Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK

“KEJANG DEMAM”

DI SUSUN OLEH :

MUH. ISRAK AQSAH

PO713201191119

CI INSITUSI CI LAHAN

Hj Hartati,SPd,S.Kep,Ns,M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAKASSAR

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2021
A. Pengertian
Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak dapat menahan
serangan demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang demam adalah kejang yang
terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan ini disebabkan oleh kelainan
ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari pengertian di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa kejang demam adalah kondisi tubuh anak yang tidak dapat
menahan demam pada peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh karena proses
ekstrakranial.

B. Etiologi
Menurut Randle-Short (1994) kejang demam dapat disebabkan oleh:
a. Demam tinggi.
Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis, faringitis, otitis media,
gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela, demam berdarah, dan
lain-lain.
b. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.
c. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
d. Perubahan cairan dan elektrolit.
e. Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:
 Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60% kasus.
Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap.
 Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan perinatal
tinggi.
 Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi, tapi
kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi.

C. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (N+ ) dan elektrolit lainnya
kecuali ion klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan yang
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam dan di luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat berubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran itu sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya mencapai 15%.
Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium i ion
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadi pelepasan listrik. Lepasnya
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke
membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “Neurotransmitter” dan
terjadilah kejang.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya berlangsung singkat,
yaitu berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang
lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau
kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului dengan kekakuan atau hanya
sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8%
berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah
kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sementara waktu, tetapi
setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit
neurologis.
Kejang dapat diikuti dengan hemiparesis sementara. (Todd’s hemiparesis) yang
berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama
lebih sering terjadi pada kelang demam yang pertama.

E. Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam sampai saat ini belum jelas. Diduga penyebab kejang
demam adalah respon otak imatur terhadap peningkatan suhu yang cepat. Penyebab
kejadian yang diduga dengan puncak suhu. Hipertermia mengurangi mekanisme yang
menghambat potensi dan meningkatkan transmisi sinaps eksitatorik. Pada penelitian
hewan didapatkan peningkatan ekstabilitas neuron otak selama proses
maturasinya. Suhu yang sering menimbulkan demam adalah 38,5% derajat C (Basuki,
2009).
Penelitian pada demam berhasil mengidentifikasi kejang demam gen kerentanan
pada 2 lokus, yaitu FEB1 (kromosom 8q13-q21) dan FEB2 (kromosom 19p13.3),
bersifat autosomal dominan dengan penetrasi tidak lengkap. Hal ini menjelaskan
mengapa kejang demam lebih sering terjadi dalam satu keluarga. Mutasi genetik dari
kanal ion natrium atau Na'channelopathy dan gaminobutiric acid A receptor merupakan
gangguan genetik yang dimiliki terjadinya kejang demam.
Penelitian pada hewan coba menunjukan kemungkinan peran pyrogen endogen
seperti interleukin 1β yang dengan meningkatkan eksitabilitas neuron, mungkin
menghubungkan demam dengan bangkitan
kejang. penelitian pendahuluan pada anak mendukung hipotesis bahwa sitokin jaringant
eraktivasi dan berperan dalam patogenesis kejang demam. Namun,segnifikansi klinis
dan patologis pengamatan ini masih belum jelas (Gatti, 2002). Beberapa faktor yang
mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam antara lain :
1) Demam itu sendiri
2) Efek produk toksik dari mikroorganisme terhadap otak
3) Respo alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi
4) Perubahan keseimbangan atau elektrolit
5) Ensefalitis virus
Dari beberapa factor diatas yang menyebabkan kejang demam maka masalah
yang bisa muncul diantaranya adalah :
Perfusi jaringan serebral yang tidak efektif disebabkan karena rangsang mekanik
dan biokimia yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion di ruang difusi ekstraseluler
Na dan K yang akhirnya terjadi kurang dari 15 menit atau lebih dari 15 menit yang
menimbulkan risiko kerusakan sel neuron, selain itu resikocedera juga terjadi karena
adanya tinta kontraksi otot mulut dan lidah saat anak mengalami kejang, hipertermi pada
anak terjadi setelah kejang saat aktivitas otot meningkat, metabolisme dan suhu juga
mengalami peningkatan dan kurrang pengetahuan orang tua dalam pegangan dan
mencegah kejang pada anak.

F. Factor Risiko
Factor risiko yang bisa mencetuskan kejang demam antara lain :
1) Factor Demam
2) Factor Usia
3) Factor Riwayat Kejang dalam Keluarga
4) Factor Perinatal dan Pascanatal
5) Factor Vaksinasi/Imunisasi
G. Klasifikasi Kejang Demam
1) Kejang Demam Sederhana (KDS)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan
berhenti dengan sendirinya.
2) Kejang Demam Kompleks (KDK)
Kejang demam kompleks merupakan kejang demam dengan salah satu ciri kejang
lama yang berlangsung > 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial, atau berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
H. Tanda dan Gejala Klinis
 Kejang berlangsung singkat, serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral
 Terkadang kejang berhenti sendiri
 Setelah berhenti, anak tidak akan bereaksi apapaun untuk bertemu
 Setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar Kembali tanpa
neurologi deficit
 Peningkatan suhu tubuh hingga 38

I. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium Darah
Untuk mencari etiologi kejang demam. Darah lengkap, kultur darah, glukosa darah,
elektrolit, magnesium, kalsium, fosfar, urinalisa, kultur urin (Barbara, 2011)
2) Urinalisis
Urinalisis direkomendasikan untuk pasien pasien yang tidak ditemukan focus
infeksinya (Pedoman, 2010)
3) Fungsi Lumbal
Untuk atau kemungkinan kemungkinan meningitis.
4) Radiologi
Pencitraan saraf tidak ditunjukkan setelah kejang demam sederhana.
Dipertimbangkan jika terdapat gejala klinis gangguan saraf.
5) Elektroensefalografi
Untuk kemungkinan kemungkinan epilepsy
J. Penatalaksanaan
Pada tata laksana kejang demam, ada 3 hal yang perlu dilakukan :
1) Pengobatan fase akut
a) Pertahankan jalan napas
b) Posisikan anak tidur setengah duduk
c) Posisikan anak tidur setengah duduk
d) Longgarkan pakaian atau pakaian yang tidak perlu
2) Mencari dan mengobati penyebab demam
Pemeriksaan cairan sebrospinal dilakukan untuk membuka kemungkinan
meningitis, pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk mencari
penyebab
3) Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Pencegahan berulang kejang perlu dilakukan karena bila sering berulang dapat
menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Ada du acara pengobatan profilaksi :
1) Profilaksis intermiten pada waktu demam
2) Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari
https://studylibid.com/doc/4344980/lp-kejang-demam

https://www.academia.edu/39725918/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep_pada_Anak_dengan_K
ejang_Demam

Anda mungkin juga menyukai