Anda di halaman 1dari 42

HISTOLOGI DAN ANATOMI SISTEM PERNAFASAN PADA

VERTEBRATA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Struktur Perkembangan Hewan 1
Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Abdul Ghofur, M.Si

Disusun oleh:
Kelompok 4 Offering A 2017
Hafidh Yanuar Pangestu (170341615103)
Nira Yulika Rahmaulana (170341615007)
Reihan Diah Ayu (170341615033)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Pengertian Pernapasan..........................................................................................3
2.2 Histologi Sistem Pernapasan pada Manusia........................................................5
2.2.1 Hidung..............................................................................................................5
2.2.2 Faring...............................................................................................................6
2.2.3 Laring...............................................................................................................7
2.2.4 Trakea..............................................................................................................8
2.2.5 Bronkus..........................................................................................................14
2.2.6 Bronkiolus......................................................................................................15
2.2.7 Alveolus..........................................................................................................16
2.3 Anatomi Organ Pernapasan pada Pisces, Amphibi, Reptilia, Aves dan
Mamalia......................................................................................................................17
2.3.1 Pisces.......................................................................................................17
2.3.2 Amphibi...................................................................................................24
2.3.3 Reptilia....................................................................................................27
2.3.4 Aves.........................................................................................................27
2.3.5 Mamalia..................................................................................................30
BAB III...........................................................................................................................36
PENUTUP.......................................................................................................................36
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu makhluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau
organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memilik fungi dan peranan
serta manfaat tertentu bagi setiap makhluk hidup. Salah satu yang ada dalam
sistem tubuh hewan vertebrata yaitu sistem pernapasan. Sistem pernapasan ini
memiliki fungsi dan peranan yang sangat struktural dan terkoordinir. Sistem
pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen
dan mengeluarkan kabondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk
mempertahankan hemeostasis.
Sistem pernapasan pada setiap makhluk hidup memiliki organ-organ
penyusun yang berbeda khususnya pada hewan vertebrata. Setiap takson
memiliki keunikan organ yang hanya dimiliki takson tersebut, berperan dalam
proses pernapasan yang dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan oksigen hewan
pada masing-masing habitat.
Setiap organ yang menyusun makhluk hidup memiliki jaringan yang
bermacam-macam, yang mendukung dalam proses organ tersebut. Hal ini juga
termasuk organ-organ yang menyusun sistem pernapasan pada vertebrata.
Setiap organ memiliki bentuk dan susunan yang berbeda-beda tergantung dari
fungsi dan peranannya dalam proses pernapasan. Oleh karena itu histologi
sistem pernapasan dapat digunakan untuk mengetahui jaringan-jaringan yang
menyusun organ-organ pernapasan. Selain dari sistem histologi, untuk
mengetahui penyusun sistem pernapasan juga diperlukan struktur anatomi
yang menjelaskan tentang apa saja yang menyusun sistem pernapasan. Dalam
hal ini khususnya sistem pernapasan pada avertebrata, yang memiliki organ
sistem pernapasan yang berbeda-beda antara takson satu dengan takson yang
lain. Oleh karena itu mekanisme pernapasannya juga memiliki perbedaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pernapasan?
2. Bagaimana struktur histologi dari organ pernapasan pada vertebrata
khususnya mamalia?
3. Bagaimana anatomi organ yang menyusun sistem pernapasan pada pisces,
amphibi, reptilia, aves dan mamalia?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pernapasan
2. Untuk mengetahui histologi sistem pernapasan pada vertebrata khususnya
pada mamalia
3. Untuk mengetahui struktur anatomi yang menyusun sistem pernapasan
pada pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pernapasan
Pernapasan adalah pertukaran gas antara makhluk hidup (organisme)
dengan lingkungan. Pernapasan adalah suatu proses dimana kita menghirup
oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air). Respirasi
adalah proses pembakaran (oksigen) zat-zat makanan (glukosa) di dalam sel-sel
tubuh dengan bantuan oksigen dan enzim. Tujuan bernapas adalah untuk
mendapatkan oksigen (o2) untuk respirasi seluler sehingga dapat terjadi proses
metabolism dalam tubuh.
Pernafasan dibagi menjadi dua yaitu, pernafasan internal dan pernafasan
eksternal. Pernapasan eksternal (pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang
terjadi antara udara pada gelembung udara dengan darah dalam kapiler).
Pernapasan internal (pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi antara
darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh).

Gambar:Pernafasan Eksternal
(Sumber: www.sisikkreatif.com)

Gambar:Pernafasan Internal
Sumber: http://galerimageti.blogspot.co.id

3
  Peristiwa respirasi pada manusia berlangsung di dalam paru–paru tepatnya
di bagian alveoli. Udara/gas oksigen yang terdapat di lingkungan sekitar memiliki
kandungan oksigen yang lebih tinggi daripada di dalam tubuh manusia. Ketika
menghirup oksigen, udara berjalan melewati rongga hidung menuju saluran
trakea/tenggorokan, selanjutnya menuju bronkus dan bronkiolus. Gas - gas
pernafasan akan berdifusi karena perbedaan tekanan dan menuju ke alveoli di
dalam paru –paru. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang berupa dinding
alveolus sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat
jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru –
paru terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka
luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal. Selanjutnya dari alveolus
oksigen berdifusi ke dalam pembuluh darah kapiler, hal ini dapat terjadi karena
konsentrasi oksigen di dalam alveoli lebih tinggi daripada di dalam pembuluh
darah kapiler dan selanjutnya udara berakhir masuk ke dalam sel untuk proses
metabolisme sel sehingga dihasilkan energi bagi tubuh.
Saat ekspirasi (menghembuskan napas) berlangsung, karbondioksida akan
dilepaskan melalui kapiler paru menuju alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses
pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida di dalam alveoli. Volume gas yang berdifusi melalui membran
respirasi setiap menit untuk tekanan 1 mmhg disebut sebagai kapasitas difusi.
Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat
aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah
kapiler aktif meningkat. Peningkatan ini disertai dilatasi kapiler yang
menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi
karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit, sedangkan saat bekerja
meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit.
Faktor yang Mempengaruhi Difusi Gas
Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membran respirasi sama
dengan difusi gas melalui air dan berbagai jaringan
a. Ketebalan membrane
Idealnya untuk dapat melakukan difusi O2 dibutukan membrane
yang tidak terlalu tebal agar mudah untuk melakukan difusi.
b. Luas permukaan membran respirasi;
Semakin luas permukaan membrane makan proses difusi dapat
berlangsung semakin cepat dan maksimal.
c. Koefisien difusi gas dalam substansi membran respirasi
Setiap gas yang berada dialam memiliki koefisien yang berbada-
beda. Harga koefisien ini berpengaaruh terhadap kecepatan proses difusi
O2 pada membrane.
d. Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran respirasi
Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat dari yang
berkonsentrasi besar menuju ke konsentrasi yang lebih kecil. Perbedaan
konsentrasi ini terjadi ketika perbedaan jumlah O2 dalam tubuh dan

4
lingkungan, sehingga O2 di luar tubuh dapat masuk ke dalam ketika proses
inspirasi. Pada proses inspirasi perbedaan tekanan dimana tekanan di luar
tubuh lebih besar dari pada di dalam tubuh sehingga udara dpat terhirup.

2.2 Histologi Sistem Pernapasan pada Manusia

Gambar Sistem pernafasan manusia


(Sumber:www.rofaeducationcentre.com)

2.2.1 Hidung

A B C

Gambar (A)Daerah Olfaktori manusia,(B) Epitel Olfaktori manusia.


(C) Kelenjar intraepitel Olfaktori manusia
(Sumber: Interactive colour atlas of histologi)

5
Keterangan gambar :
OE : Epitel Olfaktori BG : Kelenjar Bowman IG : kelenjar intraepitel
LP : Lamina Propria C : Silia NC : Rongga Hidung
BV : pembuluh darah BC : Sel Basal CT : jaringan penghubung
LV : Pembuluh llimfa CO : Sel olfaktori PC : sel plasma

NF : berkas saraf SC : Sel sustainakuler

Pada rongga hidung mengubah udara yang masuk, membuatnya tidak


berbahaya pada sistem respiratorik yang lebih bawah. Seperti pada gambar di atas,
rongga hidung memiliki beberapa bagian dengan fungsi tertentu. Mukosa pada
hidung ditutupi oleh epitel bertingkat torak bersilia yang memungkinkan untuk
menghalau ikut masuknya debu Bersama udara. Mukosa hidung memiliki kelenjar
yang mengsekresikan mucus dan secret seperti air untuk melapisi dan
melembabkan epitel. Mukosa pembatas berkaitan dengan jala-jala vaskuler yang
luas yang menghangatkan, menyejukkan dan melembabkan udaya yang dihirup.
Epitel olfaktoris yang berada pada bagian posterior atas rongga hidung
mengandung dua bercak epitel olfaktoris, tepat lateral dari septum nasi. Epitel
olfaktoris dilembabkan oleh hasil sekresi serosa dari kelenjar Bowman. Saluran
keluar kelenjar ini mencurahkan isinya ke permukaan mukosa olfaktoris. Mukosa
olfaktoris juga mempunyai epitel bertingkat toraks bersilia, yang membuat
mukosa cukup tebal. Epitel ini mengalami modifikasi untuk pendiuman. Epitel
oldaktoris mengandung empat jenis sel yaitu :
1. Sel olfaktoris mempunyai silia yang sangat panjang, bersifat non-motil
mengandung kemoreseptor, yang mengenali perbedaan struktur zat-zat
yang bersifat bau. Kelenjar serosa dalam mukosa melembabkan silia ini
untuk melarutkan bahan kimia dalam udara yang dihirup. Reseptor
berinteraksi dengan molekul stimulant menyebabkan depolarisasi
membrane sel olfaktoris, dengan diikuti timbulnya potensial aksi. Sel
oflaktoris merupakan modifikasi neuron, sel ini mempunyai suatu dendrit
dan suatu akson, dan sel ini bersinaps dengan neuron di dalam bulbus
olfaktorius. Sejumlah akson sel epitel berkumpul menjadi fila olfaktoria,
yang membawa potensial aksi melalui lamina kribriformis tulang etmoid
ke lobus olfaktorius dudunan saraf pusat. Sel olfaktori manusia
mempunyai silia yang relative pendek yang menyebabkan kurangnya
kemampuan mendeteksi bau
2. Sel sustentakulear mempunyai mikrovili dan kompleks Golgi di bagian
apical yang berkembang baik dan Nampak seperti sel sekretori
3. Sel basal adalah sel yang tidak berdiferensiasi, tetapi mepunyai
kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi sel olfaktoris
atau sel sustenakular.
4. Sel sikat adalah sel sengan mikrovili di apikalnya.

6
2.2.2 Faring

Gambar Faring
Sumber: http://ctrgenpath.net

Keterangan gambar :
Ep : epiglottis
GIDu : Saluram kelenjar
LaPr : Lamina propria
Lu : Lumen
MuGi : Kelenjar mucus
SkMu : otot
SqEp : epitel kubus bertingkat
Faring merupakan penghubung rongga hidung ke laring dan
merupakan lanjutan sistem respiratorik. Mukosa pada faring tipis dan
mempunyai sedikitt kelenjar. Kebanyakan mukosa pada faring dilapisi
oleh epitel bertingkat torak bersilia. Epitel gepeng menutupi bagian bawah
faring dan epiglotis. Epiglottis tersusun atas suatu tulang rawan elastis,
yang mengarahkan makanan yang ditelan ke dalam esophagus dan
mencegah makanan memasuki laring. Faring juga dilengkapi oleh kelenjar
mucus untuk mengsekresikan mucus sehingga keadaan permukaan tetap
lembab.

7
2.2.3 Laring
Laring merupakan bagian yang berongga dari sistem respiratorik dan
terletak antara nasofaring dan trakea.laring terdiri atas tulang rawan, ligamen, otot
dan permukaan mukosa. Laring mencegah bahan padat dan cair yang ditelan
memasuki sistem respiratorik dan juga terdapat pita suara yang membentuk suara.
(Tiambun, dkk. 1979)

Gambar Histologi Laring


(Sumber : Interactive colour atlas of histologi )
a. Mukosa dilapisi oleh epitel yang sangat bervariasi.
(1) Epitelnya berlapis gepeng pada bagian atas, menutupi sebagian besar
epiglotis, dan melapisi permukaan pita suara, yang terpapar terhadap
abrasi selama berbicara.
(2) Epitel bertingkat torak bersilia melapisi sebagian besar permukaan
laiinya, meskipun epitel berlapis torak mungkin ada pada zona
peralihan.
b. Kelenjar yang menghasilkan mukus pelindung, tersebar sepanjang
mukosa laring dan terutama banyak sekali pada lipat ventrikel.

8
c. Tulang rawan laring adalah hialin (tiroid) atau elastis (kuneiformis,
kornikulata) dan mungkin mengalami pengapuran pada kehidupan lansia.
Tulang rawan aritenoid mempunyai bagian elastis dan hialin.
d. Otot laring instrinsik dan ekstrinsik adalah otot skelet.

2.2.4 Trakea
Trakea adalah saluran yang menghubungkan laring dengan bronkus utama.
Struktur ini terletak di garis tengah tubuh, dengan bagian distal yang biasanya
mengarah ke sisi kanan.
Panjang trakea 12–14 cm dan di lapisi mukosa respiratorik. Dinding trakea
mempunyai empat lapisan : tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis
yang tidak berbatas tegas, dan tunika adventitia disebelah luar (Junqueira, 2012)

Gambar Histologi Trakea


(Sumber : Atlas Interactive colour atlas of histologi )

A. Mukosa Trakea
1. Sel epitel trakea. Trakea mempunyai lumen yang relatif lebar dan
dibatasi oleh epitel silindris bertingkat torak bersilia yang
mengandung enam jenis sel atau lebih.

9
Gambar Diagram sel epitel trakea
(Sumber : Weiss L : Histology, ed. Ke 5. New York, Elsevier)

a. Sel Goblet. Mensintesis dan mensekresi butiran mukus. Sel ini bagian
apikal melebar mengandung butiran mukus, aparatus Golgi yang jelas,
dan retikulum endoplasma kasar berkembang baik di basal. Sel goblet
mempunyai mikrovili di apikal pada tepinya dan sentriol diantara
butiran mukus. Melalui rangsangan yang cukup, sel goblet melepaskan
butiran mukus dan beberapa deretan sitoplasma pada apikal (sekresi
aprokin).
b. Sel bersilia, mempunyai sejumlah silia yang menonjolke dalam mukus
dan bergerak ke arah laring. Sel ini juga mempunyai aparatus Golgi
yang cukup besar, sedikit jumlah retikulum endoplasma kasar, dan
sedikit lisosom dan badan residu.
(1) Setiap silia tertanam pada suatu badan basal, yang melekatkan pada
sitoplasma apikal sel bersilia.
(2) Banyak mitokondria berada dekat badan basal, memberikan
adenosin trifosfat (ATP) yang diperlukan untuk getaran silia.
(3) Seringkali, sel bersilia mengandung dua sentriol di basal yang tidak
berkaitan dengan silia sebagai badan basal.

10
Gambar Sel Bersilia dan sel goblet
(Sumber : http://sofringutont.ml/tifi/sel-mukosa-mulut-dan-bagiannya-
mupi.php)

c. Sel pendek yang belum berdiferensiasi, atau sel basal, duduk pada
membrana basalis, tetapi tidak mencapai lumen trakea. Meskipun belum
berdiferensiasi, sel ini mampu membelah dan mungkin adalah
kumpulan sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi sel jenis lainnya
dalam epitel.
d. Epitel trakea mengandung dua jenis sel sikat/brush cell. (Sel sikat
disebut demikian karena sel ini mempunyai mikrovilus batas sikat di
apikal).
(1) Sel sikat 1yang mempunyai mikrovili yang sangat panjang
(2) Sel sikat 2 mempunyai sepasang sentriol apikal
e. Sel bergranula kecil di basal dipenuhi dengan granula dalam sitoplasma
yang berdiameter 100-300nm. Granula ini adalah bahan seperti
katekolamin yang mengatur aktivitas sekresi sel goblet dan kelenjar
yang mempengaruhi aktivitas silia.
(Mescher,2011)

11
2. Gambaran lain epitel trakea
a. Akhiran saraf bebas menembus dan masuk kedalam epitel.
b. Epitel trakea, seperti epitel laring dan bronkus, mengandung kelenjar
mukosa yang tersebar dengan demilune serosa.
c. Epitel trakea berada pada suatu membran basalis yang tebal.

3. Lamina popria
Di lamina propia, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa
menghasilkan mucus encer dan di submukosa. Mukosa trakea juga
mempunyai lamina propia yang mengandung jala-jala jaringan ikat
areolar yang longgar.
a. Lamina propia mengandung tenunan kolagen yang tidak beraturan
dan serat-serat elastin dan sejumlah besar fibroblas.
b. Limfosit soliter, agregasi limfosit nodular kecil, sel plasma, makrofag
dan leukosit granular sering tersebar diseluruh lamina propia
(Tiambun, dkk. 1979)
4. Membran elastis
Suatu lapisan serat elastin, yang memisahkan tunika mukosa dari tunika
submukosa.
5. Tunika submukosa
Terbentang dari membran elastis ke prekondrium tulang rawan trakea
dan terutama terdiri atas serat kolagen, fibroblas, pembuluh darah, dan
pembuluh limfa.
6. Tunika Adventitia
Tunika adventitia berupa jaringan pengikat longgar (Tenzer, 2014).

12
Gambar Diagram irisan Melintang trakea
(Sumber : Yatim, 1990)

B. Tulang rawan trakea


Dinding trakea juga mengandung banyak tulang rawan berbentuk huruf C.
1. Bagian terbuka dari C menghadap ke posterior, ke arah esofagus, dan
dijembatani oleh jaringan ikat dan berkas serat otot polos.
2. Perikondrium tulang rawan trakea menyatu dengan jaringan ikat yang
dipenuhi lemak dari tunika adventitia, yang mengandung pembuluh
darah, sarf dan pembuluh getah bening. (Tiambun, dkk. 1979)

13
Gambar. Histologi Trakea.
(Sumber : https://dokumen.tips/documents/makalah-trakhea.html)

Dinding trakea dilapisi oleh epitel respiratorik (E) khas yang terletak di
bawah jaringan ikat (CT) dan kelenjar seromukosa (G) pada lamina propria.
Submukosa memiliki cincin kartilago hialin (C) berbentuk huruf C yang dilapisi
oleh perikondrium (P). Cairan mukosa encer yang dihasilkan sel goblet dan
kelenjar membentuk suatu Iapisan yang memungklnkan pergerakan silia
mendorong partikel asing secara kontinu keluar dari sistem pernapasan di
eskalator mukosiliar. Pintu masuk pada cincin kartilago berada pada permukaan
posterior, yang berhadapan dengan esofagus, dan memiliki otot polos dan jaringan
elastis. Hal ini memungkinkan distensi lumen trakea ketika sebagian makanan
melewati esofagus. M. trachealis di pintu masuk kartilago C juga berkontraksi
selama refleks batuk untuk menyempitkan lumen trakea dan menghasilkan
dorongan udara dengan kuat dan mengeluarkan mukus dari saluran napas. 50x.
H&E.
Trakea menjadi rileks selama menelan untuk mempermudah pasase makanan
dengan memungkinkan esophagus menonjol ke dalam lumen trakea, dengan

14
lapisan elastis yang mencegah peregangan berlebih di lumen. Pada refleks batuk,
otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trakea dan meningkatkan kecepatan
pengeluaran udara dan melonggarkan materi pada pasase udara. (Fawcett,2002)
2.2.5 Bronkus

Keterangan Gambar
L: Lumen
E: Epitel
Sm: Otot Polos
HC: Tulang rawan hialin
LT: Jaringan paru-paru

Gambar Bronkus Intrapulmonalis


(Sumber:Interactive colour atlas of histology)

Struktur histologi bronkus dibedakan menjadi dua macam yaitu bronkus


ekstrapulmonalis dan bronkus intrapulmonalis. Bronkus interpulmonalis
merupakan saluran yang luas untuk udara yang disebut lumen. Lumen ini
dihubungkan oleh jaringan epitel pernafasan. Epitel pernapasan berbentuk
silindris berlapis semu dan bersilia yang mengandung sejumlah sel goblet,
magrofag,dan fibroblas.Pada lapisan epitel ini terdapat tunika submukosa yang
berfungsi untk menghasilkan cairan mucus.
Susunan otot polos ditemukan dibawah membran mucus dan melingkari
seluruh lumen yang tersusun membentu heliks. Tersusun atas lempengan tulang
rawan hialin yang berbentuk tidak beraturan tetapi tetap membentuk rangka yang
bertindak seperti tiang kerangka dari bronkus.

