Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN MENJADI

PERSONALIA/HRD
PROFESIONAL
SERI I KURSUS ONLINE PRAKERJA
MODUL PROGRAM
Penyusunan Panduan ini dibagi atas beberapa Bab atau
disebut Modul yang diharapkan setiap Modul dapat
diselesaikan dalam jangka waktu 1 (satu) hari/24 jam sampai
batas waktu terakhir kursus yaitu selama 5 (lima) hari/120 jam
terhitung sejak dilakukan kursus secara online.

Pada setiap akhir modul akan terdapat Soal Latihan dan


terintegrasi dengan sistem pengajaran pada Webinar dan
Kolom Diskusi yang dapat dilakukan setiap harinya termasuk
Tugas. Pada hari kelima akan terdapat Review termasuk
penyegaran Modul I sampai IV.

Terdapat IV Modul Dasar Utama yang harus dipelajari oleh


Peserta selama 4 (empat) hari dari 5 (lima) hari masa kursus
yaitu Modul:
1. Modul Satu perihal Mengenal Hukum Ketenagakerjaan
Indonesia – Hari Pertama;
2. Modul Dua perihal Konsep Dasar Ketenagakerjaan – Hari
Kedua;
3. Modul Tiga Perihal Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial-Hari Ketiga
4. Modul Empat Perihal Pembuatan Perjanjian atau Aturan –
Hari Keempat.
PETA KOMPETENSI
Berikut adalah Peta Kompetensi Panduan Menjadi
Personalia/HRD Profesional

Modul I
Modul II
Mengenal Hukum
Konsep Dasar Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan Indonesia

Mampu memahami dan


menerapkan konsep Hubungan
Mampu mengerti dengan jernih Kerja mencakup Pengupahan,
tentang sistem hukum Perlndungan dan Kesejateraan,
ketenagakerjaan di Indonesia. Hubungan Industrial, Syarat Kerja
dan Mekanisme Pemutusan
Hubungan Kerja.

Modul III
Modul IV
Penyelesaian Perselisihan
Pembuatan Perjanjian atau Aturan
Hubungan Industrial

Mampu untuk membantu dalam Mampu untuk membuat Perjanjian


penyelesaian perselisihan Kerja dan Peraturan
hubungan industrial di perusahaan Perusahaan/Perjanjian Kerja
serta menciptakan hubungan Bersama pada tingkat dasar.
industrial yang harmonis.
DAFTAR ISTILAH
Berikut adalah Daftar Istilah utama yang harus dipahami jika
ingin menjadi seorang Personalia/HRD profesional.

1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan


dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja.
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha,
badan hukum, atau badan-badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
5. Pengusaha adalah :
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya;
DAFTAR ISTILAH
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

6. Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau
tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan,
atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

7. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk


memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan
dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
DAFTAR ISTILAH
8. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas,
disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan
dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
9. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
10. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
11. Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat
secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat
syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
12. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan
kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan.
13. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha.
DAFTAR ISTILAH
14. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
15. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan
kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah
dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan
kerja yang aman dan sehat.

Tips & Trik:


Untuk melihat Istilah lebih mendetail dapat dibaca
pada Pasal 1 disetiap ketentuan tentang
Ketenagakerjaan
MODUL I
HARI KESATU

MENGENAL HUKUM
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
BAGIAN SATU: SEJARAH
Pada awalnya aturan ketenagakerjaan di Indonesia lebih
banyak mengatur tentang masalah perbudakan. Pada tahun
1817, misalnya, Pemerintah Belanda mengatur tentang
pelarangan memasukkan budak ke Pulau Jawa guna
membatasi perkembangan budak. Kemudian disusul tahun
tahun 1819 dengan diterbitkannya peraturan tentang
kewajiban pendaftaran budak.

Pada tahun 1848 kembali Pemerintah Kolonial Belanda


mengeluarkan aturan ketenagakerjaan tentang pembebasan
perbudakan bagi pelaut yang dijadikan budak. Perbudakan
kemudian sepenuhnya dihapus paling lambat 1 Januari 1860
melalui aturan dalam Regeringsreglement 1854 Pasal 115
sampai 117.

Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan perkebunan


swasta besar maka pada tahun 1872, ditambahkan aturan
baru dalam Algemene Politie Strafreglement (stbl 1872 Nomor
111), yang menyebutkan bahwa jika seseorang di tanah
Hindia Belanda tanpa alasan menolak melaksanakan
pekerjaannya dapat dipidana denda atau kerja paksa.
Sementara dibelahan bumi lain jauh dari Indonesia, tepatnya
di Amerika, pada tahun 1882 dibawah pimpinan Peter J.
McGuire, pekerja/buruh menuntut hak kerja lebih baik yaitu 8
jam kerja, 8 jam rekreasi/bersama keluarga dan 8 jam istirahat.
MODUL I
HARI KESATU

MENGENAL HUKUM
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
Tuntutan ini pada akhirnya juga mempercepat Pemerintah
Belanda mengeluarkan pengaturan ketenagakerjaan yang
lebih baik di Indonesia termasuk mengadakan penyelidikan
resmi guna meminimalkan pekerja kehilangan haknya. Pada
tahun 1903, misalnya, sebuah penyelidikan resmi yang
dilakukan oleh Pemerintah Belanda dengan hasil yang
menyebutkan bahwa terdapat kondisi ketidakadilan bagi
para pekerja termasuk pemerasan tenaga pekerja yang
berlebihan terutama di luar Pulau Jawa.

Pemerintah Belanda kemudian memutuskan untuk turut


campur tangan dalam masalah ketenagakerjaan dengan
membentuk lembaga atau badan yang ditunjuk secara
khusus untuk menangani hal ini. Pada tahun 1904 di Sumatera
Timur didirikan instansi Pengawasan Perburuhan
( A r b e i d s i n s p e c t i e ) d e n g an t u g as k h u s u s ag ar h u k u m
ketenagakerjaan dapat ditegakkan.

Pada tahun 1931, sejalan dengan terjadinya resesi dunia,


instansi ketenagakerjaan kemudian mendapatkan tugas baru
yaitu mengurus tentang penempatan tenaga kerja.

Pada masa pendudukan Jepang, instansi tinggalan


pemerintah kolonial ini diubah menjadi sebuah mesin penyalur
bagi tenaga kerja paksa. Jepang memberi nama instansi ini
Romukyoku.
MODUL I
HARI KESATU

MENGENAL HUKUM
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
Pada masa setelah Indonesia merdeka hingga saat ini,
Pemerintah Indonesia telah beberapa kali mengeluarkan
aturan.

Sebut saja Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 tentang


Kerja yang dinyatakan berlaku pada tahun 1951. Di tahun ini
pula pencegahan konflik termasuk penyelesaian perselisihan
antara pekerja dengan pengusaha juga menjadi sorotan
utama Pemerintah. Melalui Undang Darurat Nomor 16 diatur
tentang perselisihan perburuhan.

Selain itu terdapat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1961


tentang Wajib Kerja Sarjana dan masih banyak lagi aturan
ketenagakerjaan hingga adanya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan yang kemudian
berubah menjadi Undang-Undang 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

Perubahan setiap aturan tersebut pada dasarnya untuk


menampung dinamika ketenagakerjaan di Indonesia serta
mencabut aturan yang sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan jaman. Beberapa aturan yang lama yang
dianggap masih sejalan biasanya kemudian diduplikasi
kembali pada aturan yang baru guna tetap memberikan
kontribusi positif bagi pembangunan ketenagakerjaan.
MODUL I
HARI KESATU

MENGENAL HUKUM
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
Pembangunan ketenagakerjaan sendiri di Indonesia pada
dasarnya adalah untuk menjamin terpenuhinya hak dan
perlindungan para pihak yaitu pekerja dan pengusaha. serta
memiliki dimensi keterkaitan dengan pemerintah dan
masyarakat secara keseluruhan.

Ini berarti bahwa pembangunan ketenagakerjaan merupakan


bagian integral dari pembangunan nasional serta
dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat
Indonesia seutuhnya guna mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945.

Bahan Diskusi dan Pembelajaran Lanjutan:


Diskusikan perbedaan tujuan pembangunan
ketenagakerjaan pada masa penjajahan Belanda
dan Jepang dengan saat Indonesia telah merdeka
MODUL I
HARI KESATU

MENGENAL HUKUM
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
BAGIAN DUA: MASA KERJA
Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) hal yang diatur dalam aturan
ketenagakerjaan yaitu:
1. sebelum bekerja;
2. saat bekerja; dan
3. setelah bekerja.

Pada masa sebelum bekerja terdapat beberapa hal yang


diatur misalnya:
a. penempatan tenaga kerja termasuk perencanaan dan
perekrutan;
b. pelatihan dan pemagangan; serta seperti
c. perjanjian kerja.

Pada masa saat bekerja terdapat beberapa hal yang diatur


misalnya:
a. hubungan kerja;
b. hubungan industrial; dan seperti
c. syarat kerja.
Hubungan kerja itu antara lainnya misalnya pengaturan
pengupahan , beberapa hal tentang perlindungan kerja dan
perihal kesejahteraan seperti pengaturan Jaminan Sosial.
Sementara hubungan industrial mencakup sarana hubungan
industrial misalkan serikat pekerja/serikat buruh dan lembaga
kerjasama.
MODUL I
HARI KESATU

MENGENAL HUKUM
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
Adapun syarat kerja adalah lebih mengatur pada beberapa
hal yang tidak diatur dalam ketentuan peraturan
perundangan termasuk tentang penajaman tentang hak dan
kewajiban yang biasanya diatur lebih baik dari peraturan
perundangan tentang ketenagakerjaan.

Pada masa setelah bekerja, fokus masalah yang diatur lebih


kepada seperti aturan saat berhenti kerja dan tidak lagi
bekerja termasuk masalah pemutusan hubungan kerja atau
pensiun.

Di Indonesia dan banyak negara untuk masa sebelum, saat


dan setelah bekerja biasanya diatur pada satu ketentuan
khusus yaitu undang-undang ketenagakerjaan atau
dipersamakan dengan itu.

Selain terdapat satu undang-undang utama tentang


ketenagakerjaan tersebut, seringkali diberikan aturan
pendamping sebagai aturan yang sejajar kedudukannya atau
sebagai aturan turunan yang terutama mengatur perihal:
a. serikat pekerja/serikat buruh;
b. jaminan sosial;
c. pengawasan; dan
d. penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
MODUL I
HARI KESATU

MENGENAL HUKUM
KETENAGAKERJAAN INDONESIA
Meskipun beberapa hal tentang ketenagakerjaan, pada saat
pembentukan aturan dilakukan, pada dasarnya selalu
berusaha mencakup segala hal mengenai problematika
ketenagakerjaan, namun sering kali terdapat kekosongan
hukum secara nasional misalkan terdapat kekosongan
pengaturan penahanan ijazah, mutasi dan demosi termasuk
promosi atau kekosongan hukum tentang kemitraan yang
tidak berimbang dalam suatu hubungan kerja.

Sebagai sebuah produk hukum yang mengikat, aturan


ketenagakerjaan biasanya juga terdapat ketentuan sanksi
dan pidana yang berupa administratif maupun pidana
kurungan atau penjara. Hal-yang mendapat sanksi selalu
berkaitan dengan perlindungan guna memastikan tidak ada
hak dan kewajiban yang dilanggar oleh para pihak.

Bahan Diskusi dan Pembelajaran Lanjutan:


Diskusikan beberapa aturan pada masa sebelum,
saat dan setelah bekerja termasuk pelajari lebih
lanjut tentang beberapa hal yang seharusnya diatur
pada hukum ketenagakerjaan di Indonesia dimasa
mendatang.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

BAGIAN SATU: KONSEP HUBUNGAN KERJA


Hubungan kerja merujuk pada sebuah konsep bahwa bentuk
hubungan tersebut dituangkan dalam sebuah perjanjian kerja
yang mengikat para pihak yang mempunyai unsur adanya
pekerjaan yang hendak dilakukan. Selain itu harus ada unsur
upah yang dijanjikan untuk melakukan pekerjaan tersebut
serta terdapat unsur perintah dari pengusaha untuk
melaksanakan pekerjaan dimaksud.

Tanpa terdapat tiga unsur tersebut, maka dianggap tidak


terdapat hubungan kerja. Dan jika tidak terdapat hubungan
kerja, maka salah satu pihak tidak bisa dianggap sebagai
pekerjanya atau pengusahanya dan berarti hubungan kerja
tersebut tidak dapat dikategorikan masuk di dalam atau
terikat dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang ketenagakerjaan.

Pokok penting dalam sebuah hubungan kerja adalah


perjanjian kerja. Terdapat perjanjian kerja secara tertulis atau
lisan. Dalam membuat sebuah perjanjian kerja berlaku
ketentuan tentang sahnya sebuah perjanjian kerja secara
umum yaitu kesepakatan, kecakapan, adanya hal yang
dijanjikan dan tidak bertentangan dengan norma atau aturan
yang telah berlaku.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

Di Indonesia bentuk perjanjian kerja hanya dikenal dua saja


yaitu:
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang biasanya
disebut dengan Kontrak;
2. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) yang
biasanya disebut dengan Tetap.

Ada beberapa hal utama yang menjadi pembeda antara


PKWT dan PKWTT, perbedaan adalah:
1. Sistem PKWTT dapat dilakukan pada awalnya dengan
percobaan kerja;
2. Sistem PKWT memiliki durasi masa kerja tertentu dan tidak
dapat dilakukan seumur hidup atau sampai usia pensiun
misalnya.
3. Sistem PKWT hanya dapat dilakukan pada pekerjaan yang
sifatnya pengenalan produk baru, musiman, sekali selesai
atau sementara serta penyelesiannya tidak terlalu lama
dan paling lama dua tahun.

Sistem PKWT seringkali rancu dengan penyerahan sebagian


pekerjaan kepada pihak lain atau biasanya dikenal dengan
istilah outsourcing.

Penyerahan sebagian pekerjaan ini pada dasarnya hanya


mencakup sebuah pekerjaan yang terpisah dari pekerjaan
utama, merupakan kegiatan penunjang perusahaan serta
bukan pekerjaan yang dapat menghambat proses produksi
secara langsung.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

Pada penyerahan sebagian pekerjaan tersebut, maka


penyedia jasa untuk melakukan pekerjaan dalam hubungan
kerja dengan pekerjanya menggunakan sistem PKWT atau
PKWTT.

Sebenarnya teori umum penggunaaan mekanisme


outsourcing ini sudah sangat jamak dilakukan dengan alasan
bahwa menyerahkan sebagian pekerjaan kepada
perusahaan lain yang bukan bisnis intinya akan lebih
menguntungkan serta lebih efisien dan menghemat biaya
sebab dilakukan oleh perusahaan lain yang memang ahli
dibidang tersebut.

Sayangnya di Indonesia, penyerahan sebagian pekerjaan ini


lebih dimaknai sebagai penyerahan tenaga kerja bukan
penyerahan pekerjaan dan sebagai upaya mendapatkan
tenaga kerja murah sehingga outsourcing menjadi kehilangan
maknanya.

Ruang lingkup lain dalam hal hubungan kerja adalah


pengupahan. Untuk pengupahan, pemerintah telah
menetapkan batas upah yang wajib dibayar oleh pengusaha
saat memperkerjakan orang atau dikenal dengan Upah
Minimum. Upah Minimum adalah jaring pengaman agar upah
tidak jatuh ketitik dimana upah tersebut tidak dapat
digunakan untuk hidup layak.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

Pada sistem pengupahan selain Upah Minimum juga terdapat


upah yang berdasarkan struktur dan skala upah. Inti dasar
untuk membuat struktur dan skala upah sebenarnya
sederhana yaitu pembedaan upah berdasarkan kinerja,
kompetensi kerja, jabatan serta masa kerja dan beberapa hal
lain yang ditentukan oleh perusahaan. Ini berarti misalnya
yang berkinerja lebih baik mendapatkan upah yang lebih
tinggi atau pekerja dengan masa kerja lebih lama
mendapatkan upah yang lebih tinggi sehingga keadilan upah
dapat dipertahankan melalui struktur dan skala upah.

Ruang lingkup lain pada hubungan kerja adalah tentang


Perlindungan. Biasanya hal yang diatur pada perlindungan ini
adalah tentang segala hal yang menyangkut pekerja anak
dan perempuan. Selain itu diatur pula hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan saat bekerja seperti waktu kerja, lembur,
kesehatan dan keselamatan kerja serta hal lain yang
mencakup perlindungan bagi tenaga kerja penyandang
disabiltas.

Perlu diingat disini dan digarisbawahi bahwa untuk


pelaksanaan lembur sedapat mungkin tidak dilakukan
mengingat lembur yang dilakukan terus menerus akan
menguras tenaga dan menurunkan produktivitas kerja pekerja
dan dapat menyebabkan naiknya angka pengunduran diri
pekerja.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

Terakhir ruang lingkup dalam hubungan kerja adalah tentang


kesejahteraan. Di Indonesia telah diterapkan sistem jaminan
sosial yang diselenggarakan oleh sebuah badan yang ditunjuk.
Hal utama dalam jaminan sosial ini adalah upaya penjaminan
dalam hal:
1. jaminan sosial tentang kesehatan;
2. jaminan sosial yang menyangkut hari tua termasuk jika
terdapat pemutusan hubungan kerja;
3. jaminan sosial jika terdapat kecelakaan kerja;
4. jaminan sosial untuk keluarga yang ditinggalkan jika
terdapat kematian pekerja; dan
5. jaminan sosial saat terjadi pensiun.

Masing-masing jaminan sosial ini pada dasarnya untuk


meningkatkan dan penjaminan kesejahteraan pekerja beserta
kelurganya dengan menggunakan sistem Iuran yang
ditanggung bersama antara pekerja dan pengusaha jika
pada sebuah perusahaan.

Upaya peningkatan kesejahteraan juga dilakukan dengan


pembentukan koperasi pada setiap perusahaan dan yang
sering dilakukan saat ini pada perusahaan modern adalah
melalui program Benefit.

Program Benefit adalah sebuah program manfaat sebagai


pekerja pada sebuah perusahaan dan dapat berupa
misalnya pemberian beasiswa buat keluarga atau bonus
berupa barang sesuai dengan jasa pekerja.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

BAGIAN DUA: KONSEP HUBUNGAN INDUSTRIAL & SYARAT


KERJA

Hubungan industrial yang harmonis dilaksanakan melalui


berbagai cara dan sarana. Adapun sarana guna
pencapaian harmonisasi tersebut yaitu melalui:

1. Serikat pekerja/serikat buruh;


2. Lembaga Kerjasama Bipartit atau Tripartit;
3. Organisasi pengusaha;
4. Peraturan perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama;
5. Peraturan Perundang-undangan ketenagakerjaan; dan
6. Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Untuk serikat pekerja/serikat buruh pada perusahaan pada


dasarnya untuk memberikan perlindungan pembelaan hak
dan kepentingan serta meningkatkan kesejahteraan yang
layak bagi pekerja dan keluarganya.

Serikat pekerja/serikat buruh dapat berbentuk serikat


pekerja/serikat buruh tingkat perusahaan saja. Setiap
pembentukan serikat pekerja/serikat buruh wajib dicatatkan
pembentukannya pada instansi yang berwenang dibidang
ketenagakerjaan. Serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat
dapat menjadi semacam kuasa hukum saat di pengadilan
hubungan industrial.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN


Bentuk sarana hubungan industrial lainnya adalah Lembaga
Kerjasama Bipartit atau Tripartit. Banyak pihak yang tidak bisa
membedakan antara bipartit dan tripartit atau mencampur
adukkan dengan konsep perudingan bipartit.

Pada dasarnya Lembaga Kerjasama Bipartit adalah sebuah


forum komunikasi dan konsultasi tentang segala hal yang
menyangkut ketenagakerjaan di perusahaan dengan
anggotanya perwakilan pekerja dan pengusaha.
Sedangkan Lembaga Kerjasama Tripartit anggotanya terdiri
dari unsur organisasi serikat pekerja/serikat buruh, organisasi
pengusaha dan pemerintah guna memberikan pendapat,
saran dan pertimbangan tentang ketenagakerjaan pada
pemerintah atau pihak yang terkait.

Untuk organisasi pengusaha merupakan sebuah organisasi


yang anggotanya para pengusaha. Tujuan dari
pembentukan ini guna menunjang penciptaan hubungan
industrial harmonis dan perluasan kesempatan berusaha dan
peningkatan kemajuan perusahaan.

Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama akan


dibahas lebih lanjut pada Modul IV, namun disini dapat
dijelaskan bahwa ketentuan tersebut pada dasarnya dibuat
untuk dapat menciptakan kepastian dalam bekerja termasuk
pengaturan tentang hak dan kewajibannya serta syarat kerja.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN


Terdapat perbedaan utama antara Peraturan Perusahaan
dan Perjanjian Kerja Bersama yaitu pada yang membentuk.
Peraturan Perusahaan dibentuk oleh Pengusaha dengan
mengetahui perwakilan pekerja. Sedangkan Perjanjian Kerja
Bersama dibentuk oleh pengusaha dengan serikat
pekerja/serikat buruh dengan aturan atau ketentuan sifatnya
dirundingkan para pihak.

Isi Peraturan Perusahaan maupun Perjanjian Kerja Bersama


yang paling penting adalah:
1. tidak melanggar ketentuan peraturan perundangan
yang sudah ada;
2. mengatur lebih baik jika mengatur ulang yang sudah
ada dalam ketentuan perundangan;
3. mengatur hal-hal yang tidak diatur oleh sebuah
ketentuan peraturan perundangan atau guna mengisi
kekosongan hukum; dan
4. Merupakan aturan yang bersifat khas yang dibutuhkan
oleh perusahaan seperti misanya aturan mengenakan
seragam warna hitam;
5. Mengatur syarat kerja.

Pada skala yang lebih luas guna menjamin hubungan


industrial yang harmonis dilakukan melalui sarana
pengaturan melalui ketentuan peraturan perundangan
tentang ketenagakerjaan dan pembentukan sebuah
lembaga yang berfungsi untuk menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

BAGIAN TIGA: KONSEP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pada dasarnya pemutusan hubungan kerja sedapat


mungkin dihindari. Namun demikian terkadang pemutusan
hubungan kerja tidak dapat terhindarkan. Pemutusan kerja
dapat terjadi oleh beberapa sebab umum sebagai berikut:
a. Pengunduran diri atas kemauan sediri;
b. Kesalahan berat namun wajib dibuktikan terlebih dahulu
di pengadilan hingga berkekuatan hukum tetap;
c. Ditahan pihak berwenang;
d. Akibat sakit berkepanjangan;
e. Melanggar ketentuan yang ada;
f. Surat Peringatan;
g. Perusahaan melakukan perubahan status;
h. Perusahaan melakukan efisiensi atau keadaan
memaksa;
i. Perusahaan pailit;
j. Pekerja meninggal dunia atau pensiun;
k. Pekerja mangkir; dan
l. Pekerja meminta di putus hubungan kerjanya.

Selain tersebut diatas masih ada beberapa hal lagi


mengapa terjadi pemutusan kerja dan pada prinsipnya
diberikan hak pekerja saat diputus hubungan kerja yaitu
uang pesangon, penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima oleh pekerja.
MODUL II
HARI KEDUA

KONSEP DASAR KETENAGAKERJAAN

Dalam prakteknya banyak perusahaan saat melakukan


pemutusan hubungan kerja melakukannya dengan
mekanisme pengunduran diri. Padahal mekanisme ini sangat
rentan untuk dipersoalkan kemudian hari melalui pengajuan
perselisihan hubungan industrial.

Cara terbaik dalam melakukan pemutusan hubungan kerja


adalah:
1. Dipenuhinya hak saat dilakukan pemutusan hubungan
kerja seperti uang pesongannya atau hak lainnya;
2. Dilakukan sesuai dengan sebab pemutusan hubungan
kerja misalnya akibat Surat Peringatan, maka dilakukan
sesuai prosedur pemutusan hubungan kerja karena Surat
Peringatan;
3. Dibuatkan sebuah Perjanjian Bersama yang berisi
ketentuan pokok bahwa hubungan kerja kedua belah
telah selesai dengan tuntas dan tidak dapat dilakukan
penuntutan hak dikemudian hari. Perjanjian Bersama ini
selanjutnya di daftarkan ke Pengadilan Hubungan
Industrial untuk mendapatkan Akta Bukti Pendaftaran.

Setiap itu perusahaan yang melakukan pemutusan kerja


diharapkan memberikan surat keterangan berhenti kerja
atau dipersamakan dengan itu agar pihak pekerja selain
dapat menggunakan sebagai referensi kerja dan dapat
digunakan saat pengurusan hal lain seperti mengurus
jaminan sosialnya.
MODUL II
HARI KEDUA

BAHAN DISKUSI DAN PEMBELAJARAN


LANJUTAN

1. Apakah konsep Mitra pada perusahaan berbasis


aplikasi merupakan bentuk hubungan kerja?
2. Setujukah dengan konsep penyerahan sebagian
pekerjaan pada perusahaan lain?
3. Mengapa perlu adanya Upah Minimum?
Apakah metode proses pembentukan Upah
Minimum saat ini cukup baik?
4. Perlindungan apakah yang harus diatur lebih
lanjut bagi pekerja di Indonesia?
5. Seberapa jauh peran sarana hubungan industrial
dalam mendorong terciptanya hubungan
industrial harmonis?
6. Jika kita membuat Peraturan Perusahaan hal
apakah yang akan kita atur?
7. Bagaimana masa depan serikat pekerja/serikat
buruh di Indonesia?
8. Apakah kerugian utama dalam pemutusan
hubungan kerja?
MODUL III
HARI KETIGA

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL

Terdapat 4 (empat) jenis perselisihan hubungan industrial di


Indonesia yaitu:
1. Perselisihan hak yaitu akibat adanya pertentangan
tentang hak yang seharusnya diterima atau diberikan;
2. Perselisihan kepentingan yaitu perselisihan antara
pengusaha dan pekerja tentang penafsiran peraturan;
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja yaitu akibat
perbedaan pendapat tentang proses atau prosedur
pemutusan hubungan kerja;
4. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan yang biasanya terjadi jika berbeda pendapat
perihal pelaksanaan ketentuan aturan atau keanggotaan.

Setiap perselisihan dapat di selesaikan oleh para pihak yang


berselisih atau disebut mekanisme Bipartit. Jika terdapat titik
temu, maka dibuatkan Perjanjian Bersama diantara para
pihak yang melakukan perundingan secara musyawarah.
Jika tidak menemui titik temu, maka dapat dilakukan dengan
meminta bantuan Mediator, Konsiliator dan Arbiter guna
penyelesaian perselisihan.

Khusus Arbites maka putusannya bersifat final dan mengikat.


Sedangkan untuk Mediator dan Konsilitor, jika para pihak tidak
setuju dengan saran dan pendaopat Mediator dan Arbiter
dapat diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
MODUL III
HARI KETIGA

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL

Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan


khusus yang berada pada lingkungan peradilan umum. Tugas
dan wewenangnya antara lain memeriksa dan memutuskan
tingkat pertama perselisihan hak dan pemutusan kerja, tingkat
pertama dan terakhir perselisihan kepentingan dan antar
serikat pekerja/serikat buruh.

Hukum acara yang berlaku adalah hukum acara perdata,


dengan hakim yang bertugas adalah Hakim, Hakim Ad-Hoc
dan hakim kasasi.

Untuk pengajuan gugatan diajukan kepada Pengadilan


Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat pekerja bekerja. Pengajuan
gugatan wajib dilampiri Risalah Penyelesaian melalui Mediasi
oleh Mediator atau Konsiliasi oleh Arbiter.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan Pemeriksaan dengan


Acara Biasa dengan Acara Cepat.

Pengambilan putusan dilakukan berdasarkan hukum,


perjanjian yang ada, kebiasaan dan keadilan.

Ketua Majelis Hakim dapat mengeluarkan putusan terlebih


dahulu meskipun putusannya diajukan perlawanan atau kasasi.
MODUL III
HARI KETIGA

PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL

Salah satu pihak yang tidak setuju dengan putusan pada


tingkat Pengadilan Hubungan Industrial dapat mengajukan
permohonan kasasi secara tertulis melalui sub kepaniteraan
Pengadilan Hubungan Industrial.

Selambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak penerimaan


permohonan kasasi harus sudah disampaikan berkas perkara
kepada Ketua Mahkamah Agung.

Penyelesaian perselisihan di Mahkamah Agung selambatnya


dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak penerimaan permohonan kasasi.
MODUL II
HARI KEDUA

BAHAN DISKUSI DAN PEMBELAJARAN


LANJUTAN

1. Ketentuan peraturan perundangan tentang


ketenagakerjaan telah menjamin hak dan
kewajiban para pihak dan mengenakan
ancaman sanksi bagi pelanggarnya, namun
mengapa hak yang seharusnya merupakan
kewajiban untuk diberikan bagi yang berhak
mendapatkan ternyata masih dapat
diperselisihkan atau dirundingkan?
2. Apakah perbedaan mekanisme proses melalui
Arbiter, Mediator atau Konsilitor? Gambarkan
dengan jelas.

Baca dengan detail Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial
MODUL IV
HARI KEEMPAT

PEMBUATAN PERJANJIAN ATAU


ATURAN

Pada saat tertentu perusahaan membutuhkan pembentukan


perjanjian terutama perjanjian kerja atau pembuatan aturan
secara tertulis yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib
perusahaan.

Untuk perjanjian kerja ada beberapa hal pokok yang perlu


diperhatikan yaitu:
1. Perjanjian Kerja dibuat atas dasar kesepakatan,
kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya sesuatu
yang diperjanjikan serta hal yang diperjanjikan tidak
bertentangan dengan norma dan aturan hukum yang
berlaku;
2. Perjanjian Kerja yang dibuat oleh pihak yang tidak
berdasarkan kesepakatan dan kecakapan dapat
dibatalkan, sedangkan yang dibuat bertentangan
dengan norma dan aturan hukum serta tidak
menyebutkan sesuatu yang diperjanjikan, maka batal
demi hukum;
3. Dalam hal Perjanjian Kerja dibuat dalam dua bahasa,
Indonesia dan asing, maka jika terdapat penafsiran yang
ditafsirkan adalah yang berbahasa Indonesia
4. Perjanjian Kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau
diubah kecuali atas persetujuan para pihak.
MODUL IV
HARI KEEMPAT

PEMBUATAN PERJANJIAN ATAU


ATURAN

Adapun pada Perjanjian Kerja tertulis sekurang-kurangnya


memuat:
1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;
3. Jabatan atau jenis pekerjaan;
4. Tempat pekerjaan;
5. Besarnya upah dan cara pembayarannya;
6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja/buruh;
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Perjanjian kerja berakhir apabila :


1. Pekerja meninggal dunia;
2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
atau
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
MODUL IV
HARI KEEMPAT

PEMBUATAN PERJANJIAN ATAU


ATURAN

Dalam penyusunan naskah aturan terutama Peraturan


Perusahaan, semua kalimat yang digunakan harus padat, jelas
dan sesuai dengan kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar.

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat digunakan dalam


panduan penggunaan penulisan peraturan perusahaan :
1. Kerangka peraturan perusahaan meliputi:
- Judul, ditulis dengan huruf capital semua yang
diletakkan pada tengah marjin tanpa diakhiri tanda
baca dan tidak boleh ditambahkan dengan singkatan
atau akronim, mencantumkan nama perusahaan serta
tahun berlaku peraturan perusahaan tersebut
- Batang Tubuh, memuat semua materi muatan
peraturan perusahaan yang dikelompokkan kedalam
ketentuan umum, materi pokok yang diatur, sanksi,
ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

Ketentuan umum berisi batasan pengertian atau definisi,


singkatan atau akronim yang dituangkan atau hal-hal
yang bersifat umum.

Materi pokok muatan dirumuskan secara lengkap sesuai


dengan kesamaan materi muatan yang diperlukan
tetapi tidak dapat dikelompokkan maka materi tersebut
dimuat dalam bab ketentuan lain-lain.
MODUL IV
HARI KEEMPAT

PEMBUATAN PERJANJIAN ATAU


ATURAN

Sanksi dirumuskan menjadi satu norma yang memberikan


sanksi administratif. Pergunakan frasa setiap orang jika
sanksi tersebut berlaku untuk seluruh pekerja/karyawan.

Ketentuan peralihan memuat penyesuaian pengaturan


yang sudah ada atau lama dengan peraturan baru.

Ketentuan penutup ditempatkan pada bagian akhir.


