Anda di halaman 1dari 21

Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara

Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

BAB VI
MONOPULSE ANTENNA

A. Deskripsi Teknis
1. Deskripsi Antena
Antena monopulse CSL-M terdiri dari radiant dipole array, di mana
dipole diatur dalam posisi yang sama. Antenna digunakan untuk
memancarkan pulsa interogasu dan untuk menerima pulsa jawaban dari
target yang diinterogasi. Diagram radiasi antena menunjukkan bentuk
elevasi yang tetap. Sapuan azimuth dihasilkan melalui revoluasi
mekanikal.
Antena memiliki tiga kanal yaitu Sum, Difference dan Omni. Setiap
kanal berkaitan dengan radiasi diagram azimuth yang khusus.

Gambar 6.1. Antena CSL-M

Antena CSL-M memiliki filter band pass dalam setiap kanal. Setiap
filter menjangkau band pemancar dan penerima. Saat penerimaan, filter

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-1


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

melindungi dari sinyal sistem lain seperti radar primer. Saat pemancaran,
komponen harmonik dan sinyal tidak diinginkan dihilangkan.
CSL-M tidak memerlukan power supply untuk beroperasi.
Antarmuka listrik RF setiap kanal pada antena CSL-M adalah konektor
tipe N, yang diletakkan di tengah kotak antena.

Gambar 6.2. Konektor Antena

Antena terdiri dari 34 kolom radian (dengan 10 dipole setiap radian)


yang ditempelkan pada struktur logam ringan. Pada sisi depan
ditempelkan 33 kolom dan 1 kolom lainnya ditempelkan melalui dua balok
dan peralatan inklinasi bebas di belakang. Pada daerah terbuka antara
kolom diletakkan batang refleksi untuk mengurangi radiasi ke belakang
dari kolom.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-2


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Gambar 6.3. Batang Refleksi


Struktur ditempelkan oleh struktur antarmuka ke radar primer atau
sistem penyeret. Struktur menunjang elemen kelistrikan seperti kabel RF,
splitter, matrix, submatrix. Semuanya dilindungi dari hujan menggunakan
plat proteksi air.

Gambar 6.4. Struktur Antarmuka

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-3


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

2. Spesifikasi Sistem
a. Frekuensi Operasional
Antena CSL-M beroperasi dengan frekuensi berikut:
- Kanal SUM ............................ 1030 ± 3,5 dan 1090 ± 5 MHz
- Kanal DIFFERENCE ............. 1090 ± 5 MHz
- Kanal OMNI ........................... 1030 ± 3,5 dan 1090 ± 5 MHz
b. SWR (Standing Wave Ratio)
Pada ketiga kanal antena SWR lebih rendah dari 1,5 : 1, yang
direferensikan pada jalur 50 Ohm.
c. Polarisasi
Semua kanal antena memiliki polarisasi vertikal baik saat pemancaran
maupun penerimaan, ketika antena dikonfigurasikan dalam mode
operasi normalnya. Penolakan terhadap polarisasi yang menyilang dari
kanal SUM, OMNI dan DIFFERENCE adalah lebih baik dari 13 dan 25
dB dalam sudut elevasi -2 dan +4 derajat.
d. Penguatan
Penguatan maksimum diagram SUM termasuk filter adalah lebih baik
dari 27 dB pada 1090 MHz dan 1030 MHz.
e. Kanal N
Antena memiliki tiga diagram radiasi yang terpisah dan bebas yaitu :
1) directional untuk interogasi atau SUM, 2) omnidirectional yang
menutupi side lobe dari SUM, yang disebut OMNI atau SLS, 3)
DIFFERENCE yang menghasilkan teknik monopulse.
Kanal SUM digunakan baik saat pemancaran maupun penerimaan,
menyediakan diagram azimuth direktif dengan level yang rendah pada
lobe sekunder. Kanal DIFFERENCE digunakan hanya pada saat
penerimaan, menyediakan diagram monopulse (dua lobe utama yang
diatur terpisah dengan radiasi minimum bertepatan saat radiasi
maksimum kanal SUM). Kedua kanal tersebut digunakan untuk
memperoleh infomarsi sudut azimuth yang lebih akurasi.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-4


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Kanal OMNI digunakan baik saat pemancaran maupun penerimaan.


Kanal ini digunakan bersama dengan kanal SUM untuk
memperbandingkan level sinymal dan menghilangkan respon yang
tidak akan diproses dari arah utama diagram SUM. Jangkauan azimuth
dari kanal hampir omnidirectional dan memiliki level minimum
bertepatan saat kanal SUM mencapai level maksimum, yang menutupi
semua lobe radiasi (samping dan belakang) dari kanal SUM.
f. Diagram dari radiasi
Antena memiliki tiga input konektor yang menyediakan tiga kanal
(SUM, DIFF dan OMNI), yang memiliki karakteristik radiasi terpisah.
Diagram radiasi vertikal, bersama dengan gain puncak antena, saat
terhubung dengan interogator memungkinkan menjangkau jarak lebih
dari 250 NM dan jangkauan vertikal lebih dari 60.000 feet, melalui
azimuth 360. Pola radiasi elevasi (vertikal) dapat dilihat pada gambar
6.5. Pola pancaran SUM menyediakan diagram azimuth terarah dan
dengan level rendah pada lobe sekundernya, sehingga menginterigasi
dan menerima respon dari target yang dilokasikan hanya dalam beam
utama.
Penguatan pola pancaran SLS konsisten dengan operasi yang cukup
dari sistem side lobe suppresion. Level diagram OMNI akan melebihi
level diagram SUM, terkecuali pada sekitar ± 4 dari maksimum
diagram SUM.
Penguatan pola pancaran DIFFERENCE konsisten dengan operasi
yang cukup dari sistem penemu arah monopulse. Diagram ini
menunjukkan dua titik maksimum, satu untuk setiap sisi. Gambar 6.6.
menunjukkan pola radiasi azimuth (horisontal).

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-5


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Gambar 6.5. Pola Radiasi Elevasi

Gambar 6.6. Pola Radiasi Azimuth

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-6


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

g. Kapasitas Daya Pancaran


Antena akan mampu secara kontinyu tanpa adanya kerusakan
kelistrikan atau kerusakan lainnya pada semua kondisi berikut:
- Serempak
Kanal SUM:
Daya puncak maksimum = 5000 watt
Lebar pulsa maksimum = 30,45 µs
Kanal OMNI:
Daya puncak maksimum = 5000 watt
Lebar pulsa maksimum = 0,9 µs
- Tidak Serempak
Kanal SUM, OMNI atau DIFF:
Daya puncak maksimum = 5000 watt
Lebar pulsa maksimum = 30,45 µs
h. Fasa SUM-DIFFERENCE
Melebihi rentang frekuensi 1090 MHz dan untuk setiap sudut azimuth
antara titik persilangan dari diagram SUM dan DIFF, fasa diagram
DIFF adalah 90 ± 10 derajat lebih dari fasa diagram SUM pada sisi kiri
antena dan -90 ± 10 derajat kurang dari fasa diagran SUM pada sisi
kanan antena, yang diambil dari konektor SUM dan DIFF pada antena,
termasuk filter.
i. Fitur Mekanik
Fitur mekanik antena, di mana tidak termasuk sistem antarmuka
penyeretan, adalah:
Tinggi ......................... 1792 ± 5 mm
Lebar ......................... 8060 ± 5 mm
Kedalaman ................ 1100 mm
Input konektor untuk setiap kanal adalah tipe N wanita.
Struktur secara prinsip dari antena termasuk peralatan inklinasi manual
yang diletakkan pada bagian lebih rendah dari elevasi mendasar

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-7


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

diagram SUM, yang digunakan untuk pengaturan titik Q (nominal


horizon), dapat dinaikan 10 derajat.
Pada antena juga memiliki pengaturan kolom belakang yang terpisah
dan bebas, dengan rentang inklinasi kolom belakang +20 dan -10.

Gambar 6.7. Peralatan Tilting dan Antarmuka

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-8


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Antena monopulse CSL-M tersusun dari deretan 34 kolom radian yang


ditempelkan pada struktur yang terbuat dari logam ringan, di mana 33
kolom ditempelkan pada bagian depan struktur dan 1 kolom (SLS
belakang) ditempelkan melalui dua batang logam dan peralatan
inklinasi pada bagian belakangnya.

a) Kolom Depan b) Kolom SLS Belakang


Gambar 6.8. Deretan 34 Kolom Antena

j. Lampu Obstruksi
Sebagai pilihan, antena dilengkapi dengan dua redundant lampu
obtruksi. Lampu ini akan secara otomatis aktif oleh sensor cahaya
alami atau dapat secara manual diaktifkan.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-9


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Gambar 6.9. Lampu Obtruksi

3. Komponen Utama Antena


a. Diagram Blok
Diagram blok kelistrikan antena CSL-M yaitu:

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-10


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Gambar 6.10. Diagram Blok Kelistrikan

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-11


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Antena tersusun dari beberapa komponen utama yang dijelaskan pada


tabel 6.1 berikut:

Tabel 6.1. Bagian RF Antena

NO DESKRIPSI JUMLAH
1 MAIN STRUCTURE 1
2 RADIANT ELEMENT 34
3 WIRING RADIANT ELEMENT 32
4 SPLITTER D1 12
5 SPLITTER D2 2
6 SPLITTER D3 2
7 INTERCONECTION WIRING 16
8 WIRE MATRIX 1 1
9 WIRE MATRIX 2 1
10 WIRE MATRIX 3 1
11 WIRE MATRIX 4 1
12 WIRE SUBMATRIX 1
13 WIRE SLS FRONT 1
14 WIRE SLS BACK 1
15 WIRE SUM FILTER 1
16 WIRE DIFFERENCE FILTER 1
17 WIRE OMNI FILTER 1
18 MAIN SPLITTER (MATRIX) 1
19 INTERCONECTION MATRIX- 1
SUBMATRIX
20 SECOND SPLITTER (SUBMATRIX) 1
21 FILTER 1
22 MECHANICAL SLS STRUCTURE 1
23 MAIN TILT MECHANISM 1
24 BACK TILT MECHANISM 1
25 MECHANICAL INTERFACE 1

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-12


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Semua interkoneksi kabel RF menggunakan konektor tipe N pria di


kedua ujungnya. Untuk memperoleh diagram radiasi yang memenuhi
spesifikasi, dipole harus harus berada pada kondisi yang semestinya.
Karakteristik nominal deretan kolom secara horisontal adalah :
- Distribusi amplitudo untuk setiap kanal adalah simetris terhadap
kolom tengah.
- Distribusi fasa adalah simetris untuk kanal SUM dan tidak simetris
untuk kanal DIFFERENCE.
- Kolom tengah depan (SLS-F) digunakan oleh kanal SUM dan
OMNI, tapi tidak oleh kanal DIFFERENCE.
- Kolom tengah belakang (SLS-R) digunakan hanya oleh kanal OMNI
untuk menutupi lobe belakang sehingga tercapai proses penekanan
pada lobe belakang.
Karakteristik secara vertikal dari dipole antena untuk setiap kolom
adalah sama pada ketiga kanal antena.
b. Filter
Setiap kanal antena dilengkapi dengan filter yang memisahkan radiasi
dari sistem lain (radar primer) yang terdeteksi oleh antena. Sinyal tidak
nyata (harmonic) untuk kanal transmisi diredam dengan baik.
Komponen filter terdiri dari dua tahap yaitu band pass dan low pass.
Filter secara fisik diletakkan di tengah kotak antena.

Gambar 6.11. Filter

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-13


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Filter memiliki karakteristik berikut:


- Band pass : 1000 MHz sampai 1120 MHz.
- Insertion Loss:
<0,5 dB untuk 1026,5 MHz < frekuensi < 1033,5 MHz
<0,5 dB untuk 1085 MHz < frekuensi < 1095 MHz
- Return Loss:
<-20 dB untuk 1026,5 MHz < frekuensi < 1033,5 MHz
<-20 dB untuk 1085 MHz < frekuensi < 1095 MHz
Konektor dari filter splitter adalan tipe N wanita.
c. Matrix
Matrix adalah papan rangkaian yang dicetak melalui microwave
substratum. Peralatan ini bersama submatrx menyediakan distribusi
horisontal dari sinyal. Konektor matrix adalah tipe N wanita. Matrix
memiliki dua input: SUM (J20) dan DIFFERENCE (J27). Matrix
memiliki 16 output (J1 sampai J16) yang diumpan ke splitter. Secara
fisik matrix diletakkan dalam kotak tengah antena. Ada empat kabel
yang dinamakan “Matrix Internal Cable”, yang digunakan untuk
mengatur fasa dari kanal DIFFERENCE. Distribusi sinyal pada matrix
dapat dilihat pada tabel 6.2 berikut:

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-14


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Tabel 6.2. Distribusi Sinyal Pada Matrix

Gambar 6.12. Matrix

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-15


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

d. Submatrix
Submatrix adalah papan rangkaian yang dicetak melalui microwave
substratum, yang dipak dalam tiga papan garis lajur. Elemen ini
merupakan bagian dari sistem distribusi horisontal dari kolom radian.
Submatrix memiliki dua input J25 (kanal SUM) dan J21 (kanal OMNI).
Submatrix membangkitkan kolom radian SLS-F (tengah depan) dan
SLS-P (belakang).

Gambar 6.13. Submatrix

Interkoneksi dengan matrix (J20) dilakukan melalui ouput J19.


Submatrix memiliki kabel yang dinamakan “Submatrix Internal Cable”
(J23-J24) yang mengatur fasa kelistrikan untuk keseimbangan sinyal
antara kolom depan (SLS-F) dan kolom belakang (SLS-P). Submatrix
memiliki tiga koaksial eksternal dengan beban 50 Ohm. Konektor
submatrix adalah tipe N wanita. Submatrix diletakkan dalam kotak
tengah antena. Distribusi sinyal dari submatrix dapat dilihat pada tabel
6.3 berikut.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-16


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Tabel 6.3. Distribusi Sinyal Pada Submatrix

e. Splitter
Setiap splitter memiliki input (J1) dan dua output (J2, J3). Ada tiga tipe
splitter yang berbeda yaitu D1, D2 dan D3, tergantung sinyal yang
didistribusikan pada output. Konektor splitter adalah tipe N wanita.
Splitter diletakkan sepanjang struktur dalam wadah distribusi dan
diproteksi dari hujan.

Gambar 6.14. Splitter

Distribusi sinyal dari submatrix dapat dilihat pada tabel 6.4 berikut.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-17


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Tabel 6.4. Distribusi Sinyal Pada Submatrix

f. Kolom Radian
Sebanyak 34 kolom radian diatur secara vertikal membentuk antena
CSL-M, di mana sebanyak 33 kolom diletakkan di sisi depan dan 1
kolom diletakkan di sisi belakang. Kolom depan tengah dinamakan
SLS-F dan kolom depan lainnya dinamakan C1, C2 sampai C32.
Kolom memiliki tinggi 1.508 m dengan jarak antar kolom 244 m. Kolom
memiliki kedalaman 258 mm dan lebar 52 mm. Setiap kolom memiliki
10 dipole radian dan 9 splitter. Kolom radian diproduksi menggunakan
teknologi SSL seperti halnya splitter. Untuk menghindari radiasi ke
belakang dari kolom depan, batang metal refleksi diposisikan melalui
bidang dan di tengah-tengah kolom. Setiap kolom memiliki konektor
input tipe N wanita yang dinamakan J1.

Gambar 6.15. Kolom Radian

g. Kabel
Elemen yang digambarkan pada paragraf sebelumnya terinterkoneksi
melalui kabel 50 ohm. Kabel kolom (AC1, AC2,...) memerlukan

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-18


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

pengaturan fasa dalam pabrik. Semua konektor kabel adalah tipe N


wanita. Fitur kabel dalam L-band ditunjukan pada tabel 6.5 berikut.

Tabel 6.5. Fitur Kabel

B. Operasi
Antena memiliki tiga kanal: SUM dan OMNI untuk pemancaran dan
penerimaan, DIFFERENCE hanya untuk penerimaan saja. Kanal SUM
dan OMNI melaksanakan fungsi ISLS selama proses pemancaran dan
fungsi RSLS selama proses penerimaan. Kombinasi RSLS dan ISLS
untuk menjamin lobe samping dan bekakang ditekan dalam elevasi pada
jangkauan tertentu.
Peralatan yang diperlukan untuk instalasi dan pemeliharaan tidak
disediakan bersama dengan antena oleh supplier. Berikut ini peralatan
yang diperlukan untuk mendukung antena.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-19


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Tabel 6.6. Alat Perkakas

Tabel 6.7. Alat Ukur

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-20


Program Studi Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia

Antena memiliki tiga input konektor yang menyediakan tiga kanal


(SUM, OMNI dan DIFFERENCE), di mana ketiga kanal ini terpisah bebas.
Antena CSL-M adalah deretan dipole yang memancarkan interogasi dan
menerima jawaban dari transponder. Kanal SUM dan DIFFERENCE diatur
fasanya untuk menjaga operasi yang benar dari fungsi monopulse. Antena
CSL-M dapat digabungkan dengan sensor antena radar primer atau
sistem penggeser melalui antarmuka mekanis yang sesuai. Peralatan ini
dapat berputar 4 sampai dengan 12 detik per revolusi.

C. Pemeliharaan dan Perbaikan


Sistem pemeliharaan dibagi dalam tahap: pemeliharaan
pencegahan, prosedur pengukuran dan prosedur perbaikan.

1. Prosedur Pemeliharaan
Elemen yang harus diinspeksi adalah kolom, reflector, kabel RF
(konektor) dan protector. Selain itu secara berkala memverifikasi
putaran sekrup.

Monopulse Secondary Surveillance Radar Page V-21

Anda mungkin juga menyukai