Disusun Oleh :
Siti Salimah Hanifah Novizar
04054822022070
Ketika kornea memiliki bentuk yang tidak teratur, bisa disebut dengan astigmati
sme kornea (Corneal Astigmatism). Ketika bentuk lensa terdistorsi maka disebu
t astigmatisme lentikuler(Lenticular Astigmatism). Dalam kedua kasus ini, pengli
hatan penderita untuk objek dekat dan jauh akan merasa penglihatan kabur ata
u terdistorsi.
Dalam astigmatisme, gambar fokus
Pada mata normal, kornea dan lensa di depan dan di luar retina. Objek yang
memfokuskan sinar pada retina dekat dan jauh keduanya tampak buram.
• Lensa Mata
• Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokusk
an kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan
FISIOLOGI REFRAKSI
suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu
berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium
dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang
berbeda
• Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata
• Kornea
Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih
besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena
berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk
mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya
jauhdan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang
lebih kuat untuks umber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses
akomodasi
ETIOLOGI
Etiologi kelainan astigmatisme adalah sebagai berikut:
• Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta
yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu
mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa
kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung
kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior
bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau jaringan parut di kornea, peradangan kornea serta
akibat pembedahan kornea.
• Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin
bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin
berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat
menyebabkan astigmatisme.
• Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty
• Trauma pada kornea
• Tumor
KLASIFIKASI
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut
1. Astigmatisme Reguler
– Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi
golongan, yaitu :
Bila pada meridian vertikal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada meridian horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada meridian horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada meridian vertikal.
c. Oblique Astigmatisme
Merupakan astimatisme meridian utamanya miring, terletak lebih dari 20 derajat dari meridian
vertikal atau horizontal.
Berdasarkan letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme reguler dibedakan menjadi 5
tipe, yaitu:
Keterangan: untuk menyederhanakan penjelasan. Fokus dari daya bias terkuat akan
disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B.
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina. Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y
memiliki angka yang sama.
b. Astigmatisme Hipermetropia Simpleks
1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus renda
h tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul
keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
2. Uji Refraksi
a. Subjeksitf (Optotipe dari Snellen S & Trial lens) Metode yang digunakan adalah
dengan Metoda “trial and error” Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki
Uji Refraksi Objektif
Autorefraktometer Keratometri
8
4. Keratoskop
Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien. Selain koreksi lensa terd
apat juga pilihan bedah yaitu dengan Radial keratotomy (RK), Photorefractive keratectomy
3. Riordan P. Whitcher P John Eva. Optik dan refraksi dalam : Vaugan dan Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC.2009.
4. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. 2008. Refraksi dalam: Ilmu Pen
yakit Mata. Suhardjo, Hartono Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM