Di Susun oleh:
Kelompok 3
SARTINI/ 2020010101182
Dosen Pengampuh
Fitriah M.Th.I
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Menjelaskan kedudukan hadis disertai dalil al Qur’an dan hadis
2.2 Menjelaskan fungsi hadis dengan mengemukakan contoh ayat dan hadis
yang relevan
2.3 Menjelaskan beberapa dispensasi terhadap hadis Rasulullah yang tidak
harus diteladani
2.4 Menjelaskan golongan yang menolak hadis sebagai sumber hukum kedua
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut bahasa (lughat), hadits dapat berarti baru, dekat (qarib) dan
cerita(khabar). Sedangkan menurut istilah ahli hadist ialah “segala ucapan
Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan beliau”. Akan tetapi para
ulama Ushul Hadits, membatasi pengertian hadits hanya pada ”Segala
perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir Nabi Muhammad SAW, yang
bersangkut paut dengan hukum
Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, menarik dibicarakan tentang
kedudukan Hadits dalam Islam. Seperti yang kita ketahui, bahwa Alquran
merupakan sumber hukum utama atau primer dalam Islam. Akan tetapi dalam
realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali Alquran
membicarakanya, atau Alquran membicarakan secara global saja atau bahkan
tidak dibicarakan sama sekali dalam Alquran. Nah jalan keluar untuk
memperjelas dan merinci keuniversalan Alquran tersebut, maka diperlukan
Hadits atau Sunnah.Di sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau
penjelas dari Alquran atau bahkan menjadi sumber hukum sekunder atau
kedua setelah Alquran.
Artinya: “Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS:Ali Imran : 32).
Masih banyak lagi ayat-ayat yang sejenis menjelaskan tentang permasalahan ini.
Dari beberapa ayat di atas telah jelas bahwa perintah mentaati Allah selalu
dibarengi dengan perintah taat terhadap Rasul-Nya. Begitu juga sebaliknya
dilarang kita durhaka kepada Allah dan juga kepada Rasul-Nya.
-Dalil Hadits
Dalam salah satu pesan yang disampaikan baginda Rasul berkenaan dengan
kewajiban menjadikan hadits sebagai pedoman hidup disamping Al-Qur’an
sebagai pedoman utamanya, adalah sabdanya:Artinya : “Aku tinggalkan dua
pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak akan tersesat selam-lamanya, selama
kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul-
Nya.”(HR. Malik).
Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai,
menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam
hadits telah dilakukan sejak jaman Rasulullah, sepeninggal beliau, masa
khulafaurrosyidin hingga masa-masa selanjutnya dan tidak ada yang
mengingkarinya.
Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam
islam, antara satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Keduanya
merupakan satu kesatuan. Al-qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak
memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran
hadis, sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan
keumuman isi al-Qur’an tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
1. Bayan Al-Taqrir
Bayan taqrir di sebut juga dengan bayan al-Ta’kid atau bayan al-Isbat, yaitusunah
berfungsi untuk mengokohkan atau menguatkan apa yang telah disebutkan
didalam al-Qur‟an. Bayan taqrir juga disebut sebagai bayan al-muwafiq li al-nas
al-kitab. Hal ini karena kemunculan hadis-hadis itu senada atau searah dengan al-
Qur‟an
“Janganlah kamu berpuasa hingga kamu melihat bulan (hilal), dan janganlah
kamu berbuka hingga kamu melihatnya. Dan jika terjadi gelap terhadapmu,
makaperkirakanlah bulan itu.”16 Juga hadis “Apabila kalian melihat hilal, maka
2. Bayan Al-Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan al-tafsir adalah penjelasan hadis terhadap ayat-ayat
yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut, seperti pada ayat-ayat
yang mujmal, mutlak dan „amm. Maka fungsi hadis dalam hal ini adalah
memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadapayat-ayat al-Qur‟an yang
masih mujmal, memberikan taqyid atas ayat-ayat yang masih mutlaq, serta
memberikan takhshish atas ayat-ayat yang masih umum
yang dimaksud dengan bayan tafshil adalah ,bahwa sunah itu menjelaskan atau
memperinci ke mujmal -an al-quran bersifat mujmal [global] maka dia dapat
berfungsi kapan saja dan dalam keadaan apa saja diperlukan perincian maka dar
itulah fungsi sunnah yang diperlukana.misalnya fungsi sunah sebagai bayan
tafshil yaitu masalah perintah sholat ,mengeluarkan zakat ,melaksanakan haji dan
qishah .perintah untuk melakukan hal-hal di atas ,secara gamblang dapat terdapat
dalam al-quran namun Teknik operasional dari hal-hal tersebut tidak di jelaskan
dalam al-quran akan tetapi di dapati dlam hadis nabi .