lemak
Tidak ada rekomendasi khusus akan kebutuhan lemak pada bayi. ASI
menyiapkan 55% energi yang berasal dari lemak, hal ini memperlihatkan
bahwa betapa pentingnya asupan lemak bagi bayi. Kebutuhan emak pada
bayi semuanya berasal dari ASI, ataupun susu formula, serta makanan
pendamping ASI. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
yang proses penyerapannya di dalam alat pencernaan bayi akan lebih
cepat dibanding asam lemak jenuh yang berasal dari susu saoi. ASI juga
mengandung asam lemak omega 3 yang dibutuhkan untuk perkembangan
otak
Bayi membutuhkan lemak dalam jumlah banyak untuk metabolisme
pada sistem reproduksi (gonad) dan perkembangan otak lemak juga
dibutuhkan untuk memberikan energi pada proses metaboolisme di hati,
otak, otot, dan termasuk jantung. Selain itu bayi memerlukan lemak
untuk menyuplai energi ke dalam hati, otak, dan otot-otot termasuk otot
jantung. Kebutuhan lemak akan berubah dna menurun ketika bayi sudah
menjadi lebih besar dan menerima makanan padat
4. Karbohidrat
5
Kebutuhan karbohidrat sangat tergantung pada besarnya kebutuhan
energi. Sumber karbohidrat utama bagi bayi adalah laktosa yang terdapat
dalam ASI. ASI yang dikonsumsi bayi mengandung laktosa sekitar 7%.
Kadar laktosa yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan
lactobacillus dalam usus bayi sehingga dapat mencegah terjadinya
infeksi. Selain itu, kadar laktosa yang tinggi dapat memperbaiki
penahanan (retensi) beberapa mineral penting untuk pertumbuhan bayi ,
seperti kalium, fosfor, dan magnesium
Bayi yang sudah mulai mendapatkan makanan padat akan
memperoleh karbohidrat dari makanan jenis buah-buahan (glukosa),
madu (fruktosa), serta gula pasir (sukrosa). Karbohidrat sebagai sumber
energi dibutuhkan dalam jumlah yang besar guna proses pertumbuhan
bayi yang cepat sejak dilahirkan
5. Vitamin
Vitamin merupakan usur esensial bagi gizi normal. Vitamin adalah
suatu zat organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, tetapi diperlukan
oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan tubuh dan pemeliharaan
kesehatan. Kecuali vitamin D, semua kebutuhan vitamin pada bayi yang
mendapatkan ASI akan terpenuhi selama mendapatkan ASI dalam
jumlah cukup dan ibu memiliki status gizi yang baik. Kebutuhan vitamin
D dapat terpenuhi dengan mengaktifkan vitamin D yang ada dalam tubuh
bayi dengan cara mendaptkan penyinaran sinar matahari. Penyinaran oleh
sinar matahari berlangsung selama 10-15 menit tiap hari. Hal ini akan
memenuhi kebutuhan bayi akan vitamin D sebesar microgram (200 IU)
per hari. Setelah bayi mulai dengan makanan padat, bayi memperoleh
vitamin dari asupan makanan padatnya disamping dari ASI yang masih
teerus diberikan
6. Mineral
Kebutuhan mineral pada bayi dapat dipenuhi melalui pemberian ASI
dan ketika bayi mulai mendapatkan makanan padat juga dapat diperoleh
melalui makanan pendamping ASI. Manfaat nmineral secara umum
adalah untuk membangun jaringan tulang dan gigi, mengatur tekanan
6
osmose dalam tubuh, memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot
dan syaraf, serta membuat berbagai enzim.
7. Air
Kecukupan air pada bayi merupakan hal penting yang harus
diperhatikan. Kecukupan air pada bayi usia 3 bulan sebanyak 150
ml/kgBB. Kecukupan ini biasanya sudah terpenuhi dari konsumsi ASI.
