Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

NUR RAHMA (NH0223019)


MUR ALFISYAHRIAN (NH223040)
JAMINA UBFAN (NH223013)
ZAINUDDIN (NH223037)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


NANI HASANUDDIN MAKASSAR
PRODI S1 KEPERAWATAN B
2023

i
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan rahmat-nya dan
karunia-Nya kami masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP ASUHAN
PSIKIATRI PADA PERILAKU KEKERASAN”, ini dapat selesai tepat waktu.

Makalah ini berisikan informasi tentang pengertian perilaku kekerasan dan konsep asuhan
keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan

Meskipun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan yang terbaik,
namun semua itu pasti masih ada kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan dalam
penyusunan makalah ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.

ii
DAFTAR ISI

Sampul Depan ................................................................................................................. i


Kata Pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Kekerasan.................................................................................. 4
2.2 Tanda dan Gejala Marah ........................................................................................... 4
2.3 Pengkajian ................................................................................................................ 6
2.4 Diagnosa ................................................................................................................... 9
2.5 Rencana Keperawatan ............................................................................................... 9
2.6 Evaluasi .................................................................................................................. 14
2.7 Tinjauan Kasus.............................................................................................................15
BAB III. PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
2. Saran ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara
supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa
merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran,
emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan yang
dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruksif pada saat terjadi dapat
melegakan individu
individu tidak dan membantu
mengalami orang
kecemasan, laindan
stress, untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga
merasa
bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta
keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
jiwa.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan


keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.

b. Tujuan Khusus

Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :

1. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan jiwa pada pasien perilaku


kekerasan.
2. Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan.
3. Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan.
4. Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan.
5. Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku
kekerasan.
6. Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERILAKU KEKERASAN


Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku

seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang
adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting,
dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat
melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah
yang paling maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991).

RENTANG RESPONS MARAH


Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi PasifAgresifAmuk Gambar 10.1

Rentang Respons Marah

Keterangan:

1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.


2. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.

2
3. Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu
mengungkapkan perasaan.
4. Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
5. Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol

Karakteristik Pasif Asertif Amuk


Nada bicara • Negatif • Positif • Berlebihan
• Menghina • Menghargai diri • Menghina orang
diri sendiri lain
• Dapatkah • Saya dapat/akan • Anda selalu/tidak
saya lakukan? lakukan pernah?
• Dapatkah ia
lakukan?

Nada suara • Diam • Diatur • Tinggi


• Lemah • Menuntut
• Merengek
Sikap tubuh • Melorot • Tegak • Tegang
• Menundukan • Relaks • Bersandar ke
kepala depan
Personal • Orang lain • Menjaga jarak • Memiliki teritorial
Space dapat masuk yang orang lain
pada teritorial menyenangkan
pribadinya • Mempertahankan
hak
tempat/teritorial

Gerakan • Minimal • Memperlihatkan • Mengancam,


• Lemah gerakan yang ekspansi gerakan
• Resah sesuai

Kontak mata • Sedikit/tidak • Sekali-sekali • Melotot


ada (intermiten) sesuai

dengan kebutuhan

3
interaksi

Perbandingan perilaku pasif, asertif, dan amuk

2.2 GEJALA ATAU TANDA MARAH (PERILAKU)


1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
2. Intelektual
a. Mendominasi

b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat

e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan

f. Kreativitas terlambat

4
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor

PROSES TERJADINYA MARAH

5
PROSES TERJADINYA AMUK
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan
perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk adalah respons marah
terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat
berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu
(1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
katakata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan
menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang
berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk.
2.3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
 Faktor Predisposisi

a. Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan
hasil dari dorongan insting (instinctual drives).
b. Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil
dari peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan
frustasi berkepanjangan.
c. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut.

6
a. Sistem limbik Merupakan organ yang mengatur
dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku seperti
makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu,
mengatur sistem informasi dan memori.
b. Lobus temporal Organ yang berfungsi sebagai
penyimpan memori dan melakukan interpretasi
pendengaran.
c. Lobus frontal Organ yang berfungsi sebagai bagian
pemikiran yang logis, serta pengelolaan emosi dan
alasan berpikir.
d. Neurotransmiter Beberapa neurotransmiter yang
berdampak pada agresivitas adalah serotonin (5-HT),
Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
d. Perilaku (behavioral)
a. Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif
terhadap frustasi.
b. Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau
godaan (seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust)
dan percaya diri (self esteem) individu.
c. Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada
anak (child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga
memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping.

Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah


hasil belajar dari proses sosialisasi dari

internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.

7
a. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
b. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua,
kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media
elektronik (berita kekerasan, perang, olahraga keras).
e. Sosial kultural
a. Norma

Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan.


Hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima
atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol
sosial yang sangat ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah
yang sehat dan menyebabkan individu memilih cara yang
maladaptif lainnya.
b. Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons
terhadap marah yang sehat.
Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya
agresivitas atau perilaku kekerasan yang maladaptif antara lain
sebagai berikut.
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
b. Status dalam perkawinan.
c. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
d. Pengangguran.
e. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan interpersonal dan struktur keluarga dalam
sosial kultural.
 Faktor Presipitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut.

1) Internal.

8
a. Kelemahan.
b. Rasa percaya menurun.
c. Takut sakit.
d. Hilang kontrol.
2) Eksternal
a. Penganiayaan fisik.
b. Kehilangan orang yang dicintai.
2.4 Diagnosis
c. Kritik.

Pohon masalah

Diagnosis Keperawatan

a. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan


dengan perilaku kekerasan.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

2.5 RENCANA INTERVENSI Risiko


Perilaku Kekerasan
 Tindakan Keperawatan untuk Pasien
 Tujuan

a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

9
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya.
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
 Tindakan
Bina hubungan saling percaya.

a. Mengucapkan salam terapeutik.


b. Berjabat tangan.
c. Menjelaskan tujuan interaksi.
d. Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
a) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku
kekerasan saat ini dan masa lalu.
b) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan.
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
f) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
g) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
h) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:
• Verbal

10
• terhadap orang lain
• terhadap diri sendiri,terhadap lingkungan.

i) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.

j) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan


secara:
• fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam
• obat
• sosial/verbal, misalnya menyatakan secara
asertif rasa marahnya
• spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan
pasien.
• Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan

secara fisik, yaitu latihan napas dalam dan pukul


kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara
spiritual, dan patuh minum obat.
• Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan.

 Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.


b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan
gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau

memukul benda/orang lain.

11
 Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.

1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang


telah diajarkan oleh perawat.
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
4) Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
 Strategi Penahanan
• Kesadaran diri
• Pendidikan pasien
• Latihan asertif
 Stategi Preventif
• Komunikasi
• Perubahan lingkungan
• Perilaku
• Psikofarmakologi
 Strategi Antisipasi Strategi Penahanan
• Manajemen krisis
• Pengasingan
• Pengendalian/pengekangan

 Manajemen Krisis

1. Identifikasi pemimpin tim krisis.


2. Susun atau kumpulkan tim krisis.
3. Beritahu petugas keamanan yang diperlukan.
4. Pindahkan semua pasien dari area tersebut.
5. Siapkan atau dapatkan alat pengekang (restrains).
6. Susun strategi dan beritahu anggota lain.
7. Tugas penanganan pasien secara fisik.

12
8. Jelaskan semua tindakan pada pasien, “Kami harus mengontrol Tono,
karena perilaku Tono berbahaya pada Tono dan orang lain. Jika Tono sudah
dapat mengontrol perilakunya, kami akan lepaskan”.

