Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

WAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Transaksi Keuangan Kontemporer
Dosen Pengampu: Drs. Tamyiz, M.A., Ph.D.

Dsusun Oleh:

Muzdalipah (20919019)

Magister Akuntansi Kelas B

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan masalah....................................................................................................3
C. Tujuan penulisan......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Pengertian al wakalah..............................................................................................4
B. Dasar hukum al wakalah..........................................................................................5
C. Rukun dan syarat al wakalah...................................................................................6
D. Jenis-jenis wakalah..................................................................................................9
E. Berakhirnya al wakalah...........................................................................................9
F. Aplikasi dalam LKS...............................................................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................17

A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melihat kehidupan sekarang perlu kiranya kita mengetahui akad-akad dalam


muamalah. Di dalam makalah ini akan kita bahas mengenai akad wakalah (perwakilan), yang
semuanya itu sudah ada dan diatur dalam al Qur’an, Hadist, maupun dalam kitab-kitab klasik
yang telah dibuat oleh ulama terdahulu. Untuk mengetahui tentang hukum wakalah, sumber-
sumber hukum wakalah, dan bagaimana seharusnya wakalah diaplikasikan dalam kehidupan
kita.
Wakalah sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena wakalah dapat
membantu seesorang dalam melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh orang
tersebut, tetapi pekerjaan tersebut masih tetap berjalan seperti layaknya yang telah
direncanakan. Hukum wakalah adalah boleh, karena wakalah dianggap sebagai sikap tolong-
menolong antar sesama, selama wakalah tersebut bertujuan kepada kebaikan.
Terkadang,seseorang tidak mampu melakukan suatu pekerjaan,mungkin karena tidak
memiliki kompetensi,atau keterbatasan waktu dan tenaga untuk menyelesaikannya.
Biasanya,ia akan memberikan mandat atau perwakilan kepada orang lain guna menyelesaikan
pekerjaan dimaksud.Hal ini lazim di sebut dengan wakalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan al wakalah?
2. Apa saja dasar hukum al wakalah?
3. Apa saja rukun dan syarat al wakalah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui penjelasan wakalah
2. Untuk Mengetahui hukum dasar al wakalah
3. Untuk Mengetahui rukun dan syarat al wakalah

3
BAB II

PEMBAHASAN

A.) PENGERTIAN AL WAKALAH

Wakalah secara etimologi yang berarti al-hifdh pemeliharaan, al-Tafwidh penyerahan,


pendelegasian, atau pemberian mandat. Sedangkan secara terminologi wakalah adalah
pemberi kewenangan/ kuasa kepada pihak lain tentang apa yang harus dilakukannya dan ia
(penerima kuasa) secara syar’i menjadi pengganti pemberi kuasa selama batas waktu yang
ditentukan.

Al Farra` berkata,”maksud dari wakiila dalam ayat ini adalah yang


melindungi.”Wakaalah juga artinya penyerahan.Misalnya,wakkala amrahu ila fulaan (dia
menyerah kan urusannya kepada si fulan).Misalnya juga ucapan,”Tawakkaltu`alallah (Saya
berserah diri kepada Allah).”Seperti juga firman Allah, “Dan hanya kepada Allah saja
hendaknya orang-orang yang beriman dan bertawakkal.” (Ibrahim:12).Dan Allah berfirman
ketika mengabarkan tentang Nabi Hud a.s, “sesungguhnya aku bertawakkal kepada
Allah,Tuhanku dan Tuhanmu.” (Hud:56)

Para ulama memberikan definisi wakalah yang beragam, diantaranya yaitu:

- Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa wakalah adalah, seseorang menempati diri orang


lain dalam tasharruf (pengelolaan).
- Ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah bahwa wakalah adalah seseorang
menyerahkan sesuatu kepada orang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.
- Hal kaitannya dengan wakalah menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)
dalam Buku II. Bab I, pasal 20 ayat 19 bahwasannya wakalah adalah pemberian kuasa
kepada pihak lain untuk mengerjakan sesuatu.

Wakalah atau wikalah menurut bahasa berarti al-hifzu (pemeliharaan),seperti yang


terdapat dalam firman Allah,yang artinya:”Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan
sebaik-baik perlindungan”.Wakalah juga berarti at-tafwidh (pedelegasian),seperti:”Dan
kepada Allah lah berserah diri orang-orang yang bertawakkal”.

Ini berarti wakalah merupakan perjanjian antara seorang (pemberi kuasa) dengan
orang lain (orang yang menerima kuasa) untuk melaksanakan tugas tertentu atas nama
pemberi kuasa.

4
B.) DASAR HUKUM AL WAKALAH
Islam mensyariatkan wakalah karena manusia membutuhkan-nya.Tidak semua
manusia berkemampuan untuk menekuni segala urusannya secara pribadi.Ia
membutuhkan kepada pendelegasian mandat orang lain untuk melakukannya sebagai
wakil darinya.

Di dalam al quran berkenaan dengan kisah ashabul kahfi,Allah berfirman:

‫ْض يَوْ ٍم ۚ قَالُوا َربُّ ُك ْم َأ ْعلَ ُم بِ َما لَبِ ْثتُ ْم فَا ْب َعثُوا َأ َح َد ُك ْم‬ َ ‫ك بَ َع ْثنَاهُ ْم لِيَتَ َسا َءلُوا بَ ْينَهُ ْم ۚ قَا َل قَاِئ ٌل ِم ْنهُ ْم َك ْم لَبِ ْثتُ ْم ۖ قَالُوا لَبِ ْثنَا يَوْ ًما َأوْ بَع‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
‫ف َواَل يُ ْش ِع َر َّن بِ ُك ْم َأ َحدًا‬ ٍ ‫بِ َو ِرقِ ُك ْم ٰهَ ِذ ِه ِإلَى ْال َم ِدينَ ِة فَ ْليَ ْنظُرْ َأيُّهَا َأ ْز َك ٰى طَ َعا ًما فَ ْليَْأتِ ُك ْم بِ ِر ْز‬
ْ َّ‫ق ِم ْنهُ َو ْليَتَلَط‬

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka
sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada
(disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang
lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa
makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seorangpun”. (Q.S:18 ayat 19)

Dan Allah menceritakan tentang yusuf a.s, bahwa beliau berkata kepada raja:

‫ض ۖ ِإنِّي َحفِيظٌ َعلِي ٌم‬


ِ ْ‫قَا َل اجْ َع ْلنِي َعلَ ٰى َخ َزاِئ ِن اَأْلر‬

Artinya: Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (Q.S:12 ayat 55)

Dan didalam kaitan ini banyak dijumpai hadits-hadits yang dapat dijadikan landasan
bolehnya wakalah,diantaranya:”Bahwasannya Rasulullah saw.,mewakilkan kepada abu rafi`
dan seorang Anshar untuk mewakilinya mengawini Maimunah r.a.”

Dan terbukti pula bahwa Rasulullah mewakilkan dalam membayar hutang,


mewakilkan dalam menetapkan had dan membayarnya, mewakilkan didalam mengurus
untanya, membagi kandang dan kulitnya dan lain-lainya.

Dan kamum muslimin berijma` atas membolehkannya,bahkan atas mensunahkannya.


Karena termasuk jenis ta`awun (tolong-menolong) atas dasar kebaikan dan taqwa,yang oleh
Al-quran diserukan dan disunnahkan oleh Rasulullah.Firman Allah:

5
ۘ ‫ۚ وتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن‬
َ

Artinya:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Kemudian pengarang kitab Al bahru menceritakan tentang kesepakatan akan


pentasyi`annya.Kemudian dalam statusnya apakah niabah atau wilayah (mewakili atau
sebagai wali) ada dua pendapat:

•Ada yang berpendapat sebagai niabah (mewakili),karena mukhalafah (menggantikan)


diharamkan.

•Ada pula yang berpendapat sebagai wilayah,karena khillafah (menggantikan) dibolehkan


untuk yang mengarah kepada lebih baik,seperti jual beli dengan pembayaran segera,padahal
diperintahkan menunda pembayaran.

Hukum asal wakaalah adalah dibolehkan.Namun,terkadang ia disunnahkan jika ia


merupakan bantuan untuk sesuatu yang disunnahkan.Terkadang juga ia menjadi makruh jika
ia merupakan bantuan terhadap sesuatu yang dimakruhkan.Hukumnya juga menjadi haram
jika merupakan bantuan untuk perbuatan yang haram.Dan,hukumnya adalah wajib jika ia
untuk menghindarkan kerugian dari muwakkil.

C.) RUKUN DAN SYARAT AL WAKAALAH


Akad wakalah menjadi sah bila terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya.Rukun
wakalah menurut golongan hanafiyah adalah ijab dan qabul dengan ungkapan ,”Saya
wakilkan ini kepada anda” atau dengan kalimat yang sejenis.kemudian,dia menjawab
“saya terima” atau yang semakna dengan ini.Sementara itu,rukun wakalah menurut
jumhur adalah muwakil,wakil,muwakil bih,dan shighat,seperti yang dijelaskan berikut
ini:
a) Orang yang mewakilkan,(muwakil) disyaratkan:
1. Mempunyai hak untuk melakukan perbuatan hukum pada apa yang
diwakilkan.Karena itu, seseorang tidak sah melakukan perbuatan hukum tidak sah
menerima wakil dari orang gila, anak kecil yang belum mumayiz karena orang gila
dan anak kecil yang belum mumayiz tidak mempunyai kewenangan (ahliyah).

6
2. Muwakil disyaratkan cakap bertindak hukum atau mukallaf dan sempurna akalnya.

b) Orang menerima wakil(wakil),disyaratkan:


1. jika seorang (muwakil) itu adalah orang yang tidak ahli untuk mengerjakan urusannya
itu seperti orang gila, atau anak kecil maka tidak sah untuk mewakilkan kepada orang
lain. Contoh wakalah seperti seorang terdakwa mewakilkan urusan kepada
pengacaranya.
2. Disyaratkan bagi orang yang akan menerima wakil untuk mengetahui objek yang akan
diwakilkan kepadanya supaya tidak terjadi penipuan terhadap orang menerima wakil
atau yang diberi kuasa.
3. Orang yang akan menerima kuasa itu harus jelas dan pasti.Dengan demikian,tidak
boleh mewakilkan sesuatu kepada salah seorang dari sekelompok manusia tanpa
menyebutkan identitasnya.

c) Objek yang diwakilkan (muwakil bih).

Para ulama menentukan,setiap yang boleh diakadkan manusia terhadap dirinya,boleh


diwakilkan kepada orang lain.Adapun syarat objek yang diwakalahkan adalah:

1. Merupakan sesuatu yang boleh diakadkan seperti jual-beli,sewa menyewa,dan


sejenisnya.Maka wakil tidak boleh diberi tugas untuk melakukan perbuatan yang
dilarang seperti membunuh,melakukan transaksi yang dilarang seperti bisnis ribawi.
2. Perbuatan yang diwakilkan berkaitan dengan masalah mu`amalah bukan masalah
ibadah badaniyah,seperti sholat,puasa,bersuci,untuk ibadah maliyah seperti zakat
dapat diwakilkan kepada orang lain untuk menyerahkan zakat hartanya kepada
msutahik.Berbeda dengan ibadah haji.Untuk ibadah haji,dituntut istitha`ah maliyah
wa badaniyah (mampu dari segi harta dan fisik).Namun,jika ternyata seseorang yang
telah berniat dan membayar ONH untuk melaksanakan ibadah haji,tetapi sakit
sehingga ia tidak bisa berangkat melksanakan ibadah haji.Dalam keadaan seperti ini
pelaksanaan ibadah hajinya tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.Berbeda halnya
dengan seseorang yang bernazar untuk melaksanakan ibadah haji,tetapi ia meninggal
dunia sebelum menunaikan ibadah hajinya maka dalam keadaan seperti itu ahli
warisnya dapat melakukan badal haji.
3. Sesuatu yang diwakilkan tersebut berada dalam pengetahuan dan kemampuan orang
yang menerima wakil. Artinya perbuatan yang ditugaskan oleh pemberi kuasa harus

7
diketahui dengan jelas oleh orang yang menerima kuasa.Misalnya tugas untuk
membeli barang maka jenis,kualitas,bentuk,dan banyaknya barang harus disebutkan
dengan jelas.

d) sighat akad, bahwa pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),
dan wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara
sepihak.  Jadi akad pemberian kuasa bisa terjadi apabila adanya ijab dan qabul,
sedangkan akad tersebut dikatakan batal itu jika si penerima kuasa menolak untuk
menjadi penerima kuasa.

