Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makin meningkatnya kegiatan penduduk suatu daerah, maka makin menungkat pula
pergerakan manusia, barang dan jasa sehingga kebutuhan akan jasa transportasi akan meningkat
pula. Karena itu pemenuhan kebutuhan transportasi perlu terus ditingkatkan untuk menunjang
pergerakan manusia, barang maupun jasa. Suatu kota yang berpenduduk dalam jumlah besar dan
mempunyai kegiatan perkotaan yang luas memerlukan pelayanan transportasi berkapasitas tinggi
dan ditata secara terpadu. Oleh karena itu pada dasarnya transportasi merupakan Devired
Demand artinya permintaan akan jasa transportasi timbul dari kebutuhan sektor-sektor.
Setiap wilayah kota harus dapat dijangkau oleh system pelayanan angkutan umum yang
ada, untuk itu kebutuhan transportasi harus seimbang dengan penyediaan prasarana dan
didukung oleh sistem jaringan jalan dengan tingkat pelayanan yang memadai. Lalu lintas dan
jaringan jalan memiliki peranan yang sangat penting sehingga penyelenggaraannya dan
pembinaannya dikuasai oleh Negara dan swasta dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan
jaringan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib,teratur, nyaman dan efisien.
Disamping itu untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penggunaan dan
pemanfaatan jalan, diperlukan pula adanya ketentuan-ketentuan bagi pemerintah dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan. Kota sebagai simpul jasa distribusi, memiliki peranan yang penting dalam
memacu perkembangan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang cepat akan
mengakibatkan perubahan aktifitas kota yang berdampak pada struktur dan karakteristik serta
pola penggunaan lahan koa kemidian diikuti oleh pengembangan kota.
Agar proses transportasi dapat berjalan optimum dalam ruang dan waktu tertentu
dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan serta efisiensi waktu dan biaya maka
perlu diadakannya rekayasa lalu lintas/ survei arus lalu lintas.
Dari permasalahan inilah penyusun mengambil judul “Rekayasa Lalu Lintas dengan
Menggunakan Metode Pelaksanaan Survei Manual”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penyusun mengambil suatu rumusan masalah
untuk dijadikan pokok pembahasan makalah yaitu bagaimana rekayasa lalu lintas dengan
menggunakan metode pelaksanaan survei manual?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui arus pada ruas.
2. Untuk mengetahui arus lalu lintas
3. Untuk mengetahui komposisi kendaraan.
4. Untuk mengetahui volume jam puncak (VJP) dan lalu lintas harian rata-rata (LHR)
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapakan agar mahasiswa mengerti dan memahami tentang rekayasa lalu
lintas dengan menggunakan pelaksanaan survei manual dan mampu mengolah data guna
mendapatkan hasil tentang arus pada ruas, arus lalu lintas, komposisi kendaraan, volume jam
puncak dan lalu lintas harian rata-rata.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Transportasi


Menurut Steenbrink (1974), pengertian transportasi adalah perpindahan orang atau
barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara
geografis.
Menurut Soegijatna Tjakranegara, pengertian transportasi adalah memindahkan barang
(commodity of goods) dan penumpang dari suatu tempat ketempat lain, sehingga pengangkut
menghasilkan jasa angkutan atau produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan untuk
pemindahan atau pengiriman barang-barangnya.
Menurut Miro, pengertian transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lainnya di mana di
tempat tersebut objek yang dipindahkan lebih bermanfaat atau bermanfaat untuk tujuan-tujuan
tertentu.
Kita tarik kesimpulan bahwa transportasi merupakan sebuah alat yang di gunakan untuk
perpindahan atau dapat mengangkut Manusia, barang, dan hewan dari satu tempat ke tempat
yang lain. Selain itu, transportasi juga berguna untuk memindahkan Manusia, barang, dan hewan
dari keadaan awal atau tempat asalnya menuju ke suatu tujuan sesuai dengan yang di inginkan
dengan di gerakkan oleh manusia atau mesin.