Kecukupan air pada bayi lebih besar daripada orang dewasa karena orang
dewasa karena kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada bayi lebih
besar. Kecukupan cairan pada bayi harus sangat diperhatikan karena bayi
biasanya rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kehilangan air,
seperti diare, demam, dan muntah-muntah
7
a. Lemak, merupakan sumber kalori utama bagi bayi, sebanyak 50%
kalori ASI berasal dari lemak. Walaupun kadar lemak pada ASI lebih
tinggi namun lemak pada ASI mudah diserap oleh bayi dibandingkan
susu formula. Lemak yang terdapat pada ASI terdiri dari kolestrol
dan asam lemak essensial yang sangat penting untuk pertumbuhan
otak
b. Karbohidrat, ASI mengandung laktosa sebagai karbohidrat utama.
Selain sebagai sumber kalori, laktosa juga berperan dalam
meningkatkan penyerapan kalsium dan merangsang pertumbuhan
laktobasilus bifidus yang berperan dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme di sauran pencernaan
c. Protein, protein pada ASI lebih baik daripada protein pada susu
formula, karena protein yang terdapat pada ASI lebih mudah dicerna,
selain itu ASI mengandung sistin dan taurin yang tidak terdapat pada
susu formula. Sistin dan taurin diperlukan untuk pertumbuhan
somatik dan otak
d. Vitamin, ASI mengandung cukup vitamin yang dibutuhkan bayi,
seperti vitamin K, vitamin D, dan vitami E
2. Mengandung zat protektif (kekebalan)
Bayi yang memperoleh ASI biasanya jarang mengalami sakit karena
ASI mengandung zat protektif, diantaranya adalah: laktobasilus bifidus,
laktoferin, antibodi, tidak menimbulkan alergi. Laktobasilus lebih mudah
tumbuh pada usus bayi yang mendapat ASI karena ASI mengandung
polisakharida yang berkaitan dengan nitrogen yang diperlukan untuk
pertumbuhan laktobasilus bifidus. Faktor ini tidak dimiliki oleh air susu
formula. Laktoferin berperan dalam menghambat pertumbuhan jamur
kandida, E.coli, dan stafilokokus. Zat kekebalan lain yang dimiliki ASI
adalah antibodi yang dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi
dan mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa
usus
3. Mempunyai efek psikologis
8
Kontak langsung antara ibu dan bayi ketika proses menyusui dapat
menimbulkan efek psikologis sehigga membangun kedekatan ibu dan
bayinya. Hal ini sangat penting untuk perkembangan psikis dan emosi
bayi
4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapatkan ASI akan mengalami peningkatan berat
badan yang lebih signifikan, dan mengurangi risiko obesitas
5. Mengurangi kejadian karies gigi
Kejadian kareis gigi lebih banyak ditemukan pada bayi yang
menggunakan susu formula. Jal ini disebabkan adanya kebiasaan
menyusui dengan botol sebelum tidur akan menyebabkan kontak gigi
dengan sisa susu formula menjadi lebih lama sehingga asam yang
terbentuk akan menyebabkan kerusakan pada gigi
6. Mengurangi kejadian maloklusi
Kejadian maloklusi jarang terjadi pada bayi yang diberikan pada ASI
karena salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan liddah
yang mendorong kedepan akibat menyusu pada botol
Selain memberikan keuntungan bagi bayi, pemberian ASI juga
memberikan manfaat bagi ibu yaitu:
1. Menyusui akan menyebabkan terus berkontraksi sehingga
pengembalian uterus kepada kondisi fisiologis sebelum kehamilan
dapat berlangsung lebih cepat
2. Memperkecil resiko perdarahan setelah melahirkan, ibu yang
menyusui akan mengalami peningkatan kadar hormon oksitosin yang
berguna untuk mempercepat penutupan pembuluh darah sehingga
perdarahan akan lebih cepat terhenti. Jika resiko perdarahan dapat
diperkecil maka resiko anemia kekurangan zat besi juga dapat
diperkecil dan angka kematihan ibu pun dapat diturunkan
3. Mengurang risiko terkena penyakit kanker, seperti kanker payudara
dan kanker indung telur
4. Menyusui dapat mengurangi kemungkinan untuk hamil karena
menyusui dapat menyebabkan kesuburan ibu dapat berkurang untuk
9
beberapa bulan. Kadar hormon prolaktin ibu menyusui akan
meningkat. Hal ini akan mencegah indung telur memberikan respon
terhadap hormon yang merangsang pengeluaran estrogen sehingga
tidak terjadi penebalan lapisan dalam uterus, dengan demikian tidak
terjadi menstruasi. Selain itu keberaddaan hormon prolaktin akan
menekan hormon yang merangsang pematangan dan pelepasan tekur
oleh indung telur sehingga indung telur tidak menghasilkan sel teur.
