VERTEBRATA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Struktur Perkembangan Hewan 1
Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Abdul Ghofur, M.Si
Disusun oleh:
Kelompok 4 Offering A 2017
Hafidh Yanuar Pangestu (170341615103)
Nira Yulika Rahmaulana (170341615007)
Reihan Diah Ayu (170341615033)
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Pengertian Pernapasan..........................................................................................3
2.2 Histologi Sistem Pernapasan pada Manusia........................................................5
2.2.1 Hidung..............................................................................................................5
2.2.2 Faring...............................................................................................................6
2.2.3 Laring...............................................................................................................7
2.2.4 Trakea..............................................................................................................8
2.2.5 Bronkus..........................................................................................................14
2.2.6 Bronkiolus......................................................................................................15
2.2.7 Alveolus..........................................................................................................16
2.3 Anatomi Organ Pernapasan pada Pisces, Amphibi, Reptilia, Aves dan
Mamalia......................................................................................................................17
2.3.1 Pisces.......................................................................................................17
2.3.2 Amphibi...................................................................................................24
2.3.3 Reptilia....................................................................................................27
2.3.4 Aves.........................................................................................................27
2.3.5 Mamalia..................................................................................................30
BAB III...........................................................................................................................36
PENUTUP.......................................................................................................................36
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pernapasan
2. Untuk mengetahui histologi sistem pernapasan pada vertebrata khususnya
pada mamalia
3. Untuk mengetahui struktur anatomi yang menyusun sistem pernapasan
pada pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pernapasan
Pernapasan adalah pertukaran gas antara makhluk hidup (organisme)
dengan lingkungan. Pernapasan adalah suatu proses dimana kita menghirup
oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air). Respirasi
adalah proses pembakaran (oksigen) zat-zat makanan (glukosa) di dalam sel-sel
tubuh dengan bantuan oksigen dan enzim. Tujuan bernapas adalah untuk
mendapatkan oksigen (o2) untuk respirasi seluler sehingga dapat terjadi proses
metabolism dalam tubuh.
Pernafasan dibagi menjadi dua yaitu, pernafasan internal dan pernafasan
eksternal. Pernapasan eksternal (pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang
terjadi antara udara pada gelembung udara dengan darah dalam kapiler).
Pernapasan internal (pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi antara
darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh).
Gambar:Pernafasan Eksternal
(Sumber: www.sisikkreatif.com)
Gambar:Pernafasan Internal
Sumber: http://galerimageti.blogspot.co.id
3
Peristiwa respirasi pada manusia berlangsung di dalam paru–paru tepatnya
di bagian alveoli. Udara/gas oksigen yang terdapat di lingkungan sekitar memiliki
kandungan oksigen yang lebih tinggi daripada di dalam tubuh manusia. Ketika
menghirup oksigen, udara berjalan melewati rongga hidung menuju saluran
trakea/tenggorokan, selanjutnya menuju bronkus dan bronkiolus. Gas - gas
pernafasan akan berdifusi karena perbedaan tekanan dan menuju ke alveoli di
dalam paru –paru. Difusi terjadi melalui membran respirasi yang berupa dinding
alveolus sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat
jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru –
paru terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka
luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal. Selanjutnya dari alveolus
oksigen berdifusi ke dalam pembuluh darah kapiler, hal ini dapat terjadi karena
konsentrasi oksigen di dalam alveoli lebih tinggi daripada di dalam pembuluh
darah kapiler dan selanjutnya udara berakhir masuk ke dalam sel untuk proses
metabolisme sel sehingga dihasilkan energi bagi tubuh.
Saat ekspirasi (menghembuskan napas) berlangsung, karbondioksida akan
dilepaskan melalui kapiler paru menuju alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses
pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan
karbondioksida di dalam alveoli. Volume gas yang berdifusi melalui membran
respirasi setiap menit untuk tekanan 1 mmhg disebut sebagai kapasitas difusi.
Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat
aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah
kapiler aktif meningkat. Peningkatan ini disertai dilatasi kapiler yang
menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi
karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit, sedangkan saat bekerja
meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit.
