Anda di halaman 1dari 81

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan berwarna putih yang dihasilkan

oleh organ payudara wanita melalui sistem menyusui (Bingan, 2019). Air

Susu Ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan terbaik yang dibutuhkan anak

selama setengah tahun karena memiliki sistem nutrisi yang sangat lengkap

dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang dapat

memenuhi kebutuhan kesehatan bayi selama setengah tahun pertama

(Damanik, 2020).

Menyusui restriktif adalah pemberian ASI saja tanpa memberikan

makanan dan minuman tambahan sejak lahir sampai umur setengah tahun,

misalnya pemberian susu resep, air buih, air gula, dan madu (Azizah et al.,

2021). Perkembangan ASI seharusnya tidak lancar dengan asumsi

pembuatan ASI dipisahkan oleh ASI yang tidak keluar atau menetes dan

memancar banyak saat dihisap oleh anak (Widiastuti dan Jati, 2020).

Penciptaan ASI yang diberikan oleh seorang ibu bergantung pada

beberapa elemen termasuk status diet ibu selama kehamilan dan menyusui,

stres, dukungan keluarga, usia ibu dan kesetaraan (Mukarramah et al.,

2021). Variabel yang berbeda yang mempengaruhi produksi ASI adalah

penggunaan kontrasepsi, perawatan prelakteral, dan pengulangan

pemberian ASI (Mukarramah et al., 2021).

Banyak sekali manfaat yang terkandung dalam zat ASI

bersifat membatasi. Keuntungan dari pemberian ASI restriktif untuk bayi


adalah sebagai nutrisi lengkap, sehingga kekuatan tubuh meningkat,

mental meningkat dan kemampuan untuk menghargai individu pada

tingkat yang mendalam yang stabil dan sangat dewasa, diikuti oleh

pergantian peristiwa sosial yang besar, tidak sulit untuk dilakukan.

mengolah dan mengasimilasi, memiliki susunan lemak, gula, kalori,

protein dan nutrisi, menjadi jaminan dari penyakit yang tak tertahankan,

jaminan dari kepekaan karena ASI mengandung antibodi, memberikan

wawasan dan rasa urat, meningkatkan kesehatan dan pengetahuan tubuh

secara ideal (Indriasari dan Aisah, 2021). Air Susu Ibu (ASI) merupakan

sumber nutrisi yang penting, karena teratur dan memiliki komposisi yang

lengkap serta cocok untuk bayi (Bingan, 2019).

ASI yang tidak lancar akan mempengaruhi penelitian otak ibu. Para

ibu akan merasa cemas karena mereka stres karena tidak bisa memenuhi

kebutuhan anak mereka dari ASI yang mereka hasilkan. Sedangkan

dampak pada anak yang tidak disusui adalah anak tidak berdaya terhadap

pencemaran, seperti isi perut yang bebas, otitis media berat, daya tanggap

dan saluran pernapasan bawah yang luar biasa (Mulyaningsih et al., 2019).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan salah satu upaya

untuk mencegah terjadinya penyakit pada bayi dan bayi. World Wellbeing

Association (WHO) menyarankan agar anak yang baru lahir diberi ASI

sampai periode sebagian besar tahun tanpa memberikan makanan atau

minuman tambahan selain suplemen dan mineral (Diah dan Siti, 2021).

Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan untuk memperlancar


pengeluaran ASI yaitu dengan melakukan perawatan payudara. Perawatan

payudara merupakan salah satu tindakan perawatan payudara yang sangat

baik oleh ibu post partum ataupun dibantu oleh orang lain yang

dilaksanakan mulai hari pertama melahirkan atau hari kedua setelah

melahirkan dengan cara menjaga agar payudara selalu bersih dan terawat

(Utari & Desriva, 2021).

Pada dasarnya ibu yang masih dalam masa menyusui atau masa

laktasi dan memiliki keinginan untuk menggunakan alat kontasepsi, maka

di anjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan yang

merupakan metode kontrasepsi hormonal mengandung hormon

progesterone (Karimang et al., 2020). Penggunaan alat kontrasepsi pada

ibu menyusui harus juga perlu diperhatikan agar tidak mengurangi

produksi ASI (Bingan, 2019).

Kandungan Pencegahan injeksi 3 bulan memiliki 150 mg Depo

Medroxyprogesterone Acetic acid derivation (DMPA) atau Norethindrone

enanthate (NET-EN). Kedua bahan ini hanya menahan dampak progestin.

Melalui pemberian infus setiap 2-3 bulan sekali, yang perlu diperhatikan

adalah waktu pemberian progestin ini ke ibu sebagai stasiun,

konsentrasinya akan sangat tinggi, sehingga penularannya ke anak juga

akan sedikit meningkat. Konsentrat-konsentrat yang telah dilakukan belum

menunjukkan akibat yang merugikan pada bayi yang disusui dari ibu yang

mendapat infus. Teknik ini disarankan sebagai alat pengatur keluarga bagi

ibu yang sedang menyusui (Bingan, 2019).


Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan Untuk menyiasati

datangnya ASI, khususnya dengan melakukan perawatan payudara.

Perawatan payudara adalah salah satu kegiatan perawatan payudara yang

paling menonjol oleh ibu pasca kehamilan atau dibantu oleh orang lain,

yang dilakukan mulai dari hari pertama persalinan atau hari kedua setelah

mengandung anak dengan menjaga payudara dalam setiap kasus sempurna

dan sangat mengikuti (Utari dan Desriva, 2021).

Hubungan perawatan payudara adalah untuk lebih mengembangkan

penyebaran darah, merawat areola agar lebih bersih dan tidak mudah

kusut, ini berguna untuk bekerja dengan menyusui (Fatmawati et al.,

2019). Pentingnya perawatan payudara sebagai salah satu elemen penting

dalam mempengaruhi produksi ASI, penelitian ini membedah hubungan

antara pengulangan perawatan payudara dengan kesempurnaan ASI.ASI

eksklusif (Qiftiyah et al., 2021).

Perawatan payudara bermanfaat dalam menyegarkan payudara

dengan memengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan bahan kimia prolaktin

dan oksitosin (Fridalni et al., 2020). Perawatan payudara sebaiknya

dimulai selama kehamilan sampai ibu menyusui, untuk payudara yang

mengalami kelainan areola misalnya areola terbalik atau datar, pengobatan

selesai pada hari ke-90 kehamilan, sedangkan jika payudara tidak

bermasalah. , pengobatan dilakukan mulai dari setengah tahun kehamilan.

sampai menyusui (Fridalni et al., 2020).

Manfaat menyusui bagi ibu dan anak begitu luar biasa, namun
kekhasan saat ini terkait dengan pemberian ASI selektif masih sangat

kurang. Inklusi ASI elit di Focal Africa adalah 25%, Amerika Latin dan

Karibia 32%, Asia Timur 30%, Asia Selatan 47%, dan negara-negara

agraris 46%. Secara umum, di bawah 40% anak di bawah setengah tahun

hanya diberi ASI (Wati et al., 2020).

Data Kementerian Kesehatan mencatat terjadi peningkatan angka

pemberian ASI eksklusif dari 29,5% pada tahun 2016 menjadi 35,7% pada

tahun 2017. Angka cakupan ini sangat rendah mengingat pentingnya peran

ASI dalam kehidupan anak. . Target minimal pemberian ASI eksklusif di

Indonesia minimal 50% sesuai target WHO (Murlimah et al., 2020).

Data tahun 2018 di Indonesia, cakupan ASI eksklusif kurang dari 6

bulan, yaitu 37,3%. Dari 34 provinsi tersebut, Sulawesi Selatan tergolong

rendah yaitu 40,0% sedangkan target nasional 80,0%. Berdasarkan data

yang diperoleh pada tahun 2016, cakupan ASI eksklusif terendah berada di

Kabupaten/Kota Gowa (24,07%), Palopo (33,17%) dan Jeneponto

(50,20%) (Ayulestari & Soewondo, 2019).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi Selatan,

pada tahun 2019 dari jumlah 119,471 bayi usia <6 bulan tercatat 84,606

bayi (70,82%) yang diberikan ASI eksklusif (Dinas Kesehatan Sulawesi

Selatan, 2020). Dari data Dinas Kesehatan Kota palopo capaian pemberian

ASI eksklusif masih jauh dari target yang ditentukan. Jumlah ibu yang

memberikan ASI eksklusif mencapai 1.602 (41,81%) dari target 3.838.

Sedangkan data yang di peroleh dari Puskesmas Wara Kota Palopo


dari bulan September 2020 sampai Februari 2021 tercatat jumlah bayi

yaitu sebanyak 250 bayi (59%) dan bayi di bawah um weur 6 bulan yang

diberikan ASI ekslusif yaitu sebanyak 123 bayi. Diantaranya di wilayah

Boting tercatat 23 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, di Tompotikka

tercatat 19 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, di Lagaligo tercatat 26

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, di Dangerakko tercatat 19 bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif dan di Pajalesang tercatat 36 bayi yang

mendapat ASI eksklusif.

Berdasarkan hasil penelitian oleh Endah Purwaningsih tentang

pengaruh kontrasepsi KB suntik 3 diperoleh dari 42 responden yang

menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan cenderung pengeluaran ASInya

tidak lancar sebanyak 23 orang (43,3%). Hal ini dikarenakan meskipun

sudah menggunakan KB suntik namun tidak melakukan perawatan

payudara dapat menyebabkan produksi ASI kurang dan pengeluaran ASI

kurang lancar (Purwaningsih & Wati, 2017).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, olehnya itu peneliti

tertarik melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui apakah

terdapat hubungan antara KB suntik 3 bulan dan perawatan payudara

dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Puskesmas

Wara Kota Palopo tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka peneliti merumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan kb suntik 3


bulan dan perawatan payudara dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui

di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2021?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan kb suntik 3 bulan dan perawatan

payudara dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Puskesmas

Wara Kota Palopo tahun 2021.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan kb suntik 3 bulan dengan kelancaran

ASI pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun

2021.

b. Untuk mengetahui hubungan perawatan payudara dengan

kelancaran ASI pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota

Palopo tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan dan dapat menjadi referensi kepustakaan dibidang

kesehatan khususnya mengenai hubungan kb suntik 3 bulan dan

perawatan payudara dengan kelancaran asi pada ibu menyusui.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi bagi tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Wara Kota


Palopo untuk lebih meningkatkan wawasan dan pengalaman tentang

hubungan kb suntik 3 bulan dan perawatan payudara dengan

kelancaran asi pada ibu menyusui.

3. Manfaat institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

khususnya para ibu menyusui untuk mematuhi anjuran bidan sehingga

dapat meningkatkan kelancaran ASI.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Definisi ASI

ASI merupakan emulsi lemak dalam susunan protein, laktosa,

dan garam-garam alami yang dikeluarkan oleh kedua organ payudara

ibu yang bermanfaat sebagai nutrisi bagi anak (Sartika, 2018). Menurut

WHO (Whorld Health Organization), elit menyusui akan menyusui

sendiri tanpa pilihan cairan yang berbeda, baik susu resep, air, jeruk

peras, atau jenis makanan tambahan lainnya sebelum tiba di usia

setengah tahun (Batubara, 2018).

