3.1.1 Sejarah Rumah Sakit Baptis Batu Pada tahun 1951 misi Baptis datang ke Indonesia dan merencanakan untuk membuka sebuah Rumah Sakit.Tanggal 28 Februari 1955, klinik Baptis dibuka oleh Kathleen Jones sebagai awal berdirinya Rumah Sakit Baptis.Klinik tersebut berkembang sampai tahun 1957. Pada tanggal 28 Februari 1957 Rumah Sakit Kediri dibuka oleh dr. Kathleen Jones, M.D. dan beliau menjadi direktur pertama Rumah Sakit Baptis Kediri. Pengembangan dari Rumah Sakit Baptis Kediri, dengan diprakarsai oleh dr. Sukoyo Suwandani yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Baptis Kediri. Di Jalan Raya Tlekung No. 1 Kecamatan Junrejo dengan luas 7 hektar Rumah Sakit Baptis Batu dibangun dan kemudian diresmikan pada tanggal 11 Mei 1999. 3.1.2 Profil Rumah Sakit Baptis Batu Rumah Sakit Baptis pada waktu itu jauh dari keramaian, sekitar 5 kilometer dari pusat kota Batu. Akses kendaraan juga masih jarang sehingga agak sulit dijangkau oleh masyarakat Batu dan sekitarnya.Pada awal pembukaan Rumah Sakit Baptis memiliki kapasitas 180 tempat tidur. Dilayani oleh 3 dokter umum, 2 dokter gigi dan 4 dokter spesialis yang terdiri dari Spesialis Bedah, Spesialis Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam, dan Spesialis Kesehatan Anak yang siaga 24 jam di Rumah Sakit Baptis Batu. Rumah Sakit Baptis Batu memberikan beragam jenis pelayanan medis antara lain klinik umum, klinik gigi dan mulut, dan klinik spesialis, instalasi gawat darurat, serta rawat inap yang terdiri dari kelas I, II, III, VIP, dan VVIP. Serta dilengkapi pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi, fisioterapi, anestesi, home care, hotel care, dan medical spa.Kapasitas tempat tidur pasien yang disediakan di Rumah Sakit Baptis Batu sebanyak 100 tempat tidur. Dengan dukungan perawat yang keseluruhannya berasal dari Rumah Sakit Baptis Kediri, ditambah karyawan lain yang sebagian besar adalah karyawan Rumah Sakit Baptis Kediri yang bersedia pindah tugas ke Rumah Sakit Baptis Batu. Jumlah keseluruhan karyawan adalah 143 orang. Pada tahun pertamanya tidaklah mudah bagi Rumah Sakit Baptis Batu untuk meraih pelanggans, dimana rawat jalan hanya dikunjungi sekitar 250 pasien tiap bulannya dan BOR Rumah Sakit Baptis Batu di bawah 20% . Hal ini menyebabkan diciutkannya tempat tidur menjadi 100 buah.Untuk efisiensi, dokter spesialis Rumah Sakit Baptis Batu dan Rumah Sakit Baptis Kediri dirolling sehingga kesenjangan beban kerja di kedua Rumah Sakit tidak terlalu jauh. Rumah Sakit Baptis dalam statusnya berada dalam bawah kepemimpinan Yayasan Baptis Indonesia.Rumah Sakit Baptis Batu merupakan rumah sakit tipe madya yang setara dengan rumah sakit tipe C. Sejak bulan April 2006 Rumah Sakit Baptis Batu menjalin kerjasama dengan PT. ASKES yaitu Rumah Sakit Baptis Batu dipercaya untuk melayani pasien ASKES maskin, sosial dan sukarela. Hal ini menyebabkan lonjakan pasien Rumah Sakit Baptis Batu yang puncaknya terjadi pada bulan Mei – Juli 2007 dan menyebabkan BOR Rumah Sakit Baptis Batu pernah mencapai 76% yang menyebabkan kegiatan yang sangat meningkat di semua bagian dan kurangnya sumber daya tetapi dengan adanya pembatasan JAMKESMAS menyebabkan kunjungan yang menurun di tahun 2008. Pada tahun 2008 Rumah Sakit Baptis Batu melakukan pemberdayaan karyawan rumah sakit dengan semaksimal mungkin. Untuk tenaga cleaning service, taman, satpam, binatu, dan kantin dipakai tenaga outsourcing. Jumlah karyawan seluruhnya pada waktu itu 180 orang. Pada bulan Agustus 2009 terjadi pergantian kepemimpinan yaitu dr Arhwinda Pusparahaju Artono dilantik untuk menggantikan direktur lama. Dibawah kepemimpinan direktur baru, Rumah Sakit Baptis Batu berjuang mengembangkan Rumah Sakit Baptis Batu untuk mencapai visi menjadikan Rumah Sakit Baptis Batu menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat Malang Raya karena pelayanan kesehatan prima berlandaskan Kasih Kristus. Bukti pengembangan tersebut dimulai dengan melengkapi fasilitas Rumah Sakit Baptis Batu mulai dari pengadaan alat USG baru dengan tekhnologi 4 dimensi. Kemudian pada tanggal 25 Mei 2010 CT Scan 8 slices dapat dihadirkan pertama kalinya di Kota Batu tepatnya di Rumah Sakit Baptis Batu. Pengadaan kedua alat canggih tersebut sangat membantu masyarakat Kota Batu dan sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehesif tanpa perlu rujuk ke tempat yang lokasinya lebih jauh. Kebijakan umum rumah sakit adalah pasien yang datang dilayani kebutuhannya secara tuntas dengan menyediakan keperluan perawatan dan pengobatan pasien, baik obat maupun alat yang diperlukan, tanpa memeberi resep yang harus dibeli oleh pasien, tanpa uang muka,.Semua baru dibayar oleh pasien setelah pasien siap pulang.Kebijakan ini merupakan kebijakan yang telah ada sejak Rumah Sakit Baptis Kediri berdirir dan merupakan nilai dasar bagi Rumah Sakit Baptis. Direksi, staf dan seluruh karyawan Rumah Sakit Baptis Batu terus bekerja keras untuk meletakkan fondasi yang kokoh agar Rumah Sakit Baptis Batu dapat terus melangkah secara mulus dan meyakinkan dalam mewujudkan visi dan misinya. 3.1.3 Visi Rumah Sakit Baptis Batu Menjadikan Rumah Sakit pilihan utama masyarakat Malang Raya karena pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien 3.1.4 Misi Rumah Sakit Baptis Batis 1. Memeberikan pelayanan kesehatan secara holistic yang berlandaskan Kasih Kristus kepada setiap orang tanpa membedakan status sosial, golongan, suku dan agama. 2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien. 3. Mengelola asset secara efektif dan efisien bagi kesejahteraan dan pengembangan Rumah Sakit dengan memanfaatkan potensi Kota Wisata Batu. 4. Mengembangkan sumber daya manusia secara utuh yang memiliki belas kasih, asertif, professional, bekerja dalam tim, integritas dan sejahtera. 3.1.5 Moto Rumah Sakit Baptis Batu Compassionate Hospital 3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi, sendangkan komite farmasi dan Terapi adalah bagian yang bertanggung jawab dalam penetapan formilarium.Agar pengelola perbekalan farmasu dan penyusun formulaium dirumah sakit dapat sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan adanya tenaga yang profesional dibidang tersebut.Untuk menyiapkan tenaga profesional terdapat diperlukan bagian masukan diantaranya adalah tersedianya pedoman yang dapat digunakan dalam pengelolaan perbekalan farmasi di instalasi farmasi rumah sakit. Pelayanan kefarmasian sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatana mempunyai peran peting dalam mewujudkan pelayan kesehatan yang bermutu dimata apoteker sebagai dari tenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas.Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta informasi terkait agar masyarakat mendapatkan manfaatnya yang baik. Pelayanan kefarmasian yang meyeluruh meliputi aktivitas promotif, preventif, kuratif dan rehabilitas kepada masyarakat.Untuk memperoleh manfaat terapo obat yamg maksimal dan mencegah efek yang tidak diingikan. Maka diperlukan penjaminan mutu proses penggunaan obat. Hal ini menjadikan apoteker harus ikut bertanggungjawab bersama – sama dengan profesi kesehatan lainnya dan pasien, untu tercapainya tujuan terapi yaitu penggunaan obat rasional. Visi dan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis 3.2.1 Visi Visi pelayanan instalasi farmasi adalah terselenggarakan pelaksanaan dan pengelola dalam pelayanan pekerjaan kefarmasian dirumah sakit yang berpusat pada pasien dengan mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien 3.2.2 Misi Misi pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah mengadakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita, menjamin mutu tinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling relative serta memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasian melalui peneliatian bagi staf medik, mahasiswa dan masyarakat. 3.2.3 Falsafah Pelayanan farmasi yang bermutu dan dengan biaya yang efektif dengan mengutamakan keselamatan pasien. 