Makalah Perilaku Kekerasan
Makalah Perilaku Kekerasan
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
i
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan rahmat-nya dan
karunia-Nya kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP ASUHAN
PSIKIATRI PADA PERILAKU KEKERASAN”, ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian perilaku kekerasan dan konsep asuhan
keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan
Meskipun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik,
namun semua itu pasti masih ada kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan dalam
penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara
supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa
merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran,
emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang
dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruksif pada saat terjadi dapat
melegakan individu
individu tidak dan membantu
mengalami orang
kecemasan, laindan
stress, untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga
merasa
bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta
keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
jiwa.
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
1
BAB II
PEMBAHASAN
seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang
adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting,
dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat
melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah
yang paling maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991).
Keterangan:
2
3. Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu
mengungkapkan perasaan.
4. Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
5. Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol
dengan kebutuhan
3
interaksi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
4
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor
5
PROSES TERJADINYA AMUK
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk adalah respons marah
terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
(1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
katakata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan
menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang
berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.
2.3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Faktor Predisposisi
a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan
hasil dari dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil
dari peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut.
6
a. Sistem limbik Merupakan organ yang mengatur
dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku seperti
makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu,
mengatur sistem informasi dan memori.
b. Lobus temporal Organ yang berfungsi sebagai
penyimpan memori dan melakukan interpretasi
pendengaran.
c. Lobus frontal Organ yang berfungsi sebagai bagian
pemikiran yang logis, serta pengelolaan emosi dan
alasan berpikir.
d. Neurotransmiter Beberapa neurotransmiter yang
berdampak pada agresivitas adalah serotonin (5-HT),
Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
d. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif
terhadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau
godaan (seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust)
dan percaya diri (self esteem) individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada
anak (child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping.
7
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media
elektronik (berita kekerasan, perang, olahraga keras).
e. Sosial kultural
a. Norma
1) Internal.
8
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.
2) Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
2.4 Diagnosis
c. Kritik.
Pohon masalah
Diagnosis Keperawatan
9
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
Tindakan
Bina hubungan saling percaya.
10
• terhadap orang lain
• terhadap diri sendiri,terhadap lingkungan.
11
Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
Manajemen Krisis
12
8. Jelaskan semua tindakan pada pasien, “Kami harus mengontrol Tono,
karena perilaku Tono berbahaya pada Tono dan orang lain. Jika Tono sudah
dapat mengontrol perilakunya, kami akan lepaskan”.
13
2. Perilaku tidak dapat dikontrol oleh
obat atau teknik psikososial.
3. Hiperaktif dan agitasi.
Prosedur pelaksanaan pengekangan adalah sebagai berikut.
1) Pengkajian
a. Identitas :
1. Nama : Tn.A
2. No.RM 028022
3. Umur : 40 tahun
5. Alamat : JL.Recing
Alasan masuk :
Keluarga pasien membawah pasien di Rumah Sakit kota Sidrap dengan keluhan; selalu
membawa benda tajam, dan ingin memotong hewan ternak warga, membakar bakar
barang didalam kamar + 3 bulan terakhir, Keluarga pasien mengatakan pasien sering
berbicara sendiri dengan nada yang tinggi, mengaji tidak teratur, menulis-nulis dikertas
kadang bicara tidak nyambung,pasien bolak balik dilorong sehari 3x, pasien jarang
makan, dikasih makan tidak disentuh, pasien jarang tidur, pasien menyendiri sejak
a. Kondisi Pasien :
▪ Suhu : 36.50
▪ C. Nadi : 97 x/m
2. Keluhan Utama :
1. RUFA 1 – 10 ( Intensif I )
Isi Pikir :
Proses Pikir :
pembicaraannya
− Tangensial :-
− Sirkumtansial : Pasien
− Kehilangan assosiasi :-
Perilaku :
berteriak
dan petugas)
Emosi :
mudah tersinggung
− Marah : Pasien
mudah marah
Isi Pikir :
logis
Proses Pikir :
Emosi :
Isi Pikir :
sesekali
Proses Pikir :
Perilaku :
Emosi :
− Emosi stabil
Kesimpulan : pasien berada pada tingkat kedaruratan
d. Faktor predisposisi
keluarganya.
e. Faktor Prepitasi
istrinya.
f. Psikososial
1. Genogram
X X
GI
GII ? ? ? ? ? ?
?
40 38
12 8
1
GIII
Keterangan :
GI : Kedua orang tua pasien masih hidup dan tinggal serumah dengan pasien. Kedua
GII : Istri pasien dalam keadaan sehat. Pasien anak ke pertama dari 2 bersaudara. Saat
2. Konsep Diri
anggota tubuhnya
bersaudara
bersama keluarga.
permasalahan.
dalam hidupnya
4. Spiritual
melaksanakan ibadah.
pasien baik
i. Tingkat konsentrasi mudah beralih tetapi klien mampuberhitung sederhana misalnya 1-10.
• Makan : Ya
• Pakaian : Ya
• Keamanan : Tidak
• Transportasi : Tidak
• Tempat tinggal : Ya
• Uang : Tidak
• Mandi : Mandiri
• Kebersihan : Mandiri
• Makan : Mandiri
• BAK/BAB: Mandiri
b. Nutrisi
c. Tidur
7. Mekanisme Koping
9. Pohon Masalah :
(core problem)
Perilaku Kekerasan
(Penyebab)
Harga diri rendah
ANALISA DATA
No Data Masalah
Keperawatan
1 DS :
kamar/rumah
DO :
oleh keluarganya
menurun SP1K
SP2K
SP3P
verbal
SP3K
planning)
SP4P
spiritual
32
SP5P
minum obat
Keperawatan Tanggal/Jam
ketidakmampuan Hasil : klien mengatakan penyebab klien pk adanya mampu melakukan cara
mengendalikan permasalahan dalam keluarga dimana pasien sudah bercerai mengontrol perilaku
Hasil : klien mengatakan tanda dan gejala pk yaitu sering - Pasien tampak
tampak melakukan
09:17
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan tekhnik nafas dalam
34
Hasil : klien mengatakan sering berkata dengan nada yang A : resiko perilaku kekerasanP :
mengontrol perilaku
mengontrol perilaku
09:20 2.Menyebutkan cara mengontrol PK
kekerasan dengan cara
Hasil : pasien mengatakan cara mengontrol pk dengan cara
tekhnik nafas dalam
ibadah dan relaksasi nafas dalam
O:
- Pasien tampak
09:40 3.Membantu pasien mempraktekkan latihancara
kooperative, pasien
mengontrol PK secara fisik 1
tampak melakukan
Hasil : pasien kooperatif melakukan tekhnik nafas dalam
tekhnik nafas dalam
A : resiko perilaku kekerasanP :
Hasil : pasien setuju untuk memasukkankedalam jadwal Sp2P : Ajarkan klien caramengontrol
perilakukekerasan secara fisik
harian 2
36
37
38
Hasil : Pasien setuju untuk memasukkanminum obat mampu mengontrol marah dengan
09:15
sebagai jadwal harian cara minum obat
mengontrol kekerasan
A : Perilaku kekerasanP :
- Evaluasi Sp1,2,3,4,dan 5P
minum obat
40
41
42
42
43
BAB III
PENUTUPAN
3.1. KESIMPULAN
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan
bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan
hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang
3.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih memperdalam
lagi tentang asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan karena
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.
Lab/UPF Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.
Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Varcarolis.
2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St. Louis: Elsevier.
44