Susu payudara adalah makanan terbaik dan luar biasa untuk

anak-anak. Zat sehatnya yang tinggi dan adanya zat resisten di

dalamnya membuat susu payudara sangat diperlukan bahkan oleh susu

persamaan yang paling mengesankan dan mahal sekalipun. Demikian

pula, ASI tidak pernah mati, selama masih ada di tempatnya. Menyusui

bermanfaat bagi anak-anak, tetapi juga dapat menghemat dana keluarga

selama keadaan darurat di seluruh dunia seiring dengan meningkatnya

biaya resep susu (Linda, 2019).

ASI dalam jumlah yang cukup adalah makanan terbaik untuk

bayi dan dapat memenuhi kebutuhan bayi yang sehat selama setengah

tahun pertama, ASI adalah makanan normal pertama dan utama untuk

bayi.

sehingga dapat mencapai pembangunan dan peningkatan yang


12

ideal (Wirdaningsih, 2020).

Air Susu Ibu (ASI) untuk anak merupakan makanan yang ideal

dimana kandungan gizinya sesuai dengan kebutuhan dan keadaan yang

ideal. ASI mengandung zat untuk perbaikan, pengetahuan, zat tahan

(mencegah berbagai penyakit) dan dapat membangun hubungan kasih

sayang antara anak dan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko

kanker payudara, dan merupakan kepuasan tersendiri bagi ibu (Linda ,

2019).

Pemberian ASI pada anak seharusnya dapat dilakukan secara

langsung melalui kontak langsung antara mulut dan payudara, namun

juga dapat dilakukan melalui sendok dengan memanfaatkan ASI yang

dikomunikasikan (Fatimah, 2017). Mengkomunikasikan ASI

seharusnya bisa dilakukan dengan cara yang sulit dengan asumsi

payudara itu lembut, komunikasi tangan adalah cara yang paling efektif

dan membutuhkan beberapa instrumen sehingga ibu yang berfungsi

pasti dapat mengomunikasikan ASI di mana saja dan kapan saja

(Fatimah, 2017).

1. Kandungan atau Komposisi ASI

Kandungan ASI di bagi menjadi 3 macam yaitu (Sartika, 2018):

a. Kolostrom

Kolostrum adalah cairan agak kental dengan warna

kekuningan, lebih kuning dari ASI matang, bentuknya agak

tidak enak karena mengandung butiran.lemak dan sel epitel,


13

Kolostrum adalah ASI yang dikeluarkan pada hari pertama

sampai hari ketiga setelah anak dikandung. Manfaat kolostrum

adalah sebagai berikut (Sartika, 2018)

1) Sebagai bahan kimia penutup saluran cerna dengan tujuan

agar sistem usus siap untuk mendapatkan makanan.

2) Mengandung kadar protein yang signifikan, khususnya

gamma globulin dengan tujuan dapat memberikan rasa

aman bagi tubuh terhadap penyakit.

3) Mengandung antibodi sehingga dapat melindungi tubuh

anak dari berbagai penyakit yang tak tertahankan untuk

jangka waktu selama setengah tahun.

b. ASI masa transisi

ASI transisi adalah ASI yang keluar setelah kolostrum yang

dimulai dari keempat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi.

c. ASI mature

ASI mature merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar

hari kesepuluh sampai seterusnya, komposisi relative konstan.

2. Teknik Menyusui

Sistem menyusui akan berjalan seperti yang diharapkan dengan

asumsi ibu memiliki kemampuan dalam menyusui, sehingga ASI

dapat berpindah dari pangkuan ibu ke anak dengan sukses

(Wirdaningsih, 2020). Tempat penting menyusui terdiri dari tempat

tubuh ibu, tempat tubuh anak, sama seperti tempat mulut anak dan
14

dada ibu (hubungan), tempat tubuh ibu saat menyusui dapat berupa

posisi duduk, posisi tidur sujud, atau posisi tidur menyamping

(Wirdaningsih, 2020)

Posisi menyusui yang benar yaitu (Wirdaningsih, 2020):

a. Wajah menawan menghadap dada (rahang ke dada)

b. Perut/dada anak terhubung dengan perut ibu/(dada ke dada)

c. Seluruh tubuh anak menghadap tubuh ibu sehingga telinga anak

membentuk garis lurus dengan lengan dan leher anak.

d. Seluruh punggung anak ditegakkan dengan baik, ada hubungan

mata ke mata antara ibu dan anak.

e. Pegang bagian belakang bahu, bukan kepala anak, dan kepala

berada di lengan bukan di daerah siku.

3. Faktor-faktor yang mempengaruh produksi ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan produksi ASI

antara lain (Sartika, 2018):

a. Makanan Ibu

Pada dasarnya, makanan yang dipoles oleh ibu menyusui

tidak secara langsung mempengaruhi kualitas atau jumlah ASI

yang diberikan. Namun, jika makanan ibu terus-menerus tidak

cukup mengandung suplemen penting, tentu saja organ

pembentuk payudara tidak dapat bekerja dengan sempurna

sehingga mempengaruhi perkembangan ASI.

b. Frekuensi Pemberian Susu


15

Semakin sering anak menyusu, semakin banyak ASI yang

dikeluarkan dan dikeluarkan. Meskipun demikian, kekambuhan

menyusui pada bayi prematur dan cukup bulan adalah unik.

Menyusui anak Anda di suatu tempat sekitar 8 kali setiap hari

dalam kerangka waktu pasca kehamilan awal. Berulangnya

pengaturan terkait dengan kapasitas rangsangan kimia di organ

dada.

Frekuensi Penyusuan

Dalam penelitian yang dilakukan pada ibu dengan bayi

cukup bulan, ditunjukkan bahwa frekuensi persiapan sekitar 10

kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan

dikaitkan dengan peningkatan produksi ASI. Berdasarkan hal

tersebut, dianjurkan untuk menyusui minimal 8 kali per hari pada

awal masa nifas. Menyusui berhubungan dengan kemampuan

stimulasi hormonal pada kelenjar payudara.

c. Riwayat Penyakit

Penyakit infeksi baik kronis maupun akut yang mengganggu

proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.

d. Faktor Fisiologis

Masalah fisiologis pada ibu menyebabkan berkurangnya kreasi

dalam perkembangan ASI. Menyusui membutuhkan ketenangan,

penghiburan, dan perasaan dari ibu. Gugup dan gangguan dapat


16

menyebabkan ketenangan yang mempengaruhi saraf, pembuluh

darah, dll sehingga akan mengganggu produksi ASI.

e. Dukungan Suami Maupun Keluarga

Bantuan pasangan dan keluarga yang berbeda di rumah akan

sangat membantu pencapaian seorang ibu dalam menyusui.

Sensasi ibu akan kepuasan, kebahagiaan, sensasi menyayangi

anak, memeluk, mencium dan mendengar tangisan anaknya akan

memperluas produksi ASI.

f. Berat Badan Bayi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) memiliki kemampuan

menghisap ASI yang lebih rendah dibandingkan anak dengan

berat badan lahir biasa. Daya hisap yang lebih rendah akan

mempengaruhi kegairahan zat kimia prolaktin dan oksitosin

dalam menghasilkan ASI.

g. Perawatan Payudara

Perawatan payudara sejak usia kehamilan 7-8 bulan memegang

peranan penting dalam menyusui anak. Payudara yang benar-

benar fokus akan memberikan ASI yang cukup untuk mengatasi

masalah anak dan dengan perawatan payudara yang baik, areola

tidak akan mengkerut saat anak dihisap. Perawatan payudara

sebelum menyusui harus dilakukan, khususnya dengan hati-hati

selama satu setengah bulan terakhir kehamilan. Dipercaya bahwa

dengan asumsi ada penyumbatan di saluran laktiferus, itu


17

cenderung dijauhi sehingga saat menyusui, ASI akan keluar tanpa

hambatan.

h. Jenis Persalinan

Pada umumnya, pemberian ASI dapat dilakukan setelah anak

dikandung. Biasanya susu keluar pada hari pertama setelah

mengandung anak. Sementara itu, selama persalinan seksio

sesarea (cesar), para ibu sering mengalami masalah menyusui

bayinya setelah melahirkan, terutama ibu yang diberikan obat

penenang (sedasi).

i. Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Usia kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal

ini dikarenakan anak yang dikandung secara gegabah (usia

kehamilan di bawah 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu

untuk menyusu dengan baik sehingga produksi ASI lebih rendah

dari bayi yang dikandung tidak gegabah.

j. Komsumsi Rokok

Merokok dapat menurunkan volume ASI karena akan

mengganggu zat kimia prolaktin dan oksitosin untuk produksi

ASI. Merokok akan menyegarkan datangnya adrenalin sedangkan

adrenalin akan menahan datangnya oksitosin.

k. Komsumsi Alkohol

Meski meminum alkohol dosis rendah di satu sisi bisa membuat

ibu merasa lebih rileks sehingga membuat proses pengeluaran


18

ASI, di sisi lain etanol bisa menghambat produksi oksitosin.

Kontraksi uterus pada saat insersi merupakan indikator produksi

oksitosin.

l. Pengguanan Alat Kontrasepsi

Ibu menyusui tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi

sebagai pil yang mengandung estrogen kimia karena dapat

mengurangi dan menghentikan produksi ASI. Sebaiknya ibu

menggunakan KB, kondom, dan IUD secara teratur daripada

menggunakan kontrasepsi hormonal seperti pil, infus, insert. Alat

profilaksis dalam rahim (IUD) dapat menyegarkan rahim ibu dan

meningkatkan oksitosin kimia, bahan kimia yang dapat

menghidupkan produksi susu.

4. Manfaat ASI Eksklusif

ASI Ini adalah makanan dan minuman terbaik untuk anak-anak.

Selain memiliki manfaat dari zat-zat yang terkandung di dalamnya, ASI juga

memiliki manfaat karena bersih, terhindar dari polusi mikroorganisme, dapat

diakses setiap saat pada suhu yang ideal, kreasi yang disesuaikan dengan

kebutuhan anak, mengandung antibodi yang dapat menahan perkembangan

organisme mikroskopis dan infeksi dan tidak ada bahaya kepekaan pada anak-

anak yang baru lahir sesuai (Khasanah, 2018). Manfaat ASI lainnya

adalah :

a. Manfaat ASI bagi bayi

1) ASI sebagai nutrisi


19

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI merupakan makanan bayi yang

sempurna jika dilihat dari kualitas maupun kuantitasnya.

Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI dapar

digunakan sebagai makanan tunggal yang cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi biasanya membantu imunoglobulin dari ibu mereka

melalui plasenta, namun kadar zat ini akan berkurang ketika

anak dikandung. Zat kebal anak sudah cukup memadai

dengan tujuan sampai pada tingkat defensif pada usia 9 tahun

sampai satu tahun, ketika derajat zat kebal bawaan menurun,

sedangkan yang dibentuk oleh tubuh anak tidak memadai,

maka akan terjadi kekurangan daya tahan tubuh. zat resisten

anak. Kurangnya zat resisten dapat disesuaikan dengan

menyusui, karena ASI adalah cairan yang mengandung zat-

zat resisten yang mampu melindungi anak dari berbagai

penyakit bakteri, virus, parasit dan menular.