15
2.2.6 Bronkiolus

Keterangan Gambar
TB: Terminal bronkiolus
E: Epitel
CC: Sel clara
RB : Respiratory branchiolus

Gambar Terminal Bronkiolus


(Sumber:Interactive colour atlas of histology)
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus intrapulmonalis. Bagian
terkecil dari bronkiolus disebut sebagai terminal bronkiolus. Terminal bronkiolus
ini memiliki diameter yang sangat kecil dan memiliki lumen yang dilapisi dengan
epitelium kuboidal yang diselingi sel clara. Sel claraberkarakteristik sebagai
berikut:
1. Sel ini mempunyai kubah di apikal yang mengandung sejumlah
granula di apikal campuran kompleks protein, polisakarida,lipid, dan
sifatnya tidak diketahui
2. Sel ini mengandung retikulum endoplasma kasar di basal, retikulum
endoplasma halus di apikal, aparatus golgi yang kurang berkembang,
dan granula sekretoris di apikal dan mensekresi suatu zat seperti
surfaktan.
3. Batas lateral sel-sel bronkiolar tampak berlipat-lipat, dan ada kapiler
fenestrata tepat dibawah membran basalis, diduga sel-sel bronkiolar
membantu menghasilkan filtrat darah untuk melembabkan epitel
bronkiolus.
Selain sel clara terdapat sel-sel bersilia tetapi tidak setinggi sel bersilia
pada trakea, tetapi secara keseluruhan sel ini memiliki ultrastruktur yang serupa.
Pada bronkeolus jaringan ikat mulai berkurang. Terminal bronchioles
menimbulkan naiknya respitory bronchioles yang dindingnya menyerupai
terminal bronkiolus.

16
2.2.7 Alveolus
Keterangan Gambar
A : Alveoli
IS : Interalveolar septum
Ca : Kapiler darah
RBC : sel darah merah
P1 ; Sel tipe 1
P2 : Sel tipe 2
BV : pembuluh darah
DC : sel debu
Sm : sel otot polos
Gambar Alveolus
Sumber: Interactive of Color Atlas Histology

Alveolus merupakan unit paru-paru yang terkecil, pada bagian ini terjadi
pertukaran gas pernafasan dengan pembuluh darah secara besar-besaran. Untuk
melaksanakan fungsi ini dinding alveolus tersusun atas epitel berlapis tunggal
pipih yang membatasi lumen dan berada pada membrane basalis yang khas. Pada
alveolus juga terdapat jaringan ikat yang mengandung serabut kolagen, elastis dan
retikuli, fibroblast dan makrofag. Sel endtel kapiler dan fibroblast jaringan ikat
melekat era tantara satu sama lain dengan epitel alveoli. Gas dalam ruang alveoli
berdifusi melalui membrane plasma sel alveoli, membrane basalis, dan membrane
plasma sel endotel kapiler ke dalam darah, sedangkan gas dalam darah berdifusi
kembali melalui membrane ini ke dalam ruang alveoli. Sel epitel alveolus
memiliki dua tipe yaitu :
1. Sel gepeng epitel alveoli yang merupakan sel yan sangat gepeng terutama
terlibat dalam membatasi ruang alveoli. Sel ini dikhususkan untuk
pertukaran gas. Sel alveolar tipe 1 memiliki inti yang sukar dibedakan
dengan sel endotel kapiler atau inti sel fibroblast jaringan ikat.
Seitoplasmanya tidak jelas kecuali sel tersebut mengandung sejumlah
vaseikel pinositotik.
2. Sel alveolar besar (tipe 2) dihubgungkan melalui kompleks tautan ke sel
tipe 1 mwmbwntuk satu epitel yang kontinyu dengan epitel bronkus dan
epitel bronkiolus. Sel selnya bulat dan menonjol ke dalam ruang alveoli
dan mempunyai banyak sel sekretoris yang khas. Sel alveolar tipe 2
mempunyai jumlah reticulum endoplasma kasar yang agak banyak dan
banyak apparatus golgi. Sel ini juga mengandung sitosom dan struktur
antara/intermedia. Sel tipe 2 juga memiliki vakuola banyak yang
merupakan sisa-sisa sitosom yang sudah keluar isinya.

17
Makrofag disebut juga dengan del debu (dust cell) merupakan bagian sistem
fagositosis mononuclear. Sel ini secara terus menerus membersihkan permukaan
epitel dan melindungi epitel alveoli dari kerusakan oleh mikroorganisme atau
istan yang dihirup dengan menangkap dna mencena bahan asing. Sel ini mencerna
dengan cara melebur membaran dari vakuol fagositik dan lisosom. Alveolus dililit
oleh banyak kapiler darah. Sel epitel pipih alveolus dan sel endotel kapiler yang
melilit membentuk membrane pernafasan.
2.3 Anatomi Organ Pernapasan pada Pisces, Amphibi, Reptilia, Aves dan
Mamalia

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon
dioksida sebagai sisa dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi. (Sukiya, dkk., 2005)
Setiap sel di dalam organisme memerlukan oksigen untuk
metabolisme. Oksidasi dari substansi makanan di dalam sel akan
menghasilkan panas yang dibebaskan dan bentuk lain dari energi, dan juga
dihasilkan karbondioksida sebagai hasil akhir metabolisme.
Karbondioksida harus dikeluarkan dari dalam sel, sebab jika tidak akan
merupakan racun yang berbahaya bagi protoplasma. Sistem organ yang
berperan dalam hal ini ialah sistem pernafasan.
Pernafasan semacam itu dinamakan pernafasan aerobik. Ada
organisme lain yang melepaskan karbondioksida ke dalam lingkungannya,
tetapi tidak mengambil oksigen dari lingkungannya. Keadaan semcam ini
dinamakan pernafasan anaerobik. Dalam hal yang demikian oksigen yang
diperlukan didapat dari penghancuran yang tidak sempurna dari
karbohidrat atau lemak di dalam tubuh.
2.3.1 Pisces
Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies pisces dapat saja
berbeda dengan spesies pisces lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
bentuk tubuh, pola adaptasi spesies pisces tersebut terhadap lingkungan tempat
mereka hidup.
1. Alat Pernapasan Pisces
Pisces bernapas menggunakan insang. Insang terletak pada bagian
belakang kepalaikan. Insang terdiri atas lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungandengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan
kapiler-kapiler darah.Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen
dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen
terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga

18
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. (Djuhanda,
1990)
Secara embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil dari
serentetan evaginasi farink yang tumbuh ke luar bertemu dengan
invaginasi dari luar. Setiap kali mulut dibuka maka air dari luar akan
masuk menuju farink kemudian keluar lagi melewati celah insang. Setiap
filamen atau holobrankia, terpisah menjadi dua bagian yang disebut
hemibrankia.

Gambar Insang dan bagian-bagian penyusunnya


(Sumber : Storer, et al. 1983)
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi
dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan
(Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain
bernapas dengan insang, ada pula kelompok pisces yang bernapas dengan
gelembung udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak
hanya berfungsi sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat
ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. (Kardong, 1998)
Insang merupakan organ terpenting dalam proses respirasi, didalam insang
sendiri terdapat beberapa bagian penyusunnya. Berikut bagian-bagian
penyusun dari insang:
a. Tutup insang (operculum). Hanya terdapat pada ikan bertulang
sejati, sedangkanpada ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup
insang. Operculum berfungsimelindungi bagian kepala dan mengatur
mekanisme aliran air sewaktu bernapas.

19
Gambar operkulum insang
(Sumber : Storer, et al. 1983)

b. Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum), berfungsi


sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut.
c. Lengkung insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya
tulang tapisinsang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-
saluran darah dan salurannya.

Gambar Lengkung insang


(Sumber : Storer, et al. 1983)

d. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk


mencegahkeluarnya organisme makanan melalui celah insang.
e. Daun (lembaran) insang, berfungsi dalam sistem pernapasan dan
peredarandarah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.
f. Lembaran (filamen) insang (holobran kialis) berwarna kemerahan.
g. Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak
ada bendaasing yang masuk ke dalam rongga insang.

20
2. Fungsi Insang 
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsisebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat
pertukaran ion, danosmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin
yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-
lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikantahan pada kondisi yang
kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin,
pisces mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
(Affandi, 1992)

Gambar Labirin pisces


(Sumber : Kardong, 1998)

3. Mekanisme Pernapasan Pisces


Mekanisme pernapasan pada pisces diatur oleh mulut dan tutup insang.
Pada waktu tutup insang mengembang, membran brankiostega menempel
rapat pada tubuh,sehingga air masuk lewat mulut. Sebaliknya jika mulut
ditutup, tutup insangmengempis, rongga faring menyempit, dan membran
brankiostega melonggarsehingga air keluar melalui celah dari tutup
insang. Air dengan oksigen yang larut didalamnya membasahi filamen
insang yang penuh kapiler darah dan karbon dioksidaikut keluar dari tubuh
bersama air melalu celah tutup insang. Ikan juga mempuyaigelembung
renang yang berfungsi untuk menyimpan oksigen dan membantugerakan
ikan naik turun.Dalam mekanisme pernapsan ikan terdapat 2 fase yaitu :

21
Gambar Skema rute pernafasan dan jalannya air yang masuk melewati mulut
sampai keluar.
(Sumber : Erdiansyah, 2016)
a.Fase Inspirasi Ikan
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap
menempelpada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara
dalam rongga mulut lebihkecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut
membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.
b.Fase Ekspresi Ikan
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang
kembalike kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air
dalam mulutmengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh
lembaran-lembaran insang.Pada tempat ini terjadi pertukaran udara
pernapasan. Darah melepaskan CO2 kedalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk kedalam insang, kemudian O2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan- jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawaoleh darah dari jaringan
akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
(Erdiansyah,2016)

22
Gambar Mekanisme pernapasan pada ikan tulang sejati
(Sumber : Zoologi umum, Vilee, Walker dan Barnes)

4. Sistem Pernapasan pada ikan bertulang rawan


Insang ikan bertulang rawan tidak mempunyai tutup insang
(operkulum) misalnya pada ikan hiu. Masuk dankeluarnya udara dari
rongga mulut, disebabkan oleh perubahan tekanan padarongga mulut yang
ditimbulkan oleh perubahan volume rongga mulut akibatgerakan naik
turun rongga mulut. Bila dasar mulut bergerak ke bawah, volumerongga
mulut bertambah, sehingga tekanannya lebih kecil dari tekanan air
disekitarnya. Akibatnya, air mengalir ke rongga mulut melalui celah mulut
yang pada akhirnya terjadilah proses inspirasi. Bila dasar mulut bergerak
ke atas,volume rongga mulut mengecil, tekanannya naik, celah mulut
tertutup, sehinggaair mengalir ke luar melalui celah insang dan terjadilah
proses ekspirasi CO2.Pada saat inilah terjadi pertukaran gas O2 dan CO2.
(Sukiya, dkk. 2005)
5. Sistem Pernapasan pada ikan paru-paru ( Dipnoi )
Pernapasan ikan paru-paru menyerupai pernapasan pada Amphibia.
Selain mempunyai insang, ikan paru-paru mempunyai satu atau sepasang

23
gelembung udara seperti paru-paru yangdapat digunakan untuk membantu
pernapasan, yaitu pulmosis. Pulmosis banyak dikelilingi pembuluh darah
dan dihubungkan dengan kerongkongan oleh duktus pneumatikus. Saluran
ini merupakan jalan masuk dan keluarnya udara dari mulutke gelembung
dan sebaliknya, sekaligus memungkinkan terjadinya difusi udarake kapiler
darah.Ikan paru-paru hidup di rawa-rawa dan di sungai. Ikan ini mampu
bertahan hidup walaupun airnya kering dan insangnya tidak berfungsi,
karena ia bernapasmenggunakan gelembung udara.

Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan lele, gabus, gurami, dan
betok memilikialat bantu pernapasan yang disebut labirin. Labirin
merupakan perluasan ke atas dalam rongga insang, dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakanrongga-rongga tidak teratur. Rongga
labirin berfungsi menyimpan udara (O2), sehingga ikan-ikan tersebut
dapat bertahan hidup pada perairan yangkandungan oksigennya rendah.
Selain dengan labirin, udara (O2) juga di simpan di gelembung renang
yang terletak di dekat punggung. (Orr, 1976)

Gelembung renang pada ikan berwarna keputih-putihan. Secara


umum gelembung renang ikan terdiri dari dua rongga. Tetapi ada juga
jenis ikan yang sulit ditemukan gelembung renangnya. Bentuk gelembung
renang pada setiap jenis ikan cukup bervariasi. Bahkan diantara kedua
rongga itu bisa juga bervariasi seperti halnya pada ikan mas (Cyprinus
carpio) rongga bagian anterior lebih besar dari pada rongga bagian
posterior. Tetapi ada juga yang bagian posterior lebih besar dari pada
bagian anterior contoh pada ikan tawes (Puntius javanicus)
(Tanjung,2012). Untuk beberapa ikan membutuhkan alat bantu pernafasan,
ada beberapa macam alat bantu pernafasan, yaitu :
1.      labyrinth : merupakan rawan yang berlipat-lipat seperti bunga mawar
yang mengandung epithelium pernafasan. Terletak dalam suatu
kantong di daerah derso lateral pre operculum. Misalkan terdapat
pada ikan Tricogaster sp, Halostoma sp, Anabas sp.
2.      amborescene : merupakan bangunan yang berbentuk seperti pohon
yang terletak pada bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga.
Misalnya pada ikan Clarias sp.
3.      diverticula : terletak pad daerah pharynx. Misalnya pada ikan
Ophiocephalus sp.

24
Gambar Gelembung Renang pisces
( Sumber : //www.sentra-edukasi.com)

2.3.2 Amphibi

Selama tahap larva sebagian besar amphibia


bernapas dengan insang. Insang ini bukan
tipe internal seperti pada ikan, tetapi insang
eksternal. Struktur insang luar adalah
filamenous, tertutup epiteliumbersilia,
umumnya mereduksi selama metamorfosis.
Beberapa amphibia berekor, insang luar ini
ada selama hidupnya. (Sukiya, dkk. 2005)
Gambar larva amphibi
(sumber : https://html1-f.scribdassets.com)

Struktur paru-paru pada amphibia masih sederhana.Amphibia yang


hidup di air, permukaan dalam dari paru-paru lembut, tetapi sebagian besar
dinding paru-paru pada katak dan kodok berisi lipatan alveoli sehingga

25
meningkatkan permukaan pernafasan. Beberapa amphibia dari ordo
Caudata memiliki trakhea pendek, disokong oleh kartilago yang terbagi
dalam dua cabang yang membuka ke arah paru-paru. (Sukiya, 2005)

Gambar. Bentuk paru-paru amphibia


(sumber : Biology, Raven dan Johnson)
Ujung dari trakhea atas diperluas, khususnya pada katak dan
kodok, untuk membentuk larink atau voice box (kotak suara), dimana pita
suara berada. Pertemuan antara farink dan larink disebut glotis. Pada
umumnya udara dipompa kedalam paru-paru melalui proses yang
sederhana. Sebagian besar amphibia bernapas melalui kulit, tetapi
salamandel ketika tua mendapatkan oksigen melalui kulitdan epitelium
oral. Ini berarti bahwa kulit harus dijaga kelembabannya. Amphibia darat
dalam menjaga kelembaban tubuh ini dilengkapi dengan sejumlah kelenjar
mukus yang didistribusikan di permukaan tubuh. (Sukiya, 2005)

26
Gambar. Paru-paru katak. Ditunjukkan pada gambar
hubungan antara sakus vokalis (kantong suara, gambar sisi kiri)
dengan larink
(Sumber : Storer, et al. 1983)

Katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2


yang terlarut dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar
diganti dengan insang dalam. Setelah dewasa, katak bernapas
menggunakan selaput rongga mulut, paru-paru,dan kulit.

Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan


karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada
saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan
glotis tertutup, sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis.

Pernapasan dengan kulit dilakukan secara difusi.

Hal ini karena kulit katak tipis, selalu lembap, dan mengandung
banyak kapiler darah. Pernapasan dengan kulit berlangsung secara efektif
baik di air maupun di darat. Oksigen (O2) yang masuk lewat kulit akan
diangkut melalui vena kulit paru-paru (vena pulmo kutanea) menuju ke
jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida
(CO2) dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit
dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea).
Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi di kulit.
Katak juga bernapas dengan paru-paru, tetapi belum sebaik paru-paru
Mammalia. Paru paru katak berupa sepasang kantung tipis yang elastis
sehingga udara pernapasan dapat berdifusi, dan dindingnya banyak
dikelilingi kapiler darah sehingga paru-paru katak berwarna kemerahan.
Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Seperti pada ikan, pernapasan pada katak meliputi proses inspirasi dan
ekspirasi yang berlangsung pada saat mulut dalam keadaan tertutup.
Mekanisme pernapasan ini diatur oleh otot-otot pernapasan, yaitu: otot

27
rahang bawah (submandibularis), sternohioideus, geniohioideus, dan otot
perut.

Gambar. Mekanisme pernapasan katak


(sumber : Erdiansyah. 2016)

2.3.3 Reptilia
Paru-paru pada reptil lebih berkembang daripada amphibi, tetapi masih
lebih sederhana bila dibandingkan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Reptil
memiliki paru-paru yang lebih kompleks. Paru-paru reptil memiliki perlipatan-
pelipatan (alveoli) yang memperluas wilayah pernapasan. Sebagian besar reptil
memiliki dua paru-paru yang berkembang dalam rongga dada (kanan-kiri), namun
sebagaian besar kelompok ular hanya paru-paru kanan yang berkembang, sedang
paru-paru kiri mereduksi (kecil) atau bahkan tidak berkembang. Pernapasan
dibantu oleh gerakan otot-otot intercostae (tulang rusuk), dan reptil tidak memiliki
diafragma. Udara masuk melalui lubang hidung (nostril), kemuadian trakea, dan
ke paru-paru. Terdapat selaput tipis pada lubang hidung dan ujung trakea yang
akan melingdungi masuknya air ketika reptil di dalam perairan.

28
(Sumber :
https://extraordinarnee.files.wordpress.com/2013/10/pernapasan-reptil.jpg)

Pernapasan dibantu oleh gerakan rongga dada. Sebagian besar pengaturan


pernapasan udara (ventilasi) dibantu oleh otot intercostae. Kontraksi otot intercostae
menyebabkan rongga dada melebar, sehingga volume udara meningkat namun tekanan
udara mengecil. Perbedaan tekanan di dalam rongga dada dengan udara akan membuat
udara di lingkungan terpompa masuk ke dalam tubuh, mengalir masuk melalui lubang
hidung, laring, trakea, lalu ke paru-paru. Dinding alveoli reptil sama seperti pada
mamalia, dikelilingi oleh jaringan pembuluh kapiler yang siap mengadakan pertukaran
gas. Oksigen dan karbondioksida berdifusi di alveoli, oksigen dari udara diikat oleh
hemoglobin dalam sel darah, sedang karbondioksida berdifusi dari dalam sel darah ke
luar menuju alveoli dan melalui saluran permapasan di buang melalui lubang hidung.
Eksipirasi ni terjadi karena gerakan otot intercosta berelaksasi (mengendur) yang
menyebabkan rongga dada mengecil sehingga tekanan yang besar ini mendorong
keluarnya karbondioksida. Pada kelompok Crocodilia (buaya) selain dibantu intercostae
muscle, pernapasan dibantu oleh otot-otot visera (hati). Otot-otot ini berhubungan
dengan tulang rusuk, sehingga ketika otot ini berkontraksi, akan mendorong rusuk ke
depan yang menyebabkan udara masuk ke dalam tubuh dan sebaliknya, gerakan yang
ditimbulkan otot-otot visera ini dapat dibayangkan seperti gerakan menarik piston.
(Wyneken, 2001)

29
Gambar. Bentuk paru-paru Reptile
(sumber : Biology, Raven dan Johnson)

Gambar Alat pernapasan kura-kura

(Sumber : http://www.mediabelajar.info/2017/03/alat-pernapasan-beberapa-jenis-
hewan.html)

2.3.4 Aves

Sistem pernapasan pada aves mempunyai sistem pernapasan yang lebih


rumit dari pada sistem pernapasan Vertebrata yang lain. Dalam sistem pernapasan
burung terdapat glotis yang merupakan ruangan sempit yan dibatasi laring.
Kemudian trakea bercabang menjadi dua bronkus primer. Percabanganbronkus
primer ini disebut bifurkatio trakea. Bronkus primer kemudian tumbuh empat
bronkus sekunder atau disebut ventrobronki. Dorsobronki merupakan hasil
pertumbuhan dari bronkus primer yang terletak diatas dorsolateral paru-paru.
Ventrobronki dan dorsobronki ini dihubungkan oleh ratusan parabronki yang
mengandung banyak kapiler udara untuk pertukaran udara pernapasan(Tenzer
dkk,2014).

30
Gambar Sistem Pernapasan pada Burung
(Sumber: www.paulnoll.com)
Pernapasan pada burung dilengkapi oleh oleh kantong-kantong udara yang
berfungsi untuk menyimpan udara pernapasan. Terdapat lima pasang kantong
udara yaitu
1. Kantong servikal
2. Kantong interklavikula
3. Kantong torasika anterior
4. Kantong torasika posterior
5. Kantong udara abdominal
Selain untuk menyimpan udara pernapasan kantong ini juga berfungsi
untuk menurunkan grafitasi burung spesifik, mengurangi gesekan antara bagian-
bagian yang bergerak ketika terbang, menurunkan suhu tubuh saat terbang,
membantu memperkeras suara membantu proses spermatogenesis dengan
menurunkan suhu testes, meningkatkan daya apung pada burung-burung
air(Sukiya,2005).
Mekanisme pernapasan pada burung ada dua fase yaitu insprasi dan
ekspirasi.
1. Pada Saat Istirahat
a. Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada
membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran
pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan
O2berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan
masuk ke dalam katong-kantong udara.
b. Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada
mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan
udara dalam kantong-kantong udara bersama-sama keluar melalui
paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler
alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas
CO2 dan O2 dapat berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.

31
2. Pada Saat Terbang
Pada saat terbang, burung tidak dapat menggerakkan tulang
rusuknya.Oleh sebab itu, pada saat burung terbang yang berperan penting
dalam pernapasan adalah kantong udara. Inspirasi dan ekspirasinya
dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi udara antar tulang korakoid
(bahu) dan pundi udara bawah ketiak.
a. Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid
terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya
udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah
inspirasi. Saat melewati paruparu akan terjadi pertukaran gas O2
dan CO2.
b. Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi
hawa ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid
mengembang, sehingga udara mengalir keluar dari kantong udara
melewati paru-paru sehingga terjadilah
ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2
dan CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam
paru-paru burung saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung
saat terbang juga berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.

Gambar: Proses Pernapasan Pada Burung


(Sumber:biologimediacenter.com)
Suara yang dihasilkan oleh burung dihasikan oleh sirink yang terletak di
ujung bawah trakea. Pada sirink terdapat tulang rawan yang disebut pessulus yang
dimana selaput suara (membrana semilunalis)terletak. Suara burung dihasilkan
oleh masuknya udara dari bagian bronkus melalui celah yang terbentuk oleh
membran timpaniformis kemudian mengetarkan membrana semilunalis
(Sukiya,2005).

32
Gambar Sirink pada burung
(Sumber:ilmuternak.com)

2.3.5 Mamalia

Gambar Sistem pernafasan mamalia


Sumber: https://artikelbermutu.com

Pada mamalia sistem pernafasan terdiri atas hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
1. Hidung

33
Gambar Hidung Manusia
Sumber:http://researchgatet.net
Hidung merupakan organ dalam sistem pernafasan sekaligus organ sebagai
indra penciuman. Hidung memiliki 2 buah rongga yang terletak pada kanan dan
kiri, rongga tersebut dipisahkan oleh sekat yang dinamakan septum nasi.
Vestibule merupakan bagian dari cavum nasi yang terletak tepat di belakang nares
anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-
rambut yang disebut vibrissae. Sehingga memiliki fungsi sebagai menyaring udara
yang masuk oleh rambut-rambut an lendir. Pada hidung terdapat 3 buat tulang
spons yang disebut konka meliputi inferior konka, middle konka, dan superior
konka. Konka nasalis superior tersusun atas epitel khusus yaitu epitel olfaktorius
untuk penciuman. Konka nasalis media dan Konka nasalis inferior dilapisi epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet.. Epitel yang melapisi konka nasalis inferior
banyak terdapat plexus venosus yang disebut swell bodies yang berperan untuk
menghangatkan udara yang melalui hidung. Bila alergi akan terjadi
pembengkakan swell bodies yang abnormal pada kedua konka nasalis ,sehingga
aliran udara yang masuk sangat terganggu. Dibawah konka inferior terdapat
Plexus venosus berdinding tipis ,sehingga mudah perdarahan
2. Faring
Merupakan persimpangan antara saluran anafas dan saluran
makanan. Dibedakan menjadi tiga bagian, yaitunaso faring, oro faring, dan
laringeo-faring.

GambarFaring Manusia
Sumber: http://ilmudasar.com

a. Nasofaring
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak pada bagian belakang rongga
hidung. Nasofaring merupakan satu – satunya bagian faring yang hanya dapat

34
dilalui oleh udara, bagian faring lainnya dapat dilalui oleh udara maupun
makanan. Nasofaring berasal dari dua kata, yaitu naso yang artinya hidung dan
faring yang artinya tenggorokkan, oleh karena itu nasofaring juga dikenal sebagai
Saluran Hidung – Tenggorok. Nasofaring memiliku ukuran lebar dan panjang
masing – masing berkisar antara 2 – 4 cm. Pada nasofaring terdapat 2 struktur
penting lainnya yaitu :

 Tuba Eustachius, merupakan struktur yang mengubungkan telinga tengah


dengan nasofaring. Tuba eustachius berfungsi untuk mengatur tekanan udara
antara lingkungan luar tubuh dengan bagian telinga. Tabung ini hanya akan
terbuka ketika menelan, bersin, menguap, atau menggerakkan rahang pada posisi
tertentu. 1/3 bagiannya ke arah telinga merupakan struktur tulang, sedangkan 2/3
lainnya ke arah nasofaring merupakan tulang rawan (lunak).
 Tonsil Adenoid (Faringeal), merupakan massa berlobus berupa jaringan
limfoid yang terletak di bagian langit – langit mulut. Tonsil adenoid berfungsi
untuk melawan bakteri atau organisme berbahaya masuk melalui hidung dan
mulut, bagian ini juga dapat menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi.

b. Orofaring
Orofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang rongga mulut.
Orofaring dapat dilewati udara dan makanan sehingga berperan dalam sistem
pernapasan dan sistem pencernaan. Selain itu orofaring memiliki klep yang
berfungsi mengatur makanan agar tidak masuk ke saluran pernapasan, klep ini
disebut epiglotis. Klep tersebut dapat menutup saluran pernapasan (terbukanya
saluran pencernaan) saat menelan makanan dan membuka saluran pernapasan
(tertutupnya saluran pencernaan) saat proses bernapas. Pada bagian dinding lateral
(kiri dan kanan)nya terdapat tonsil palatina yang merupakan massa jaringan
limfatik, tonsil ini berfungsi untuk melindungi dari infeksi.

c. Laringofaring
Laringofaring adalah bagian paling akhir dari faring. Bagian ini juga dapat
dilewati oleh udara dan makanan. Laringofaring dilapisi oleh sel epitel skuamosa
berlapis. Laringofaring sering juga disebut dengan hipofaring. Laringofaring
merupakan tempat pertemuan antara saluran pernapasan dengan saluran
pencernaan. Saat proses menelan makanan makan makanan tersebut memiliki
“hak jalan” sehingga tertutupnya saluran pernapasan, karena itu kita tidak dapat
menelan sambil bernapas.

3. Laring
Merupakan rongga yang terletk di belakangfaring. Dingingnya diperkuat
dengan keeping-keping tulang rawan epiglottis, kartilago tiroidea,

35
kartilago krikoidea, kartilago aritenoidea dan tulang rawan kecil yaitu
kartilago kuneiform dan kartilago kornikulat.

Gambar Laring Manusia


Sumber: http://caraalex.com

Epiglottis berfungsi untuk menutup glotis saat menelan makanan agar


makanan tidak masuk ke sistem pernafasan. Alat suara (apparatus vokalis) berupa
sepasang pita kecil(ligament) yang terbentang diantara bagian kaudal kartilago
tiroidea dan bagian kranial kartilago aritenoidea. Ligament tersebut mengandung
serabut elastis, bagian sisinya dilengkapi otot lurik sehingga dapat berkontraksi dn
menghasilkan suara.
4. Trachea
Trakea adalah bagian dari sistem pernapasan berbentuk pipa
tabung dengan diameter sekitar 20 – 25 mm. Trakea terletak setelah laring
dan sebelum bronkus serta bersebelahan dengan esofagus. Trakea
merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan udara yang masuk ke
bronkus dan alveolus sekaligus menyaring debu atau kotoran yang
terdapat di dalam udara tersebut. Fungsi tersebut dapat dilakukan karena
pada trachea memiliki epitel yang bersilia sehingga dapat ikut dalam
menyaring udara yang masuk. Selain itu trachea juga di perkuat dengan
cincin tulang rawan hialin atau fibrosa dan cincin bagian dorsal yang
berhubungann dengan esophagus tidak menutup.

Gambar
Sumber:http://

36
5. Bronkus
Bronkus bercabang membentuk sinister dan dexter dengan tempat
percabangan disebut bifurcatiotrocheae. Bronkus masuk ke dalam pulmo
dan membentuk cabng berupa bronkiolus, masing masing bronkiolus
bercabang menjadi bronkus respiratorius, yang kemudian bercabang
menjadi ductus alveolaris yang kemudian bercabang menjadi infludibilum
lalu percabangannya membentuk alveolus. Bronkus dapat dibedakan
menjadi bronkus ekstrapulmonalis dan bronkus intrapulmonalis. Pada
bronkus intrapulmonalis cincin-cincin tulang rawan hilang, digantikan
keping tulang rawan. Bronkus dan bronkiolus berfungsi sebagai saluran
udara dari laring ke paru-paru. Duktus alveoli Merupakan saluran yang
tipis dan dingdingnya terputus putus, mempunyai banyak percabangan
yang menuju ke kantong alveoli. Dinding saluran ini tersusun atas serabut
elastis, serabut kolagen dan otot polos. Alveolus merupakan tempat
terjadinya pertukaran udara, karena memiliki dinding yang tipis sehingga
memudahkan saat proses difusi udara.

6. Paru-paru
Paru-paru terdiri dari 2 bagian yaitu sinister dan dexter, pulmo dexter
terdiri atas 3 lobi yaitu lobus supresius, lobus medius, dan lobus inferius.
Sedangkan pulmo sinister terdiri atas 2 lobi yaitu lobus supresius dan
lobus inferius. Tiap tiap lobus dimasuki oleh bronchioles. Paru-paru
memiliki pelindung atau pembungkusyang disebut pleura.

Gambar Paru-paru Manusia


Sumber:http://slideshare.com

37
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernapasan adalah pertukaran gas antara makhluk hidup
(organisme) dengan lingkungan. Pernafasan dibagi menjadi dua yaitu,
pernafasan internal dan pernafasan eksternal. Histologi hidung tersusun
atas sel epitel olfaktoris yang terdapat kelenjar mukosa. Faring merupakan
penghubung rongga hidung ke laring dan merupakan lanjutan sistem
respiratorik. Mukosa pada faring tipis dan mempunyai sedikitt kelenjar.
Faring memiliki epitel bersilia. Laring merupakan bagian yang berongga
dari sistem respiratorik dan terletak antara nasofaring dan trakea.laring
terdiri atas tulang rawan, ligamen, otot dan permukaan mukosa. Struktur
histologi bronkus dibedakan menjadi dua macam yaitu bronkus
ekstrapulmonalis dan bronkus intrapulmonalis. Bronkiolus merupakan
cabang dari bronkus intrapulmonalis. Bagian terkecil dari bronkiolus
disebut sebagai terminal bronkiolus. Alveolus merupakan unit paru-paru
yang terkecil,. Untuk melaksanakan fungsi ini dinding alveolus tersusun
atas epitel berlapis tunggal pipih yang membatasi lumen dan berada pada
membrane basalis yang khas
Pisces bernapas menggunakan insang. Pada ikan bertulang sejati
(Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum),
sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak
mempunyai tutup insang. Selama tahap larva sebagian besar amphibia
bernapas dengan insang. Sebagian besar amphibia bernapas melalui kulit,
tetapi salamandel ketika tua mendapatkan oksigen melalui kulitdan
epitelium oral. Amphibia darat dalam menjaga kelembaban tubuh ini
dilengkapi dengan sejumlah kelenjar mukus.Repti bernapas menggunakan
paru-paru. Saluran pernapasan yang dimiliki reptil terdiri ata rongga
hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru (pulmo). Sistem
pernapasan pada aves memiliki kantong-kantong udara yang berfungsi
untuk membantu pernapasan ketika terbang. Pada mamalia sistem
pernafasan terdiri atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus,
dan paru-paru.

38
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 1992. Sistem Pernafasan pada Ikan. Diakses dari
http://www.repository.unhas.ac.id [13 Maret 2018].

Carlos, J.L., Carneiro, J., dan Kelley, R.O.1998.Histologi Dasar. Edisi ke 8; Bab
17hal342
Djuhanda, Tatang. 2010.Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Malang:
Universitas Negeri Malang
Fawcett, D.W., & Bloom. 2002. Buku Histologi. Ed ke-12. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Junqueira L. 2012. Histologi Dasar, Edisi Ke-12. Jakarta : EGC
Kardong, K.V. 1998. Vertebrates : Comparative Anatomy, Function, Evolution.
Second Edition. Boston : The Mcgraw-Hill Companies Inc.
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Semihardjo, Halim. 2013. Buku Panduan Praktikum Histologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang (UM
PRESS)
Tenzer, A., dkk. 2014. Struktur Perkembangan Hewan (SPH 1). Malang:
Universitas Negeri Malang
Tiambun, T., dan Kustiowati, L. 1979. Essensials of Histology Eight Edition.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Victor, P.E.2003.Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi ke 9;
Bab 14 hal238-239
Wyneken, J. 2001. Respiratory Anatomy – Form andFunction in Reptiles. Florida Atlantic
University. Florida, USA
Yatim, W. 1990. Biologi Modern Histology. Bandung : Penerbit Tarsito.

39
40

Anda mungkin juga menyukai