Anda di halaman 1dari 28

ASTIGMATISME

Disusun Oleh :
Siti Salimah Hanifah Novizar
04054822022070

Pembimbing : dr. Ani Ismail, Sp.M (K)


Latar Belakang
Penyakit mata sampai saat ini
masih merupakan masalah
kesehatan didunia, terutama
yang menyebabkan kebutaan.
Kelainan refraksi (0,14%)
merupakan penyebab utama
kebutaan ketiga setelah
katarak (0,78%) dan glaukoma
(0,20%). Dari 153 juta orang di
dunia yang mengalami kelainan
refraksi, delapan juta orang
diantaranya mengalami
kebutaan.
Salah satu jenis kelainan refraksi, yaitu astigmatisme.
Astigmatisme adalah kelainan refraksi dimana berkas
sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam
pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang
saling tegak lurus yang terjadi akibat
kelengkungan permukaan kornea .

Secara garis besar terdapat 3 penatalaksanaan


astigmatisme, yaitu dengan menggunakan
kacamata silinder, lensa kontak dan pembedahan.
Teknik pembedahan menggunakan metode LASIK,
Photorefractive Keratotomy, dan Radial Keratotomy.
ASTIGMATISMA
DEFINISI
Astigmatisme berasal kata Yunani yang berarti “A” artinya Tanpa dan “Stigma” a
rtinya satu titik. Astigmatisme didefinisikan sebagai suatu kelainan refraksi dima
na sinar sejajar dengan garis pandang, oleh mata tanpa akomodasi, dibiaskan t
idak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik. Astigmatisme terjadi akibat ketidak
sempurnaan pada kelengkungan kornea atau pada lensa mata.

Ketika kornea memiliki bentuk yang tidak teratur, bisa disebut dengan astigmati
sme kornea (Corneal Astigmatism). Ketika bentuk lensa terdistorsi maka disebu
t astigmatisme lentikuler(Lenticular Astigmatism). Dalam kedua kasus ini, pengli
hatan penderita untuk objek dekat dan jauh akan merasa penglihatan kabur ata
u terdistorsi.
Dalam astigmatisme, gambar fokus
Pada mata normal, kornea dan lensa di depan dan di luar retina. Objek yang
memfokuskan sinar pada retina dekat dan jauh keduanya tampak buram.

Pada Astigmatisme, pembiasan sinar tidak


di fokuskan pada satu titik, melainkan dari satu
titik (Multi Focal Point).
Sinar pada Astigmatisme dibiaskan tidak sama
pada semua arah sehingga pada Retina tidak
didapatkan satu titik fokus pembiasan.
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sam


pai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati
urutan pertama  pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari ta
hun ke tahun terus mengalami  peningkatan.

Angka kejadian astigmat bervariasi antara 30-70%. Astigmatisme te


rbanyak diakibatkan karena kelainan pada kornea sebesar 90%, se
dangkan kelainan pada lensa sebesar 10%. Prevalensi astigmatism
e meningkat seiring bertambahnya usia. Tidak ada perbedaan freku
ensi terjadinya astigmatisme pada laki-laki dan perempuan.
• Bola mata berbentuk bulat dengan diameter A ANATOMI MATA
ntero-posteriornya 24 mm
• Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringa
n yaitu:
• Sklera
• Jaringan Uvea
• Retina
• Kornea
• Epitel
• Membran bowman
• Stroma
• Membran Descement
• Endotel

• Lensa Mata
• Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokusk
an kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan
FISIOLOGI REFRAKSI
suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu
berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium
dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang
berbeda
• Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata

• Kornea

Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk


mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena
perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada
perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya.
Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap konstan karena
kelengkungan kornea tidak pernah berubah.
• Lensa

Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan


mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.
FISIOLOGI REFRAKSI
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus diretina
agar penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai
retina atau belum terfokus sebelum mencapai retina ,bayangan tersebut tampak kabur.
Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai
mata daripada berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak
lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata.

Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih
besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena
berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk
mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya
jauhdan dekat terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang
lebih kuat untuks umber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses
akomodasi
ETIOLOGI
Etiologi kelainan astigmatisme adalah sebagai berikut:
• Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta
yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu
mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa
kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung
kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior
bolamata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau jaringan parut di kornea, peradangan kornea serta
akibat pembedahan kornea.
• Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin
bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin
berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat
menyebabkan astigmatisme.
• Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty
• Trauma pada kornea
• Tumor
KLASIFIKASI
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut
1. Astigmatisme Reguler
– Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi
golongan, yaitu :

a. Astigmatisme With the Rule

Bila pada meridian vertikal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada meridian horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule

Bila pada meridian horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada meridian vertikal.

c. Oblique Astigmatisme

Merupakan astimatisme meridian utamanya miring, terletak lebih dari 20 derajat dari meridian
vertikal atau horizontal.
Berdasarkan letak fokusnya terhadap retina, astigmatisme reguler dibedakan menjadi 5
tipe, yaitu:
Keterangan: untuk menyederhanakan penjelasan. Fokus dari daya bias terkuat akan
disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B.

a. Astigmatisme Miopia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina. Pola

ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y
memiliki angka yang sama.
b. Astigmatisme Hipermetropia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan


titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl -Y di
mana X dan Y memiliki angka yang sama

c. Astigmatisme Miopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik


B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y

d. Astigmatisme Hipermetropia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan


titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y
e. Astigmatisme Mixtus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik


B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran
tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau
notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus renda
h tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul
keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75
Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini


sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
Tanda dan Gejala
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-
gejala sebagai berikut :
1. Memiringkan kepala atau disebut dengan “Titling his head”, pada umunya keluhan
ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
2. Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
3. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan efek pin hole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga
menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.
4. Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati
mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayang
an, meskipun bayangan di retina tampak buram.

Sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan gejala-gejala


sebagai berikut :
5. Sakit kepala pada bagian frontal.
6. Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita
akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pasien akan datang dengan gejala klinis seperti yang disebut di atas. Pemeriksaan
fisik mata yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Pin hole

2. Uji Refraksi

a. Subjeksitf (Optotipe dari Snellen S & Trial lens) Metode yang digunakan adalah
dengan Metoda “trial and error” Jarak   pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki
Uji Refraksi Objektif

Autorefraktometer Keratometri

Penderita duduk di depan autorefraktor,


Pemeriksaan mata yang bertujuan
cahayadihasilkan oleh alat dan respon mata
untuk mengukur radius kelengkungan
terhadap
kornea. Keratometer dipakai klinis
cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar
secara luas dan sangat berharga
kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
namun mempunyai keterbatasan.
pengukurannya hanya memerlukan waktu  
beberapa detik
3. Uji Pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam


penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam
penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan
menambah lensa spheris positif. Menggunakan kipas astigmat,
pasien ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis
juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan
sumbu lensa silinder, atau lensa silinder  ditempatkan dengan
sumbu 180°.

8
4. Keratoskop

Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan


astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej “ring” pada
kornea  pasien. Pada astigmatisme regular, “ring” tersebut
berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak
terbentuk  sempurna.
Tatalaksana
1.Koreksi lensa
2.Orthokeratology
3. Bedah refraksi
Tatalaksana
• Laser In Situ Keratomileusis (LASIK)
• Laser Ephitelial Keratomileusis (LASEK)
KOMPLIKASI
Astigmatisme yang tidak dirawat pada orang dewasa dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada mata, mata menjadi penat dan
terkadang sakit kepala. Rabun pada anak-anak memerlukan perhatian
khusus
dan penjagaan mata benar hal ini disebabkan karena apabila mata
tidak dirawat dengan benar dapat menyebabkan terjadinya ambliopia
(mata malas).
PROGNOSIS

Sekitar 30% dari semua orang memiliki silindris . Dalam sebagian


besar kasus, kondisi tidak berubah banyak setelah usia 25 tahun.
Astigmatisme progresif dapat terjadi pada trauma kornea, infeksi
berulang dari kornea, dan penyakit degeneratif  seperti keratoconus
KESIMPULAN
Astigmatisme adalah kelainan refraksi mata dimana didapatkan bermacam- macam
derajat refraksi pada berbagai macam meridian sehingga sinar sejajar yang datang
pada mata akan difokuskan pada berbagai macam fokus pula. Terdapat berbagai
macam astigmatisme, antara lain astigmatisme regular dan ireguler.
Terdapat 2 etiologi, yaitu kelainan pada lensa dan kelainan pada kornea. Adapun gejala
klinis dari astigmatisme adalah penglihatan kabur atau terjadi distorsi. Pasien juga sering me
ngeluhkan penglihatan berbayang-bayang. Sebahagian juga mengeluhkan nyeri
kepala dan nyeri pada mata.

Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien. Selain koreksi lensa terd
apat juga pilihan bedah yaitu dengan Radial keratotomy (RK), Photorefractive keratectomy

(PRK), Lasik dan Lasek


Thank you
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi k
e tiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2012. Hal:81-83

2. Wijaya N. IlmuPenyakit Mata. Edisi ke-6. Jakarta : Abaditegal. 1993.

3. Riordan P. Whitcher P John Eva. Optik dan refraksi dalam : Vaugan dan Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC.2009.

4. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. 2008. Refraksi dalam: Ilmu Pen
yakit Mata. Suhardjo, Hartono Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM

5. Benjamin, William J. Astigmatism dalam Borish Clinical Refraction 2th ed.Elsevi


er.Missouri:2006. Hal 21-23.

Anda mungkin juga menyukai