Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI PADA ANAK

A. Pengertian
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui
mulut seperti vaksin polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak
menjadi kebalterhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka mordibitas dan
mortalitas serta mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
B. Jenis Imunisasi
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan
anak dari berbagai penyakit, diharapkan anak atau bayi tetap tumbuh dalam
keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memilikipertahanan secara sendiri
agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi
pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan
dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti komplemen dan
makrofag dimana komplemen dan macrofag ini yang pertama kali akan
memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Setelah itu maka kuman harus melawanpertahanan tubuh yang kadua yaitu
pertahanan tubuh spesifik terdiri dari sistem humoral dan seluler. Sistem pertahanan
tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. Sistem
pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin (Ig A,
IgM, IgG, Ig E, Ig D) dan sistem pertahanan seluler terdiri dari Limfosit B dan
Limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang
disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat bereaksi apabila sudah
pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi
aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehinga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang
akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori,
sehingga apabila benar – benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam
setiap vaksinnya adalah:
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikkroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli
sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan .
c. Preservative, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari
tubuhnya mikrobadn sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imunogenitas antigen.

2. Imunisasi Pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu zat yang dihasilkan melalui
asuatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah msuk dalam tubuh yang
terinfeksi.

Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa


imunisasi yang dianjurkan diantaranya :
a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan unutk mencegah penyakit TBC yang
berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi
BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier
(pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan pemberian
imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi
BCG melalui intra dermal. Efek samping pada BCG dapt terjadi ulkus pada
daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi panas.
b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit difteri. Imunisasi DPT iini merupakan vaksin yang mengandung
racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih
dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian
vaksin DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan rgan – organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga
terbentuknya zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara
umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi
DPT melalui intra muscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek
samping yang ringan dan efek yang berat, efek ringan seperti
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek
berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, ensafalopati, dan shock.
c. Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi untuj mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi
polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0 – 11
bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi polio adalah
dengan cara oral.
d. Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin
ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak
adalah satu kali. Cara pemberian imunisai campak adalah melalui subkutan
kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan
dan panas.
e. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian
imunisasi hepatitis b pada umur 0 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini
adalah dengan intra muscular.

f. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)


Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau
mencegaht terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis
epidemika (mump) dan rubella (campak Jerman). Dalam imunisasi MMR
ini antigen yang dipakai adalah virus campak strain edmonson yang
dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan viris gondong vaksin ini tidak
dianjurkan pada bayi di bawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi
interferensi dengan antibody meternal yang masih ada. Khusus pada daerah
ende,ik sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalent dahulu
pada usia 4 – 6 bulan atau 9 – 11 bulan dan booster dapat dilakukan MMR
usia 15 – 18 bulan.

Vaksin Dosis Cara Pemberian


BCG 0,05 cc Intra cutan di daerah muskulusdelroideus
DPT 0,5 cc Intra muskular
Hepatitis B 0,5 cc Intra muskular
Polio 2 tetes mulut
Campak 0,5 cc Subkutan daerah lengan kiri atas
TT 0,5 Intra muskular

Vaksin Jumlah Pemberian Interval Waktu Pemberian


BCG 1 kali 0 – 11 bulan
DPT 3 kali 4 minggu 2 – 11 bulan
Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0 – 11 bulan
Polio 4 kali 4 minggu 0 – 11 bulan
Campak 1 kali 9 – 11 bulan

g. Imunisasi Tiphus Abdominalis


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit tifus abdominalis, dalam persediaanya khususnya di Indonesia
terdapat 3 jenis vaksin tifus abdominalis diantaranya kuman yang
dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, Berna) dan antigen capsular Vi
poliysaccharide (Typhim Vi, Pasteur Meriux).
Pada vaksin kuman yang dimatikan daoat diberikan untuk bayi 6 –
12 bulan adalah 0,1 ml, 1 – 2 tahun 0,2 ml, 2 – 12 tahun 0,5 ml, pada
imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu
kemudian pemguat setelah satu tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang
dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric coated sebelum
makan pada hari 1, 2, 5 apda anak usia diatas 6 tahun dan pada antigen
capsular diberikan pada usia diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.
h. Imunisasi Varicella
Merupakan vaksin yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan vaksin hidup
varicella strain OKA yang dilemahkan. Pemnerian vaksin varicella dapat
diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila di
atas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4 – 8
minggu.
i. Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis A. pemberian imunisasi ini dpat diberikan di usia diatas 2
tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan Havrix (isinya viris
hepatitis A strain HM175 yang inactivated) dengan 2 suntikan denngan
interval 4 minggu dan boster pada enambulan kemudian dan apabila
menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0, 6,
dan 12 bulan.
j. Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B)
Merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya
penyakit influenza tipe b. vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi
(PRP:puripied capsular Polysacharidae) kuman H. Influenzae tipe b. antigen
dalam vasin tersebut dapat dikonjongsi dengan protein – protein lain seperti
toksoid tetanus (PRP – T), toksoid dipterid (PRP – D atau PRPR50) atau
dengan kuman menongokus (PRP – OMPC). Pada pemberian imunisasi
awal dengan PRP – T dilakukan dengan tiga kali suntikan dengan interval 2
bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan
interval 2 bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.
C. Rantai Dingin (Cold Chain)
Merupakan cara agr menjaga vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau
tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada
penerimanya, akan tetapi bila vaksin di luar temperature yang dianjurkan maka
akan mengurangi potensi kekebalannya. Di bawah ini potensi vaksin dalam
temperature.
Vaksin 0 – 8 derajat celcius 35 – 37 derajat celcius
DT 3 – 7 tahun 6 minggu
Pertusis 18 – 24 bulan Dibawah 50% dalam 1
minggu
BCG
- Kristal 1 Tahun Dibawah 20% dalam 3 – 14
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja hari
Dipakai dalam 1 kali kerja
Campak
- Kristal 2 tahun 1 minggu
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja Dipakai dalam 1 kali kerja
Polio 6 – 12 bulan 1 – 3 hari

D. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


KIPI adalah semua kejadian sakit atau kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan
setelah imunisasi diberikan. Pada umunya reaski terhadap obat dan vaksin bisa
merupakan reaksi terhadap simpang atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat
efek langsung dari vaksin. Reaksi simpang vaksin dapat berupa interaksi obat,
toleransi, reaksi idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang secara klinis sulit dibedakan.
Etiologi KIPI dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu:
1. Kesalahan Program/Tenik Pelaksanaan
Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi,
misalnya:
a. Dosis antigen terlalu banyak
b. Lokasi dan cara meyuntik
c. Strerilisasi jarum suntik
d. Jarum bekas pakai
e. Tindakan aseptik dan antiseptik
f. Kontaminasi vaksin dan peralatan suntik
g. Penyimpanan vaksin
h. Pemakaian sisa vaksin
i. Jenis dan jumlah pelarut vaksin
j. Tidak memperhatikan petunjuk produsen

2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik secara
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung berupa rasa sakit, bengkak, dan kemerahan pada tempat
suntikan. Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung seperti rasa takut, pusing,
mual, dan sinkope.
3. Induksi vaksin
Biasanya gejala KIPI yang disebabkan oleh induksi vaksin sudah dapat
diprediksi lebih dulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis
biasanya ringan.
4. Penyebab tidak diketahui
Terkadang penyebab KIPI beum diketahui secara pasti sehingga masalah harus
dikelompokkan terlebih dahulu sabil menunggu informasi lebih lanjut.
Manifestasi klinis KIPI:

Reaksi KIPI Gejala KIPI


Lokal Abses pada tempat suntikan, limfadenitis, serta reaksi
lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
SSP Kelumpuhan akut, ensefalopati, ensefalitis, meningitis,
dan kejang
Lain-lain Reaksi alergi, demam tinggi lebih dari 38,5 oC, episode
hipotensif-hiporesponsif, menangis sambil menjerit-jerit
secara terus menerus, dan sindrome syok septik..

E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anak Sehat (IMUNISASI)


1. Pengkajian
a. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
b. Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi
yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak
yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup
kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi
sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan
kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya
beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator
apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak
diberikan sama sekali.

c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)


Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi
tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui
status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini
juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih
lanjut mengenai penyakitnya.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)


Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk
yang berarti dalam pemberian imunisasi.
e. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
f. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
g. Alergi.
h. Pengobatan terbaru.
i. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
j. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
k. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki
kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap
penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat
memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan
kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
l. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus
pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat
sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat
imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak
terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada
anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
m. Riwayat Keluarga       
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan
sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada
sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan
pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi,
dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah
memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan
untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang
belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
n. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan
di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan
lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan
bila dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji
pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan
lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan,
berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran
antropometri:
 Berat Badan (BB)
 Tinggi Badan (TB)
 Lingkar Kepala
 Lingkar Lengan Atas (lila)
 Lingkar Dada

o. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun
petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar
keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat
dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain
itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik
pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.

p. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST.

q. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang
diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yan mungkin muncul berdasarkan NANDA 2015-2017 adalah:

a. Resiko infeksi dibuktikan dengan faktor resiko vaksinasi tidak adekuat


b. Hipertermia b.d trauma jarum suntik

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC NIC
1 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC: Manajemen
dibuktikan dengan keperawatan selama _x24 Imunisasi/ Vaksinasi
faktor resiko vaksinasi jam diharapkan resiko 1. Ajarkan pada orang
tidak adekuat infeksi dapat diatasi dengan tua imunisasi yang
kriteria hasil: direkomendasikan
NOC: Kontrol Resiko: bagi anak, cara
Proses Infeksi imunisasinya, alasan
1. Mencari informasi dan kegunaan dari
terkait kontrol infeksi. imunisasi, efek
2. Mengidentifikasi faktor samping, dan reaksi
resiko infeksi yang mungkin terjadi
3. Mengenali faktor resiko 2. Informasikan individu
individu terkait infeksi mengenai informasi
4. Mengidentifikasi tanda protektif untuk
dan gejala infeksi. melawan penyakit
5. Mempertahankan yang tidak diwajibkan
lingkungan yang bersih oleh undang-undang
6. Menggunakan strategi 3. Ajarkan pada
untuk desinfeksi barang- individu/keluarga
barang mengenai vaksinasi
7. Menggunakan alat yang diperlukan jika
pelindung diri ada paparan atau
8. Mempraktikkan strategi insiden khusus
untuk mengontrol infeksi 4. Identifikasi teknik
9. Memonitor perubahan pemberian imunisasi
status kesehatan. yang tepat, termasuk
pemberian yang
simultan.
5. Catat riwayat
kesehatan pasien dan
alergi.
6. Identifikasikan
kontraindikasi
pemberian imunisasi
7. Observasi anak
selama dalam waktu
tertentu setelah
pemberin vaksin
8. Bantu pencatatan
secara nasional untuk
melacak status
imunisasi.
1.
2 Hipertermia b.d trauma Setelah dilakukan asuhan NIC:Perawatan
jarum suntik keperawatan selama _x24 Demam
jam diharapkan hipertermia 1. Pantau suhu dan
dapat diatasi dengan kriteria tanda-tanda vital
hasil: lainnya.
NOC: Keparahan Infeksi 2. Monitor warna kulit
1. Tidak ada kemerahan dan suhu
pada lokasi imunisasi 3. Dorong konsumsi
2. Tidak ada demam cairan
3. Terjadi kestabiilan suhu 4. Fasilitasi istirahat,
4. Tidak ada nyeri terapkan pembatasan
aktivitas jika
diperlukan
5. Tingkatkan srirkulasi
udara
6. Pantau komplikasi-
komplikasi-
komplikasi yang
berhubungan dengan
demam serta tanda
dan gejala kondisi
penyebab demam
7. pastikan langkah
keamanan pasien
yang gelisah atau
mengalami delirium
8. lembabkan bibir dan
mukosa hidung yang
kering

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul.2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika
Fida dan Maya.2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: D.Medika
M.Sitanggang. 2017. Askep Anak Sehat. Tersedia di
http://www.academia.edu/13568169/ASKEP_ANAK_SEHAT. Diakses tanggal
28 November 2017
Bulechek, Gloria M.2016. Nursing Intervention Clasification (NIC). USA: ELSEVIER
Moorhead, Sue, dkk. 2015. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Singapura: Elsevier
Herdman, T.Heater. 2015 . NANDA Internasional Inc. nursing diagnoses: definition &
classification 2015-2017. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai