Anda di halaman 1dari 2

Nama : Devi Febriana

Nim : 2000002004
Kelas : 3A

Jawaban
1. Disini saya menganalisis lagu anak yang berjudul “Balonku”

Balonku ada lima


Rupa-rupa warnanya
Hijau, kuning, kelabu
Merah muda dan biru
Meletus balon hijau dorr!
Hatiku sangat kacau
Balonku tinggal empat
Kupegang erat-erat

Pada lagu anak yang berjudul Balonku ini termasuk kedalam nilai karakter Tanggung Jawab
dan Kepedulian. Lagu ini menunjukkan bagaimana prilaku aku lirik dalam balon-balonnya.
Di baris pertama bentuk tanggung jawabny dapat dilihat dengan mengklarifikasi jumlahnya (
balonku ada lima ), setelah itu baru warnanya ( hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru )
nadi baris ke 2-4. Namun dibaris kelima, balon berwarna hijau kemudian Meletus ( Meletus
balon hijau dorr! ). Dalam menghadapi masalah tersebut, ada dua respons yang dilakukan,
yakni terdapat pada baris 6-8 berupa menyesali kejadian tersebut ( hatiku sangat kacau ) dan
kemudian berusaha menjaga lebih gigih lagi ( balonku tinggal empat, kupegang erat-erat ).
Lagu ini juga menggambarkan suatu harapan mendasarkan mengenai bagaimana sebuah
tanggung jawab diemban oleh seseorang, mulai tahap identifikasi hingga menyiapkan
Langkah solusi atas permasalahan yang muncul, dan lagu ini memberikan nilai positif tentang
bagaimana cara bertanggung jawab.
2. Lagu Balonku ada lima Rupa-rupa warnanya Hijau kuning kelabu Merah muda dan biru
Meletus balon hijau Doooor! Hatiku sangat kacau Balonku tinggal empat Kupegang erat-erat
Bayangkanlah, saat seorang anak kecil diberikan lima buah balon yang warnanya berbeda-
beda, apa yang dia rasakan? Kalau gak senang, pasti senang banget. Sensasi "rasa senang" itu
tergambar di dua baris pertama lagu ini, yang dua-duanya berakhir dengan bunyi vokal a.
Seperti yang kita tahu, saat mengucapkan huruf vokal tersebut, mulut kita terbuka, dan
ekspresi gembira dalam bentuk mulut yang terbuka itu tentu tergambar jelas. AT Mahmud
melanjutkan lagunya. Namun, yang membingungkannya, kok huruf vokal terakhir di kata
selanjutnya, yaitu "kelabu" dan "biru", berubah menjadi u? Sementara sebelumnya ekspresi
yang ter"baca" adalah kegembiraan. Ketika mengucapkan huruf u, seperti yang biasa kita
lakukan, bibir kita mengerucut, atau, kalo kata orang Betawi, manyun. Hehehe. Asumsinya
adalah bahwa ni menggambarkan ekspresi sedih atau kesal, dan itu tertuang dalam dua baris
sebelum kata "hijau" muncul. Kemudian, lirik dilanjutkan dengan munculnya kata "hijau"
(lalu door!). Dari ekspresi gembira (huruf a), lalu sedih (huruf u), kemudian dirubah menjadi
diftong, yaitu au. Tentulah, ekspresi yang timbul adalah ekspresi sakit. Itulah mengapa hati si
anak kecil digambarkan "sangat kacau," yang juga berakhir dengan diftong au. Menarik, ya?
Belum selesai sampai di situ, masih ada dua baris terakhir, yang rima akhirnya berbunyi "at".
Ketika mengucapkan kata "empat" dan "erat", secara fonologis, udara yang kita hembuskan
sebelum mengujarkan huruf "t" mengalir dengan baik. Tapi ketika masuk ke huruf "t", udara
yang mengalir tadi tercekat. Nah, sekarang apa ekspresi yang ditimbulkan dari terhambatnya
udara ini? Tentulah ekspresi yang muncul adalah bahwa si anak kecil harus berhati-hati dan
"menahan" sekuat tenaga, "seerat" mungkin, agar empat balon sisanya tidak "meletus lagi."

Anda mungkin juga menyukai