Para ulama menyatakan,wakil dalam masalah hak Allah seperti jarimah hudud tidak
boleh dilakukan,seperti maslaah zina.Begitu juga dalam hak-hak masalah manusia ,seperti
qishah juga tidak boleh diwakilkan.Namun,dalam masalah hak-hak manusia yang berkaitan
dengan kebendaan seperti utang,zakat boleh diwakilkan.Dalam menghadapi perkara di
pengadilan dengan menunjuk pengacara diolehkan.Jadi,seseorang mempunyai hak untuk
mewakilkan dirinya kepada siapa saja untuk menghadapi perkaranya di
pengadilan.Sementara wakalah dalam masalah jual-beli boleh dilakukan dengan syarat tidak
ada tipuan didalamnya. Apabila seseorang mewakilkan kepada orang lain untuk membelikan
sesuatu ,dikaitkan dengan syarat –syarat maka wakil atau orang yang menerima perwakilan
wajib memelihara persyaratan itu,baik persyaratan mengenai benda,maupun persyaratan
mengenai harga.

Wakil atau orang yang menerima perwakilan merupakan orang kepercayaan yang
diberi amanat oleh orang yang memberi kuasa untuk bertindak atas namanya terhadap apa
yang dikuasakan kepadanya.Karena wakil hanya berfungsi sebagai penerima amanat,ini
berarti dia tidak diwajibkan bertanggungjwab atau mengganti bila sesuatu yang
diwakilkannya itu rusak karena sesuatu yang berada diluar kekuasaanya.Kecuali terhadap
sesuatu yang diakibatkan oleh kelalaian maka dia harus bertanggung jawab terhadap
perbuatnnya.Misalnya,dia meletakkan di suatu tempat tanpa ada yang mengawasinya.

8
D.) JENIS-JENIS WAKALAH
Wakalah dapat dibedakan menjadi: al-wakalah al-muqayyadah, al-wakalah mutlaqah dan
al-wakalah al-ammah
a. Al-wakalah al-Mutlaqah, yakni mewakilkan secara mutlak, tanpa batas waktu dan untuk
segala urusan. Dalam hukum positif, sering dikenal dengan istilah kuasa luas, yang
biasanya digunakan untuk mewakili segala kebutuhan pemberi kuasa dan biasanya hanya
untuk perbuatan pengurusan (beheren).
b. Al-Wakalah al-Muqayyadah, yakni penunjukan wakil untuk bertindak atas nama dalam
urusan-urusan tertentu. Dalam hukum positif, hal ini dikenal sebagai kuasa khusus dan
biasanya hanya untuk satu perbuatan hukum. Kuasa khusus ini biasanya diperuntukan
bagi perbuatan hukum tertentu yang berkaitan dengan kepemilikan atas suatu barang,
membuat perdamaian, atau perbuatan lain yang hanya bisa dilaksankan oleh pemilik
barang.
c. Al-Wakalah al- Amamah, yakni perwakilan yang lebih lua dari al- muqayyadah tetapi
lebih sederhana daripada al-mutlaqah. Biasanya kuasa ini untuk perbuatan pengurus
sehari-hari. Dalam praktek perbankan syariah, wakalah ini sering sekali digunakan
sebagai pelengkap transaksi suatu akad atau sebagai jembatan atas keterbatasan ataupun
hambatan dari pelaksanaan suatu akad.

E.) BERAKHIRNYA AL WAKALAH

Akad wakalah akan berakhir dalam beberapa kondisi berikut ini:

 Mandat pekerjaan telah diselesaikan oleh pihak wakil


 Muwakkil dan wakil kehilangan ahliyah (meninggal,gila permanen)
 Wakil menarik diri untuk mundur dari pekerjaan yang telah dimandatkan
kepadanya,karena akad wakalah bersifat ghair lazim tanpa adanya kompensasi yang
mengikat.Hanafiyyah mensyaratkan,pengunduran diri pihak wakil,harus diketahui
muwakkil.Menurut Shafiyyah tidak perlu dikomunikasikan dengan muwakkil.
 Rusaknya objek yang diwakilkan untuk di transaksikan,misalnya dalam akad jual beli
atau ijarah (sewa).
 Pihak muwakkil menarik mandat perwakilannya yang telah diberikan kepada pihak
wakil,karena akad bersifat ghair lazim.Hanafiyyah mensyaratkan agar hal tersebut
dikomunikasikan dengan diri wakil.(Zuhaili,1989,IV,hal.165-166).

9
F.) APLIKASI DALAM LKS

Aplikasi wakalah pada perbankan syariah

Wakalah dalam sistem perbankan syariah adalah akad pemberian kuasa dari nasabah
kepada bank (penerima). Wakalah dalam praktik di LKS biasanya terkait dengan akad lain
yang dilakukan oleh nasabah. Misalnya dalam akad pembiayaan murabahah, pihak LKS
mewakilkan kepada nasabah untuk mencari barang yang akan dibeli dengan pembiayaan
tersebut. Begitu juga dalam akad salam, istisna, ijarah dan akad lainnya yang menuntut
adanya perwakilan pihak LKS oleh nasabah.
Praktek perbankan syariah, transaksi wakalah ibarat pisau dapur. Keberadaannya
kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa betapa pentingnya. Ini karena transaksi
wakalah sering hanya menjadi transaksi pendukung dan bukan sebagai transaksi utama. Lihat
saja transaksi pembiayaan murabahah, salam, istishna, seluruhnya memerlukan transaksi
wakalah untuk alasan kemudahan. Tanpa transaksi wakalah niscaya bank syariah akan sangat
kerepotan dalam memberikan pembiayaan karena harus membeli sendiri barang yang
dibutuhkan debitur.
Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabila nasabah memberikan
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
pembukuan letter of credit dan transfer uang.
Atas dasar prinsip wakalah, bank membuka L/C atas permintaan nasabah dengan
meminta nasabah untuk menyetorkan dana yang cukup (100%) dari besarnya L/C yang
dibuka. Setoran dana tersebut disimpan oleh bank dengan prinsip wadiah dan bank
memungut ujr (fee atau komisi) sebagai kontraprestasi. Ketetapan jasa tentang ujr (fee atau
komisi) dikenakan biaya pada nasabah untuk local Rp 2.000,- dan untuk intercity Rp 10.000,-
dan biaya tersebut dikenakan pada awal penyerahan kliring.
Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah, yaitu sebagai wakil dari nasabah
sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu (taukil). Dalam hal ini, bank akan
mendapatkan upah atau biaya administrasi atas jasa tersebut. Sebagai contoh bank dapat
menjadi wakil untuk melakukan pembayaran tagihan listrik atau telepon kepada perusahaan
listrik atau telepon. Contoh lain adalah bank mewakili sekolah atau univeritas sebagai
penerima biaya SPP dari para pelajar untuk biaya studi.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap
hukum. Khususnya pada pembukaan letter of credit, apabila dana nasabah ternyata tidak
cukup, maka penyelesaian L/C dapat dilakukan dengan pembiayaan murabbahah, salam,