3.2.4 Nilai Tujuh benar waspada : Benar Pasien, Benar Indikasi, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Waktu Pemberian, Benar Cara Pemberian, Benar Dokumentasi, Waspada Efek Samping. 3.2.5 Tujuan Tujuan farmasi rumah sakit menurut The American Society of Hospital Pharmacist (ASHP:1994) adalah : 1. Turut berpatisipasi aktif dalam penyembuhan penderita dan memunpuk tanggung jawab dalam profesi dengan landasan filosofi dan etika 2. Mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi pendidikan dan penelitian 3. Mengembangkan administrasi dan manajemen, penyediaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit. 4. Meningkatkan ketrampilan tenaga farmasi yang bekerja di instalasi farmasi rumah sakit. 5. Memperhatikan kesejahteraan staf dan pengawai yang bekerja di lingkungan instalasi farmasi rumah sakit. 6. Mengembangkan pengatahuan tentang farmasi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan. 3.2.6 Tenaga Kerja/Sumber Daya Manusia Jumlah tenaga kerja instalasi farmasi RS Baptis Batu adalah 22 orang yang terdri dari : Apoteker :5 Asisten Apoteker :9 Juru Arik :5 Admin :3 3.3 Kegiatan PKL 3.3.1 ManajemenFarmasi A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi 1. Seleksi Obat Pemelihan atau seleksi obat adalah kegiatan untuk menetepkan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai jumlah, jenis dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan agar tercapai penggunaan obat yang rasional. Pemilihan atau seleksi obat di Rumah Sakit Batu berdasarkan : a) Pola penyakit b) Pola pengunaan obat sebelumnya 2. Perencanaan Perencenaan perbekalan farmasi dilakukan setiap bulan dan untuk pengadaan dilakkukan dua kali dalam waktu seminggu. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan : a) Formularium rumah sakit b) Data rekam medik yang meliputi jumlah kunjungan pasien dan pola penyakit c) Bufferstock yang tersedia digudang perbekalan farmasi d) Anggaran Rumah Sakit yang tersedia 3. Pengadaan Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan rumah sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasuk eksternal. Dirumah Sakit Baptis Batu pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan tugus pembelian bahan medis. Prosedur pengadaaan rutin perbekalan farmasi : a) Setiap hari diunit pelayanan farmasi menulis pada buku pencatatan sisa perbekalan farmasi yang tinggal sedikit dan di sampaikan kepada petugas pelaksana perencanaan. b) Petugas pelaksana perencanaan melayani dan menyerahkan perbekalan farmasi sesuai permintaan dari masing – masing unit pelayanan dan farmasi. c) Unit pelayanan farmasi menerima perbekalan farmasi dengan menerima print out bukti pengambilan barang. 4. Pemerikasaan dan penerimaan Perbekalan farmasi yang dikirim dari distributor farmasi resmi diterima petugas penerimaan barang medis dengan meneliti dan mencocokkan : a) Kesesuaian jenis barang dan jumlah barang dengan pesenan b) Kesesuaian surat pesanan dan faktur c) Kesesuaian faktur dan barang d) Tanggal kadaluarsa dan nomor batch e) Kondisi fisik barang (rusak atau tidak) f) Setelah barang diterima sesuai maka petugas penrima akan member paraf dan tanggak terima barang pada bukti pengiriman barang (faktur). Apabila barang masuk dalam golongan obat prekursor, narkotika dan psikotropik, penerima baranng harus di tandatanggani dan di cap oleh Apoteker penanggung jawab. g) Petugas penerima penyimpan barang tersebut sesuai prosedur dan kebutuhan yang berlaku h) Petugas menerima mencatat barnag yang diterima pada buku penerimaan baranng dan kartu stock gudang untuk masing – masing jenis perbekalan farmasi baik / utuh dan masa expired / pendek maka diinformasikan kepada petugas pembelian bahan medis untuk dikembalikan ke distributor. 5. Penyimpanan Penyimpanan perbekalan farmasi adalah penataletakan perbekalan farmasi diruang penyimpanan maupun diruang pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah dipersyaratkan untuk masing – masing perbekalan farmasi dan ketentuan resmi dari pabrik. Tujuan penyimpanan : a) Menjamin stabilitas dan keamana sediaan farmasi dan alat kesehatan. b) Mempermudah pengambilan pada saat dilakukan pelayanan farmasi c) Meningkatkan kewaspadaan untuk mencapai keselamatan pasien Prosedur penimpanan perbekalan farmasi sebagai berikut : a) Perbelakan yang sudah diterima sesuai prosedur penerimaan barang disimpan pada tempat yang tersedia dan sesuai persyaratan oleh petugas farmasi. b) Obat atau sediaan vaksin disimpan dilemasi pendingin/ kulkas c) Obat golongan narkotika dan psikotropik disimpan dialmari khusus, tidak mudah dipindahkan tempatnya. Tidak mencolok dan selalu dalam keadaan terkunci. d) Perbekalan farmasi ditata berdasarkan sistem FIFO (first in first out) perbekalan farmasi yang terdahulu diletakkan diatas atau didepan dan atau dengan sistem FIFO (first expired first out) perbekalan farmasi dengan expired pendek dikeluarkan terbilih dahulu bila ada pengeluaran barang. e) Disetiap unit pelayanan farmasi selalu dilakukan kontrol suhu penyimpanan. Kontrol suhu penyimpanan dibedakan menjadi dua yaitu suhu ruangan 15,50C - 250C dan suhu lemari pendingin 20C - 80C. 6. Pendistribusi Pendistribusi perbekalan farmasi bertujuan untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan perbekalan farmasi sesuai dengan yang dibutuhkan, terjangkau, dan terjamin.Sistem distribusi untuk seluruh perbekalan farmasi adalah sistem satu pintu yaitu instalasi farmasi. a) Unit Dose Dispensing (UUD) Obat – obatan untuk perorangan ditetapkan untuk jangkau waktu tertentu.Sistem ini berlaku untuk pasien rawat inap. b) Individual Prescribing (IP) atau resep perorangan. Sistem ini berlaku untuk pasien rawat jalan. c) Ward Floor Stock (WFS) Merupakan sistem distribusi obat – obat emergency. 7. Monitoring dan Evaluasi Beberapa monitoring yang dilakukan antara lain adalah : 1) Kontrol suhu Kontrol suhu dilakukan pada suhu ruangan dan suhu pada lemari pendingin.Hal ini bertujuan agar suhu dalam penyimpanan obat tetap stabil. 2) Stock opname Stock opname dilakukan setiap satu bulan sekali. Hal ini bertujuan untuk menyamakan stock yang ada dikomputer dengan fisik yang ada. Selain itu, dengan melakukan stock opname juga dapat diketahuai obat yang memiliki masa kadaluarsa dekat sehingga dapat digunakan terlebih dahulu. B. Pelayanan Kefarmasian 1. Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan a. Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan Umum 1) Resep dibawa masuk oleh perawat, pasien dilayani kemudian dilakukan pembayaran 2) Setelah itu diberikan no urut warna biru untuk umum pasien umum diberikan dobel 2 (untuk pasien dan ditempel diresep) 3) Resep masuk meja skrining untuk diprintkan label nama 4) Resep masuk meja etiket (tabel nama ditempel dan ditulis etiket sesuai resep, serta resep dihitung), menuliskan nama dan jumlah obat di form kasir pada form telaah obat 5) Masuk ke meja dispensing untuk, diambil obat sesuai form telaah obat dan ditempel etiket pada obat 6) Meja dobel cek untuk dilakukan pengecekan (obat jadi dicek dan diserahkan ke meja kasir dan obat racikan diserahkan ke meja racik untuk diracik dan diserahkan ke meja kasir). 7) Meja depan untuk diserahkan kepada pasien (sebelum diserahkan dicocokan terlebih dahulu nota dari kasir dan resep, setelah itu pasien dipanggil dan no urut sambil dicocokkan di resep, pasien juga ditanya identitas pasien berdasarkan tanggal lahir, apabila tahu maka ditanyakan alamat dan dilakukan KIE. b. Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan BPJS 1) Resep dibawa masuk oleh perawat, pasien dilayani kemudian dilakukan pembayaran 2) Setelah itu diberikan no urut putih untuk pasien umum diberikan dobel 2 (untuk pasien dan ditempel diresep) 3) Resep masuk meja skrining untuk diprintkan label nama, setelah itu dientry obat dikomputer untuk keperluan klaim ke BPJS 4) Resep masuk meja etiket (tabel nama ditempel dan ditulis etiket sesuai resep dan resep dihitung), menuliskan nama dan jumlah obat di form kasir pada form telaah obat. 5) Masuk ke meja dispensing untuk, diambil obat sesuai form telaah obat dan ditempel etiket pada obat 6) Meja dobel cek untuk dilakukan pengecekan (obat jadi dicek dan diserahkan ke meja kasir dan obat racikan diserahkan ke meja racik untuk diracik dan diserahkan ke meja kasir). 7) Meja depanuntuk diserahkan kepada pasien (sebelum diserahkan dicocokan terlebih dahulu nota dari kasir dan resep, setelah itu pasien dipanggil dan no urut sambil dicocokkan di resep, pasien juga ditanya identitas pasien berdasarkan tanggal lahir, apabila tahu maka ditanyakan alamat dan dilakukan KIE. c. Penyimpanan obat di Rawat Jalan 1) Alfabetis 2) LASA (look A Like & Sound A Like) 3) Golongan sepeti narkotika 4) Suhu penyimpanan 5) Bentuk sediaan ( salep, tetes mata, tetes telinga, dan sirup) 6) FEFO dan FIFO 7) Program pemerintah, program pemerintah ini hanya untuk obat 4 FDC (fixed-dose combination) atau 2 FDC (fixed-dose combination) yang berikan pada pasien TBC. d. Pembagian Ruangan Pelayanan Farmasi Rawat Jalan 1) Meja depan untuk penerimaan resep dari pasien / perawat 2) Meja skrinning untuk dilakukan pengeprintan label nama dan entry ke komputer untuk pasien BPJS. 3) Meja etiket untuk memberikan etiket sesuai dengan obat 4) Meja dispensing 2. Unit Pelayanan Farmasi Rawat Inap a. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap 1) Resep diantara oleh perawat atau sirkuler. Setelah resep diterima, maka dilakukan screening resep (nama pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal resep, ruangan inap pasien, nama obat dan jumlahnya). 2) Penulisan respon time (jam terima resep) 3) Tenaga teknis kefarmasian menyiapkan obat sesuai dengan resep. Jika ada obat yang baru digunakan maka catat dalam lembar catatan pemakain obat pasien. 4) Setelah obat disiapkan tenaga teknis kefarmasian yang lain akan memberikan etiket UDD untuk masing – masing obat. Penulisan etiket UDD disesuaikan dengan lembar & benar pasien. 5) Jika sudah siap maka tiap resep akan dipisahkan menurut ruangan masing – masing pasien untuk selanjutnya diantara oleh sirkuler. b. Alur Pelayanan Pasien Pulang 1) Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang bertugas menyiapkan pasien pulang segera mengecek obat yang diretur dan menulis di KPO 2) Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian menyiapkan obat pasien pulang dan memastikan tidak ada obat yang tertinggal diruangan. 3) Resep diberikan kepada juru racik untuk disiapkan 4) Setelah obat pulang sudah masuk kedalam software rawat inap maka admin dan apoteker atau tenaga teknis kefarmasian segera cross check penggunaan obat yang telah digunakan diruangan KPO dan software miliki kasir. 5) Setelah cross ceck selesai maka pihak farmasi segera member tahu kasir proses farmasi sudah selesai sehingga pasien bias melakukan pembayaran. 6) Pasien kembali ke farmasi rawat inap untuk mengambil obat pulang yang diserahkan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang disertai KIE. c. Penyimpanan obat di Rawat Inap berdasarkan: 1) Menggunakan sistem FEFO dan FIFO 2) Menggunakan abjab, bentuk sediaan 3) Pemyimanan khusus (suhu) 4) Sesuai LASA (look A Like &Sound A Like) 5) Larutan konsentrat ex; KCl, MgSO4, D40% 6) Obat high alert d. Administrasi Kegiatan adminitrasi di instalasi Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu yaitu melakukan perekapan obat yang digunakan oleh pasien rawat inap dan rawat jalan untuk selanjutnya diserahkan ke bagian LPA untuk di klaimkan ke pihak BPJS. e. Gudang Penerimaan Barang Medis Gudang penerimaan barang medis melayani pengambilan obat dan alkes dari unit pelayanan farmasi di rumah sakit. Berikut alur pengambilan obat di Gudang penerimaan barang medis: 1) Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian dari masing-masing unit pelayanan farmasi rawat jalan dan rawat inap yang akan mengambil obat dan alkes membawa buku defekta. 2) Petugas mengambilkan obat dan alkes yang diminta. 3) Obat atau alkes yang sudah siap di check terlebih dahulu dan diberi barcode, kemudian diserahkan kepada petugas yang membawa.