3) ASI meningkatkan kecerdasan

Pengetahuan dipengaruhi oleh unsur-unsur turun temurun dan

alam. Ada tiga macam syarat faktor alam yang

mempengaruhi wawasan, yaitu syarat perkembangan fisik-


20

otak (ASUH), syarat pergantian peristiwa yang antusias dan

mendalam (ASIH), dan syarat pergantian peristiwa dan

sosialisasi ilmiah (ASAH). ). Anak-anak membutuhkan

makanan dan makanan bergizi yang didapat dari ASI. Bayi

yang merasa nyaman dan aman, karena merasa aman, akan

terbentuk menjadi orang dewasa yang bebas dengan perasaan

yang stabil. Selain itu, pengasuhan bayi yang berturut-turut

membuatnya terbiasa mengelola orang yang berbeda

sehingga kemajuan sosialisasinya akan luar biasa. Dengan

tujuan agar menyusui secara selektif akan menjadikan unsur

alam yang ideal untuk membangun wawasan anak.

4) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang

Anak akan memiliki rasa aman, aman dan merasakan kasih

sayang ibu selama menyusui. Sensasi merasa aman dan

dipuja ini akan membingkai premis pergantian peristiwa yang

antusias dari anak dan membentuk karakter tertentu dan

pembentukan dunia lain yang layak.

b. Manfaat ASI bagi Ibu

1) Ibu lebih cepat kembali ke berat badan (BB) semula

Lemak di sekitar pinggul dan paha yang disingkirkan selama

kehamilan masuk ke dalam ASI. Demikian pula, menyusui

sangat membutuhkan energi sehingga tubuh akan menghadapi

lemak yang menumpuk selama kehamilan dan diubah menjadi


21

energi. Dengan begitu, berat badan ibu menyusui akan

kembali ke berat badan sebelum hamil lebih cepat.

2) Mengurangi risiko terjadinya anemia

Aktivitas menyusui menyebabkan involusi uterus

yakni mengecilnya uterus kembali ke ukuran normal. Proses

involusi ini dapat mengurangi perdarahan pada ibu nifas.

Perdarahan yang terjadi secara terus menerus dapat

menyebabkan anemia.

3) Menjaga jarak kehamilan selanjutnya

Menyusui secara intensif dan benar dapat menjadi

alternatif kontrasepsi alami bagi ibu karena masa subur ibu

dapat tertunda. menyebutkan selama ibu memberi ASI dan

belum haid, kemungkinan tidak akan hamil pada 6 bulan

pertama setelah melahirkan dan kemungkinan tidak akan

hamil sampai bayi usia 12 bulan.

4) Manfaat secara ekonomi

a) Keluarga tidak perlu mengeluarkan uang guna membeli

susu formula untuk bayinya karena ASI yang diberikan

pada bayi langsung tersedia pada ibu. Manfaat ASI dapat

memberikan perlindungan dan pertahanan tubuh dari sakit

sehingga bayi tidak akan sering berobat karena sakit.

Dengan demikian, dapat menghemat pengeluaran biaya

untuk memenuhi kebutuhan bayi dan keperluan lainnya.


22

b) ASI lebih ekonomis, murah, praktis dan tidak

merepotkan. Disamping itu ASI juga mudah untuk

dibawa kemanapun sehingga bayi bisa menyusu kapanpun

yang bayi mau.

5) Manfaat secara psikologis

Terbina bonding antara orang tua dan bayi,

sehingga akan mengurangi tingkat stress pada orang tua.

6) Manfaat dalam kemudahan

Pemberian ASI diberikan kapan saja, dimana saja

dan dapat diberikan sebanyak bayi menginginkan untuk

menyusu.

7) Manfaat ASI bagi Keluarga

a) ASI tidak perlu dibeli, karena ASI dihasilkan langsung

dari payudara ibu. Sehingga tidak ada pengeluaran dana

untuk menyusui bayi.

b) Terbentuknya hubungan yang harmonis antara ayah, ibu

dan anak.

8) Manfaat ASI bagi Negara

a) Menghemat pengeluaran negara, tidak perlu impor susu

formula.

b) Bayi yang sehat merupakan investasi yang baik bagi

negara.
23

3. Tanda-tanda kelancaran ASI dan kriteria jumlah ASI cukup atau

tidak menurut (Febriyanti dan Yohana 2018 dalam Agustin, 2020)

sebagai berikut.

a. Keluarnya ASI yang berlimpah dapat merembes dari puting.

b. Payudara akan terasa tegang sebelum disusukan

c. ASI yang cukup, apabila bayi setelah menyusu akan tenang dan

tertidur selama 3-4 jam.

d. Bayi selama satu hari akan buang air kecil dari 6 hingga 8 kali

dan buang air besarnya 3 sampai 4 kali dalam satu hari.

e. Bayi akan menyusu dari 8-10 selama 24 jam .

f. Ibu saat menyusui, akan mendengarkan suara bayi saat menelan

ASI.

g. Bayi mulai menyusu, ibu akan merasakan geli karena aliran

ASInya

h. Urin bayi warnanya kuning jernih.

i. Produksi ASI yang cukup dapat dikategorikan dengan nilai ≤6

tidak lancar dan ≥ 6 lancar.

B. Definisi Keluarga Berencana (KB)

1. Definisi KB

Penataan keluarga merupakan salah satu upaya untuk

mencapai kesejahteraan dengan memberikan nasehat perkawinan,

pengobatan kemandulan dan penyebaran kelahiran. Menata keluarga

adalah demonstrasi membantu orang atau pasangan suami istri untuk


24

menjauhkan diri dari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang mereka butuhkan, mengarahkan jarak antar kelahiran.

Menata keluarga merupakan siklus yang diakui oleh pasangan suami

istri untuk memilih jumlah dan pembagian anak dan jam lahir

(Anggraini et al., 2021).

Tujuan program KB adalah untuk bekerja pada kesejahteraan

dan bantuan pemerintah ibu, anak, keluarga dan negara; Menurunkan

angka kelahiran untuk meningkatkan harapan hidup individu dan

negara; Memenuhi kepentingan masyarakat terhadap penyelenggaraan

KB dan Kesehatan Reproduksi yang berkualitas, termasuk upaya

penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan

penyakit regeneratif (Yuniati, 2019).

Infus 3 bulan adalah teknik profilaksis yang diberikan secara

intramuskular seperti jarum jam. Penataan keluarga adalah teknik

profilaksis yang menarik, lebih tepatnya strategi yang viabilitas atau

penggunaan dinamisnya agak lebih tinggi dan tingkat kekecewaannya

agak lebih rendah daripada kontrasepsi langsung (Pratiwi, 2018).

Adapun rentang waktu penggunaan alat kontrasepsi KB suntik

3 bulan pada ibu menyusui dalam masa laktasi setelah pasca

persalinan terhadap kelancaran ASI akan diberikan apabila bayi telah

berumur 6 minggu. Apabila bayi tidak menyusui secara efektif maka

pemberian alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan lebih awal, yaitu pada

saat bayi berusia 3 minggu pasca persalinan (Reski, 2018).


25

1. Jenis untik 3 bulan

a. Kandungan Kontrasepsi

Infus 3 bulan pencegahan injeksi 3 bulan (DMPA)

mengandung 150 mg DMPA, yang diperbolehkan

secara berkala dengan infus intramuskular (daerah

pantat). Infus intragluteal (di bagian bawah) lebih

disukai daripada daerah intradeltoid (di lengan),

karena di lengan memberikan kesan seolah-olah

wanita tersebut telah mendapat infus infus dan

selanjutnya cara ini menimbulkan rasa sakit (Rizki,

2017).

b. Cara kerja:

1) Menekan ovulasi.

2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi

sperma terganggu.

3) Perubahan pada endometrium sehingga implantasi

terganggu.

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

c. Efektivitas kontrasepsi suntik 3 bulan

Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas tinggi

yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal

penyuntikanya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang


26

telah ditentukan, tingginya minat 17 pemakaian alat

kontrasepsi ini karena murah, aman, sederhana, efektif dan

dapat dipakai pada pasca persalianan (Septiana, 2019)

d. Keuntungan:

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan

pembekuan darah.

4) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

5) Klien tidak perlu menyimpan alat kontrasepsi.

6) Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun sampai

perimenopause.

7) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

(Septiana, 2019).

e. Keterbatasan KB Suntik 3 Bulan

1) Sering ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal

dapat berubah menjadi amenorea perdarahan tidak teratur,


27

perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan

banyaknya darah yang keluar, atau tidak haid sama sekali.

2) Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapatkan

suntikan.

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya.

4) Peningkatan berat badan.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular

seksual, infeksi HIV, hepatitis B virus.

6) Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terlambat

kembali karena pelepasan obat suntikan dari depannya

belum habis. 24

7) Pada penggunaan jangka panjang: terjadi perubahan pada

lipid serum, dapat sedikit menurunkan densitas

(kepadatan) tulang, dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, dapat menimbulkan gangguan

emosi (tetapi jarang), sakit kepala, jerawat, nervositas.

(Rizki, 2017).

f. Yang di anjurkan untuk KB Suntik 3 Bulan

1) Ibu usia reproduksi ( 20-35 tahun ).

2) Ibu pasca persalinan.

3) Ibu pasca keguguran.


28

4) Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang

mengandung estrogen.

5) Nulipara dan yang telah mempunyai anak banyak serta

belum bersedia untuk KB tubektomi.

6) Ibu yang sering lupa menggunakan KB pil.

7) Anemia defisiensi besi.

8) Ibu yang tidak memiliki riwayat darah tinggi.

9) Ibu yang sedang menyusui.

(Pratiwi, 2018).

g. Yang tidak di anjurkan untuk KB suntik 3 bulan

1) Hamil atau dicurigai hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5) Diabetes mellitus disertai komplikasi

(Septiana, 2019).

h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan:

1) Setiap saat selama siklus haid dan dipastikan tidak hamil.

2) Mulai hari ke 1 - 7 siklus menstruasi.

3) Pada klien yang tidak menstruasi, suntikan pertama dapat

diberikan setiap saat asal dipastikan tidak hamil. Klien tidak

boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau

menggunakan kontrasepsi tambahan untuk 7 hari.


29

4) Klien yang sedang menggunakan kontrasepsi hormonal

yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi

suntik 1 bulan, selama klien tersebut menggunakan

kontrasepsi sebelumnya dengan benar suntikan 1 bulan

dapat diberikan tanpa perlu menunggu menstruasi.

5) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi suntikan jenis

lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntik 3 bulan,

kontrasepsi dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi

sebelumnya (Zahro, 2018).

Salah satu dampak positif program Keluarga Berencana yang

dirasakan adalah terjadinya penurunan kepadatan penduduk yang

dilakukan melalui pembatasan jumlah anak dalam keluarga. Selain itu

keikutsertaan dalam program Keluarga Berencana ternyata dapat

mengurangi gangguan kesehatan reproduksi pada ibu karena jika sering

melahirkan dan jarak kelahiran tidak diatur maka dikhawatirkan akan

terjadi gangguan kesehatan reproduksi (Yuniati, 2019).

C. Perawatan Payudara

1. Definisi Perawatan Payudara

Payudara merupakan salah satu tanda kelamin sekunder dari

seorang wanita dan merupakan salah satu organ yang indah dan

menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunan maka

organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air susu ibu
30

(ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-

bulan pertama kehidupan (Permata, 2017).

Perawatan payudara merupakan perawatan payudara yang

dilakukan pada ibu pasca melahirkan/ nifas untuk melancarkan sirkulasi

darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar

pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini

mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali

sehari. Perawatan payudara untuk ibu nifas yang menyusui merupakan

salah satu upaya dukungan terhadap pemberian ASI bagi bayi (Pitria,

2018).

2. Tujuan Perawatan Payudara

Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur

akan memudahkan si kecil mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga

bisa merangsang produksi ASI dan mengurangi risiko luka saat

menyusui. Banyak ibu yang mengeluhkan bayinya tidak mau menyusui,

hal ini dapat juga disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang

masuk atau posisi yang salah. Selain faktor nutrisi bisa dipenuhi dengan

tambahan asupan nutrisi. Sedangkan faktor psikologis dengan

menciptakan suasana santai dan nyaman, tidak terburu-buru dan tidak

stress saat menyusui bayinya (Bangun, 2018).

Adapun perawatan payudara setelah melahirkan antara lain

bertujuan untuk:
31

a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari

infeksi.

b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.

c. Untuk menonjolkan puting susu.

d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus.

e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan.

f. Untuk memperbanyak produksi ASI.

g. Untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara.

(Pitria, 2018).

3. Manfaat Perawatan Payudara

Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin

selama kehamilan dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi

payudara sebelum terjadi laktasi. Jika persiapan kurang dapat terjadi

gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran putting yang kecil atau

tenggelam. akibat lain bisa terjadi produksi ASI akan terlambat serta

kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat

membahayakan kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang

kurang pada saat persalinan ibu belum siap menyusui sehingga jika bayi

disusukan ibu akan merasakan geli atau perih pada payudaranya

(Permata, 2017).

4. Dampak apabila tidak melakukan perawatan Payudara

Beberapa permasalahan yang timbul pada ibu hamil yang tidak

melakukan perawatan payudara selama kehamilan tersebut, dapat


32

mengakibatkan bayi tidak mau menyusu atau tidak mendapatkan ASI

yang maksimal dari ibunya. Keadaan ini akan mengakibatkan

kebutuhan gizi bayi tidak akan terpenuhi secara baik dan bayi akan

mudah terkena penyakit, bahkan mengalami kematian (Indrasari, 2017).

5. Cara Perawatan Payudara

a. Persiapan alat dan bahan :

1) Minyak kelapa dalam wadah.

2) Kapas / kasa beberapa lembar.

3) Handuk kecil 2 buah.

4) Washlap 2 buah.

5) Waskom 2 buah (isi air hangat/dingin).

6) Nierbekke

b. Persiapan Pasien

Sebelum melakukan perawatan payudara terlebih dahulu

dilakukan persiapan pasien dengan memberitahukan kepada ibu

apa yang akan dilaksanakan. Sedangkan petugas sendiri

persiapanya mencuci tangan terlebih dahulu melakukan cuci

tangan.

(Mansyur & Dahlan, 2014).

c. Langkah-langkah Perawatan Payudara Menurut (Permata, 2017) :

1) Perawatan Pertama
33

Gambar 2.1 Gerakan Memutar

a) Licinkan kedua tangan dengan minyak

b) Tempatkan kedua tangan di antara payudara

c) Pengurutan dilakukan dimulai tengah, lalu telapak tangan

kiri kearah sisi kiri dan telapak tangan kanan kearah sisi

kanan

d) Lakukan terus pengurutan dari tengah, keatas, kesamping

dan kebawah

e) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap

payudara

2) Perawatan Kedua

Gambar 2.2 Gerakan Mengurut

a) Sokong payudara kiri dengan satu tangan kiri sedang

tangan kanan mengurut dengan buku-buku jari dari

pangkal kearah puting susu.

b) Lakukan untuk payudara sebelah kanan


34

c) Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap

payudara

3) Perawatan Ketiga

Gambar 2.3 Gerakan Menguncangkan

a) Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut

dari pangkal payudara kearah puting susu sebanyak 1 kali.

4) Perawatan Keempat

Gambar 2.4 Gerakan Mengompres

a) Pijat areola ke arah puting susu hingga keluar cairan ASI

dan tampung dengan tempat yang bersih atau gelas.

b) Pengompresan

c) Kompres kedua payudara dengan dua handuk kecil hangat

selama 2 menit, lalu ganti dengan kompres air dingin 2


35

menit dan yang terakhir kompres lagi dengan air hangat 2

menit.

D. Ibu Menyusui

1. Definisi Menyusui

Menyusui adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk

manusia (Munawarah, 2018). Masa menyusui mempunyai tujuan

meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian

ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak

mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Munawarah, 2018).

2. Masa Menyusui

a. Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, tanpa

memberikan makanan ataupun minuman lainnya.

b. Memperhatikan kecukupan gizi makanan ibu menyusui sehari-hari.

Ibu memerlukan lebih banyak dari biasanya dan minuman minimal

10 gelas per hari.

c. Cukup istirahat, menjaga ketenagan pikiran dan menghindari

kelehan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami sangat penting

untuk menjunjung keberhasilan menyusui.

e. Mengikuti petunjuk petugas kesehatan (merujuk ke Puskesmas atau

Posyandu) bila ada permasalahan yang terkait dengan penyususan.


36

Misalnya apabila payudara bengkak, bayi tidak mau menyusu,

putting lecet, dan lain-lain.

f. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi

berumur 6 bulan.

(Munawarah, 2018).

3. Posisi dan Cara Menyusui yang Baik

Seringkali kita mendengar adanya keluhan pada saat menyusui

seperti halnya putting lecet sehingga ibu enggan untuk menyusui,

produksi ASI berkurang dan berujung pada si kecil yang cenderung

malas menyusu. Sebenarnya, hal tersebut dapat dicegah apabila si kecil

berada pada posisi yang tepat. Untuk memastikan apakah posisi si kecil

sudah tepat untuk menyusu, maka ibu perlu memperhatikan beberapa

hal berikut ini:

Beberapa posisi memungkinkan saat menyusui:

a. Menyusui sambil berbaring (memiringkan badan ke kiri atau ke

kanan). Usahakan agar payudara tidak menutupi bayi, terutama

bagian hidungnya.

b. Menyusui sambil duduk. Sebaiknya duduk sambil bersandar dan

letakkan bantal di pangkuan, agar tidak pegal memegang bayi

karena Bunda tidak perlu lagi menyangga si kecil (Lestari, 2018).

4. Tanda Bayi Cukup Mendapatkan ASI

Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut:


37

a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal

mendapat ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.

b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna

menjadi lebih mudah pada hari ke 5 setelah lahir.

c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.

d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

e. Payudara terasa lebih lembek, yang mendakan ASI telah habis.

f. Warna bayi merah, dan kulit terasa kenyal.

g. Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan

grafik pertumbuhan.

h. Perkembangan motoric baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai

dengan rentang usianya).

i. Bayi kelihatan puas, sewaktu saat lapar akan bangun dan tidur

dengan cukup.

j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan

tertidur pulas.

(Nabilah, 2018).

5. Frekuensi Menyusui Pada Bayi

Semakin sering bayi menyusu, produksi dan pengeluaran ASI

akan bertambah, Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal,

sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi

membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu

harus menyusui bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,


38

kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah

merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan

satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola

tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan

akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh

pada rangsangan produk ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa

jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah

menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada

malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu

produksi ASI (Lestari, 2018).

E. Kerangka Konsep
Variable independen Variabel dependen

KB suntik 3 bulan
Kelancaran ASI
pada ibu
menyusui
Perawatan Payudara

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan Variabel yang diteliti


39

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


Tabel 2.1 Definisi operasional dan kriteria objektif

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala


objektif
Variabel dependen
1. Kelancaran Pengeluaran Kuesioner Kuesioner 1. Lancar: jika Nominal
ASI ASI lancar dan kelancaran jawaban
memiliki ASI responden
banyak diberikan “Ya” ≥ 4
kandungan kepada ibu 2. Tidak lancar:
nutrisi yang dilakukan Jika jawaban
disekresi oleh dengan cara responden
kedua kelenjar diceklis “Ya” < 4.
payudara ibu, setiap
berguna pilihan yang
sumber utama sesuai.
makanan pada
bayi.

Variabel independen
1. KB suntik 3 Metode Kuesioner Kuesioner 1. Ya: Apabila Nominal
bulan kontrasepsi KB suntik 3 responden
hormonal yang bulan menggunakan
diberikan diberikan KB suntik 3
secara intra kepada ibu bulan setelah 6
muscular dilakukan minggu pasca
setiap tiga dengan cara persalinan
bulan sekali diceklis 2. Tidak: Apabila
untuk setiap responden
menunda pilihan yang tidak
kehamilan. sesuai. menggunakan
KB suntik 3
bulan setelah 6
minggu pasca
persalina.
2. Perawatan Treatment Kuesioner Kuesioner 1. Melakukan: Nominal
Payudara yang dilakukan perawatan Bila responden
pada ibu pasca payudara melakukan
melahirkan/ diberikan semua aspek
nifas agar tidak kepada ibu secara benar
terjadi dilakukan dengan total
penyumbatan dengan cara skor > 7,5
pada ductus diceklis 2. Tidak
payudara setiap melakukan:
40

sehingga dapat pilihan yang


melancarkan sesuai. Jika kurang
produksi ASI. dari 3 aspek
perawatan
payudara
dinilai ≤ 7,5

G. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis null (H0) dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak terdapat hubungan KB suntik 3 bulan dengan kelancaran ASI

pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.

2. Tidak terdapat hubungan perawatan payudara dengan kelancaran ASI

pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain studi korelasi dengan

metode cross sectional study dengan pengumpulan atau pengukuran

terhadap variabel dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun

2021.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober Tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui di

wilayah kerja Puskesmas Wara Kota Palopo yang masuk dalam

kelompok ibu menyusui sebanyak 123 ibu menyusui.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang terjangkau

diperuntukan sebagai suatu objek penelitian. Untuk menghitung sampel

pada penelitian ini digunakan rumus Lemeshow, yaitu:

41
42

2
z . N. p.q
n= 2 2
d ( N−1 ) + z . p . q

1,962 x 123 x 0,5 x 0,5


n=
0,12 ( 123−1 ) +1,96 2 x 0,5 x 0,5

3,8416 x 123 x 0,5 x 0,5


n=
1,22+0,9604

118,1292
n=
2,1804

n=54,177

n=54

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal

N : Jumlah Populasi

d : Derajat ketepatan yang digunakan oleh 90% atau 0,1

z : Standar devisi normal 1,96 dengan CI 95%

p : Populasi target populasi adalah 0,5

Dari hasil perhitungan di atas menggunakan rumus Lemeshow di

peroleh hasil dengan jumlah sampel sebanyak 54 responden.

3. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambil sampel yang digunakan

adalah teknik Accidental Sampling. Pada penelitian ini, peneliti telah

menetapkan jumlah sampel yang akan di gunakan dalam penelitian ini

yang didasarkan pada kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a) Kriteria Inklusi: Ibu yang memberikan ASI

b) Kriteria Eksklusi : Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.


43

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini untuk

mendapatkan data penelitian mengenai hubungan kb suntik 3 bulan dan

perawatan payudara dengan kelancaran asi pada ibu menyusui di

Puskesmas Wara Kota palopo, peneliti menggunakan lembar kuesioner

yang terdiri dari:

1. Data demografi meliputi, kode responden, usia, suku, agama,

pekerjaan, pendidikan dan pendapatan per bulan.

2. Kuesioner KB Suntik 3 Bulan

Kuesioner KB suntik 3 bulan memiliki 6 pertanyaan tentang

riwayat penggunaan KB suntik yang digunakan oleh responden yaitu

KB suntik 3 bulan, lama menggunakan KB suntik, keluhan yang

dirasakan selama menggunakan KB suntik, pengalaman memakai KB

suntik jenis lain, tempat melakukan suntik, serta alasan memilih KB

suntik (Ambarwati, 2018). Metode pengisian kuesioner ini adalah

dengan memberikan tanda checklis (√ ) apabila pertanyaan dianggap

benar oleh responden dan diisi sesuai dengan kondisi responden.

3. Kuesioner perawatan payudara

Pada kuesioner perawatan payudara tercantum prosedur

pelaksanaan perawatan payudara. Terdiri atas 7 buah pernyataan

dengan 2 pilihan jawaban dimana jawaban (Melakukan) jika prosedur

dilakukan dan (Tidak melakukan) jika prosedur tidak lakukan. Cara


44

pengisian kuesioner perawatan payudara adalah dengan memberi

tanda checklist (√ ) pada jawaban Melakukan atau Tidak melakukan.

Penetapan total skor dilakukan dengan:

a. Melakukan : Bila responden melakukan secara benar dengan total

skor sama dengan > 7,5.

b. Tidak melakukan : Jika kurang dari 3 aspek perawatan payudara

dinilai ≤ 7,5 (Haeriaty, 2010).

4. Kuesioner kelancaran ASI

Pada kuesioner kelancaran ASI tercantum prosedur

pelaksanaan perawatan payudara yang terdiri dari 10 pernyataan

dengan 2 pilihan jawaban dimana jawaban (Ya) jika prosedur

dilakukan dan (Tidak) jika prosedur tidak lakukan. Cara pengisian

kuesioner perawatan payudara adalah dengan memberi tanda checklist

(√ ) pada jawaban Ya atau Tidak. Penetapan total skor dilakukan

dengan:

a. Lancar : Jika jawaban responden responden “Ya” ≥ 4

b. Tidak lancar : Jika jawaban responden “Ya” < 4

E. Pengumpulan Data

1. Data primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh

langsung dari lembar kuesioner yang dibagikan oleh peneliti kepada

responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:


45

a. Mengucap salam dan memperkenalkan diri kepada responden

dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

b. Menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada responden.

c. Setelah responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti,

kemudian peneliti memberikan lembar informed consent.

d. Apabila responden menyetujui dan bersedia menjadi responden,

selanjutnya peneliti akan memberikan lembar kuesioner untuk diisi.

Namun, sebelum itu peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur

pengisian kuesioner.

e. Setelah responden memahami petunjuk pengisian kuesioner,

peneliti akan mempersilahkan kepada responden untuk mengisi

kuesioner.

f. Apabila dalam pengisian kuesioner terdapat sesuatu yang kurang

jelas untuk dipahami, peneliti akan membantu dan mengarahkan

responden.

g. Dokumentasi penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal dan data

dari di Puskesmas Wara Kota Palopo dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Jurnal

1) Peneliti akan melakukan penelusuran secara online melalui

aplikasi google chrome.


46

2) Kemudian peneliti membuka google scholar dan mencari jurnal

atau artikel penelitian sesuai dengan variabel peneliti.

3) Setelah mendapatkan jurnal atau artikel penelitian sesuai dengan

variabel peneliti, peneliti akan memilah standar atau batasan

tahun publikasi dari setiap jurnal dengan aturan 5 tahun terakhir.

b. Di Puskesmas Wara Kota Palopo

1) Peneliti Mengucap salam dan memperkenalkan diri kepada

kepala Puskesmas Wara Kota Palopo dengan tetap mematuhi

protokol kesehatan.

2) Menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada kepala

Puskesmas Wara Kota Palopo dan meberikan surat pengantar

pengambilan data awal dari kampus peneliti.

3) Kemudian kepala Puskesmas Wara Kota Palopo mengarahkan

peneliti tempat pelayanan sesuai dengan objek penelitian.

4) Setelah itu petugas di tempat pelayanan atau admin akan

mengizinkan peneliti untuk mengambil data yang dibutuhkan.

F. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Sebelum dianalisis, data diolah terlebih dahulu menggunakan

software statistic. Kegiatan dalam mengolah data meliputi:

a. Editing

Hasil yang diperoleh dari observasi selama penelitian harus

dilakukan peyuntingan (editing). Editing adalah suatu cara yang


47

dilakukan guna melihat dan merevisi data yang diperoleh. Hal

tersebut dilakukan dengan mengecek kembali jawaban responden

yang belum sepenuhnya terisi dan terjawab dan apabila masih ada

jawaban responden yang belum lengkap maka akan di lakukan

pengambilan data ulang dengan cara alternatif. Namun, apabila

dalam keadaan yang genting dan tidak memungkinkan maka data

tersebut tidak akan dimasukkan kedalam software statistic.

b. Coding

Coding ialah suatu cara yang dilakukan untuk mengolah

data dengan pemberian angka terhadap data yang terdiri dari

beberapa kategori.

c. Entry data

Entri data adalah suatu proses yang digunakan untuk

memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam program

software computer dalam bentuk kode angka atau huruf.

d. Tabulating

Tabulating adalah proses pengelompokkan data yang

diperoleh dalam bentuk tabel pada pengolahan data yang sesuai.

e. Cleaning

Cleaning merupakan tahap dalam pengolahan data dengan

melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan kode dan

ketidaklengkapan data lainnya sehingga perlu dilakukan pembersih

atau koreksi.
48

2. Penyajian data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian disajikan secara

deskriptif variabel yang diteliti dan dipresentasikan.

G. Analisa Data

Data yang terkumpul dan dianggap bebas dari kesalahan akan

dimasukkan kedalam komputer dengan menggunakan program statistik

(SPSS), selanjutnya dan dianalisis secara bertahap sebagai berikut:

1. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian dalam bentuk

persentase atau proporsi.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan setiap

variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji statistik.

Dengan tingkat bermakna (α)= ,05. Uji statistik yang digunakan ialah

uji fisher exact. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

a. Jika nilai p ≤ α =,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara

KB suntik 3 bulan dan perawatan payudara dengan kelancaran ASI

pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2021.

b. Jika nilai p > α =,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan

antara KB suntik 3 bulan dan perawatan payudara dengan


49

kelancaran ASI pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota

Palopo Tahun 2021.

H. Etika Penelitian

1. Autonomy (Otonomi)

Otonomi mengharuskan untuk menghormati hak dan pilihan

partisipan dalam mengambil keputusan yang berarti bahwa memiliki

hak untuk memilih apakah akan berpartisipasi atau tidak dalam studi

penelitian, hak atas informasi penuh yang seharusnya diketahui untuk

memastikan responden telah menerima informasi atau penjelasan

tujuan penelitian yang akan dilakukan.

2. Beneficience (Kemurahan Hati)

Beneficence berarti "berbuat baik" kepada partisipan secara

keseluruhan.

3. Non malefecience

Non malefecience berarti berusaha untuk tidak menyakiti,

dimana peneliti mempunyai tanggung jawab untuk menyeimbangkan

potensi dalam mengurangi kemungkinan resiko yang terjadi pada

peserta atau partisipan.

4. Justice (Keadilan)

Asas keadilan identik dengan kewajaran dan pemerataan dan

peneliti berkewajiban untuk memperlakukan peserta secara adil dan

merata sebelum, selama dan setelah penelitian


50

5. Truth (Kebenaran)

Partisipan berhak untuk diberitahu kebenarannya dan tidak

ditipu tentang aspek apapun dari penelitian ini. Semua aspek proyek

penelitian memerlukan penjelasan oleh peneliti, yang harus

memastikan partisipan memahami implikasi selama penelitian.

6. Fidelity (Kesetiaan)

Partisipan menaruh kepercayaan pada peneliti dan ini

membutuhkan komitmen untuk melindunginya. Peneliti harus

memastikan bahwa partisipan memiliki pemahaman tentang risiko,

dan dengan demikian menumbuhkan hubungan saling percaya.

7. Confidentiality (Kerasahasiaan)

Peneliti bertanggung jawab untuk menjamin kerahasiaan

responden dan datanya. Informasi yang didapatkan menjadi privasi

yang hanya diketahui oleh responden dan peneliti.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai bulan

November tahun 2021. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang

menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo.

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Luas wilayah

Puskesmas Wara Kota Palopo di bangun pada tahun 1980,

mempunyai luas wilayah kerja ± 11,49 (km2). Puskesmas Wara

Kota Palopo dilengkapi dengan 3 unit bangunan untuk perumahan

perawat dan 1 bangunan perumahan untuk bidan. Sarana

penunjang terdiri dari 5 puskesmas pembantu, 19 posyandu , 2

unit kendaraan roda 4 sebagai puskesmas keliling dan ambulance,

16 unit kendaraan roda dua (motor dinas).

b. Keadaan geografis

Puskesmas wara adalah salah satu dari 12 puskesmas yang

terletak di pusat kota palopo Jl. Muin Sandewang No. 20 B

tepatnya di kelurahan Tampotika Kecamatan Wara Kota Palopo

yang berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wara Utara

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Wara Selatan

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Wara Timur

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wara Barat

51
52

c. Keadaan demografi

Puskesmas Wara merupakan puskesmas yang terletak di

kecamatan Wara yaitu di kelurahan Tampotika yang terletak di

pusat kota Palopo dan wilayah kerjanya terdiri dari 5 kelurahan

yaitu kelurahan Tampotika, kelurahan Dangerakko, kelurahan

Boting, kelurahan Lagaligo dan kelurahan Pajalesang.

d. Visi Misi

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Puskesmas

Wara kota Palopo mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

1) Visi

a) Mewujudkan Puskesmas Wara menjadi pusat pelayanan

yang paripurna

2) Misi

a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan terjangkau.

b) Menciptakan lingkungan yang sehat.

c) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berbasis pada

masyarakat dan keluarga.

d) Menyelenggarakan kemandirian masyarakat untuk

berperilaku hidup sehat, tetapi tidak juga melupakan

kegiatan kuratif dan rehabilitatif secara

berkesinambungan.
53

2. Analisis univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan hasil dari pengambilan data responden. Hal yang

dianalisis dalam penelitian ini yaitu hubungan kb suntik 3 bulan dan

perawatan payudara dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di

Puskesmas Wara kota Palopo tahun 2021.

a. Karakteristik responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Wara
Kota Palopo tahun 2021
Karakteristi Frekuensi (f) Persentase (%)
k
Umur
18-22 9 16,7
23-27 23 42,6
28-32 19 35,2
33-37 3 5,6
Suku
Bugis 23 42,6
Toraja 10 18,5
Luwu 21 38,9
Agama
Islam 45 83,3
Kristen 9 16,7
Pekerjaan
IRT 46 85,2
Wiraswasta 8 14,8
Pendidikan
SMP 14 25,9
SMA 36 66,7
S1 4 7,4
Sumber: Data primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.1 diatas tampak distribusi frekuensi

karakteristik responden di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun

2021 menunjukkan bahwa dari 54 ibu menyusui didapatkan


54

frekuensi umur tertinggi yaitu umur 23-27 tahun sebanyak 23 orang

(42,6%), dan frekuensi umur terendah yaitu umur 33-37 tahun

sebanyak 3 orang (5,6%). Adapun responden yang memiliki suku

ditemukan pada kelompok suku bugis sebanyak 23 responden

(42,6%) dan suku dengan kunjungan paling rendah pada kelompok

suku toraja sebanyak 10 orang (18,5%). Adapun responden yang

memiliki agama ditemukan pada kelompok agama islam sebanyak

45 responden (83,3%) dan agama dengan kunjungan paling rendah

pada kelompok kristen sebanyak 9 orang (16,7%). Adapun

responden yang memiliki pekerjaan ditemukan pada kelompok IRT

sebanyak 46 responden (85,2%) dan pekerjaan dengan kunjungan

paling rendah pada kelompok wiraswasta sebanyak 8 orang

(14,8%). Dan adapun responden yang memiliki ditemukan pada

kelompok SMA sebanyak 36 responden (25,9%) dan pendidikan

dengan kunjungan paling rendah pada kelompok S1 sebanyak 4

orang (7,4%).

b. Kb suntik 3 bulan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kb
Suntik 3 Bulan di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.
Kb suntik 3 bulan Frekuensi Persentase (%)
(f)
Ya 47 87,0
Tidak 7 13,0
Total 54 100,0
Sumber: Data primer,2021
55

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ibu menyusui yang tidak

menggunakan kb suntik 3 bulan sebanyak 7 orang (13,0%) dan ibu

menyusui yang menggunakan kb suntik 3 bulan sebanyak 47 orang

(87,0%).

c. Perawatan Payudara

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Perawatan Payudara di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.
Perawatan Payudara Frekuensi (f) Persentase (%)
Melakukan 46 85,2
Tidak Melakukan 8 14,8
Total 54 100,0
Sumber: Data primer,2021

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ibu menyusui yang tidak

melakukan perawatan payudara sebanyak 8 orang (14,8%) dan ibu

menyusui yang melakukan perawatan payudara sebanyak 46 orang

(85,2%).

d. Kelancaran ASI

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kelancaran ASI di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.
Kelancaran ASI Frekuensi (f) Persentase (%)
Ya 46 85,2
Tidak 8 14,8
Total 54 100,0
Sumber: Data primer,2021

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 54 responden ibu

menyusui, 46 orang diantaranya (85,2%) merupakan ibu menyusui

dengan ASI lancar, sedangkan sisanya sebanyak 8 orang (14,8%)

tidak mengalami ASI lancar.


56

3. Analisis bivariat

a. Hubungan kb suntik 3 bulan dengan kelancaran ASI pada ibu

menyusui.

Tabel 4.5
Hubungan Kb Suntik 3 Bulan Dengan Kelancaran ASI pada ibu
menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.
Kelancaran ASI
KB Suntik 3 Total Nilai
Ya Tidak
Bulan p
n % n % N %
Ya 46 97,9 1 2,1 47 100
,000
Tidak 0 0 7 100 7 100
Sumber: Data primer, 2021

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 54 responden

sebanyak 47 responden yang menggunakan kb suntik 3 bulan yang

memakai kb suntik 3 bulan dan ASI lancar sebanyak 46 responden

(97,9%) dan 1 responden ASI tidak keluar (2,1%) dan dari 7

responden yang tidak menggunakan kb suntik 3 bulan sebanyak 7

responden ASI tidak keluar (1,0%) dan 0% untuk ASI lancar.

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji fisher

exact menunjukkan bahwa nilai p =,000. Hal ini berarti nilai p < α

=,05 berarti ada hubungan kb suntik 3 bulan dengan kelancaran

ASI pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun

2021.
57

b. Hubungan perawatan payudara dengan kelancaran ASI pada ibu

menyusui.

Tabel 4.6
Hubungan Perawatan Payudara Dengan Kelancaran ASI pada ibu
menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.
Kelancaran ASI
Perawatan Tidak Total Nilai
Lancar
Payudara lancar p
n % n % N %
Melakukan 46 100 0 0 46 100
Tidak ,000
0 0 8 100 8 100
Melakukan
Sumber: Data primer, 2021

Dari table 4.6 menunjukkan bahwa dari 54 responden

sebanyak 46 responden yang melakukan perawatan payudara dan

ASI lancar sebanyak 46 responden (100%) dan 0 responden yang

melakukan perawatan payudara ASI dan ASI tidak lancar (0%) dan

dari 8 responden 0 responden yang tidak melakukan perawatan

payudara dan ASI tidak lancar.

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji fisher

exact menunjukkan bahwa nilai p =,000. Hal ini berarti nilai p < α

=,05 berarti ada hubungan perawatan payudara dengan kelancaran

ASI pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun

2021.

B. Pembahasan

1. Hubungan kb suntik 3 bulan dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui.

Keluarga berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu

pasangan suami istri untuk menghindarkan kehamilan yang tidak


58

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,

mengatur interval kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami istri serta menentukan dalam jumlah

anak dalam keluarga (Happy et al., 2021).

Faktor hormon yang terdapat di dalam ASI yaitu hormon

proklatin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian depan otak.

Prolakktin merasang kelenjar produksi ASI. Sedangkan KB suntik 3

bulan terdapat hormon estrogen dan progesteron dimana hormon ini di

dalam produksi ASI tidak mempengaruhi tetepi bisa juga

memberbaiki produksi ASI (Purwaningsih & Wati, 2017).

Penelitian menunjukkan bahwa dari 54 responden sebanyak 47

responden yang menggunakan kb suntik 3 bulan yang memakai kb

suntik 3 bulan dan ASI lancar sebanyak 46 responden (97,9%) dan 1

responden ASI tidak keluar (2,1%) dan dari 7 responden yang tidak

menggunakan kb suntik 3 bulan sebanyak 7 responden ASI tidak

keluar (1,0%) dan 0% untuk ASI lancar.

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji fisher

exact menunjukkan bahwa nilai p =,000. Hal ini berarti nilai p < α

=,05 berarti ada hubungan kb suntik 3 bulan dengan kelancaran ASI

pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Suswati tentang

hubungan kb suntik 3 bulan dengan kelancaran ASI pada ibu

menyusui. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji pearson


59

didapatkan data r = 0,407 dan nilai p = 0,003, maka nilai p

mempunyai nilai < ,05. Sehingga berdasarkan hasil analisis data

tersebut diketahui bahwa ada hubungan kb suntik 3 bulan dengan

kelancaran ASI pada ibu menyusui (Bingan, 2019).

Kunjungan ibu yang ingin menggunakan kb adalah kontak

langsung antara ibu yang datang menggunakan kb dengan petugas

kesehatan yang memberikan pelayanan kb untuk mendapatkan

pemeriksaan atau melakukan suntik kb. Kunjungan ini dapat diartikan

ibu yang ingin datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebeliknya

petugas kesehatan yang turun melakukan posyandu.

2. Hubungan perawatan payudara dengan kelancaran ASI pada ibu

menyusui.

Perawatan payudara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

secara sadar dan teratur untuk memelihara kesehatan payudara,

perawatan payudara sangat penting bagi para ibu karena merupakan

tindakan perawatan yang dilakukan oleh pasien maupun dibantu oleh

orang lain (Katuuk, 2018). Tujuan dilakukannya tindakan perawatan

payudara adalah agar sirkulasi darah menjadi lancar mencegah

penghambatan saluran susu, sehingga proses keluarnya ASI menjadi

lancar. Selain itu pengaruh produksi dan keluarnya ASI disebabkan

antara lain oleh hormon prolaktin dan oksitosin (Soleha et al., 2019).

Perawatan payudara sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya, karena payudara merupakan organ esensial penghasil ASI


60

yang menjadi makanan pokok bayi baru lahir sehingga perlu

dilakukan perawatan sedini mungkin.Perawatan payudara untuk

memperbaiki sirkulasi darah, merawat puting payudara agar bersih

dan tidak mudah lecet, ini bermanfaat untuk memperlancar

pengeluaran ASI (Fatmawati et al., 2019).

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 54 responden sebanyak

46 responden yang melakukan perawatan payudara dan ASI lancar

sebanyak 46 responden (100%) dan 0 responden yang melakukan

perawatan payudara ASI dan ASI tidak lancar (0%) dan dari 8

responden 0 responden yang tidak melakukan perawatan payudara dan

ASI tidak lancar.

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan uji fisher

exact menunjukkan bahwa nilai p =,000. Hal ini berarti nilai p < α

=,05 berarti ada hubungan perawatan payudara dengan kelancaran

ASI pada ibu menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021.

Hai ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan di

Puskesmas Bojong tahun 2019 dilakukan uji korelasi Chi Square

dengan menggunakan program SPSS didapatkan nilai p = 0,002/ <

0,05). Hal ini menunjukan bahwa terbuktinya hipotesis dalam yang

berarti ada hubungan perawatan payudara dengan kelancaran ASI

pada ibu menyusui (Soleha et al., 2019).

Ibu yang menyusui bayinya harus juga menjaga kelancaran

ASInya dengan cara selalu melakukan perawatan payudara, perawatan


61

payudara ini sangat berpengaruh penting untuk kelancaran ASI bagi

ibu yang menyusui karena ASI merupakan salah satu makanan yang

paling penting untuk bayi sehingga akan menambah nutrisi, gizi yang

terbaik untuk bayi dan melindungi bayi dari berbagai macam penyakit

yang berbahaya bagi bayi serta membangun kasih sayang antara ibu

dengan bayi. Sehingga tenaga kesehatan menganjurkan ibu menyusui

yang datang di Puskesmas Wara Kota Palopo atau ibu yang datang

posyandu untuk selalu menyusui bayinya karena sangat membantu

perkembangan dan pertumbuhan bayi sesuai dengan umur bayi.

3. Keterbatasan penelitian

a. Peneliti menunggu cukup lama untuk mengumpulkan responden

dikarenakan jumlah ibu menyusui yang berkunjung langsung ke

Puskesmas Wara Kota Palopo (diluar kegiatan posyandu) sangat

sedikit.

b. Peneliti sulit menghubungi responden yang tidak aktif

dikarenakan responden sebagian besar menggunakan nomor

telepon yang tidak aktif (telepon biasa) atau mengganti nomor

teleponnya dengan yang baru.

c. Dengan adanya keterbatasan dan masalah yang didapat oleh

peneliti, peneliti hanya mendapatkan responden sebanyak 54

orang dalam waktu cukup lama dengan cara melakukan posyandu

secara langsung dengan tetap menjaga protokol memakai masker

dan menjaga jarak.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober sampai

bulan November tahun 2021 di Puskesmas Wara Kota Palopo untuk

melihat hubungan kb suntik 3 bulan dan perawatan payudara dengan

kelancaran ASI pada ibu menyusui, maka setelah dilakukan penelitian

diperoleh bahwa:

1. Ada hubungan kb suntik 3 bulan dengan kelancaran ASI pada ibu

menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021 (nilai p= ,000).

2. Ada hubungan perawatan payudara dengan kelancaran ASI pada ibu

menyusui di Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2021 (nilai p= ,000).

B. Saran

Setelah dilakukan penelitian dan didapatkan kesimpulan maka

penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada ibu yang menyusui untuk tidak salah memilih alat

kontrasepsi karena kb suntik 3 bulan tidak berpengaruh atau tidak

menghambat produksi kelancaran ASI seorang ibu.

2. Diharapkan kepada semua ibu yang menyusui untuk selalu melakukan

perawatan payudara karena perawatan payuda sangat membantu untuk

memproduksi ASI yang lancar dan tidak menghambat kelancaran

ASInya.

62
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, P. R. (2020). Hubungan efikasi diri menyusui dengan kelancaran


pengeluaran ASI pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbersarikabupatenjember.
Https://Repository.Unej.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/101561/Putri
Rahmania Agustin-1623101
Ambarwati, N. (2018). Hubungan dukungan suami dan gaya hidup dengan status
gizi pada akseptor KB suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Gading Surabaya.
Http://Repository.Unair.Ac.Id/84830/4/Full Text.Pdf
Anggraini, D. D., Hapsari, W., Hutabarat, J., & Nardina, E. A. (2021). Pelayanan
kontrasepsi (A. Karim & J. Simarmata (Eds.); P. 178). Yayasan Kita
Menulis.
Https://Www.Google.Co.Id/Books/Edition/Pelayanan_Kontrasepsi/-
1oteaaaqbaj?Hl=Id&Gbpv=1
Ayulestari, D., & Soewondo, P. (2019). Analisa sosiodemografi terhadap
pemeberian ASI eksklusif di Provinsi Sulawesi Selatan : Analisa Data
Susenas.15(1),91–98.
Https://Journal.Unhas.Ac.Id/Index.Php/Mkmi/Article/View/5866/Pdf
Bangun, A. B. (2018). Hubungan pengetahuan ibu nifas tentang perawatan
payudara dengan kelancaran pengeluaran Asidi Klinik Grace Deli Tua. 1–97.
Http://Repository.Helvetia.Ac.Id/1125/
Batubara, Febi Ivana Rinta Monalisa. (2018). Hubungan karakteristik ibu dan
dukungan sosial terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di
Wilayah Kerja Puskesmas Surakaya Pancur Batu. Journal Of Materials
Processing Technology, 1(1), 1–8.
Http://Repo.Poltekkes-Medan.Ac.Id/Jspui/Bitstream/123456789/610/1/
Skripsi Feby Ivana.Pdf
Bingan, Eline Charla S. (2019). Pemakaian KB suntik 3 bulan dengan kecukupan
ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai anak usia 7-23 bulan.
1731.Https://Ejurnal.Poltekkes-Manado.Ac.Id/Index.Php/Jidan/Article/
View/819/649
Damanik, V. A. (2020). Hubungan perawatan payudara dengan kelancaran ASI
pada ibu nifas. Jurnal Keperawatan Priority, 3(2), 13–22.
Https://Doi.Org/10.34012/Jukep.V3i2.959
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. (2020). Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 287.
Http://Dinkes.Sulselprov.Go.Id/Page/Info/15/Profil-Kesehatan
Fatimah, S. (2017). Hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Turi. Politeknik
Kesehatan Yogyakarta, 10–104. Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/1574/
Fatmawati, L., Syaiful, Y., & Mother, Nur Afni. (2019). Pengaruh perawatan
payudara terhadap pengeluaran ASI post partum. 10(November), 169–184.
Http://Download.Garuda.Ristekdikti.Go.Id/Article.Php?
Article=1251430&Val=13838&Title=Pengaruh Perawatan Payudara
Terhadap Pengeluaran Asi Ibu Post Partum
Haeriaty, N. (2010). Hubungan perawatan payudara dengan produksi ASI pada
ibu nifas di Rsud Sinjai. Http://Repositori.Uin-Alauddin.Ac.Id/3705/1/Nita
Haeriaty.Pdf
Indrasari, N. (2017). Hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pelaksanaan
perawatan payudara. Jurnal Keperawatan, 12(1), 1–7.
Https://Ejurnal.Poltekkes-Tjk.Ac.Id/Index.Php/Jkep/Article/View/335
Karimang, S., Abeng, T. D. E., & Silolonga, W. N. (2020). Faktor yang
berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan di Wilayah
Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro. 8, 10–22.
Https://Ejournal.Unsrat.Ac.Id/Index.Php/Jkp/Article/View/28407/27776
Khasanah, V. N. (2018). Analisa faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif oleh ibu pekerja pabrik di Wilayah Puskesmas Kalirungkut
Surabaya. Http://Repository.Unair.Ac.Id/85198/4/Full Text.Pdf
Lestari, A. N. (2018). Pengaruh pijat bayi terhadap durasi menyusu pada bayi di
BPM Vitri Suzanti, BPM Choirul Mala Husin dan BPM Fausan Hatta Kota
Palembang. Https://Docplayer.Info/191668208-Pengaruh-Pijat-Bayi-
Terhadap-Durasi-Menyusu-Pada-Bayi-Di-Bpm-Vitri-Suzanti-Bpm-Choirul-
Mala-Husin-Dan-Bpm-Fauziah-Hatta-Kota-Palembang-Tahun-2018.Html
Linda, E. (2019). ASI eksklusif (T. Wiryanto (Ed.)).
Https://Www.Google.Co.Id/Books/Edition/Asi_Eksklusif/Ijtadwaaqbaj?
Hl=Id&Gbpv=1&Dq=Buku+Asi+Eksklusif&Printsec=Frontcover
Mansyur, N., & Dahlan, K. . (2014). Buku ajar asuhan kebidanan masa nifas. In
Foreign Affairs (Issue 146, Pp. 1–146). Selaksa Kelompok Penerbit
IntransWismakalimetro.
Http://Digilib.Stiem.Ac.Id:8080/Jspui/Bitstream/123456789/440/1/Buku
Ajar Masa Nifas.Pdf
Mulyaningsih, S., Sondakh, L., & Angge, W. A. (2019). Pengaruh pijat oksitosin
dan otot pectoralis major terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu
nifas hari ke empat sampai hari ke lima di Wilayah Kerja Puskesmas
Limboto. 8(2), 77–89. Https://Doi.Org/10.31314/Mjk.8.2.77-89.2019
Munawarah, A. (2018). Pengaruh edukasi teknik menyusui terhadap keefektifan
ibu nifas dalam menyusui di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.Http://Digilib.Unisayogya.Ac.Id/4138/1/Skripsi_Annisa
Munawarah_1710104371.Pdf
Murslimah, A., Laili, F., & Saidah, H. (2020). Pengaruh pemberian kombinasi
perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post
partum.1(1).Http://Ojs.Unik-Kediri.Ac.Id/Index.Php/Jumakes/Article/View/
745/671
Nabilah, T. J. (2018). Analisis faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu
dalam memperlancar produksi ASI berbasis precede-proceed model.
Energies, 6(1), 1–8. Http://Repository.Unair.Ac.Id/85157/4/Full Text.Pdf
Permata, D. (2017). Hubungan perawatan payudara dan IMD serta asupan gizi
dengan kelancaran produksi ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Kahean Kota Pematang Sintar.
Http://Repositori.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/20024/157032057.
Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y
Pitria, E. (2018). Hubungan perawatan payudara dengan kejadian bendungan ASI
pada ibu post partum di ruangan kebidanan di RSUD Kota Kendari.
Http://Repository.Poltekkes-Kdi.Ac.Id/503/1/Skripsi Lengkap.Pdf
Pratiwi, A. (2018). Hubungan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis suntik
dengan kejadian keputihan pada akseptor KB di Klinik Pratama Niar
Medan.Http://Repo.Poltekkes
Medan.Ac.Id/Jspui/Bitstream/123456789/694/1/Skripsi Full Atiya Pratiwi
Pdf.Pdf
Purwaningsih, E., & Wati, R. S. (2017). Pengaruh kontrasepsi suntik terhadap
pengeluaran ASI eksklusif di BPS Triparyati Kemalang Kamalang
KabupatenKlaten.011.
Http://Jurnal.Stikesmukla.Ac.Id/Index.Php/Involusi/Article/Viewfile/14/10
Qiftiyah, M., Rahmawati, E. S., Utami, A. P., & Hurin’in, N. M. (2021).
Hubungan frekuensi perawatan payudara dengan kelancaran produksi ASI
pada ibu nifas hari ke 4. 14(1). File:///C:/Users/Asus/Downloads/530-Article
Text-1072-1-10-20210329.Pdf
Reski, D. (2018). Asuhan kebidanan keluarga berencana metode suntik 3 bulan
pada ny.I di Klinik Bersalin Damayanti Binjai. Http://Ecampus.Poltekkes-
Medan.Ac.Id/Xmlui/Bitstream/Handle/123456789/1013/Lta.Pdf?
Sequence=1&Isallowed=Y
Sartika, S. (2018). Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi usia 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia. Politeknik Kesehatan Kendari, 20. Http://Repository.Poltekkes-
Kdi.Ac.Id/130/1/Skripsi.Pdf
Septiana, S. (2019). Asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan
spotting di BPM Agustin Sti Wahyuni Kecematan Bergas Kabupaten
Semarang. 8(5), 55. Http://Repository2.Unw.Ac.Id/406/3/Kti Syefa.Pdf
Widiastuti, Y. P., & Jati, R. P. (2020). Kelancaran produksi ASI pada ibu post
partum dengan operasi sesar. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat Stikes Cendekia Utama Kudus, October 2019, 282–290.
File:///C:/Users/Asus/Downloads/633-1062-1-Sm (1).Pdf
Wirdaningsih. (2020). Pengaruh pemberian buah pepaya terhadap kelancaran ASI
pada ibu menyusui di Praktek Mandiri Bidan Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Badak. Pengaruh Pemberian Buah Pepaya Terhadap Kelancaran Asi
Pada Ibu Menyusui Di Praktek Mandiri Bidan Wilayah Kerja Puskesmas
Muara Badak.[Skripsi].KutaiKartanegara.Pkkt. Http://Repository.Poltekkes-
Kaltim.Ac.Id/1033/2/Skripsi Wirda Ok.Pdf
Yuniati, R. (2019). Gambaran Karakteristik akseptor suntik di PMB Sri
Murningsih Bantul. Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/3414/
Yuventhia, D. S. (2018). Efektifitas durasi waktu pemberian pijat oksitosin
terhadap kelancaran ASI pada ibu post partum di RSUD Kota Madiun. 4, 8.
Http://Repository.Stikes-Bhm.Ac.Id/110/1/3.Pdf
Zahro, R. (2018). Hubungan penggunaan KB suntik depo mendroksi progesteron
asetat (DMPA) dengan siklus haid di BPM Bidan Mirna dan Aina.
Http://Repository.Poltekkes-Kaltim.Ac.Id/848/2/SkripsiRohmatus
Repository.Pdf
Lampiran 1

SURAT IZIN PENGAMBILAN DATA AWAL


Lampiran 2

SURAT IZIN PENELITIAN


Lampiran 3

SURAT KETERANGAN SUDAH MELAKUKAN PENELITIAN DARI

TEMPAT PENELITIAN
Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

No. telp :

Setelah mendapat persetujuan dari peneliti sekaitan dengan maksud dan

tujuan dari penelitian ini, maka saya bersedia diikut sertakan dalam penelitian ini

tentang Hubungan KB Suntik 3 Bulan Dan Perawatan Payudara Dengan

Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun

2021.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tidak ada

paksaan dari pihak manapun.

Palopo, November 2021

Yang menyatakan

(………………………)
Lampiran 5

INSTRUMEN PENELITIAN

HUBUNGAN KB SUNTIK 3 BULAN DAN PERAWATAN PAYUDARA


DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI
DI PUSKESMAS WARA KOTA PALOPO
TAHUN 2021

No. Kode Responden

A. Karakteristik Responden
Nama :
Usia : Tahun
Etnis/suku :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Pendapatan per bulan :Rp………………..
Jumlah anak :
B. Kuesioner KB suntik 3 bulan
1. Responden menggunakan KB suntik 3 bulan :
: Ya

: Tidak
2. Lama penggunaan KB suntik :
3. Keluhan yang dirasakan selama menggunakan KB suntik (boleh pilih
lebih dari satu) :

Tidak haid Pendarahan bercak

Haid tidak teratur Peningkatan berat badan


Penurunan berat badan Pusing
Mual Lainnya
4. Pengalaman memakai KB jenis lain :
5. Tempat suntik KB :
6. Alasan memilih KB suntik :
(Ambarwati, 2018)
A. Kuesioner Perawatan Payudara

Berikut adalah prosedur pelaksanaan perawatan payudara pada ibu


menyusui. Petunjuk : berilah tanda(√) pada kolom pilihan, setiap prosedur
pelaksanaan perawatan payudara yang dilakukan.

NO. PROSEDUR PELAKSANAAN MELAKUKAN TIDAK


MELAKUKAN
1. Membersihkan puting susu
2. Mencuci tangan dan melakukan
pengurutan
3. Buah dada kiri diurut dengan tangan
kiri dan buah dada kanan diurut
dengan tangan kanan bila ibu
mengerjakan sendiri, bila dikerjakan
oleh bidan atau perawat buah dada
kiri diurut dengan tangan kanan dan
buah dada kanan diurut dengan
tangan kiri
4. Pengurutan dari tengan berputar
kesamping, terus kebawah kerjakan
berulang-ulang antara 10-15 kali
5. Bagian samping buah dada diurut dari
pangkal keputing dilakukan 10-15
kali.
6. Pengurutan bagian bawah buah dada
kearah puting dilakukan 10-15 kali.
7. Pengetokan dengan ruas-ruas jari
tangan dengan cepat dan teratur
(Haeriaty, 2010)

B. Kuesioner Kelancaran ASI

Berikut adalah pernyataan kelancaran ASI pada ibu menyusui. Petunjuk


: berilah tanda(√) pada kolom pilihan, setiap pernyataan kelancaran ASI yang
dialami.

NO PERNYATAAN YA TIDAK
1. ASI yang banyak dapat merembes keluar
melalui putting
2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang
3. Setelah ASI disusukan payudara terasa
kosong/habis
4. Berat badan naik sesuai umur bayi
5. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan
tertidur/tenang selama 3-4 jam
6. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari
7. Menyusui bayi 3x dalam sehari
8. BAB sangat teratur setelah menyusui
9. Setelah menyusu bayi tidak rewel/menangis
terus dan tidak susah tidur
10. Produksi ASI pada kedua payudara lancar.
(Bangun, 2018)
MASTER TABEL

Independen Dependen
KB
N N U S A P P
JA Suntik 3
o M M K G K D
Bulan Perawatan Payudara Kelancaran ASI
P1 Kode P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 JM Kode P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 JM Kode
1 N 28 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 1
2 D 28 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 6 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 1
3 H 24 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 6 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 9 1
4 N 28 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 9 1
5 R 28 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
6 A 31 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 9 1
7 I 26 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 9 1
8 R 31 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
9 A 37 1 1 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 6 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 8 1
10 D 28 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 6 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 8 1
11 R 34 3 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 6 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 8 1
12 I 29 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 8 1
13 M 22 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
14 M 32 1 1 1 2 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 6 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 9 1
15 V 22 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 7 1
16 A 27 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 8 1
17 K 23 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
18 R 29 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 6 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 8 1
19 R 23 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 9 1
20 T 20 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 6 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 7 1
21 M 23 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 8 1
22 K 23 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 6 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 8 1
23 U 28 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
24 I 22 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 9 1
25 S 25 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 8 1
26 I 31 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1 2 6 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 7 1
27 E 32 3 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 2 1 2 4 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2
28 F 21 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 6 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 6 1
29 M 26 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 6 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 7 1
30 M 24 3 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 4 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 4 2
31 D 26 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
32 I 24 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 8 1
33 S 36 3 1 1 1 4 1 1 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 2
34 K 24 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 7 1
35 F 25 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 7 1
36 I 22 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 6 1
37 R 32 3 1 1 1 5 2 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 3 2
38 S 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 6 1
39 S 29 3 1 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 7 1
40 A 27 3 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 8 1
41 I 30 2 2 1 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 2 4 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
42 N 29 3 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 7 1
43 N 32 1 1 1 2 4 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2
44 M 26 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 8 1
45 D 24 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 9 1
46 M 21 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 8 1
47 R 32 1 1 1 1 4 2 2 1 1 2 2 2 2 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 4 2
48 S 23 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 6 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 8 1
49 M 26 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 7 1
50 O 31 2 2 1 2 5 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 4 2
51 D 26 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 6 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 8 1
52 A 23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 7 1
53 I 25 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 6 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 8 1
54 L 22 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 9 1
Lampiran 7

OUTPUT SPPS

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
V 18-22 9 16.7 16.7 16.7
ali 23-27 23 42.6 42.6 59.3
d 28-32 19 35.2 35.2 94.4
33-37 3 5.6 5.6 100.0
Total 54 100.0 100.0

Suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Bugis 23 42.6 42.6 42.6
d Toraja 10 18.5 18.5 61.1
Luwu 21 38.9 38.9 100.0
Total 54 100.0 100.0

Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
VIslam 45 83.3 83.3 83.3
aKristen 9 16.7 16.7 100.0
liTotal 54 100.0 100.0
d

Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
VIRT 46 85.2 85.2 85.2
aWiraswasta 8 14.8 14.8 100.0
l Total 54 100.0 100.0
i
d
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
VSMP 14 25.9 25.9 25.9
aSMA 36 66.7 66.7 92.6
l S1 4 7.4 7.4 100.0
i Total 54 100.0 100.0
d

Kb Sumtik 3 Bulan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
VYa 47 87.0 87.0 87.0
aTidak 7 13.0 13.0 100.0
l Total 54 100.0 100.0
i
d

Perawatan Payudara
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
VMelakukan 46 85.2 85.2 85.2
aTidak melakukan 8 14.8 14.8 100.0
l Total 54 100.0 100.0
i
d

Kelancaran Asi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
VYa 46 85.2 85.2 85.2
aTidak 8 14.8 14.8 100.0
l Total 54 100.0 100.0
i
d
Kb Suntik 3 Bulan * Kelancaran Asi Crosstabulation
Kelancaran Asi
Ya Tidak Total
Kb Suntik 3 Ya Count 46 1 47
Bulan Expected Count 40.0 7.0 47.0
% within Kb Suntik 3 Bulan 97.9% 2.1% 100.0%
% within Kelancaran Asi 100.0% 12.5% 87.0%
% of Total 85.2% 1.9% 87.0%
Tidak Count 0 7 7
Expected Count 6.0 1.0 7.0
% within Kb Suntik 3 Bulan 0.0% 100.0% 100.0%
% within Kelancaran Asi 0.0% 87.5% 13.0%
% of Total 0.0% 13.0% 13.0%
Total Count 46 8 54
Expected Count 46.0 8.0 54.0
% within Kb Suntik 3 Bulan 85.2% 14.8% 100.0%
% within Kelancaran Asi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 85.2% 14.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 46.245a 1 .000
Continuity 38.815 1 .000
Correction b

Likelihood Ratio 35.625 1 .000


Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 45.388 1 .000
Association
N of Valid Cases 54
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.04.
b. Computed only for a 2x2 table
Perawatan Payudara * Kelancaran Asi Crosstabulation
Kelancaran Asi
Ya Tidak Total
Perawatan Melakukan Count 46 0 46
Payudara Expected Count 39.2 6.8 46.0
% within Perawatan 100.0% 0.0% 100.
Payudara 0%
% within Kelancaran Asi 100.0% 0.0% 85.2
%
% of Total 85.2% 0.0% 85.2
%
Tidak melakukan Count 0 8 8
Expected Count 6.8 1.2 8.0
% within Perawatan 0.0% 100.0% 100.
Payudara 0%
% within Kelancaran Asi 0.0% 100.0% 14.8
%
% of Total 0.0% 14.8% 14.8
%
Total Count 46 8 54

Expected Count 46.0 8.0 54.0


% within Perawatan 85.2% 14.8% 100.
Payudara 0%
% within Kelancaran Asi 100.0% 100.0% 100.
0%
% of Total 85.2% 14.8% 100.
0%
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 54.000 a
1 .000
Continuity Correction b
46.367 1 .000
Likelihood Ratio 45.304 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 53.000 1 .000
Association
N of Valid Cases 54
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.19.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 8

DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Asmaul Husna

Nim : B.17.09.002

Tempat, Tanggal Lahir : Salumbu,17 Oktober 1999

Suku/Bangsa : Luwu/Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Dsn.Salumbu,Desa saronda Kec.Bajo Barat

B. Nama Orang Tua

Ayah : Abd.Halim

Ibu : Hijerah S.Pd

C. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD tahun 2011 dari SDN Saronda

2. Tamat SMP tahun 2014 dari Madrasa Tsanawiyah Bonelemo

3. Tamat SMA tahun 2017 dari SMAN 2 Bajo

4. Melanjutkan pendidikan DIV Kebidanan di Universitas Mega Buana

Palopo tahun 2017-2021

Anda mungkin juga menyukai