2.2 Fungsi Transportasi


Transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam usaha mencapai tujuan
pengembangan ekonomi dalam suatu negara. Tujuan pengembangan ekonomi yang dapat
diperkenankan oleh jasa transportasi yakni sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan pendapatan nasional, diiringi oleh distribusi yang merata antara
penduduk, bidang usaha serta daerah.
2. Dapat meningkatkan jenis serta meningkatkan jumlah barang jadi dan jasa yang bisa
dihasilkan oleh para konsumen, industri dan pemerintah.
3. Dapat meningkatkan industrial nasional yang bisa menghasilkan devisa serta mensupply
pasaran dalam negeri
4. Mengadakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat. Terdapat
peranan transportasi dalam kegiatan yang tidak ekonomis yaitu sebagai sarana
meningkatkan integritas bangsa, transportasi membuat dan meningkatkan standar
kehidupan masyarakat secara keseluruhan, meningkatkan Ketahanan Nasional Bangsa
Indonesia dan menciptakan pembangunan nasional.
Selain yang sudah di jelaskan diatas mengenai fungsi ada juga fungsi lain dari
transportasi, yakni untuk mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat yang
lain. Kebutuhan akan angkutan penumpang tergantung pada fungsi bagi kegunaan seseorang.
Peranan transportasi bukan hanya untuk melancarkan barang atau mobilitas manusia
karena tansportasi juga mempermudah tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi
secara optimal. Transportasi berfungsi sebagai sektor pendukung pembangunan dan pemberi jasa
bagi perkembangan ekonomi.

2.3 Manfaat Transportasi


Banyak sekali manfaat dari Transportasi, yakni mencangkup beberapa aspek, berikut ini
penjelasan mengenai manfaat dari transportasi sebagai berikut:
1. Manfaat Ekonomi
Manusia memanfaatkan SDA (Sember Daya Alam) guna memenuhi kebutuhan
sehari-hari. SDA ini perlu diolah melalui proses produksi untuk menjadi bahan jadi yang
kemudian untuk dipasarkan. Tujuan dari kegiatan ekonomi yakni untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan menciptakan berbagai manfaat.
Transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan yang berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan manusia melalui cara mengubah letak geografi orang dan juga
barang. Dengan adanya transportasi, bahan baku dapat dibawa ke tempat produksi dan
kepasar dengan cepat.
2. Manfaat Sosial 
Transportasi memiliki manfaat bagi kehidupan manusia yang meliputi bebrapa
aspek seperti: Dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat ada bentuk hubungan yang
bersifat resmi, seperti misalnya hubungan antara lembaga pemerintah dengan swasta, dan
ada pula hubungan yang bersifat tidak resmi, seperti misalnya hubungan keluarga,
sahabat, dan lainnya. Selain itu transportasi juga sangat membantu dalam menyediakan
berbagai fasilitas dan kemudahan, seperti:
 Memberi pelayanan untuk perorangan maupun kelompok
 Menyediakan pertukaran & penyampaian informasi
 Perjalanan pribadi dan perjalanan social
 Waktu tempuh antara rumah dan tempat bekerja akan lebih singkat dengan adanya
transportasi.
 Menunjang perluasan kota atau penyebaran penduduk menjadi beberapa kelompok
yang lebih kecil.
3. Manfaat Politik
Transportasi memegang peranan penting. Beberapa manfaat politik transportasi,
yakni sebagai berikut:
 Dengan adanya transportasi bisa menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat
dengan meniadakan isolasi.
 Dengan adanya transportasi bisa mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat bisa
dikembangkan atau diperluas secara merata.
 Transportasi juga memiliki peranan penting terhadap Keamanan negara karena sangat
tergantung pada transportasi yang efisien untuk memudahkan mobilisasi kemampuan
dan ketahanan nasional, dan juga memungkinkan perpindahan pasukan selama masa
perang atau untuk menjaga keamanan dalam suatu negara.
 Dengan sistem transportasi yang efisien memungkinkan perpindahan penduduk dari
daerah yang terjadi bencana.
4. Manfaat Fisik 
Dengan adanya transportasi bisa mendukung perkembangan kota dan wilayah
sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota mesti didukung secara
langsung oleh rencana pola jaringan jalan yang menjadi rincian tata guna lahan yang
direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan bisa berpengaruh kepada perkembangan
kota sesuai dengan rencana tata guna lahan. Itu artinya transportasi sangat mendukung
terhadap perkembangan fisik suatu kota dan wilayah tertentu.

2.4 Transportasi Jalan Raya


System lalu lintas jalan pada dasarnya terdiri dari sub-sub system yang antara lain
adalah pemakai jalan (pengemudi dan pejalan kaki), sarana angkutan (kendaraan), prasarana
jalan dan lingkungan, di mana dalam gerak dinamikanya interaksi dan kombinasi daripada sub-
sub system tersebut akan menghasilkan karakteristik daripada pergerakan lalu lintas barang dan
penumpang.
System lalu lintas jalan merupakan suatu interaksi antara prasarana (jalan), sarana
(kendaraan), dan manusia yang dikendalikan oleh hukum (Undang-Undang dan peraturan-
peraturan).
(Badan Pendidikan dan Latihan Perhubungan Pusat Pendidikan dan Latihan Perhubungan Darat,
1997:1-2)

2.5 Prasarana Jalan


Menurut Siregar (1981) jalan raya adalah prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan palengkap dan pelengkapnya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan, orang dan hewan, sehingga pengertian jalan tidak
hanya terbatas pada jalan konvensional (tanah), akan tetapi termasuk juga jalan yang melintasi
sungai besar/danau/laut, di bawah permukaan tanah dan air (terowongan) dan di atas permukaan
tanah (jalan laying). Bagian pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari
jalan, seperti jembatan, pontoon, tempat parker, sedangkan perlengakapan jalan adalah rambu-
rambu lalu lintas, tanda-tanda jalan, pagar pengaman lalu lintas, dan lain-lain. (Handayani, R.
2006)
Jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, social, budaya, dan
pertahanan keamanan serta dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Di
samping itu, jalan mempunyai peranan untuk mendorong pengembangan semua Satuan Wilayah
Pengembangan dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang semakin merata.
Oleh karena itu, jalan merupakan suatu kesatuan system jaringan jalan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hirarki.

2.6 Jaringan Jalan


Jaringan merupakan suatu konsep matematik yang digunakan untuk menggambarkan
prasarana jalan. Jaringan jalan mempunyai dua elemen, yaitu ruas jalan (link) dan simpul (node).
Dalam jaringan jaan biasanya diadakan pembedaan antara berbagai kelas/klasifikasi jalan.
a) Kelas Jaringan Berdasarkan Wewenang Pembinaannya
Berdasarkan wewenang pembinaan jalan, kelas jaringna jalan dapat dibedakan ke dalam
6 kelas jalan, yaitu:
1. Jalan Nasional
Adalah jalan umum yang wewenang pambinaannya dilakukan oleh Menteri.
2. Jalan Provinsi
Adalah jalan umum yang wewenang pembinaannya dilakukan oleh Menteri Dalam
Negeri atas usul Pemerintah Daerah Tingkat I dengan memperhatikan pendapat Menteri.
3. Jalan Kabupaten
Adalah jalan umum yang wewenang pembinaannya dilakukan oleh Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas usus Pemerintah Daerah Tingkat II bersangkutan
dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
4. Jalan Kota Madya
Adalah jalan umum yang wewenang pembinaanya dilakukan oleh Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas usus Pemerintah Daerah Kota Madya bersangkutan
dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
5. Jalan Desa
Adalah jalan umum yang wewenang pembinaannya dilakukan oleh keputusan
Pemerintah Daerah Tingkat II bersangkutan dengan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.
6. Jalan Khusus
Adalah jalan yang dibangun/dipelihara oleh instansi/perorangan dengan
memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.

b) Kelas Jaringan Jalan Berdasarkan Peranan/Fungsinya.


Menurut peran dan fungsinya serta persyaratan jalan, jalan terbagi menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Jalan arteri
Adalah jalan melayani angkutan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara efisien.
 Jalan arteri primer, menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.
- Kecepatan rencana > 60 km/jam
- Lebar badan jalan minimal 8 meter.
- Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata.
- Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lokal
dan kegiatan lokal.
- Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas
jalan dapat tercapai.
- Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan
rencana dan kapasitas jalan.
- Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
Ø  Jalan arteri sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan sekunder kesatu atau
kawasan kesatu dengan kawsan sekunder kedua.
- Kecepatan rencana > 30 km/jam.
- Lebar badan jalan minimal 8 meter.
- Kapasitas jalan sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
- Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.
- Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan
kapasitas jalan.
1. Jalan Kolektor
Adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
Ø Jalan kolektor primer, menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua
atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
- Kecepatan rencana > 40 km/jam.
- Lebar badan jalan minimal 7 meter.
- Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.
- Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan
rencana dan kapasitas jalan.
- Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
Ø  Jalan kolektor sekunder, menghubungkan kawasan sekunder dengan kawasan
sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
- Kecepatan rencana minimal 20 km/jam.
- Lebar jalan minimal 7 meter.

2. Jalan lokal
Adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
Ø  Jalan lokal primer, menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau jenjang
kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota di bawah kota
jenjang ketiga sampai persil.
- Kecepatan rencana > 20 km/jam.
- Lebar badan jalan minimal 6 meter.
- Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa.
Ø  Jalan lokal sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan
atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.
- Kecepatan rencana > 10 km/jam.
- Lebar badan jalan minimal 5 meter.
- Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih,
minimal 3,5 meter.

