Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIFITAS TERAPI RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN


BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR TIPE INTROVERT

Oleh :
NADILA DIANA MUSLIMIN
70300119037

Dosen Pembimbing :
Dr. Nurhidayah,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Dr.Arbianingsih,S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Fenomena)
kecemasan berbicara di depan umum dapat dialami oleh semua orang tak
terkecuali mahasiswa. Kecemasan tersebut memiliki pengaruh negatif pada
diri seorang mahasiswa baik ketika masih duduk di bangku kuliah maupun
ketika sudah lulus kelak. Ketika masih kuliah, seorang mahasiswa yang
memiliki permasalahan kecemasan berbicara di depan umum akan sulit untuk
memiliki prestasi akademik yang sangat tinggi. Hal tersebut dapat dipahami
karena dalam proses belajar mengajar, salah satu metode yang sering
digunakan dosen adalah diskusi, sehingga kemampuan berbicara di depan
umum sangat dibutuhkan. Seseorang dengan kecemasan berbicara di depan
umum, kendati sudah lulus dan memiliki ijazah, dimungkinkan akan
mengalami kendala dalam melamar pekerjaan tertentu, terlebih pekerjaan yang
menekankan pada kemampuan atau keahlian berbicara di depan orang banyak.
(Nurhasanah, 2021)
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum
dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2013).
Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di
Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan
gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif,
gangguan berbicara di depan umum, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kecemasan umum dan fobia. Sedangkan gangguan kecemasan terkait jenis
kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup
pada wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (Toding, 2018).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2020
kecemasan merupakan penyebab utama dari ketidakmampuan seorang
individu di seluruh dunia dan gangguan psikiatri akan menyumbang sekitar
15% dari angka kesakitan global. Amerika telah kehilangan setiap tahunnya
uang sejumlah 80 miliar dolar akibat ketidak produktifan yang dikarenakan
menderita gangguan psikiatri (Hidayat et al., 2010)
(Insiden)
Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar
6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia
mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-
gejala kecemasan dan depresi (Toding, 2018)
(Kronologis)
Mc Croskey menyatakan bahwa kecemasan berbicara di depan umum
merupakan bagian dari ketakutan komunikasi atau communication anxiety.
Reaksi yang muncul adalah gugup, cemas, khawatir, dan takut melakukan
kesalahan. Kecemasan berbicara di depan umum terjadi ketika seseorang
berpikir bahwa dia tidak yakin mampu mengendalikan situasi yang
dihadapinya. (McCroskey, 2013)
Akibatnya kecemasan saat berbicara di depan umum akan menghambat ide
dan gagasan yang ingin disampaikan pada saat berbicara di depan umum,
sehingga proses komunikasi menjadi tidak efektif atau dikatakan mengalami
hambatan komunikasi. Orang yang mengalami hambatan komunikasi
(communication apprehension) akan merasa sulit dan merasa cemas ketika
harus berkomunikasi antar pribadi dengan manusia lain, sehingga tidak
mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan dan dukungan.
(Meikasari, 2010)
Menurut Sieber kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat
dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif
seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan
pemecahan masalah (Dewi dan Andrianto, 2008).
(Solusi)
Ketrampilan berbicara di depan umum ( Public Speaking ) adalah modal
dasar untuk meraih kehidupan sukses yang lebih lengkap. Sebagaimana
diketahui banyak kalangan, mulai dari owner, direktur, manager, marketing,
salesman, dosen, guru, mahasiswa, pelajar dan bidang lainnya mengalami
kesulitan untuk berbicara di depan umum. Ketakutan, trauma masa lalu dan
cara berpikir yang salah menjadi hambatan utama bagi seseorang untuk
berbicara di depan umum. Seorang mahasiswa yang jenius sekalipun belum
tentu lulus sidang skripsi, dikarenakan ketidakmampuan menghadapi dosen
penguji. (Novita, 2014)
Meskipun demikian kecemasan tersebut sedapat mungkin harus dikurangi
agar individu dapat menjadi pembicara yang efektif.Untuk mengurangi
kecemasan berbicara di depan umum, dapat dilakuakan dengan beberapa cara
antara lain menggunakan terapi relaksasi.
Menurut Greenberger dan Padesky menyatakan latihan relaksasi bisa
mengurangi kecemasan karena sulit bagi pikiran maupun fisik untuk merasa
rileks dan cemas pada saat yang sama. Relaksasi telah digunakan untuk
membantu konseli yang mengalami gangguan tidur, sakit kepala, hipertensi,
kegelisahan sebelum mengikuti tes, kegelisahan saat berbicara di depan publik
(berkomunikasi), asma, berlebihan dalam minum, hiperaktif, dan masalah
yang berkaitan dengan pengendalian kemarahan. Selain dari itu, teknik
relaksasi digunakan untuk mengatasi kecemasan dengan maksud bahwa
kemampuan stimuli, khususnya yang menimbulkan kecemasan berbicara di
depan umum dapat dikurangi atau diperlambat jika terjadi sesuatu respon
antagonistic (yang berlawanan) terhadap kecemasan berbicara di depan umum.
Jika seseorang dapat belajar memberi respon rileks terhadap stimuli dan
situasi yang selalu muncul, kecemasan dapat dihambat atau dikurangi. (Dwi
Daru, 2015)
Berdasarkan paparan di atas maka penulis merasa perlu meneliti seberapa
efektif terapi relaksasi untuk menurunkan kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswa keperawatan UIN Alauddin Makassar.