9. Ikat/kekang pasien sesuai instruksi pemimpin (posisi yang nyaman).


10. Berikan obat psikofarmaka sesuai instruksi.
11. Jaga tetap kalem dan konsisten.
12. Evaluasi tindakan dengan tim.
13. Jelaskan kejadian pada pasien lain dan staf seperlunya.
14. Secara bertahap integrasikan pasien pada lingkungan.
 Pengasingan
Pengasingan dilakukan untuk memisahkan pasien dari orang lain di tempat yang aman
dan cocok untuk tindakan keperawatan.
Tujuannya adalah melindungi pasien, orang lain, dan staf dari bahaya. Hal ini
legal jika dilakukan secara terapeutik dan etis.
Prinsip pengasingan antara lain sebagai berikut (Stuart dan
Sundeen, 1995: 738).
1. Pembatasan gerak
a. Aman dari mencederai diri.
b. Lingkungan aman dari perilaku pasien.
2. Isolasi
a. Pasien butuh untuk jauh dari orang lain, contohnya
paranoid.
b. Area terbatas untuk adaptasi, ditingkatkan secara bertahap.
3. Pembatasan input sensoris
1. Ruangan yang sepi akan mengurangi stimulus.
 Pengekangan
Tujuan dari pengekangan adalah mengurangi gerakan fisik pasien, serta melindungi
pasien dan orang lain dari cedera. Indikasi antara lain sebagai berikut.
1. Ketidakmampuan mengontrol perilaku.

13
2. Perilaku tidak dapat dikontrol oleh
obat atau teknik psikososial.
3. Hiperaktif dan agitasi.
 Prosedur pelaksanaan pengekangan adalah sebagai berikut.

1. Jelaskan pada pasien alasan pengekangan.


2. Lakukan dengan hati-hati dan tidak melukai.
3. Ada perawat yang ditugaskan untuk mengontrol tanda
vital, sirkulasi, dan membuka ikatan untuk latihan gerak.
4. Penuhi kebutuhan fisik, yaitu makan, minum, eliminasi,
dan perawatan diri.
Selengkapnya baca Stuart dan Sundeen (1995: 739)
dan pedoman pengikatan.
2.6 EVALUASI
 Pada pasien

a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala


perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan, serta akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan.
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara teratur sesuai jadwal, yang meliputi: 1)
secara fisik, 2) secara sosial/verbal,secara spiritual,
c. terapi psikofarmaka.
 Pada keluarga

a. Keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan.


b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung
dan menghargai pasien.
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan
cara mengontrol perilaku kekerasan.
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang
harus dilaporkan pada perawat.
2.7 Tinjauan Kasus

1) Pengkajian

a. Identitas :

1. Nama : Tn.A

2. No.RM 028022

3. Umur : 40 tahun

4. Jenis kelamin : Laki-laki

5. Alamat : JL.Recing

6. Tanggal Pengkajian : Senin 22 oktober 2020

Alasan masuk :

Keluarga pasien membawah pasien di Rumah Sakit kota Sidrap dengan keluhan; selalu

membawa benda tajam, dan ingin memotong hewan ternak warga, membakar bakar

barang didalam kamar + 3 bulan terakhir, Keluarga pasien mengatakan pasien sering

berbicara sendiri dengan nada yang tinggi, mengaji tidak teratur, menulis-nulis dikertas

kadang bicara tidak nyambung,pasien bolak balik dilorong sehari 3x, pasien jarang

makan, dikasih makan tidak disentuh, pasien jarang tidur, pasien menyendiri sejak

ditinggal istrinya, Pasien selalu berbicara dan mengulang-ulang topik pembicaraannya

a. Kondisi Pasien :

1. Pemeriksaan tanda-tanda vital :

▪ Tekanan Darah : 130/90 mmHg


▪ Pernapasan : 22 x/m

▪ Suhu : 36.50

▪ C. Nadi : 97 x/m

2. Keluhan Utama :

1. RUFA 1 – 10 ( Intensif I )

Isi Pikir :

− Pasien selalu berpikir tidak logis

− Tidak ada ide bunuh diri

− Tidak ada gangguan orientasi realita

(waktu, orang & tempat)

− Flight of idea : Pasien

Proses Pikir :

− selalu berbicara yang tidak jelas tanpa

dimengerti apa maksud dan tujuannya

− Perservasi : Pasien selalu

berbicara dan mengulang-ulang topik

pembicaraannya

− Tangensial :-

− Sirkumtansial : Pasien

berbicara berbelit-belit dan sampai tujuan

− Kehilangan assosiasi :-

Perilaku :

− Pasien melakukan kekerasan pada diri

sendiri dan orang lain


− Perilaku pasien impulsif, pasien yang

dikenal baik tiba-tiba berubah menjadi

pemarah dan emosional

− Perilaku pasien agitasi, pasien seringkali

melempar barang, memukul barang,

membakar barang dalam kamar dan

berteriak

− Pasien tidak Menolak berinteraksi (orang lain

dan petugas)

Emosi :

− Mudah tersinggung : Pasien sangat

mudah tersinggung

− Marah : Pasien

mudah marah

2. RUFA 11 -20 ( Intensif II )

Isi Pikir :

− Pasien masih memiliki pikiran yang tidak

logis

− Pasien tidak ada ide bunuh diri

− Pasien mampu orientasi realita (waktu,

orang & tempat)

Proses Pikir :

− Gangguan proses pikir masih ada tapi

sudah bisa difokuskan


Perilaku :

− Gangguan perilaku sudah tidak ada

− Dapat berinteraksi dengan beberapa orang :

Pasien mampu berinteraksi namun tidak

fokus dan berbicarasemaunya

Emosi :

− Pasien masih mudah tersinggung

− Pasien mampu mengontrol marah

− Pasien mampu mengungkapkan

kesedihan karena ada orang dipercaya

3. RUFA 21 – 30 ( Intensif III )

Isi Pikir :

− Pikiran yang tidak logis masih muncul

sesekali

− Orientasi realita baik

Proses Pikir :

− Proses berpikir baik

Perilaku :

− Gangguan perilaku sudah tidak ada

− Dapat berinteraksi dengan banyak orang

Emosi :

− Emosi stabil
Kesimpulan : pasien berada pada tingkat kedaruratan

RUFA 1-10 (Intensif I)

Diagnosa Medis : SkizoferniaPsikofarmaka :

1. Haloperidol (HP) 5g 3 x 1 : Golongan obat

psikotik, berfungsi untuk menimbulkan rasa

tenang, meredakan kegelisahan, serta

mengurangi perilaku agresif dan keinginan

untuk menyakiti orang lain.

2. Chlorpromazine (CPZ) 100 mg 0-0-1 :Golongan

antimuskarinik, berfungsi mengatasi gejala

ekstrapiramidal, baikakibat penyakit Parkinson

atau efek sampingobat. gejala ekstrapiramidal

tersebut antara lain tremor, tubuh kaku, gerakan

tidaknormal dan tidak terkendali baik wajah

maupun anggota tubuh lainnya, serta gelisah

3. Trihexyphenidil (THP) 2g 2 x 1 : Golongan

antipsikotik, berfungsi untuk menangani mual,

muntah, dan cegukan yang tidak kunjung

berhenti. mengurangi gejalapsikosis berupa

perilaku agresif yang membahayakan diri

sendiri dan orang lain,


serta halusinasi, yaitu mendengar atau

melihat sesuatu yang tidak nyata.

d. Faktor predisposisi

1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan

dirawat Puskesmas Batua Kota Makassar

2. Pasien rutin mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter

selama dirawat dan setelah dirawat dirumah sakit namun pasien

berhenti minum obat ketika dinyatakan sembuh.

3. Pasien tidak pernah mendapat perilaku kekerasan dari

keluarganya.

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Tidak ada

pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

e. Faktor Prepitasi

1. Pasien mengalami masalah keluarga yaitu pasien ditinggaloleh

istrinya.

2. Pasien tinggal bersama orang tua, dan anaknya

f. Psikososial

1. Genogram

X X
GI

GII ? ? ? ? ? ?
?

40 38

12 8
1
GIII

Keterangan :

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan ? : Usia tidak Diketahui

: Meninggal : Garis pernikahan

: Pasien : Garis keturunan

GI : Kedua orang tua pasien masih hidup dan tinggal serumah dengan pasien. Kedua

orang tua dari istri pasien sudah meninggal.

GII : Istri pasien dalam keadaan sehat. Pasien anak ke pertama dari 2 bersaudara. Saat

ini pasien di control di Puskesmas Batua Kota Makassar

GIII : Pasien memiliki 3 orang anak

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh : pasien mengatakan menyukai seluruh

anggota tubuhnya

b. Identitas : pasien adalah anak pertama dari dua orang

bersaudara

c. Peran : Pasien mengatakan selain berperansebagai

ayah dari anak-anaknya, pasien juga bekerja


sebagai seorang tukang kayu untuk menambahpenghasilan keluarga

d. Ideal diri : Pasien ingin pulang kerumah dan berkumpul

bersama keluarga.

e. Harga diri : Pasien merasa malu, tidak berguna dan

tertekan dengan keadaan keluarganya sekarang yang lagidalam

permasalahan.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3. Pola Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : Orang terdekat adalah ibu dan anak-

anaknya sendiri karena merupakan orang yang paling berharga

dalam hidupnya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat :

Sebelum sakit pasien aktif dalam kegiatan sosial.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada

hambatan karna pasien mampu berkomunikasi dengan baik

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Spiritual

a. Nilai keyakinan : Pasien mengatakan beragama Islam

b. Kegiatan ibadah: Pasien mengatakan sebelum sakit rajin

melaksanakan ibadah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


5. Status Mental

a. Penampilan : Penampilan pasien kurang rapi

b. Pembicaraan : Pasien masih belum mampu memfokuskan

pembicaraan. Pasien kadang berbicara sendiri dengan nada

yang tinggi, tidak jelas dan tidak dimengerti.

c. Aktivitas motorik : Pasien mampu bergerak dan berjalan,

mampu melakukan kegiatan secara mandiri, makan sendiri

namun kadang makanan dilempar.

d. Alam perasaan : Pasien merasa gelisah dan mengamuk

e. Afek : Afek pasien seusai dengan stimulus, pada saat sedih

ekspresi wajah sedih, saat bahagia ekspresi wajah ceria

f. Interaksi selama wawancara : Pasien kooperatif saat

wawancara, kontak mata kurang, dan mudah tersinggung

g. Persepsi : Persepsi kurang baik, pasien selalu berbicara sendiri

namun ketika ditanya apakah pasien selalu mendengar suara-

suara atau melihat bayangan pasien mengatakan tidak ada

suara-suara dan tidak ada bayangan.

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

h. Proses fikir : Ketika diajak berbicara, pembicaraan pasien

berbelit-belit dan sampai pada tujuan dan topik pembicaraan


i. Isi pikir : Pasien mengatakan selalu ingin pulang dan berjanji

tidak akan melakukan kesalahannya

j. Tingkat kesadaran : Tingkat kesadaran pasien baik, pasien

mampu menyebutkan hari, orang dan tempat dengan baik

k. Memori : Kemampuan daya ingat jangka panjang dan pendek

pasien baik

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

i. Tingkat konsentrasi mudah beralih tetapi klien mampuberhitung sederhana misalnya 1-10.

m. Daya tilik diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya dibawa

kerumah sakit untuk berobat

6. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan

• Makan : Ya

• Pakaian : Ya

• Perawatan kesehatan : Tidak

• Keamanan : Tidak

• Transportasi : Tidak

• Tempat tinggal : Ya

• Uang : Tidak

Penjelasan : Pasien hanya mampu memenuhi sebagiankebutuhannya

2. Kegiatan kehidupan sehari-hari


a. Perawatan diri

• Mandi : Mandiri

• Kebersihan : Mandiri

• Makan : Mandiri

• BAK/BAB: Mandiri

• Ganti pakaian : Mandiri

Penjelasan : pasien mampu melakukan perawatan dirisecara mandiri

b. Nutrisi

• Apakah anda puas dengan pola makan anda : Ya

• Apakah anda makan memisahkan diri : Tidak

• Frekuensi makan sehari : 2x sehari

• Nafsu makan baik : Kurang

Masalah Keperawatan : Kurang nafsu makan

c. Tidur

• Apakah ada masalah tidur : Ya

• Apakah anda merasa segar setelah bangun : Tidak

• Apakah anda kebiasaan tidur siang : Kadang-kadang

• Apakah yang menolong anda tidur : Tidak ada

• Jam tidur malam : Tidak menentu

Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur

7. Mekanisme Koping

a. Adaptif : Saat ada masalah pasien hanya diam dan tidak

menceritakan kepada orang lain


b. Maladaptif : Keluarga pasien mengatakan pasien saat marah

sering melempari barang-barang dan mengancamorang yang

ada disekitarnya. Pasien juga tampakmemegang pisau

Masalah Keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

8. Masalah Psikososial dan lingkungan

Pasien diterima dengan baik dilingkungan tempat tinggalnya

9. Pohon Masalah :

Mencederai diri sendiri,


(Akibat)
oranglain dan lingkungan

(core problem)
Perilaku Kekerasan

(Penyebab)
Harga diri rendah
ANALISA DATA

No Data Masalah

Keperawatan

1 DS :

- Keluarga pasien mengatakan sering mengancam orang

disekitarnya dan memukul orang sembarangan

- Keluarga pasien mengatakan selalu melempar barang-

barang dan makanannya

- Keluarga mengatakan pasien tidak nyaman dalam

kamar/rumah

- Keluarga pasien mengatakan pasien sering berbicara

sendiri dengan nada yang tinggi Perilaku kekerasan

DO :

- Pasien tampak melempar makanan yang diberikan

oleh keluarganya

- Ekspresi wajah tampak tegang

- Tatapan mata melotot

- Tampak tangan mengepal

- Tampak rahang mengalup

- Tampak postur tubuh kaku

2.2. Diagnosa Keperawatan :

1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan

mengendalikan dorongan marah


29

2.3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Perilaku Kekerasan Setelah dilakukan tindakan SP1P

berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Mengidentifikasi penyebab PK

dengan diharapkan control diri meningkat. 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

ketidakmampuan Dengan kriteria hasil: 3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan

mengendalikan - Verbalisasi ancaman kepada 4. Mengidentifikasi akibat PK

dorongan marah orang menurun 5. Menyebutkan cara mengontrol PK

- Perilaku menyerang 6. Membantu pasien mempraktekkan latihancara

menurun mengontrol PK secara fisik 1

- Perilaku melukai diri 7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam

sendiri/orang lain kegiatan harian

menurun SP1K

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien


30

- Perilaku merusak 2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan

lingkungan sekitar gejala, serta proses terjadinya PK

menurun 3. Menjelaskan cara merawat pasien PK

- Perilaku agresif/amuk SP2P

menurun 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

- Suarea kereas menurun 2. Melatih pasien mengontrol PK dengan carafisik

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SP2K

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara

merawat pasien dengan PK

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien PK


31

SP3P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam

jadwal kegiatan harian

SP3K

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas

di rumah termasuk minum obat (discharge

planning)

2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

SP4P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

spiritual
32

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian

SP5P

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan

minum obat

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke

dalam jadwal kegiatan harian


33

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari Implementasi Evaluasi

Keperawatan Tanggal/Jam

1 Perilaku kekerasan Senin 22 SP1P Pukul 13:30S


Oktober
berhubungan 2020. :

dengan 09:11 1. Mengidentifikasi penyebab PK - Pasien mengatakan sudah

ketidakmampuan Hasil : klien mengatakan penyebab klien pk adanya mampu melakukan cara

mengendalikan permasalahan dalam keluarga dimana pasien sudah bercerai mengontrol perilaku

dorongan marah dengan istrinya. kekerasan dengan cara

09:15 tekhnik nafas dalam

2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK O:

Hasil : klien mengatakan tanda dan gejala pk yaitu sering - Pasien tampak

marah dan melempar barang- barang kooperative, pasien

tampak melakukan
09:17
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan tekhnik nafas dalam
34

Hasil : klien mengatakan sering berkata dengan nada yang A : resiko perilaku kekerasanP :

tinggi, melemparkan barang, dan mengancam orang - Evaluasi Sp1 mengontrol

disekitarnya PK secara fisik 1

- Sp2P : Ajarkan klien cara

mengontrol perilaku

kekerasan secara fisik 2


35

Selasa, 23 Pukul 13:30S


oktober 2020
:
09:00 1. Mengidentifikasi akibat PK
- Pasien mengatakan sudah
Hasil : klien mengatakan barang-barangnya hancur
mampu melakukan cara

mengontrol perilaku
09:20 2.Menyebutkan cara mengontrol PK
kekerasan dengan cara
Hasil : pasien mengatakan cara mengontrol pk dengan cara
tekhnik nafas dalam
ibadah dan relaksasi nafas dalam
O:

- Pasien tampak
09:40 3.Membantu pasien mempraktekkan latihancara
kooperative, pasien
mengontrol PK secara fisik 1
tampak melakukan
Hasil : pasien kooperatif melakukan tekhnik nafas dalam
tekhnik nafas dalam
A : resiko perilaku kekerasanP :

4.Menganjurkan pasien memasukkan dalamkegiatan - Evaluasi Sp1 mengontrol

10:10 harian PK secara fisik 1

Hasil : pasien setuju untuk memasukkankedalam jadwal Sp2P : Ajarkan klien caramengontrol
perilakukekerasan secara fisik
harian 2
36
37
38

Rabu, 24 SP2P Pukul 13:30S

Oktober 2020. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Hasil :

09:00 : Pasien mampu melakukan kegiatansebelumnya - Pasien mengatakan

2. Melatih pasien mengontrol PK dengan minumobat sudah mampu

09:05 Hasil : Pasien mampu minum obat secarateratur mengulangi cara

3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam mengontrol marah

jadwal kegiatan harian dengan cara spiritual dan klien

Hasil : Pasien setuju untuk memasukkanminum obat mampu mengontrol marah dengan
09:15
sebagai jadwal harian cara minum obat

Tahap Orientasi : “Selamat Pagi pak, sesuai denganjanji O:

saya tadi, sekarang kita ketemu lagi” . - Pasien cooperative, klien

tampak melakukan cara

mengontrol kekerasan

secara spiritual dan klien


39

tampak minum obat yangdisediakan

A : Perilaku kekerasanP :

- Evaluasi Sp1,2,3,4,dan 5P

mengontrol PK secara fisik 1, fisik

2, secara verbal, secara spiritual dan

minum obat
40
41
42

42
43

BAB III

PENUTUPAN

3.1. KESIMPULAN

Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan

bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang mengakibatkan

hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang

dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih memperdalam

lagi tentang asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan karena

dalam makalah kami tentunya masih banyak kekurangannya.

43
44

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.

Lab/UPF Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.

Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing.


8th Edition. St.Louis: Mosby.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi


3. Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Varcarolis.
2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St. Louis: Elsevier.

44

Anda mungkin juga menyukai