10
ijarah, mudharabah, atau musyarakah. Tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus
jelas sesuai kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang dilakukan harus mengatasnamakan
nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya tersebut, bank
mendapat pengganti biaya berdasarkan kesepakatan bersama. Pemberian kuasa berakhir
setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah dengan bank. Kelalaian
dalam menjalankan kuasa menjadi tanggung jawab bank kecuali kegagalan karena force
majeure menjadi tanggung jawab nasabah. Apabila bank yang ditunjuk lebih dari satu, maka
masing-masing bank tidak boleh bertindak sendiri-sendiri tanpa musyawarah dengan bank
yang lain, kecuali dengan seizin nasabah. Atas pelaksanaannya tersebut, bank mengenakan
biaya administrasi kepada nasabah berdasarkan kebijakan bank.
Selain praktik wakalah diatas, di Lembaga Keuangan Syariah umumnya ada jenis
produk yang menggunakan akad wakalah. Jenis-jenis produk pelayanan jasa yang
menggunakan akad wakalah antara lain L/C (Letter of Credit), transfer, kliring, RTGS, inkaso
dan pembayaran gaji.
1. Transfer (kiriman uang)
Pelayanan jasa kiriman uang merupakan bentuk pelayanan jasa yang diberikan oleh
bank atas permintaan nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang tertentu.
Dilihat dari nominalnya, kiriman uang dibedakan menjadi dua jenis:
a. Kiriman uang dengan nominal kecil. Transfer dengan nominal yang nilainya kurang
dari Rp100.000.000. Transfer ini dapat dilakukan melalui lembaga kliring setempat
dan/atau melalui RTGS (real time gross settlement), yaitu transfer dengan sistem
elektronik.
b. Kiriman uang dengan nominal besar. Transfer dengan jumlah nominal Rp100.000.000
dan/atau lebih, maka pelaksanaan transfer harus melalui RTGS (real time gross
settlement). RTGS merupakan kegiatan pengiriman uang melalui sistem elektronik
yang telah disiapkan oleh Bank Indonesia. Transfer sejumlah besar tidak boleh
dilakukan melalui lembaga kliring setempat.

2. Kliring
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta
kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu. Kliring merupakan jasa perbankan yang diberikan dalam
rangka penagihan warkat antarbank yang berasal dari wilayah kliring yang sama. Warkat
yang dapat dilakukan dalam transaksi kliring antara lain: cek, bilyet, giro dan surat berharga

11
lainnya. Biasanya proses kliring memakan waktu satu hari pada umumnya. Warkat
merupakan alat pembayaran nontunai yang diperhitungkan atas beban nasabah dan/atau untuk
keuntungan rekening nasabah bank.

3. Inkaso

Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan atau perorangan untuk
menagihkan, atau memintakan persetujuan pembayaran (akseptasi) atau menyerahkan begitu
saja kepada pihak yang bersangkutan (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri) atas
surat- surat berharga, dalam rupiah atau valuta asing seperti wesel, cek, kuitansi, surat askep
(promissory notes), dan lain-lain. Inkaso merupakan jasa penagihan yang diberikan oleh bank
terhadap warkat kliring dan/atau surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berada di
luar wilayah kliring. Warkat yang diinkasokan sama halnya dengan warkat kliring antara lain
cek, bilyet giro, dan warkat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kegiatan ini memakan
waktu lima hari kerja. Bentuk wakalah dalam inkaso adalah adanya pemberian otoritas oleh
pihak tertentu kepada pihak bank untuk melakukan penagihan. Artinya bank mewakili pihak
yang memberikan perwakilan kepadanya.

4. Intercity Clearing

Merupakan sarana penagihan antar warkat maupun surat berharga yang diterbitkan
oleh bank yang berasal dari luar wilayah kliring. Intercity Clearing merupakan
pengembangan dari mekanisme inkaso dalam hal penyelesaian transaksi antarkota yang lebih
efisien. Intercity Clearing bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam penyelesaian
transaksi cek/bilyet giro antarkota. Dengan demikian, cek/bilyet giro yang diterbitkan oleh
suatu kantor bank dapat dikliringkan di wilayah kliring manapun sepanjang cek/bilyet giro
tersebut diterbitkan oleh bank yang sudah terdaftar sebagai anggota Intercity Clearing dan
selama terdapat kantor cabang dari bank penerbit yang menjadi peserta kliring.

5. Letter of Credit

Letter of credit dapat didefinisikan sebagai jaminan bersyarat yang diberikan oleh
bank yang menerbitkan L/C (issuing bank/opening bank) untuk membayar wesel yang ditarik
oleh beneficiary sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam L/C dan mengacu
pada UCP 600. Letter of credit adalah jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk

12
mempelancar pelayanan arus barang, baik arus barang dalam negeri (antarpulau) atau arus
barang ke luar negeri (ekspor-impor). Letter of credit juga merupakan dengan documnetary
credit.
Bentuk perwakilan dalam LC digunakan oleh Nasabah untuk proses pengimporan
barang melalui bank. Dalam hal ini bank diminta nasabah untuk menyimpan dana pembelian
dalam bentuk deposit untuk kemudian bank sebagai wakil mendatangkan asset sesuai dengan
kriteria yang dikehendaki nasabah. Untuk ini bank berhak meminta fee. Bentuk wakalah
dalam model operasioanal seperti ini adalah nasabah mewakilkan kepada bank untuk
bertindak atas nama nasabah dalam penyimpanan dana dan mendatangkan barang yang
dipesan nasabah.

6. Payment
Merupakan pelayanan jasa yang diberikan oleh bank dalam melaksanakan pembayaran
untuk kepentingan nasabah. Bank akan mendapat fee atas pelayanan jasa yang diberikan.
Beberapa pelayanan jasa (payment) yang diberikan oleh bank adalah:
a. Pembayaran telepon
b. Pembayaran rekening listrik
c. Pembayaran pajak
d. Pembayaran uang kuliah
e. Pembayaran gaji

Pembayaran tersebut dapat dilakukan langsung melalui teller, melalui ATM, kartu kredit dan
dengan memberikan Standing instruction kepada bank. Standing instruction merupakan surat
perintah dari nasabah kepada bank untuk melakukan pembayaran sesuai dengan tagihan
dan/atau lainnya yang berlaku untuk selamanya hingga dicabutnya Standing instruction
tersebut. Nasabah tidak perlu datang ke bank untuk melakukan transaksi, akan tetapi cukup
membuat standing instruction satu kali saja yang dapat digunakan untuk beberapa kali
transaksi.
Produk lain dengan akad Wakalah yaitu penetapan untuk akad wakalah dalam
perbankan syariah tidak hanya dipergunakan untuk transaksi transfer atau pegadaian barang
murabahah namun dapat diterapkan untuk yang lain yaitu:

13
1. Penyelesaian piutang dalam ekspor
Penyelesaian Piutang dalam ekspor dimaksud adalah pengalihan penyelesaian
piutang dari pihak yang berpiutang kepada LKS, kemudian LKS menagih piutang
tersebut kepada pihak lain yang berpiutang atau pihak lain yang di tunjuk oleh
pihak yang berhutang.
2. Anjak Piutang Syariah
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 67/DSN-MUI/III/2008 tentang Anjak
Piutang Syariah dijelaskan yang dimaksud dengan Anjak Piutang secara Syariah
adalah pengalihan penyelesaian piutang atau tagihan jangka pendek dari pihak
yang berpiutang kepada pihak lain yang kemudian menagih piutang tersebut
kepada pihak yang berutang sesuai prinsip syariah.

Contoh Wakalah

Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad wakalah,
dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai Al-Muwakkil terhadap
bank sebagai Al-Wakil untuk melakukan perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer
sejumlah uang kepada rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (jika
transfer dari rekening ke rekening) dan proses yang terakhir yaitu dimana bank
mengkreditkan sejumlah dana kepada rekening tujuan. Berikut adalah beberapa contoh proses
dalam transfer uang ini.
1. Wesel pos
Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara langsung dari Al-Muwakkil kepada Al-
Wakil, dan Al-Wakil memberikan uangnya secara langsung kepada nasabah yang dituju.
Berikut adalah proses pentransferan uang dalam Wesel pos.
2. Transfer uang melalui cabang suatu bank
Dalam proses ini, Al-Muwakkil memberikan uangnya secara tunai kepada bank yang
merupakan Al-Wakil, namun bank tidak memberikannya secara langsung kepada nasabah
yang dikirim. Tetapi bank mengirimkannya kepada rekening nasabah yang dituju tersebut.
Berikut adalah proses pentrasferan uang melalui cabang sebuah bank.
3. Transfer melalui ATM
Kemudian ada juga proses transfer uang dimana pendelegasian untuk mengirimkan uang,
tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-Muwakkil kepada bank sebagai Al-Wakil.
Dalam model ini, Nasabah Al-Muwakkil meminta bank untuk mendebet rekening

14
tabungannya, dan kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang
dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang sangat sering terjadi saat ini
adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin
ATM.
Bentuk spesifikasi implementasi wakalah dalam perbankan syariah
a. Nasabah ingin membeli mobil Honda keluaran terbaru di negara jepang. Maka nasabah bisa
datang ke bank syariah untuk meminta bantuan kepada bank untuk mewakilkan dirinya dalam
pembelian mobil honda keluaran terbaru di negara jepang.
b. Setelah itu bank meminta tolong kepada bank yang berada di negara jepang untuk
mengekspor barang tersebut.
c. Setelah terjadi kesepakatan baik antara bank dengan bank maupun antara nasabah dengan
bank, bank meminta kepada nasabah untuk memberikan letter of credit yang bertujuan untuk
memastikan pembelian sampai barang tersebut ada di tangan nasabah.

Jika nasabah yang ingin membeli barang tersebut tidak mempunyai biaya kontan, dalam hal
ini bank menyediakan akad murabahah. Yang mana dalam kasus ini terjadi dua akad baik
akad wakalah maupun akad murabahah

Skema Wakalah

15
Keterangan:
1. Nasabah dan investor melakukan kontrak dengan bank syariah untuk melaksanakan suatu
pekerjaan atas permintaan nasabah dan investor.
2. Bank Syariah mendapatkan fee atas pekerjaan yang dilakukan.
3. Beberapa pelayanan jasa yang dapat dilakukan dalam akad al-Wakalah antara lain: transfer,
kliring, intercity clearing, collection, letter of credit dan payment.

16
BAB III

PENUTUP

A.) KESIMPULAN

Wakalah, perjanjian, Perwakilan, penyerahan, pendelegasian, akad pelimpahan


kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

Rukun dan syarat wakalah:

Rukun:

 Orang yang memberi kuasa (al Muwakkil)


 Orang yang diberi kuasa (al Wakil)
 Perkara atau hal yang dikuasakan (al Taukil)
 Pernyataan kesepakatan (ijab dan qabul)

Jenis – jenis wakalah

 Al-wakalah al-khosshoh
 Al-wakalah al-ammah
 Al-wakalah al-muqoyyadoh dan al-wakalah mutlaqoh

Wakalah dalam Lembaga Keuangan Syariah terjadi apabila nasabah memberikan


kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
pembukuan letter of credit dan transfer uang. Bank syariah dapat memberikan jasa wakalah,
yaitu sebagai wakil dari nasabah sebagai pemberi kuasa (muwakil) untuk melakukan sesuatu
(taukil). Atas dasar prinsip wakalah, bank membuka L/C atas permintaan nasabah dengan
meminta nasabah untuk menyetorkan dana yang cukup (100%) dari besarnya L/C yang
dibuka. Setoran dana tersebut disimpan oleh bank dengan prinsip wadiah dan bank
memungut ujr (fee atau komisi) sebagai kontraprestasi. Tugas, wewenang dan tanggung
jawab bank harus jelas sesuai kehendak nasabah bank. Kelalaian dalam menjalankan kuasa
menjadi tanggung jawab bank kecuali kegagalan karena force majeure menjadi tanggung
jawab nasabah. Jenis-jenis produk pelayanan jasa yang menggunakan akad wakalah antara
lain L/C (Letter of Credit), transfer, kliring, RTGS, inkaso dan pembayaran gaji.

17
B.) SARAN

Setelah diuraikannya makalah dengan pembahasan mengenai wakalah ini, diharapkan


dapat menambah pengetahuan pembaca sehingga ke depannya bisa menjadi sumber daya
mansia yang mampu mengaplikasikan teori ini dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
melakukan kegiatan bermuamalah agar kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip syari’ah dan
memperoleh ridha dari Allah SWT.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur Anshori. Perbankan syariah di indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press. 2009.

Al-Ustadz H. Idris. Fiqh Menurut Madzhab Syafi’i. Jakarta: Widjaya. 1969.


Az-zuhaili,wahbah.2011.Fiqih islam5.Jakarta:Gema Insani

Djuwaini,dimyauddin.2007.Pengantar fiqm muamalah.Yogyakarta:Pustaka pelajar

Helmi Karim. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1993.


Imam Mustofa. Fiqh Muamalah Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2016.

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. 2011.

Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press. 2001.

Rozalinda.2016.Fikih ekonomi syariah.Depok:PT.Rajagrafindo persada

Sabiq,sayid..Fikih sunnah 13.Bandung:PT.AL-MA`ARIF

19

Anda mungkin juga menyukai