Faktor yang Mempengaruhi Difusi Gas
Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membran respirasi sama
dengan difusi gas melalui air dan berbagai jaringan
a. Ketebalan membrane
Idealnya untuk dapat melakukan difusi O2 dibutukan membrane
yang tidak terlalu tebal agar mudah untuk melakukan difusi.
b. Luas permukaan membran respirasi;
Semakin luas permukaan membrane makan proses difusi dapat
berlangsung semakin cepat dan maksimal.
c. Koefisien difusi gas dalam substansi membran respirasi
Setiap gas yang berada dialam memiliki koefisien yang berbada-
beda. Harga koefisien ini berpengaaruh terhadap kecepatan proses difusi
O2 pada membrane.
d. Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran respirasi
Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat dari yang
berkonsentrasi besar menuju ke konsentrasi yang lebih kecil. Perbedaan
konsentrasi ini terjadi ketika perbedaan jumlah O2 dalam tubuh dan
4
lingkungan, sehingga O2 di luar tubuh dapat masuk ke dalam ketika proses
inspirasi. Pada proses inspirasi perbedaan tekanan dimana tekanan di luar
tubuh lebih besar dari pada di dalam tubuh sehingga udara dpat terhirup.
2.2.1 Hidung
A B C
5
Keterangan gambar :
OE : Epitel Olfaktori BG : Kelenjar Bowman IG : kelenjar intraepitel
LP : Lamina Propria C : Silia NC : Rongga Hidung
BV : pembuluh darah BC : Sel Basal CT : jaringan penghubung
LV : Pembuluh llimfa CO : Sel olfaktori PC : sel plasma
6
2.2.2 Faring
Gambar Faring
Sumber: http://ctrgenpath.net
Keterangan gambar :
Ep : epiglottis
GIDu : Saluram kelenjar
LaPr : Lamina propria
Lu : Lumen
MuGi : Kelenjar mucus
SkMu : otot
SqEp : epitel kubus bertingkat
Faring merupakan penghubung rongga hidung ke laring dan
merupakan lanjutan sistem respiratorik. Mukosa pada faring tipis dan
mempunyai sedikitt kelenjar. Kebanyakan mukosa pada faring dilapisi
oleh epitel bertingkat torak bersilia. Epitel gepeng menutupi bagian bawah
faring dan epiglotis. Epiglottis tersusun atas suatu tulang rawan elastis,
yang mengarahkan makanan yang ditelan ke dalam esophagus dan
mencegah makanan memasuki laring. Faring juga dilengkapi oleh kelenjar
mucus untuk mengsekresikan mucus sehingga keadaan permukaan tetap
lembab.
7
2.2.3 Laring
Laring merupakan bagian yang berongga dari sistem respiratorik dan
terletak antara nasofaring dan trakea.laring terdiri atas tulang rawan, ligamen, otot
dan permukaan mukosa. Laring mencegah bahan padat dan cair yang ditelan
memasuki sistem respiratorik dan juga terdapat pita suara yang membentuk suara.
(Tiambun, dkk. 1979)
8
c. Tulang rawan laring adalah hialin (tiroid) atau elastis (kuneiformis,
kornikulata) dan mungkin mengalami pengapuran pada kehidupan lansia.
Tulang rawan aritenoid mempunyai bagian elastis dan hialin.
d. Otot laring instrinsik dan ekstrinsik adalah otot skelet.
2.2.4 Trakea
Trakea adalah saluran yang menghubungkan laring dengan bronkus utama.
Struktur ini terletak di garis tengah tubuh, dengan bagian distal yang biasanya
mengarah ke sisi kanan.
Panjang trakea 12–14 cm dan di lapisi mukosa respiratorik. Dinding trakea
mempunyai empat lapisan : tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis
yang tidak berbatas tegas, dan tunika adventitia disebelah luar (Junqueira, 2012)
A. Mukosa Trakea
1. Sel epitel trakea. Trakea mempunyai lumen yang relatif lebar dan
dibatasi oleh epitel silindris bertingkat torak bersilia yang
mengandung enam jenis sel atau lebih.
9
Gambar Diagram sel epitel trakea
(Sumber : Weiss L : Histology, ed. Ke 5. New York, Elsevier)
a. Sel Goblet. Mensintesis dan mensekresi butiran mukus. Sel ini bagian
apikal melebar mengandung butiran mukus, aparatus Golgi yang jelas,
dan retikulum endoplasma kasar berkembang baik di basal. Sel goblet
mempunyai mikrovili di apikal pada tepinya dan sentriol diantara
butiran mukus. Melalui rangsangan yang cukup, sel goblet melepaskan
butiran mukus dan beberapa deretan sitoplasma pada apikal (sekresi
aprokin).
b. Sel bersilia, mempunyai sejumlah silia yang menonjolke dalam mukus
dan bergerak ke arah laring. Sel ini juga mempunyai aparatus Golgi
yang cukup besar, sedikit jumlah retikulum endoplasma kasar, dan
sedikit lisosom dan badan residu.
(1) Setiap silia tertanam pada suatu badan basal, yang melekatkan pada
sitoplasma apikal sel bersilia.
(2) Banyak mitokondria berada dekat badan basal, memberikan
adenosin trifosfat (ATP) yang diperlukan untuk getaran silia.
(3) Seringkali, sel bersilia mengandung dua sentriol di basal yang tidak
berkaitan dengan silia sebagai badan basal.
10
Gambar Sel Bersilia dan sel goblet
(Sumber : http://sofringutont.ml/tifi/sel-mukosa-mulut-dan-bagiannya-
mupi.php)
c. Sel pendek yang belum berdiferensiasi, atau sel basal, duduk pada
membrana basalis, tetapi tidak mencapai lumen trakea. Meskipun belum
berdiferensiasi, sel ini mampu membelah dan mungkin adalah
kumpulan sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi sel jenis lainnya
dalam epitel.
d. Epitel trakea mengandung dua jenis sel sikat/brush cell. (Sel sikat
disebut demikian karena sel ini mempunyai mikrovilus batas sikat di
apikal).
(1) Sel sikat 1yang mempunyai mikrovili yang sangat panjang
(2) Sel sikat 2 mempunyai sepasang sentriol apikal
e. Sel bergranula kecil di basal dipenuhi dengan granula dalam sitoplasma
yang berdiameter 100-300nm. Granula ini adalah bahan seperti
katekolamin yang mengatur aktivitas sekresi sel goblet dan kelenjar
yang mempengaruhi aktivitas silia.
(Mescher,2011)
11
2. Gambaran lain epitel trakea
a. Akhiran saraf bebas menembus dan masuk kedalam epitel.
b. Epitel trakea, seperti epitel laring dan bronkus, mengandung kelenjar
mukosa yang tersebar dengan demilune serosa.
c. Epitel trakea berada pada suatu membran basalis yang tebal.
3. Lamina popria
Di lamina propia, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa
menghasilkan mucus encer dan di submukosa. Mukosa trakea juga
mempunyai lamina propia yang mengandung jala-jala jaringan ikat
areolar yang longgar.
a. Lamina propia mengandung tenunan kolagen yang tidak beraturan
dan serat-serat elastin dan sejumlah besar fibroblas.
b. Limfosit soliter, agregasi limfosit nodular kecil, sel plasma, makrofag
dan leukosit granular sering tersebar diseluruh lamina propia
(Tiambun, dkk. 1979)
4. Membran elastis
Suatu lapisan serat elastin, yang memisahkan tunika mukosa dari tunika
submukosa.
5. Tunika submukosa
Terbentang dari membran elastis ke prekondrium tulang rawan trakea
dan terutama terdiri atas serat kolagen, fibroblas, pembuluh darah, dan
pembuluh limfa.
6. Tunika Adventitia
Tunika adventitia berupa jaringan pengikat longgar (Tenzer, 2014).
12
Gambar Diagram irisan Melintang trakea
(Sumber : Yatim, 1990)
13
Gambar. Histologi Trakea.
(Sumber : https://dokumen.tips/documents/makalah-trakhea.html)
Dinding trakea dilapisi oleh epitel respiratorik (E) khas yang terletak di
bawah jaringan ikat (CT) dan kelenjar seromukosa (G) pada lamina propria.
Submukosa memiliki cincin kartilago hialin (C) berbentuk huruf C yang dilapisi
oleh perikondrium (P). Cairan mukosa encer yang dihasilkan sel goblet dan
kelenjar membentuk suatu Iapisan yang memungklnkan pergerakan silia
mendorong partikel asing secara kontinu keluar dari sistem pernapasan di
eskalator mukosiliar. Pintu masuk pada cincin kartilago berada pada permukaan
posterior, yang berhadapan dengan esofagus, dan memiliki otot polos dan jaringan
elastis. Hal ini memungkinkan distensi lumen trakea ketika sebagian makanan
melewati esofagus. M. trachealis di pintu masuk kartilago C juga berkontraksi
selama refleks batuk untuk menyempitkan lumen trakea dan menghasilkan
dorongan udara dengan kuat dan mengeluarkan mukus dari saluran napas. 50x.
H&E.
Trakea menjadi rileks selama menelan untuk mempermudah pasase makanan
dengan memungkinkan esophagus menonjol ke dalam lumen trakea, dengan
14
lapisan elastis yang mencegah peregangan berlebih di lumen. Pada refleks batuk,
otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trakea dan meningkatkan kecepatan
pengeluaran udara dan melonggarkan materi pada pasase udara. (Fawcett,2002)
2.2.5 Bronkus
Keterangan Gambar
L: Lumen
E: Epitel
Sm: Otot Polos
HC: Tulang rawan hialin
LT: Jaringan paru-paru
15
2.2.6 Bronkiolus
Keterangan Gambar
TB: Terminal bronkiolus
E: Epitel
CC: Sel clara
RB : Respiratory branchiolus
16
2.2.7 Alveolus
Keterangan Gambar
A : Alveoli
IS : Interalveolar septum
Ca : Kapiler darah
RBC : sel darah merah
P1 ; Sel tipe 1
P2 : Sel tipe 2
BV : pembuluh darah
DC : sel debu
Sm : sel otot polos
Gambar Alveolus
Sumber: Interactive of Color Atlas Histology
Alveolus merupakan unit paru-paru yang terkecil, pada bagian ini terjadi
pertukaran gas pernafasan dengan pembuluh darah secara besar-besaran. Untuk
melaksanakan fungsi ini dinding alveolus tersusun atas epitel berlapis tunggal
pipih yang membatasi lumen dan berada pada membrane basalis yang khas. Pada
alveolus juga terdapat jaringan ikat yang mengandung serabut kolagen, elastis dan
retikuli, fibroblast dan makrofag. Sel endtel kapiler dan fibroblast jaringan ikat
melekat era tantara satu sama lain dengan epitel alveoli. Gas dalam ruang alveoli
berdifusi melalui membrane plasma sel alveoli, membrane basalis, dan membrane
plasma sel endotel kapiler ke dalam darah, sedangkan gas dalam darah berdifusi
kembali melalui membrane ini ke dalam ruang alveoli. Sel epitel alveolus
memiliki dua tipe yaitu :
1. Sel gepeng epitel alveoli yang merupakan sel yan sangat gepeng terutama
terlibat dalam membatasi ruang alveoli. Sel ini dikhususkan untuk
pertukaran gas. Sel alveolar tipe 1 memiliki inti yang sukar dibedakan
dengan sel endotel kapiler atau inti sel fibroblast jaringan ikat.
Seitoplasmanya tidak jelas kecuali sel tersebut mengandung sejumlah
vaseikel pinositotik.
2. Sel alveolar besar (tipe 2) dihubgungkan melalui kompleks tautan ke sel
tipe 1 mwmbwntuk satu epitel yang kontinyu dengan epitel bronkus dan
epitel bronkiolus. Sel selnya bulat dan menonjol ke dalam ruang alveoli
dan mempunyai banyak sel sekretoris yang khas. Sel alveolar tipe 2
mempunyai jumlah reticulum endoplasma kasar yang agak banyak dan
banyak apparatus golgi. Sel ini juga mengandung sitosom dan struktur
antara/intermedia. Sel tipe 2 juga memiliki vakuola banyak yang
merupakan sisa-sisa sitosom yang sudah keluar isinya.
17
Makrofag disebut juga dengan del debu (dust cell) merupakan bagian sistem
fagositosis mononuclear. Sel ini secara terus menerus membersihkan permukaan
epitel dan melindungi epitel alveoli dari kerusakan oleh mikroorganisme atau
istan yang dihirup dengan menangkap dna mencena bahan asing. Sel ini mencerna
dengan cara melebur membaran dari vakuol fagositik dan lisosom. Alveolus dililit
oleh banyak kapiler darah. Sel epitel pipih alveolus dan sel endotel kapiler yang
melilit membentuk membrane pernafasan.
2.3 Anatomi Organ Pernapasan pada Pisces, Amphibi, Reptilia, Aves dan
Mamalia
18
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. (Djuhanda,
1990)
Secara embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil dari
serentetan evaginasi farink yang tumbuh ke luar bertemu dengan
invaginasi dari luar. Setiap kali mulut dibuka maka air dari luar akan
masuk menuju farink kemudian keluar lagi melewati celah insang. Setiap
filamen atau holobrankia, terpisah menjadi dua bagian yang disebut
hemibrankia.
19
Gambar operkulum insang
(Sumber : Storer, et al. 1983)
20
2. Fungsi Insang
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula
berfungsisebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat
pertukaran ion, danosmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin
yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-
lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikantahan pada kondisi yang
kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin,
pisces mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
(Affandi, 1992)
21
Gambar Skema rute pernafasan dan jalannya air yang masuk melewati mulut
sampai keluar.
(Sumber : Erdiansyah, 2016)
a.Fase Inspirasi Ikan
Gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap
menempelpada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara
dalam rongga mulut lebihkecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut
membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.
b.Fase Ekspresi Ikan
Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang
kembalike kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air
dalam mulutmengalir melalui celah-celah insang dan menyentuh
lembaran-lembaran insang.Pada tempat ini terjadi pertukaran udara
pernapasan. Darah melepaskan CO2 kedalam air dan mengikat O2 dari air.
Pada fase inspirasi, O2 dan air masuk kedalam insang, kemudian O2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan- jaringan yang membutuhkan.
Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawaoleh darah dari jaringan
akan bermuara ke insang, dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.
(Erdiansyah,2016)
22
Gambar Mekanisme pernapasan pada ikan tulang sejati
(Sumber : Zoologi umum, Vilee, Walker dan Barnes)
23
gelembung udara seperti paru-paru yangdapat digunakan untuk membantu
pernapasan, yaitu pulmosis. Pulmosis banyak dikelilingi pembuluh darah
dan dihubungkan dengan kerongkongan oleh duktus pneumatikus. Saluran
ini merupakan jalan masuk dan keluarnya udara dari mulutke gelembung
dan sebaliknya, sekaligus memungkinkan terjadinya difusi udarake kapiler
darah.Ikan paru-paru hidup di rawa-rawa dan di sungai. Ikan ini mampu
bertahan hidup walaupun airnya kering dan insangnya tidak berfungsi,
karena ia bernapasmenggunakan gelembung udara.
Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan lele, gabus, gurami, dan
betok memilikialat bantu pernapasan yang disebut labirin. Labirin
merupakan perluasan ke atas dalam rongga insang, dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakanrongga-rongga tidak teratur. Rongga
labirin berfungsi menyimpan udara (O2), sehingga ikan-ikan tersebut
dapat bertahan hidup pada perairan yangkandungan oksigennya rendah.
Selain dengan labirin, udara (O2) juga di simpan di gelembung renang
yang terletak di dekat punggung. (Orr, 1976)
24
Gambar Gelembung Renang pisces
( Sumber : //www.sentra-edukasi.com)
2.3.2 Amphibi
25
meningkatkan permukaan pernafasan. Beberapa amphibia dari ordo
Caudata memiliki trakhea pendek, disokong oleh kartilago yang terbagi
dalam dua cabang yang membuka ke arah paru-paru. (Sukiya, 2005)
26
Gambar. Paru-paru katak. Ditunjukkan pada gambar
hubungan antara sakus vokalis (kantong suara, gambar sisi kiri)
dengan larink
(Sumber : Storer, et al. 1983)
Hal ini karena kulit katak tipis, selalu lembap, dan mengandung
banyak kapiler darah. Pernapasan dengan kulit berlangsung secara efektif
baik di air maupun di darat. Oksigen (O2) yang masuk lewat kulit akan
diangkut melalui vena kulit paru-paru (vena pulmo kutanea) menuju ke
jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida
(CO2) dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit
dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea).
Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi di kulit.
Katak juga bernapas dengan paru-paru, tetapi belum sebaik paru-paru
Mammalia. Paru paru katak berupa sepasang kantung tipis yang elastis
sehingga udara pernapasan dapat berdifusi, dan dindingnya banyak
dikelilingi kapiler darah sehingga paru-paru katak berwarna kemerahan.
Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Seperti pada ikan, pernapasan pada katak meliputi proses inspirasi dan
ekspirasi yang berlangsung pada saat mulut dalam keadaan tertutup.
Mekanisme pernapasan ini diatur oleh otot-otot pernapasan, yaitu: otot
27
rahang bawah (submandibularis), sternohioideus, geniohioideus, dan otot
perut.
2.3.3 Reptilia
Paru-paru pada reptil lebih berkembang daripada amphibi, tetapi masih
lebih sederhana bila dibandingkan dengan vertebrata yang lebih tinggi. Reptil
memiliki paru-paru yang lebih kompleks. Paru-paru reptil memiliki perlipatan-
pelipatan (alveoli) yang memperluas wilayah pernapasan. Sebagian besar reptil
memiliki dua paru-paru yang berkembang dalam rongga dada (kanan-kiri), namun
sebagaian besar kelompok ular hanya paru-paru kanan yang berkembang, sedang
paru-paru kiri mereduksi (kecil) atau bahkan tidak berkembang. Pernapasan
dibantu oleh gerakan otot-otot intercostae (tulang rusuk), dan reptil tidak memiliki
diafragma. Udara masuk melalui lubang hidung (nostril), kemuadian trakea, dan
ke paru-paru. Terdapat selaput tipis pada lubang hidung dan ujung trakea yang
akan melingdungi masuknya air ketika reptil di dalam perairan.
28
(Sumber :
https://extraordinarnee.files.wordpress.com/2013/10/pernapasan-reptil.jpg)
29
Gambar. Bentuk paru-paru Reptile
(sumber : Biology, Raven dan Johnson)
(Sumber : http://www.mediabelajar.info/2017/03/alat-pernapasan-beberapa-jenis-
hewan.html)
2.3.4 Aves
30
Gambar Sistem Pernapasan pada Burung
(Sumber: www.paulnoll.com)
Pernapasan pada burung dilengkapi oleh oleh kantong-kantong udara yang
berfungsi untuk menyimpan udara pernapasan. Terdapat lima pasang kantong
udara yaitu
1. Kantong servikal
2. Kantong interklavikula
3. Kantong torasika anterior
4. Kantong torasika posterior
5. Kantong udara abdominal
Selain untuk menyimpan udara pernapasan kantong ini juga berfungsi
untuk menurunkan grafitasi burung spesifik, mengurangi gesekan antara bagian-
bagian yang bergerak ketika terbang, menurunkan suhu tubuh saat terbang,
membantu memperkeras suara membantu proses spermatogenesis dengan
menurunkan suhu testes, meningkatkan daya apung pada burung-burung
air(Sukiya,2005).
Mekanisme pernapasan pada burung ada dua fase yaitu insprasi dan
ekspirasi.
1. Pada Saat Istirahat
a. Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan – volume rongga dada
membesar – tekanan mengecil – udara akan masuk melalui saluran
pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan
O2berdifusi ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan
masuk ke dalam katong-kantong udara.
b. Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula – rongga dada
mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan
udara dalam kantong-kantong udara bersama-sama keluar melalui
paru-paru. Pada saat melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler
alveolus, dan darah melepas CO2. Dengan demikian, pertukaran gas
CO2 dan O2 dapat berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.
31
2. Pada Saat Terbang
Pada saat terbang, burung tidak dapat menggerakkan tulang
rusuknya.Oleh sebab itu, pada saat burung terbang yang berperan penting
dalam pernapasan adalah kantong udara. Inspirasi dan ekspirasinya
dilakukan secara bergantian oleh pundi-pundi udara antar tulang korakoid
(bahu) dan pundi udara bawah ketiak.
a. Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid
terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya
udara masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah
inspirasi. Saat melewati paruparu akan terjadi pertukaran gas O2
dan CO2.
b. Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi
hawa ketiak terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid
mengembang, sehingga udara mengalir keluar dari kantong udara
melewati paru-paru sehingga terjadilah
ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O2
dan CO2. Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam
paru-paru burung saat terbang. Jadi pertukaran gas pada burung
saat terbang juga berlangsung saat inspirasi dan ekspirasi.
32
Gambar Sirink pada burung
(Sumber:ilmuternak.com)
2.3.5 Mamalia
Pada mamalia sistem pernafasan terdiri atas hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
1. Hidung
33
Gambar Hidung Manusia
Sumber:http://researchgatet.net
Hidung merupakan organ dalam sistem pernafasan sekaligus organ sebagai
indra penciuman. Hidung memiliki 2 buah rongga yang terletak pada kanan dan
kiri, rongga tersebut dipisahkan oleh sekat yang dinamakan septum nasi.
Vestibule merupakan bagian dari cavum nasi yang terletak tepat di belakang nares
anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-
rambut yang disebut vibrissae. Sehingga memiliki fungsi sebagai menyaring udara
yang masuk oleh rambut-rambut an lendir. Pada hidung terdapat 3 buat tulang
spons yang disebut konka meliputi inferior konka, middle konka, dan superior
konka. Konka nasalis superior tersusun atas epitel khusus yaitu epitel olfaktorius
untuk penciuman. Konka nasalis media dan Konka nasalis inferior dilapisi epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet.. Epitel yang melapisi konka nasalis inferior
banyak terdapat plexus venosus yang disebut swell bodies yang berperan untuk
menghangatkan udara yang melalui hidung. Bila alergi akan terjadi
pembengkakan swell bodies yang abnormal pada kedua konka nasalis ,sehingga
aliran udara yang masuk sangat terganggu. Dibawah konka inferior terdapat
Plexus venosus berdinding tipis ,sehingga mudah perdarahan
2. Faring
Merupakan persimpangan antara saluran anafas dan saluran
makanan. Dibedakan menjadi tiga bagian, yaitunaso faring, oro faring, dan
laringeo-faring.
GambarFaring Manusia
Sumber: http://ilmudasar.com
a. Nasofaring
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak pada bagian belakang rongga
hidung. Nasofaring merupakan satu – satunya bagian faring yang hanya dapat
34
dilalui oleh udara, bagian faring lainnya dapat dilalui oleh udara maupun
makanan. Nasofaring berasal dari dua kata, yaitu naso yang artinya hidung dan
faring yang artinya tenggorokkan, oleh karena itu nasofaring juga dikenal sebagai
Saluran Hidung – Tenggorok. Nasofaring memiliku ukuran lebar dan panjang
masing – masing berkisar antara 2 – 4 cm. Pada nasofaring terdapat 2 struktur
penting lainnya yaitu :
b. Orofaring
Orofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang rongga mulut.
Orofaring dapat dilewati udara dan makanan sehingga berperan dalam sistem
pernapasan dan sistem pencernaan. Selain itu orofaring memiliki klep yang
berfungsi mengatur makanan agar tidak masuk ke saluran pernapasan, klep ini
disebut epiglotis. Klep tersebut dapat menutup saluran pernapasan (terbukanya
saluran pencernaan) saat menelan makanan dan membuka saluran pernapasan
(tertutupnya saluran pencernaan) saat proses bernapas. Pada bagian dinding lateral
(kiri dan kanan)nya terdapat tonsil palatina yang merupakan massa jaringan
limfatik, tonsil ini berfungsi untuk melindungi dari infeksi.
c. Laringofaring
Laringofaring adalah bagian paling akhir dari faring. Bagian ini juga dapat
dilewati oleh udara dan makanan. Laringofaring dilapisi oleh sel epitel skuamosa
berlapis. Laringofaring sering juga disebut dengan hipofaring. Laringofaring
merupakan tempat pertemuan antara saluran pernapasan dengan saluran
pencernaan. Saat proses menelan makanan makan makanan tersebut memiliki
“hak jalan” sehingga tertutupnya saluran pernapasan, karena itu kita tidak dapat
menelan sambil bernapas.
3. Laring
Merupakan rongga yang terletk di belakangfaring. Dingingnya diperkuat
dengan keeping-keping tulang rawan epiglottis, kartilago tiroidea,
35
kartilago krikoidea, kartilago aritenoidea dan tulang rawan kecil yaitu
kartilago kuneiform dan kartilago kornikulat.
Gambar
Sumber:http://
36
5. Bronkus
Bronkus bercabang membentuk sinister dan dexter dengan tempat
percabangan disebut bifurcatiotrocheae. Bronkus masuk ke dalam pulmo
dan membentuk cabng berupa bronkiolus, masing masing bronkiolus
bercabang menjadi bronkus respiratorius, yang kemudian bercabang
menjadi ductus alveolaris yang kemudian bercabang menjadi infludibilum
lalu percabangannya membentuk alveolus. Bronkus dapat dibedakan
menjadi bronkus ekstrapulmonalis dan bronkus intrapulmonalis. Pada
bronkus intrapulmonalis cincin-cincin tulang rawan hilang, digantikan
keping tulang rawan. Bronkus dan bronkiolus berfungsi sebagai saluran
udara dari laring ke paru-paru. Duktus alveoli Merupakan saluran yang
tipis dan dingdingnya terputus putus, mempunyai banyak percabangan
yang menuju ke kantong alveoli. Dinding saluran ini tersusun atas serabut
elastis, serabut kolagen dan otot polos. Alveolus merupakan tempat
terjadinya pertukaran udara, karena memiliki dinding yang tipis sehingga
memudahkan saat proses difusi udara.
6. Paru-paru
Paru-paru terdiri dari 2 bagian yaitu sinister dan dexter, pulmo dexter
terdiri atas 3 lobi yaitu lobus supresius, lobus medius, dan lobus inferius.
Sedangkan pulmo sinister terdiri atas 2 lobi yaitu lobus supresius dan
lobus inferius. Tiap tiap lobus dimasuki oleh bronchioles. Paru-paru
memiliki pelindung atau pembungkusyang disebut pleura.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernapasan adalah pertukaran gas antara makhluk hidup
(organisme) dengan lingkungan. Pernafasan dibagi menjadi dua yaitu,
pernafasan internal dan pernafasan eksternal. Histologi hidung tersusun
atas sel epitel olfaktoris yang terdapat kelenjar mukosa. Faring merupakan
penghubung rongga hidung ke laring dan merupakan lanjutan sistem
respiratorik. Mukosa pada faring tipis dan mempunyai sedikitt kelenjar.
Faring memiliki epitel bersilia. Laring merupakan bagian yang berongga
dari sistem respiratorik dan terletak antara nasofaring dan trakea.laring
terdiri atas tulang rawan, ligamen, otot dan permukaan mukosa. Struktur
histologi bronkus dibedakan menjadi dua macam yaitu bronkus
ekstrapulmonalis dan bronkus intrapulmonalis. Bronkiolus merupakan
cabang dari bronkus intrapulmonalis. Bagian terkecil dari bronkiolus
disebut sebagai terminal bronkiolus. Alveolus merupakan unit paru-paru
yang terkecil,. Untuk melaksanakan fungsi ini dinding alveolus tersusun
atas epitel berlapis tunggal pipih yang membatasi lumen dan berada pada
membrane basalis yang khas
Pisces bernapas menggunakan insang. Pada ikan bertulang sejati
(Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum),
sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak
mempunyai tutup insang. Selama tahap larva sebagian besar amphibia
bernapas dengan insang. Sebagian besar amphibia bernapas melalui kulit,
tetapi salamandel ketika tua mendapatkan oksigen melalui kulitdan
epitelium oral. Amphibia darat dalam menjaga kelembaban tubuh ini
dilengkapi dengan sejumlah kelenjar mukus.Repti bernapas menggunakan
paru-paru. Saluran pernapasan yang dimiliki reptil terdiri ata rongga
hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru (pulmo). Sistem
pernapasan pada aves memiliki kantong-kantong udara yang berfungsi
untuk membantu pernapasan ketika terbang. Pada mamalia sistem
pernafasan terdiri atas hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus,
dan paru-paru.
38
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 1992. Sistem Pernafasan pada Ikan. Diakses dari
http://www.repository.unhas.ac.id [13 Maret 2018].
Carlos, J.L., Carneiro, J., dan Kelley, R.O.1998.Histologi Dasar. Edisi ke 8; Bab
17hal342
Djuhanda, Tatang. 2010.Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Malang:
Universitas Negeri Malang
Fawcett, D.W., & Bloom. 2002. Buku Histologi. Ed ke-12. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Junqueira L. 2012. Histologi Dasar, Edisi Ke-12. Jakarta : EGC
Kardong, K.V. 1998. Vertebrates : Comparative Anatomy, Function, Evolution.
Second Edition. Boston : The Mcgraw-Hill Companies Inc.
Mescher, A.L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Semihardjo, Halim. 2013. Buku Panduan Praktikum Histologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang (UM
PRESS)
Tenzer, A., dkk. 2014. Struktur Perkembangan Hewan (SPH 1). Malang:
Universitas Negeri Malang
Tiambun, T., dan Kustiowati, L. 1979. Essensials of Histology Eight Edition.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Victor, P.E.2003.Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Edisi ke 9;
Bab 14 hal238-239
Wyneken, J. 2001. Respiratory Anatomy – Form andFunction in Reptiles. Florida Atlantic
University. Florida, USA
Yatim, W. 1990. Biologi Modern Histology. Bandung : Penerbit Tarsito.
39
40