2. Kelas Jaringan Jalan Berdasarkan Kemampuan Daya Dukung Jalan


1. Jalan Kelas I yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, panjang tidak melebihi 18 m dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan >10 ton.
2. Jalan Kelas II yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, panjang tidak melebihi 18 m dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 10 ton.
3. Jalan Kelas III A yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, panjang tidak melebihi 18 m dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
4. Jalan Kelas III B yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, panjang tidak melebihi 12 m dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
5. Jalan Kelas III C yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1 m, panjang tidak melebihi 9 m dan
muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.
(Badan Pendidikan dan Latihan Perhubungan Pusat Pendidikan dan Latihan
Perhubungan Darat, 1997:3-6 – 3-11)
2.6 Sarana atau Moda
a) Klasifikasi Kendaraan Bermotor
Kendaraan pada dasarnya dibuat untuk memenuhi salah satu dari 3 kegunaan dasar
angkutan, yaitu:
- Angkutan pribadi, adalah transportasi untuk masing-masing individu dan
keluarga yang memiliki kedaran yang digunakan untu keperluan pribadi mereka;
termasuk didalam kategori ini adalah kendaraan yang bukan milik pribadi tetapi
digunakan secara pribadi, misalnya kendaraan perusahaan, kendaraan yang disediakan
untuk pegawai pemerintah, dan bis pegawai.
- Angkutan umum, angkutan yang tersedia untuk umum yang membayar ongkos
untuk menggunakan kendaraan tersebut. Angkutan umum dapat merupakan moda
angkutan lain, khususnya angkutan jalan rel, dan juga angkutan air (ferry) dan angkutan
udara.
- Angkutan barang, adalah untuk memuat segala jenis barang, dari yang kecil dan
bernilai tinggi hinggi yang besar dan bersifat barang curah, dari makanan dan binatang
hingga barang cair dan mineral, dan sebagai berikut.
b) Klasifikasi Kendaraan Bermotor Menurut Jenisnya
Kendaraan Bermotor yang beroperasi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 5
jenis yaitu:
- Sepeda Motor, adalah setiap kendaraan bermotor yang berdua dua.
- Mobil Penumpang, yaitu kendaraan bermotor yang semata-mata diperlengkapi
dengan sebanyak banyaknya 8 tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk
pengemudinya, baik dengan atau tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
- Mobil Bus, adalah kendaraan bermotor yang diperlengkapi dengan lebih dari 8
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun
tanpa perlengkapan pengangkutan barang.
- Mobil Barang, adalah kendaraan bermotor selain dari ada yang termasuk dalam
definisi mobil penumpang, mobil bus, dan selain kendaraan bermotor beroda
dua.
- Mobil Kendaraan Khusus, adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan
bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang yang
digunakan untuk keperluan khusus atau mengangkut muatan khusus.

c) Pembagian Kendaraan Bermotor Menurut Berat Dan Dimensinya


1. Pembagian kendaraan bermotor berdasarkan panjang Maksimum yang diizinkan oleh
pemerintah untuk setiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut:
      Mobil Bis : 12 m
      Mobil Barang tanpa kereta gandengan : 9 m
      Mobil Barang dengan kereta gandengan : 16,5 m
      Mobil Barang dengan kereta tempelan : 15,5 m
      Mobil Penumpang : 6 m
      Panjang maximum kereta gandengan bersumbu satu : 5 m
2. Ketentuan dan peraturan panajng muatan menjorok, lebar dan tinggi yang diizinkan
adalah sebagai berikut :
      Kebelakang tidak boleh melebihi 2 meter dari sisi belakang kendaraan.
      Kedepan tidak boleh melampaui kaca depan.
      Lebar maksimal 2,5 m dan,
      Tinggi maksimal 3,5 m.
3. Ketentuan dan peraturan panjang muatan menjorok, lebar dan tinggi yang diizinkan
adalah sebagai berikut :
      Kebelakang tidak boleh melebihi 2 meter dari sisi belakang kendaraan.
      Kedepan tidak boleh melampaui kaca depan.
      Lebar maksimal 2,5 m dan
      Tinggi maksimal 3,5 m
4. Untuk panjang rangkaian kendaraan penarik (tractor Head) dan kereta tempelan
maksimum adalah 17,5 meter, lebar kendaraan maksimum 2,5 meter dan tinggi
maksimum 4 meter.
5. Untuk mobil kendaraan khusus yang beroperasi di jalan pada prinsipnya harus
memenuhi persyaratan teknik dan lain jalan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Untuk pembagian kendaraan bermotor berdasarkan berat/muatan sumbu terberat
(MST) dikelompokan menjadi 3 kelas yaitu :
      Kendaraan bermotor dengan muatan sumbu = 10 ton
      Kendaraan bermotor dengan muatan sumbu = 8 ton
      Kendaraan bermotor dengan muatan sumbu = < 8 ton, yang masih dibagi menjadi
kelas 5 ton.

d) Klasifikasi Kendaraan Bermotor Menurut Jenis dan Muatan Sumbu Terberat (MST).
1. Klasifikasi kendaraan bermotor menurut jenisnya berdasarkan klasifikasi kendaran
bermotor menurut muatan sumbunya dan dengan tidak memperhitungkan kereta
tempelan dan kereta gandengan, yaitu :
      Mobil penumpang dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.1) mempunyai MST
kendaraan kurang dari 3,5 ton.
      Mobil Bus di bedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
- Mobil bus sedang dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.2) mempunyai MST
kendaraan 8 ton.
- Mobil bus besar dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.2) mempunyai MST
kendaraan 10 ton.
      Mobil barang dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu :
- Mobil barang ringan dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.1) mempunyai MST
kendaraan kurang dari 3,5 ton.
- Mobil barang sedang dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.2) mempunyai
MST kendaraan 5-8 ton.
- Mobil barang berat dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.2) mempunyai MST
kendaraan sama dengan 10 ton.
- Mobil barang berat dengan sumbu tandem (jenis sumbu 1.22) mempunyai MST
kendaraan lebih besar dari 10 ton.
      Mobil kendaraan khusus dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu :
- Mobil kendaraan khusus ringan dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.1)
mempunyai MST kendaraan kurang dari 3,5 ton.
- Mobil kendaraan khusus sedang dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.2)
mempunyai MST kendaraan 5-8 ton.
- Mobil kendaraan khusus berat dengan sumbu tunggal (jenis sumbu 1.2)
mempunyai MST kendaraan sama dengan 10 ton.
- Mobil kendaraan khusus berat dengan sumbu tandem (jenis sumbu 1.22)
mempunyai MST kendaraan lebih besar dari 10 ton.
(Badan Pendidikan dan Latihan Perhubungan Pusat Pendidikan dan Latihan
Perhubungan Darat, 1997:4-2 – 4-7).
BAB III

DATA DAN SURVEY

2.1 Survey Volume Lalu Lintas

Survey lalulintas merupakan bagian terpenting karena sebagian besar permasalahan desain

dan pengendalian lalu lintas memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik lalu lintas yang

terkait. Survey ini dilakukan untuk mengumpulkan data/ informasi di lapangan.

Pada studi ini, data yang diambil pada lokasi survey ialah data volume lalu lintas. Dalam

pengambilan data jumlah kendaraan dilakukan tiap interval waktu 1 jam. Untuk pengambilan

data jumlah kendaraan di golongkan ke dalam kendaraan yaitu ………………………

2.2 Pelaksanaan Survey

Survey volume lalu lintas ini berlokasi di Karangkamulyan, Kec. Cijeungjing, Kab. Ciamis,

Jawa Barat 46271 (depan pom bensin). Yang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21

Desember 2019, dari jam 08.00 - 20.00 WIB. Pengambilan data ini menggunakan durasi waktu

per 1 jam.

2.3 Peralatan Survey

Dalam pengambilan data dilapangan, kami menggunakan alat bantu yaitu :

1. Meteran, yang digunakan ialan meteran 50 m, meteran ini digunakan untuk mengukur

lebar jalan.
2. Alat tulis, yang digunakan untuk mencatat data-data hasil survey dilapangan digunakan

alat seperti, pulpen, kertas tulis.

3. Alat bantu hitung, digunakan aplikasi dari handphone

4. Jam, yang digunakan ialah jam tangan dan jam dari handphone. Jam ini digunakan untuk

menentukan batas waktu survey per 1 jam.

3.4 Data Survey


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

4.3 Dokumentasi
Daftar Pustaka

http://bramasipil.blogspot.com/2013/11/makalah-lhr.html/ 30 desember 2019 15:00 WIB

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-transportasi.html/ 30 desember 2019 15:15


WIB

https://materibelajar.co.id/pengertian-transportasi/ 30 desember 2019 15:15 WIB

Anda mungkin juga menyukai