Anda di halaman 1dari 4

A.

PENDAHULUAN

Sistem imun memiliki peranan yang sangat penting dalam melawan infeksi patogen terutama
infeksi virus. Hilangnya fungsi imunitas menyebabkan terjadinya penyakit dan infeksi laten.
Virus seringkali menimbulkan wabah diantaranya terjadinya flu Hongkong tahun 1968, flu
babi pada tahun 2009, SARS dan yang sekarang sedang mewabah di dunia yaitu Covid 19.
Korban meninggal akibat wabah virus diperkirakan melebihi 3 juta populasi manusia. Tubuh
manusia memiliki sistem imun yang merespon terhadap infeksi virus. Pentingnya memahami
mekanisme infeksi virus dan respon imun inang terutama respon imun humoral akan
meningkatkan kewapadaan terhadap terjangkitnya infeksi virus. Referat ini akan membahas
mengenai respon imun humoral terhadap infeksi virus secara umum.

B. PEMBAHASAN
I. INFEKSI VIRUS

Virus adalah suatu antigen. Antigen bisa berupa molekul biologik, lipid, karbohidrat, protein,
yang dapat berikatan dengan antibodi. Kemampuan antibodi mengikat antigen dan memicu
respon imun disebut imunogen.

Terdapat berbagai jenis antigen. Antigen ekstraseluler yaitu antigen yang berada di luar sel
inang seperti virus, bakteri, parasit berbentuk sebagai protein atau polisakarida. Antigen
intraseluler adalah antigen yang berada di dalam sel inang, dapat berupa bakteri, virus dan sel
tumor. Hal ini terjadi karena proses fagositosis.

Virus adalah salah satu antigen yang bersifat intrasel obligat absolut dimana virus
memerlukan sel inang untuk dapat berkembang biak. Hal ini terjadi karena virus
memperbanyak diri melalui rangkaian komponen individual yang direplikasi dari sel
inangnya.1 . Secara struktural virus tidak memiliki komponen seluler namun hanya
komponen molekuler yaitu hanya terdiri dari genom asam nukleat DNA atau RNA yang
tersusun single stranded, double stranded linier atau sirkuler.2

Virus berukuran sangat kecil 15-400nm sehingga dapat menembus membran sel.
Virus umumnya hanya mampu hidup di dalam sel inang yang spesifik, berkembang biak
menggunakan mekanisme sel inang untuk memproduksi komponen virus yang dirangkai
menjadi virus baru.

Komponen virus terdiri dari genom asam nukleat dan protein penutup (capsid)
Capsid memiliki membran (envelope ) dan tidak memiliki membran. Genom virus dapat
berupa DNA atau RNA namun tidak keduanya.

Siklus hidup virus melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1. Attachment dimana virus akan menempel pada dinding sel inang melalui molekul
glikoprotein pada permukaan virus.
2. Penetration dimana virus akan masuk ke dalam sel inang. Virus tanpa envelope masuk
ke dalam sel inang melalui proses endositosis. Virus ber envelope dapat masuk
melalui proses pelepasan asam nukleat.
3. Biosynthesis adalah proses dimana virus melakukan biosintesis. Virus DNA melalui
trasnkripsi mRNA dalam inti sel. mRNA yang terbentuk akan mentranslasi protein
virus di dalam ribosom sel inang. Sedangkan virus RNA akan langsung menggunakan
RNA nya sebagai template untuk translasi protein virus olehkarenanya proses virus
RNA terjadi disitoplasma sel inang.
4. Morphogenesis adalah maturasi virus, dimana terjadi proses penyusunan virion di
dalam sel inang, mulai dari pembentukan capsid dan pengisian capsid dengan asam
nukleat.
5. Release yaitu pelepasan virus melalui beberapa cara. Bila sel inang mati karena
infeksi, virus keluar karena sel inang lisis. Jika sel inang hidup, virus baru akan keluar
melalui budding atau tunas pada membran sel inang.