Pada umumnya ketentuan penutup memuat penunjukan
organ sebagai pelaksana peraturan perusahaan, nama
singkat dari peraturan perusahaan, status peraturan yang
sudah ada atau saat mulai berlakunya peraturan
perusahaan.

Penjelasan peraturan perusahaan tiap-tiap pasal yang


diletakkan setelah tanda tangan pimpinan perusahaan
pada lembar tersendiri dan diatasnya diberi tulisan
penjelasan. Penjelasan dibagi menjadi dua, yaitu
penjelasan umum yang berisi pokok-pokok pikiran yang
menjadi landasan filosofis, sosiologis dan hukum; dan
penjelasan per pasal. Apabila penjelasan per pasal jika
dirasa cukup jelas maka tidak perlu dijelaskan lebih lanjut
dan hanya ditulis Cukup Jelas.
MODUL IV
HARI KEEMPAT

PEMBUATAN PERJANJIAN ATAU


ATURAN

Pengelompokkan materi muatan peraturan perusahaan


dapat disusun secara sistematis dalam buku, bab, bagian dan
paragraf. Urutan penngelompokkannya adalah bab dengan
pasal atau beberapa pasal tanpa bagian atau paragraf, bab
dengan bagian dan pasal atau beberapa pasal tanpa
paragraf atau bab dengan bagian dan paragraf yang berisi
pasal atau beberapa pasal.

Pasal dapat dirinci dalam beberapa ayat. Ayat diberi nomor


urut dengan angka diantara tanda baca kurung tanpa diakhiri
tanda baca titik. Satu ayat hendaknya hanya memuat satu
norma yang dirumuskan dalam satu kalimat utuh. Jika satu
ayat memuat rincian unsur, selain dalam bentuk akalimat
dengan rincian, juga dapat berbentuk tabulasi. Tiap rincian
ditandai dengan huruf a, huruf b, dan seterusnya. Kata “dan”,
“atau”, “dan/atau” tidak perlu diulang pada akhir kalimat
cukup diberi tanda ; dan pada kalimat sebelum rincian akhir
diberi kata “dan”. “atau”, “dan/atau”.
MODUL IV
HARI KEEMPAT

PEMBUATAN PERJANJIAN ATAU


ATURAN

2. Pemilihan Bahasa

a. Tidak menggunakan kata atau frasa yang artinya tidak


menentu, tidak baku atau konteks kalimatnya tidak jelas,
panjang, rancu, tidak cermat dan bersifat emosional.
b. Penulisan kata yang bermakna tunggal atau jamak
dirumuskan dalam bentuk tunggal, contoh karyawan-
karyawan ditulis karyawan;
c. Gunakan kata paling lambat atau paling cepat, paling
singkat atau paling lama, maksimum atau minimum untuk
menyatakan batasan sesuatu;
d. Untuk menyatakan tidak termasuk, gunakan kata kecuali;
e. Untuk menyatakan makna termasuk, gunakan kata selain;
f. Untuk menyatakan makna pengandaian atau
kemungkinan, digunakan kata jika, apabila, atau frasa
dalam hal;
g. Untuk menyatakan kejadian yang pasti terjadi pada masa
depan, gunakan kata pada saat;
h. Untuk menyatakan sifat kumulatif, gunakan kata dan;
i. Untuk menyatakan kalimat alternatif, gunakan kata atau;
j. Untuk menyatakan sifat kumulatif dan alternatif, gunakan
frasa dan/atau;
k. Untuk menyatakan adanya suatu hak, gunakan kata
berhak;
MODUL IV
HARI KEEMPAT

PEMBUATAN PERJANJIAN ATAU


ATURAN

l. Untuk menyatakan adanya suatu kewajiban yang telah


ditetapkan, gunakan kata wajib;
m. Untuk menyatakan pemenuhan suatu kondisi atau
persyaratan tertentu, gunakan kata harus;
n. Untuk menyatakan pemberian kewenangan kepada
seseorang atau lembaga, gunakan kata berwenang.

3. Untuk teknik pengacuan, maka gunakan frasa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal…. atau
sebagaimana dimaksud pada ayat….
Hindari pengacuan setelah pasal atau ayat yang diacu.
MODUL IV
HARI KEEMPAT

BAHAN DISKUSI DAN PEMBELAJARAN


LANJUTAN

1. Diskusikan tentang kesalahan utama saat


pembuatan perjanjian kerja atau aturan seperti
peraturan perusahaan;
2. Buatlah perjanjian kerja atau peraturan
perusahaan yang sederhana.

Jangan lupa menanyakan kepada


Pengajar hal yang belum di pahami saat
Pertemuan hari kelima
SERI I KURSUS ONLINE
PRAKERJA

PANDUAN MENJADI
PERSONALIA/HRD
PROFESIONAL

Anda mungkin juga menyukai