Selam ibu menyusui eksklusif dan belum haid maka 98% tidak hamil
pada6 bulan pertama setelah melahirkan, dan 96% tidak hamil sampai
bayi berusia 12 bulan
5. Pemberian ASI lebih praktif, ekonomis, dan higeinis
1. Pilih PADI yang sesuai dengan umur dan kebutuhan bayi. Dalam
pengenceras PASI sesuaikan dengan takaran yang tertera pada
label masing-masing PASI
2. Gunakan air yang sudah mendidih
3. Semua peralatan yang diperlukan dalam pengenceran dan
pemberian PASI sebaiknya disterilkan dengan cara merebus
selama 5-10 meit atau dibilas dengan air panas medidih
4. Jika pemberian PASI hanya sementara waktu (mmisal
dikarenakan si ibu sakit), sebaiknya PASI tidak diberikan dengan
menggunakan botol, tapi menggunakan sendok supaya bayi tidak
mengalami kebingungan putting
10
dari usia dan kemampuan bayi. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan MPASI agar kebutuhan gizi bayi terpenuhi dengan baik.
11
12. Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti
bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan yang lainnya.
13. Sebagai selingan dapat diberikan sari buah yang manis dan disaring.
14. Bayi dapat diajari makan dan minum sendiri menggunakan sendok dan
gelas.
15. Tetap berikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.
Berikut ini jadwal pemberian makanan pendamping ASI menurut umur bayi
(Hayati A, 2009):
Frequensi
Umur Jenis Makanan
Pemberian
6-7 bulan ASI Sekehendak 1-2 kali
Bubur lunak/ sari buah sehari
7-9 bulan ASI Sekehendak 3-4 kali
Buah-buahan
Hati ayam/ kacang-kacangan
Beras merah atau ubi
Sayuran
9-12 bulan ASI Sekehendak 4-6 kali
Buah-buahan
Bubur atau roti
Daging/ kacang-kacanan/ ayam/
ikan
Beras merah/ kentang/ labu/
jagung
Kacang tanah
Minyak/ santan
Sari buah tanpa gula
Di atas 12 ASI ASI 4-5 kali
bulan Makanan seperti orang dewasa,
termasuk telur dan kuning
telurnya
12
Jeruk
13
720-960 ml, sedangkan jumlah ASI yang diberikan untuk setiap kali bayi
disusui berjumlah 100-200 ml. kurang berhasilnya proses menyusui sangat
jarang dikarenakan adanya gangguan hormonal, namun serin kali
dikarenakan teknik menyusui yang tidak tepat, perlekatan yang tidak
benar, durasi waktu yang tidak cukup, atau karena kondisi psikologis ibu,
serta dukungan keluarga dan tenaga kesehatan yang tidak atau kurang
mendukung.
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dari harapan.
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 dan
tahun 2002 menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan sebanyak 42,4% pada tahun 1997 dan 39,5% pada
tahun 2002. Kondisi lain yang memprihatinkan adalah 13% bayi di bawah
usia dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3
bulan telah diberi makanan tambahan. Data pada Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2004 juga menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif
di Indonesia masih rendah, yaitu sebesar 41,67%.
Hasil analisis terhadap data SUSENAS tahun 2001 menunjukkan
bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi umur kurang 4 bulan sebesar
49,2%. Pemberian ASI eksklusif di daerah perkotaan lebih rendah 44,3%
dibandingkan pedesaan 52,9%. Ibu-ibu di Jawa Bali lebi rendah
memberikan ASI eksklusif disbanding kawasan lainnya yaitu 44%
sedangkan di Kawasan Timur Indonesia 60% dan di Sumatera 55%. Jika
bayi mendapatkan makanan pendamping selain ASI terlalu dini (sebelum
usia 6 bulan) maka akan meningkatkan risiko penyakit diare serta infeksi
lainnya. Selain itu juga akan menyebabkan jumlah ASI yang diterima bayi
berkurang, padahal komposisi gizi ASI pada 6 bulan pertama sangat cocok
untuk kebutuhan bayi, akibatnya pertumbuhan bayi akann terganggu.
Sebaliknya jika makanan pendamping diberikan terlambat (melewati usia
6 bulan) maka bayi akan mengalami kekurangan zat gizi terutama energi
dan protein juga zat besi. Akibatnya akan menyebabkan anemia atau
defisiensi zat gizi yang lainnya.
2. Usia 6-9 bulan
14
Setelah usia 6 bulan ASI tetap diberikan namun tidak sebagai
makanan utama lagi sehingga bayi sudah harus diperkenalkan dengan
makanan yang dikenal dengan istilah Makanan Pendamping ASI
(MPASI). Makanan pendamping dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pangan bayi yang semakin meningkat sesuai bertambahnya umur.
Setelah usia 6 bulan, bayi biasanya memiliki tanda-tanda yang
mengindikasikan bahwa bayi siap menerima makanan lain selain ASI,
diantaranya yaitu:
a. Memiliki kontrol terhadap kepala yang ditunjukkan dengan
kemampuan bayi mempertahankan posisi kepala yang tegak dan
mantap.
b. Memiliki kemampuan untuk duduk dengan nyaman, minimal 10 menit.
c. Membuat gerakan mengunyah.
d. Menunjukkan adanya peningkatan berat badan.
e. Mulai tertarik terhadap makanan.
Makanan pendamping untuk bayi usia 6-9 bulan adalah berupa
bubur, susu, sampai nasi tim lumat. Pemberian makanan dimulai dengan
yang bertekstur sangat lembut dan encer kemudian bertahap ke bentuk
yang lebih kental. Frequensi pemberian makanan pendamping sebanyak 2
kali sehari dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur. Usia 6 bulan
diberikan 6 sendok makan, usia 7 bulan 7 sendok makan dan memasuki
usia 8 bulan sebanyak 8 sendok makan.
3. Usia 10-12 bulan
ASI tetap diberikan dengan ditambah makanan padat berupa bubur
nasi sampai nasi tim. Frequensi pemberian makanan pendamping
sebanyak 3 kali sehari atau lebih tergantung kemampuan bayi dalam
menerima makanan dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur. Usia 9
bulan diberikan 9 sendok makan, usia 10 bulan 10 sendok makan dan
memasuki usia 11 bulan sebanyak 11 sendok makan.
15
jam setiap kali habis meminum ASI, buang air 6-8 kali dalam sehari, serta
terjadinya penambahan berat badan. Secara jangka panjang, kecukupan ASI
dan gizi pada bayi dapat dilihat dari pertumbuhannya. Bayi yang sehat dan
tercukupi keutuhan gizinya akan mencapai pertumbuhan yang sesuai dengan
usianya. Pertumbuhan pada bayi dapat dipantau dengan melihat hasil
penimbangan yang tercatat pada KMS (Kartu Menuju Sehat). Catatan pada
KM S dapat menunjukkan proses tumbuh kembang berjalan normal sesuai
bertambahnya usia. Warna yang terdapat pada KMS menunjukkan status gizi
bayi. Bayi dengan pemenuhan gizi yang cukup memiliki berat badan yang
berada pada daerah berwarna hijau, sedangkan warna kuning menunjukkan
status gizi kurang, dan jika berada dibawah garis warna merah menunjukkan
status gizi buruk.
Selain KMS, pedoman lain yang juga dapat dijadikan patokan untuk
menilai kecukupan gizi bayi adalah :
1. Ukuran rata-rata linkaran kepala (LIKA)
Ukuran lingkar kepala bayi ketika lahir 35cm. Pada usia 6 bulan lingkar
kepala bertambah kurang lebih 8,5cm, menjadi 43,5cm. Pada usia satu
tahun bertambah sekitar 12 cm dari ukuran saat lahir, menjadi sekitar 47
cm.
2. Panjang bayi
Panjang bayi saat berumur satu tahun rata-rata 1,5 x panjang ketika waktu
lahir. Pad usia 4 tahun 2x panjang pada waktu lahir.
3. Menghitung berat badan brdasarkan rumus
Rumus penghitungan berat badan untuk mengetahui berat normal anak
usia 1-6 tahun adalah 2n+8 (n= usia anak). Rata-rata berat usia 6 bulan
adalah 2x berat lahir. Pada usia 3 tahun berat badannya mencapai 3x berat
ketika lahir.
Hal yang harus diperhatikan dalam memantau berat badan bayi adalah
bahwa setiap hasil pengukuran tubuh memiliki rentang normal. Fisik bayi
yang kurus tidak selalu pertanda bermasalah atau kurang gizi selama berat
badannya masih didalam rentan normal grafik pertumbuhan. Bayi aktif, serta
16
memiliki tumbuh kembang yang normal dapat dinilai memiliki status gizi yang
baik.
Bayi yang lahir prematur memiliki cara pemantauan pertumbuhan yang
berbeda dengan bayi yang lahir secara normal. Pemantaun terhadap
pertumbuhannya harus didasarkan pada usia sesungguhnya, bukan usia lahir.
Misalnya seorang bayi lahir di usia 30 minggu, berarti bayi lahir 7 minggu
lebih cepat dari usia sesungguhnya. Ketika bayi berusia 4 bulan, sebenarnya
bayi tersebut berusia 2 bulan 1 minggu. Bayi prematur atau lahir dengan berat
badan rendah (BBLR), biasanya juga memiliki kemampuan menelan yang
kurang baik, jika hal ini tidak di antisipasi maka pertumbuhannya akan
terhambat.
17
Sebelum bekerja bayi harus disusui sampai kenyang. Selama berada
ditempat kerja ibu isa emerah ASI setiap 3 jam sekali dengan cara
manual ataupun menggunakan alat khusus. ASI hasil perahan dapat
disimpan pada suhu ruang, lemari es, ataupun freezer. ASI bisa bertahan
2 jam apabila disimpan pada tempat yang bersih dalam suhu ruang. ASI
dapat disimpan sampai 8 hari apabila disimpan di kulkas, dan akan lebih
bertahan lama lagi disimpan di freezer
Selama ibu berada ditempat kerja, kepada bayi diperikan ASI hasil
perahan. Setelah ASI dikeluarkan dari kulkas atau freezer, letakan dalam
wadah bersih dalam mangkuk yang berisi air hangat. Setelah ASI agak
hangat segera berikan pada bayi dan pemberian ASI hendaknya tidak
memberikan botoltetapi menggunakan sendok atau cangkir. Etika ibu
berada dirumah, setelah payudara ibu dibersihkan dan susui bayi sesering
mungkin agar merangsang produksi ASI
3. Beranggapan bahwa susu formula lebih baik dan lebih praktis dari ASI
Gencarnya promosi tentang susu formula serta kurangnya
pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan tidak sedikit ibu yang
beranggappan bahwa ssu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik
dari ASI.
4. Kekhawatiran tubuh ibu menjadi gemuk
Ibu biasanya beranggapan bahwa nafsu makan ibu menyusui lebih
besar dibandingkan ib yang tidak enyusui sehingga timbul kekhawatiran
berat badannya akan meningkat. Pendapat ini tidaklah benar seluruhnya,
karena produksi ASI tidak hanya terjadi pada pasca persalinan tetapi
telah dipersiapkan timbunan lemak yang akan dipergunakan slama proses
menyusui, dengan demikian perempuan yang tidak menyusui malah akan
lebih sulit untuk menghilangkan tumbunan lemak ini
18
faktor internal dari dalam diri anak. Berikut ini merupakan beberapa masalah
gizi pada bayi.
1. Gizi Berlebih
Idealnya asupan zat gizi harus mengandung cukup bahan bakar
(energi) dan semua zat esensial sesuai kebutuhan sehari-hari. Pemberian
makanan yang mengandung energi berlebihan akan menimbulkan obesitas
atau kegemukan, sedangkan zat gizi esensial yang diberikan berlebihan
untuk jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut
dan dapat menjadi racun bagi tubuh. Kegemukan merupakan salah satu
resiko terjadinya penyakit. Kegemukan pada bayi akan membuat proses
pertumbuhan dan perkembangan menjadi terhambat . Sebagai contoh bayi
dengan badan yang terlalu gemuk akan sulit bergerak sehingga
perkembangan motorik pada anak menjadi terhambat.
2. Gizi Kurang
Kekurangan gizi pada bayi juga berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kekurangan gizi akan membuat
anak menjadi lemah,letih,lesu,lemah bahkan sakit. Berikut ini merupakan
bebrapa kekurangan gizi yang dapat dialami oleh bayi.
a. Kekurangan Kalori Protein (KKP)
Penanggulanagn kekurangan kalori protein dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan kualitas asupan makanan dengan cara mengubah
pola atau menu yang dihidangkan sehari-hari. Hidangan yang
disajikan sehari-hari dapat berasal dari makanan pokok setempat ,
seperti beras, jagung, singkong. Pemenuhan kebutuhan protein harus
diutamakan dengan pemeberian bahan makanan yang mengandung
protein tinggi. Kekurangan protein memerlukan penanganan yang
serius, hal ini dikarenakan kekurangan protein akan menyebabkan
anak mudah terinfeksi, dan defisiensi zat gizi lain. Tindakan yang
paling utama adalah menangani gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan cara memberikan cairan intravena.
b. Kekurangan Vitamin A (Xerophthalmia)
19
Ibu yang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A secara
cukup sampai bayi berusia 6 bulan, maka kebutuhan bayi akan
vitamin A juga akan tercukupi melalui ASI yang dikonsumsi. Berikut
ini merupakan ciri-ciri kekurangan vitamin A.
a) Gangguan dalam penyerapan vitamin A sehingga menyebabkan
penyakit pankreas, diare kronik.
b) Gangguan konversi provitamin A menjadi vitamin A sehingga
menyebaban terjadinya penyakit kelenjar tiroid.
c) Kerusakan hati, seperti pada penderita kwashiorkor dan hepatitis
kronik.
d) Kurang terbentuk Retinol Binding Protein.
Upaya penanggulangan tidak dapat banyak menolong apabila
kekurangan telah terjadi lama dan menyebabkan kerusakan parah pada
anggota tubuh anak. Upaya yang dilakukan adalah mengurangi gejala
klinis. Pemerintah Indonesia memiliki program pemberian kapsul vitamin
A kepada balita sebanyak 2x dalam 1 tahun sebagai upaya pencegahan
terjadinya kekurangan vitamin A. Bentuk intervensi yang dilakukan untuk
menanggulangi kekurangan vitamin A, terdiri dari 3 bentuk, yaitu :
1) Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan satu kali kepada bayi
diatas 6 bulan.
2) Meningkatkan konsumsi vitamin A yang berasal dari asupan makanan.
3) Foftifikasi makanan yang digunakan sehari-hari.
c. Kekurangan Zat Besi (Anemis Gizi)
Sampai usia 6 bulan bayi masih memiliki cukup cadangan besi
dari ibu yang diberikan selama dalam kandungan namun setelah usia 6
bulan cadangan besi itu akan semaikn menipis, sehingga diperlukan
asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi. Berdasrkan
SKRT 1995, angka kejadian anemia di Indonseia pada anak usia
kurang dari 5 tahun dalah 40,5%. Anemia dapat mengganggu
perkembangan fisik dan mental anak. beberapa ciri anemia antara lain:
pucat pada lidah, telapak tangan dan bibir bagian dalam, sehingga
menyebabkan bayi kelelahan dan kesulitan berbafas. Anemia yang
20
terjadi dalam jangka waktu lama dapat merusak perkembangan
intelektual. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita anemia
sering mengalami berat badan rendah dan anemia. Anemia pada bayi
bisa juga diakibatkan karena investasi cacing dan malaria.
d. Kekurangan Zat Yodium (Gondok Endemik)
Yodium sangat dibutuhkan utnuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental bayi. Apabila seorang bayi tidak memperoleh
yodium yang cukup, atau apabila ketika hamil ibu mengalami
kekurangan yodium maka anak akan lahir dengan menderita cacat
mental, kurang kemamuan dalam mendengar atau berbicara, atau akan
terlambat perkembangan fisik dan mentalnya.
21
BAB III
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu
23