Virus patogen adalah virus yang dapat menginfeksi dan berreplikasi dalam sel manusia dan
menyebabkan penyakit. Infeksi virus dapat lokal maupun sistemik. Infeksi lokal dapat
superfisial dipermukaan epitel yang kontak dengan inangnya. Sedangkan infeksi sistemik
virus berpindah dari satu organ ke organ lain melalui aliran pembuluh darah atau limfe.

Berdasarkan lamanya virus patogen dapat akut maupun kronis. Infeksi akut terjadi
beberapa hari sampai minggu dan berakhir dengan eliminasi virus atau kematian host. Virus
kronis dapat bertahan beberapa bulan sampai seumur hidup. Hal ini karena proses replikasi
dan dapat menjadi dorman/ infeksi laten.

Penyebaran virus patogen dapat terjadi beberapa cara yaitu transmisi horizontal,
vertikal dan zoonotik. Transisi horizontal dimana virus berpindah dari penderita ke orang
sehat dalam komunitas. Transisi vertikal dari ibu hamil ke janin. Transsisi zoonotik terjadi
jika virus pada tubuh hewan berpindah ke manusia.

Virus onkogen adalah virus yang dapat menyebabkan suatu keganasan dimana virus
dapat memicu sel untuk berproliferasi secara tidak terkontrol.Mekanisme infeksi virus hingga
menyebabkan penyakit melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Akuisisi adalah masuknya virus ke dalam tubuh melalui diskontinuitas kulit, mukosa
saluran nafas, saluran cerna, urogenital dan konjuntiva.
2. Inisiasi dimulai ketika virus bisa menemukan reseptornya yang spesifik.
3. Aktivasi mengaktifkan respon imun innate antara lain IL, IF, makrofag, sel dendritik
dan sel NK.
4. Inkubasi yaitu masa dimana virus mulai berreplikasi namun belum timbul gejala/
gejala ringan dan dapat menular.
5. Replikasi sekunder terjadi pada organ target dimana mulai timbul gejala spesifik.
Untuk mencapai organ target virus menyebar melalui penyebaran lokal, neuronal,
viremia dan limfatik dan menimbulkan respon imun adaptif.
6. Produksi dimana virus berkembang biak dalam jaringan inang.
7. Resolusi. Terdapat berbagai kemungkinan yaitu virus dieliminasi sehingga infeksi
terhenti, kematian inang, replikasi tanpa kematian inang, dorman dalam sel inang
(infeksi laten).

II. PERANAN IMUNITAS HUMORAL TERHADAP INFEKSI VIRUS


2.1 Imunitas Humoral

Imunitas adaptif terbagi dua yaitu imunitas humoral dan seluler. Imunitas humoral
diperankan oleh sel B sedangkan imunitas seluler oleh sel T. Pembagian ini didasarkan atas
tempat bekerjanya. Imunitas humoral efektif mengeliminasi patogen yang masih di dalam
lingkungan cair (humor) seperti darah, limfe dan cairan antar sel. 2

Imunitas humoral diperankan oleh antibodi yang melalui proses maturasi di dalam
sumsum limpa dan kemudian akan menuju organ limfoid untuk homing ( limpa, limfonodus
dan jaringan limfoid). Sel B di dalam organ limfoid jika bertemu dengan antigen yang sesuai
akan tulang dan organ thymus. Sel B imatur meninggalkan sumsum tulang menjadi sel B
matur di dalam berdiferensiasi menjadi sel B efektor dan sel plasma yang menghasilkan
antibodi. Satu sel B hanya disiapkan untuk bisa mengenal satu jenis antigen (clone). Berarti
satu clone sel B mempunyai reseptor sama untuk satu jenis antigen.

1. Fase stem cells. Fase ini terjadi di dalam sumsum tulang dan liver fetus. Sel
pluripoten hematopoietik berkembang menjadi sel limfosit prekursor cikal bakal sel
limfosit B, limfosit T, sel NK dan sel dendritik
2. Fase sel pro B. Fase ini adalah sel punca yang sudah berkomitmen menjadi sel B yang
memiliki penanda di permukaan yaitu CD43, CD19 dan CD 10. Sel ini belum mampu
menghasilkan imunoglobulin
3. Fase sel pre B. Fase ini adalah sel B sudah mampu mengekspresikan reseptor pre B.
4. Fase sel B matur. Sel B sudah mampu mengekspresikan reseptor antigen lengkap
(IgM dan IgD) pada membran sel
5. Fase sel B transisional. Fase dimana sel B immatur berubah menjadi sel B matur yaitu
sel B pada folikel dan sel B zona marginal.
6. Fase sel B matur. Sel B folikuler ini bersirkulasi dalam darah dan organ limfoid
sedangkan sel B marginal tetap di dalam organ limfoid. Sel B ini naif dan menunggu
jika ada antigen yang datang/ dikenali. Sel B folikuler memerlukan sel T helper untuk
berkembang menjadi sel B efektor. Sedangkan sel B marginal tidak memerlukan sel T
helper. Sel B efektor menghasilkan imunoglobulin yang lepas ke sirkulasi. Jika tidak
bertemu dengan antigen maka sel B ini akan mati.

2.2 Mekanisme infeksi virus


Antibodi yang dihasilkan limfosit B setelah diinisiasi oleh APC akan berikatan dengan
envelope atau capsid virus. Antibodi bekerja terutama dengan menetralisir secara langsung
virus ekstraselluler. Antibodi juga bisa mnegopsonisasi virus yang selanjutnya virus yang
telah diopsonisasi dipromosikan ke makrofag untuk difagosit dan akhirnya akan dieliminasi.
Dengan demikian akan mencegah infeksi atau penyebaran antar sel. Sedangkan imunitas
seluler terutama di mediasi oleh sel T cytotoxic (CTL) yang mengeradikasi sel terinfeksi.
Respon imun seluler ini dimulai ketika APCmempresentasikan antigen dari virus yang telah
difagosit sel T CD8 naif. Dengan bantuan sel Th, CD4, TCD8, berdiferensiasi menjadi CTL
yang akan mengeliminasi sel terinfeksi virus melalui sekresi IFN-j. Proses ini dimediasi
beberapa mediator radang dan enzim.

2.3 Efek infesi virus pada Host

Infeksi virus menyebabkan viremia seperti infeksi Hepatitis B. Efek lain adalah efek
sitopatik yaitu terjadinya gangguan fungsi regulasi antara keseimbangan dinamis sintesis dan
apoptosis. Beberapa efek sitopatik adalah apoptotik, inclusion body, koilositosis, lisis dan
nekrosis sel.

2.4 Resistensi inang

Selain virulensi faktor lain yang mempengaruhi adalah resistensi inang. kondisi sistem
imun dan reseptor spesifik pada tubuh inang sangat memegang peranan penting, SARS COV
2 memiliki reseptor spesifik yaitu ACE2 dimana reseptor ini terekspresi secara berbeda antar
individu, cenderung pada laki-laki, usia tua dan ras Asia. Faktor lain yang mempengaruhi
kerentanan terhadap infeksi virus adalah usia, jenis kelamin, hormon tertentu, dan diferensiasi
sel.

Referensi

1. Cann A. Principle of molecular virology.6th ed. Amsterdam: Elsevier;2016.p1-5.


2. Cassedy A., Parle MD, O’ Kennedy R., Virus Detection: A Review of the Current and
Emerging Molecular and Immunological Methods. 2021.8(3).p76.
3. Wahid S, Miskad UA., Imunologi. Edisi ke 1. Surabaya: Brilian Internasional;2016.

Anda mungkin juga menyukai