B. Rumusan Masalah
Kecemasan dapat menimbulkan gejala fisik, psikologi dan kognitif yang
terganggu sehingga berdampak pada berbagai aktivitas yang dilakukan
mahasiswa terutama dalam proses perkuliahan, misalnya pada saat proses
presentasi. (Alfiah Tri, 2018)
Permasalahan-permasalahan di atas adalah dasar dari peneliti untuk
merumuskan masalah penelitian mengenai “Apakah terapi relaksasi efektif
terhadap kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa
keperawatan tipe kepribadian introvert?”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi relaksasi
terhadap kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa
keperawatan tipe kepribadian introvert.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui lebih detail tentang
masalah psikologis kecemasan yang dialaminya dan bagaimana
manfaat terapi relaksasi untuk mengatasi kecemasan berbicara di
depan umum.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan menjadi literature tambahan dan
memberikan wawasan baru bagi mahasiswa mengenai pengaruh
terapi relaksasi terhadap kecemasan berbicara di depan umum pada
tipe kepribadian introvert
3. Bagi Penliti Selanjutnya
Peneliti ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam membuat dan
mengembangkan penelitian tentang kecemasan berbicara di depan
umum pada mahasiswa tipe kepribadian introvert.

E. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Ana Kurniawati (2012) dengan judul
“Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Dengan Ciri Kepribadian
Introvert dan Ekstrovert di Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta. Penelitian ini
menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel yang digunakan ada 352 sampel yang diperoleh dari total
siswa kelas X di SMA Negeri 4 Surakarta. Teknik analisa data yang
digunakan adalah uji Mann-Whitney untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian
ini adalah dari 270 responden 40,7% bertipe kepribadian ambivert, 60%
mengalami kecemasan, 63,7% berjenis kelamin perempuan. Setelah dilakukan
uji Mann-Whitney didapatkan nilai p adalah 0,001 sehingga H1 diterima dan
H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan yang bermakna
antara tingkat kecemasan pada remaja yang mempunyai ciri kepribadian
introvert dan tingkat kecemasan pada remaja dengan ciri kepribadian
ekstrovert di kelas X SMA Negeri 4 Surakarta. Di mana remaja dengan ciri
kepribadian introvert mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi
daripada remaja dengan ciri kepribadian ekstrovert.
Penelitian Dwi Daru (2015) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Teknik
Relaksasi Terhadap Kecemasan Berbicara di Deoan Umum Siswa Kelas X
SMA Katolik Wijaya Kusuma Blora Tahun Pelajaran 2014/2015”. Hasil
penelitian yan g telah dilakukan mengenai pengaruh penggunaan teknik
relaksasi terhadap kecemasan berbicara di depan umum dengan subyek
penelitian berjumlah 28 siswa menunjukkan bahwa penggunaan teknik
relaksasi mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum siswa kelas X
SMA KATOLIK WIJAYA KUSUMA BLORA. Tahun pelajaran 20014/2015
2. Nilai yang diperoleh setelah treatment diberikan adalah sebesar 6,14 (taraf
signifikan (α = 5%).
Penelitian yang dilakukan oleh Novita Sianturi (2014) dengan judul
“Efektifitas Pelatihan Relaksasi Otot Untuk Menurunkan Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa STAKN Manado.” Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan
berbicara di depan umum sebelum dan setelah diberi pelatihan relaksasi otot.
Mahasiswa yang diberi pelatihan relaksasi otot memiliki kecemasan yang
lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak diberikan pelatihan
relaksasi otot. Sebelum mendapatkan pelatihan relaksasi otot progresif satu
subjek memiliki kecemasan berbicara di depan umum tergolong sangat tinggi.
Namun setelah diberi pelatihan relaksasi otot mengalami penurunan
kecemasan berbicara di depan umum menjadi rendah. Selain itu sembilan
subjek yang awalnya memiliki kecemasan berbicara di depan umum tinggi,
setelah diberi pelatihan lima subjek mengalami penurunan ketaraf sedang dan
empat subjek mengalami penurunan kecemasan berbicara di depan umum
pada taraf rendah.
Berdasarkan uraian diatas bahwa penelitian ini terdapat perbedaan dengan
penelitian sebelumnya diantaranya, lokasi penelitian dilakukan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehan UIN Alauddin Makassar dengan jumlah sampel 40
mahasiswa keperawatan dan berfokus pada mahasiswa tipe kepribadian introvert.
Dari segi tipe penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk
melihat efektifitas terapi relaksasi untuk menurunkan kecemasan berbicara did
depan umum. Sedangkan penelitian yang sama dengan judul peneliti teliti belum
ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Operasional
1. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

Kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu perasaan takut


dan perasaan tertekan yang timbul ketika seseorang berbicara di
depan banyak orang, yang ditandai dengan adanya reaksi fisik,
mental, dan emosional dari individu tersebut.
2. Teknik Relaksasi

Relaksasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk membawa


sesorang dalam keadaan rileks dengan mengurangi ketegangan-
ketegangan pada tubuh, dan menghilangkan pikiran dan perasaan
negatif pada individu. Teknik relaksasi diharapkan mampu
mengurangi ketegangan-ketegangan dan pikiran serta perasaan
negatif atau irrasional sehingga mahasiswa menjadi rileks dan
nyaman ketika berbicara di depan banyak orang.
3. Introvert
Introvert merupakan salah satu tipe kepribadian manusia yang
cenderung fokus pada pikiran, perasaan dan suasana hati yang
berasal dari dalam diri sendiri (internal). Oleh karna itu salah satu
ciri dari kepribadian ini adalah lebih senang menyendiri karna
pikiran individu tipe introvert berorientasi pada diri mereka.
4. Mahasiswa
Mahasiswa adalah pelajar yang melanjutkan pendidikannya
dijenjang perkuliahan dan terdaftar di instansi pendidikan baik negri
maupun swasta.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas atau Independen

Variabel bebas atau independen adalah variabel yang nilainya


menentukan variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah teknik relaksasi

2. Variabel Terikat atau Dependen

Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang nilainya


ditentukan oleh variabel lainnya. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kecemasan berbicara di depan umum.
C. Kerangka Teori

Kecemasan Penatalaksanaan Kecemasan


Faktor-faktor Kecemasan
berbicara di depan umum:
1. Pola pikir keliru
A. Farmakologi
2. Perspektif negative
1. Obat cemas
3. Citra diri individu Tingkat
B. Non Farmakologi
4. Pengalaman masa Kecemasan
1. Relaksasi
lalu 1. Ringan
2. Distraksi Spritual
5. Hal baru 2. Sedang
3. Rangsangan
3. Berat
Auditori
4. Terapi murottal Al-
Qur’an
5. Terapi Dzikir

Tingkat penurunan
tekanan darah:
1. Tekanan sistolik
2. Tekanan diastolic
3. Penurunan herart
rate
D. Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen

Kecemasan
Terapi Relaksasi
Berbicara di depan
umum mahasiswa
tipe kepribaduan
introvert

Variabel
1. Mengonsumsi obat cemas. Perancu
2. Memiliki penyakit jantung.
3. Memiliki pengalaman buruk
4. Memiliki phobia terhadap sesuatu
hal.
5. stress emosional
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kuantitatif


dengan metode quasi eksperimental dengan time series design. Metode
kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan intrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ spesifik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui suatu keadaan secara objektif tentang pengaruh terapi
relaksasi terhadap kecemasan berbicara pada 2 tipe kepribadian individu
(introvert dan ekstrovert).

Pengukuran (Pretest) Perlakuan Pengukuran


(Posttest)

O1 X O2O3O4O5

Gambar 1.2 Pola time-series design

Keterangan :

O1 = kecemasan berbicara di depan umum sebelum perlakuan


(pretest)

X = teknik relaksasi (perlakuan)


O2O3O4O5 = kecemasan berbicara di depan umum sesudah perlakuan
(postest)

B. Prosedur Penelitian

Peneliti menjaring subjek dengan menggunakan skala


kecemasan berbicara di depan umum. Setelah mendapatkan subjek,
peneliti melanjutkan dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang
memiliki kecemasan berbicara di depan umum tinggi dengan
memberikan perlakuan berupa latihan relaksasi selama 15 menit, 2 kali
seminggu dalam waktu 4 minggu.
C. Subjek Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode


Proporsional Random Sampling, dengan mengambil subjek dari setiap
angkatan mahasiswa aktif dalam jurusan keperawatan. Kemudian
dilakukan teknik Simpel Random Sampling yaitu pengambilan secara
acaak sedarhana, teknik ini dibedakan menjadi dua cara yaitu dengan
mengundi (Lottery technique) atau dengan menggunakan tabel bilangan
atau angka acak (Random number). Adapun besar atau jumlah
pembagian sampel untuk masing-masing angkatan dengan
menggunakan rumus:

𝑛i Nix n
=

Keterangan:

N = Populasi keseluruhan

Ni = Populasi untuk setiap (mahasiswa berdasarkan angkatan)

n = Besar sampel

ni = Besar sampel untuk setiap

Dengan rumus diatas maka, didapatkan sampel dari masing-masing


bagian sebagai berikut :

Tabel Sampel Penelitian


Angkatan Jumlah Besar
Mahasiswa Mahasiswa Sampel
2019
2020
2021
Jumlah

Subyek pada penelitian ini berjumlah 40 mahasiswa aktif


keperawatan dengan tipe kepribadian Introvert. Mahasiswa berasal dari
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar yang
memiliki kecemasan berbicara di depan umum tinggi yang didapatkan
dengan cara pemberian skala kecemasan berbicara di depan umum.

Pemilihan subjek penelitian dilakukan melalui tahap pengisian


kuesioner yang akan diisi oleh mahasiswa keperawatan UIN Alauddin
Makassar. Mahasiswa keperawatan yang memiliki skala kecemasan
berbicara di depan umum tinggi dan bersedia ikut dalam penelitian akan
diberikan terapi relaksasi dalam beberapa kali pertemuan.
D. Intrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, intrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan
data penelitian akan menggunakan kuesioner atau angket skala HARS
berdasarkan[ CITATION Ret151 \l 1057 ] berbasis online melalui google
form untuk mengukur tingkat kecemasan responden dalam hal ini adalah
remaja usia sekolah menengah yang ada di MAN 1 Kabupaten Gorontalo.
Setiap siswa akan diberikan link agar bisa mengakses kuesioner dalam bentuk
google form yang didalamnya terdiri dari 5 pilihan jawaban dengan
pembobotan sebagai berikut.
0 : Tidak ada (Tidak ada gejala sama sekali)
1 : Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : Sedang (Setengah dari gejala yang ada)
3 : Berat (Lebih dari setengah dari gejala yang ada)
4 : Sangat berat (Semua gejala yang ada)
Setelah semua nilai ini terkumpul menggunakan skor yang standar, maka
akan didapatkan hasil sebagai berikut.
a. Bila skor <6, maka dikategorikan sebagai Tidak Ada Kecemasan.
b. Bila skor 7-14, maka dikategorikan sebagai Kecemasan Ringan.
c. Bila skor 15-27, maka dikategorikan sebagai Kecemasan Sedang.

1. Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah lembar kuesioner berbasis online berupa google form
yang akan diakses melalui link yang dibagikan oleh peneliti yang
berisi identitas responden untuk mendapatkan informasi dari
responden.
a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan

melakukan observasi menggunakan kuesioner yang

diberikan kepada mahasiswa keperawatan UIN

Alauddin Makassar tipe kepribadian introvert yang

menjadi responden penelitian.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tingkat kecemasan berbicara di

depan umum dan data sebelum dan sesudah diberikan

intervensi terapi relaksasi.


2. Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas dalam penelitian ini adalah validitas konstruk.
Menurut Sugiyono (2012), validitas konstruk adalah validitas
yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam
mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Cara
mengukur validitas ini dengan mengkonsultasikan dengan ahli
yang dikenal dengan istilah judgement expert. (Sugiyono,
2012)
b. Uji Reliabilitas
Menurut Indrawati, reliabilitas adalah menyangkut tingkat
keterpercayaan, keterandalan, konsistensi, atau kestabilan hasil
suatu pengukuran. Menurut Riduwan, uji reliabilitas instrumen
penelitian menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Cronbach’s
Alpha adalah rumus matematis yang digunakan untuk menguji
tingkat reliabilitas ukuran, dimana suatu instrumen dapat dikatakan
handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau alpha
sebesar 0,6 atau lebih. (Ratika dan Nofha, 2018)

E. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji software statistic
dengan uji independent test, fisher’s Exact Test dan Kolmogorof Smirnow.
Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
distribusi serta penjelasan dalam bentuk narasi.
F. Pertimbangan Etik
Penelitian ini akan menggunakan tiga prinsip dasar etika penelitian
menurut [CITATION Kom17 \l 1057 ] sebagaimana berikut.
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons)
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat
manusia sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan
berkehendak atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara
pribadi terhadap keputusannya sendiri.
2. Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain
dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian
minimal. Subjek manusia diikutsertakan dalam penelitian kesehatan
dimaksudkan membantu tercapainya tujuan penelitian kesehatan yang
sesuai untuk diaplikasikan kepada manusia. Sedangkan Prinsip tidak
merugikan adalah jika tidak dapat melakukan hal yang bermanfaat,
maka sebaiknya jangan merugikan orang lain. Prinsip tidak merugikan
bertujuan agar subjek penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana dan
memberikan perlindungan terhadap tindakan penyalahgunaan.
3. Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk
memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan
moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya. Prinsip etik
keadilan terutama menyangkut keadilan yang merata (distributive
justice) yang mempersyaratkan pembagian seimbang (equitable),
dalam hal beban dan manfaat yang diperoleh subjek dari keikutsertaan
dalam penelitian. Ini dilakukan dengan memperhatikan distribusi usia
dan gender, status ekonomi, budaya dan pertimbangan etnik.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah Tri, (2018). Hubungan Antara Kecemasan Dengan Harapan Mahasiswa


Bidikmisi Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Skripsi thesis: Universitas Diponegoro
Dewi, A.P. & Andrianto, S. ( 2008). Hubungan Antara Pola Pikir Dengan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas
Keguruan.
Hidayah N (2010). Perbedaan tingkat kecemasan antara siswa putra dan putri
kelas X dalam menghadapi ujian akhir semester pada SMA Nu al ma’ ruf
kudus. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). PEDOMAN DAN
STANDAR ETIK PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
NASIONAL. Jakarta Pusat.

McCroskey (2013).‘The communication apprehension Perspective’.


Meikasari, Prita (2010). Hubungan Antara Kecenderungan Ekstrovert dengan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa FKIP PBSID
UMS. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurhasanah (2021). “Self Eficacy Dan Berpikir Positif Dengan Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa.” Jurnal Ilmiah Kesehatan,
Vol 10 Nomor 2. Page 106-112. E-ISSN: 2655-8157.
Novita Sianturi, (2015). Efektifitas Pelatihan Relaksasi Otot Untuk Menurunkan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa STAKN
Manado. Jurnal Tumao Tou Vol. 1 No. 1. Sekolah Tinggi Agama Kristen
Negeri (STAKN) Manado
Ratika Zahra dan Nofha Rina (2018). Pengaruh Celebrity Endorser Hamidah
Rachmayanti Terhadap Keputusan Pembelian Produk Online Shop
Mayoutfit di Kota Bandung. Jurnal Lontar Vol. 6 No. 1 Januari-Juni
2018, 43-57
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabet
Toding, Jefri Riyan (2018) Efektifitas Komunikasi Terapeutik Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Tindakan
Pembedahan Elektif Di Ruang Bedah RSAD Kodam V Brawiijawa
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai