Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA MENANTI KELAHIRAN PADA

KELUARGA Tn. S DAN Ny. N


DI JL. TRANS KALIMANTAN, SUNGAI AMBAWANG, DESA KOREK

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Masmuri, M.Kep

OLEH:

Dinda Khairunnisa
841191007

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM

PRODI D-III KEPERAWATAN

PONTIANAK

2021

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah
setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua
dapat diekspresikan.

Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu


sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga
dan sebaliknya mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan status Kesehatan
anggota. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan dan proses
terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga.
Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersamasama dalam satu rumahtangga, atau jika mereka hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
tangga mereka. Dewasa ini banyak kita temukan pasangan-pasangan muda
yang baru menikah dan kita ketahui sebagian dari mereka banyak juga yang
belum tahu apa-apa saja tugas dari tahap perkembangan keluarga dengan
pasangan baru menikah sehingga sering terjadi pertengkaran di antara
mereka. Oleh sebab itu, kelompok membuat makalah tentang askep tahap
perkembangan keluarga dengan pasangan baru menikah.

Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang


diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan
keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka
perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui
tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. Memerlukan
pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangannya. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk

2
mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya.
Pasangan baru (keluarga baru menikah) ialah ketika masing-masing individu
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga nya masing-masing. Mempersiapkan keluarga
yang baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari
diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga
sendiri dan orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga
dan kelompok social lainnya.

Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian peran


dan fungsi seharihari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan
dengan keluarga sendiri dan orangtuanya, mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok social lainnya.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
A. Tujuan dari penulisan Asuhan Keperawatan Pasangan Baru Menikah ini
adalah memberikan gambaran aplikasi asuhan keperawatan keluarga pada
pasangan baru menikah dengan persiapan kelahiran anak pertama.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

A. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pemula(baru menikah).


B. Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang terjadi
pada keluarga pemula (baru menikah).
C. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga
pemula (baru menikah).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi
antara anak dan orang tuanya. Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan
warga atau keluarga yang berarti anggota kelompok kerabat. Keluarga menurut
sejumlah ahli adalah sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang
merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer yang
terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal,
hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi.

Menurut WHO keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Berdasar Undang-
Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian Keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah
dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).

Pada periode transisi, keluarga membutuhkan adaptasi yang cepat, sehingga


kondisi ini menempatkan keluarga menjadi sangat rentan dan mereka
memerlukan bantuan untuk beradaptasi dengan peran yang baru.

2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami beberapa
tipe keluarga. (Mubarak, dkk, 2011,)

a. Tradisional Nuclear

4
Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau kedduanya dapat bekerja diluar rumah.

b. Extended Family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

d. Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istridi rumah atau kedua-duanya bekerja


di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/
meniti karir.

e. Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya
dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

g. Dual cariier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak

h. Commuter married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Single adult

5
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin. j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah

k. Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalamm suatu panti-panti.

l. Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunanya didalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu menikah dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried parent and Child


Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anak diadopsi.

o. Cohibing Couple
Dua orang atau pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

3. Tugas Kesehatan Keluarga


Menurut Bailon dan Maglaya (1998) yang menyatakan bahwa tugas
kesehatan keluarga sebagai berikut :

a. mengenal masalah kesehatan


b. membuat kepitusan tindakan yang tepat
c. memeri perawatan anggota keluarga yang sakit
d. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarat.
B. Keluarga Baru Menikah
1. Definisi Keluarga Baru Menikah
Keluarga baru adalah saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

6
meninggalkan keluarga masing-masing (Setiadi, 2015). meninggalkan keluarga
bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih
tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya. fase ini dimulai dari saat perkawinan
hingga istri hamil. fase ini merupakan masa tersulit dalam kehidupan perkawinan,
angka perceraian tinggi pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama perkawinan.
Pasangan juga harus melakukan penyesuaian kepuasan (mutually satisfactory
adjustment) sejak awal perkawinan Keadaan akan makin sulit jika pasangan juga
harus melakukan penyesuaian di luar hubungan dengan suami /isterinya, misal :
melanjutkan sekolah, tugas luar kota, mobilitas tinggi, tergantung kepada
orangtua(tempat tinggal, finansial), hubungan dengan keluarga besar.

Menurut pendapat Dawn J . Lipthrott, LCSW seorang psikoterapis


dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa
ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam
pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya.
Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara
mendadak dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara
pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat
menghadapi dan melalui tahapannya. Yaitu

a. Tahap 1 : Rommantic Love


Merupakan tahap awal dari sebuah perkawinan pasangan suami istri
merasakan Cinta yang menggelora yakni masa-masa pengantin baru yang
ditandai dengan eratnya hubungan dan kuatnya nuansa romantis

b. Tahap 2 : disappointment or Distress


Tahapan proses mnyesuaikan mulai terjadi baik karakter, sifat,
kebiasaan, maupun sikap. Biasanya dalam proses ini pasangan suami-istri
mengalami proses emosional. Muncul rasa kecewa, marah, saling
menyalahkan, egois, dan berbagai bentung persinggungan lain.

7
c. Tahap 3 : knowledge and Awareness.
Pasangan suami istri sudah memahami bagaimana posisi dan diri
pasangannya, hubungan interpersonal sudah lebih kuat dan matang. Yang
merupakan tahapan transisi dimana hubungan akan memasuki fase yang
lebih stabil.

d. Tahap 4 : Transformation
Tahapan dimana masing-masing individu dalam pasangan berusaha
membuktikandiri sebagai pasangan yang ideal. Sudah berkembang
pemahaman yang relatif komprehensif antar-pasangan dan keduanya juga
telah matang dalam menyikapi perbedaan. Tahapan ini ditandai dengan
munculnya sifat menghargai, empati, danketulusan antar pasangan.

e. Tahap 5 : Real Love

Merupakan puncak hubungan dan berada pada kondisi yang matang,


stabil, dan kukuh. Yang ditandai dengan kembalinya keceriaan, kemesraan,
keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan. Pada tahapan
ini muncul dengan bentuk yang telah matang, stabil, dan kuat denga
kemauan dan usaha yang keras dari suatu pasangan

2. Batasan Keluarga Baru Menikah


Menurut Duvall (1957) keluarga baru menikah ataupun biasa disebut dengan
keluarga pasangan baru merupakan pasangan tanpa anak. Sependapat dengan
Duvall, menurut Feldman (1961) keluarga baru menikah merupakan pasangan
yang masih dalam tahap awal pernikahan (tanpa anak). juga menurut rodgers
(1964) dan Carter & McGoldrick (1980) merupakan pasangan baru dan belum
memiliki anak.

3. Tugas Keluarga Baru Menikah


Pembentukan pasangan melalui ikatan pernikahan menandakan permulaan
suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke
hubungan intim yang baru. Pasangan baru akan mengalami masa transisi dari
kehidupannya, transisi tersebut meliputi beberapa aspek antara lain perubahan

8
dalam hubungan personal, perubahan status dan peran, perubahan dalam
lingkungan.

Fase ini dimulai dari saat perkawinan hingga si istri hamil. Fase ini
merupakan masa tersulit dalam kehidupan perkawinan, angka perceraian tinggi
pada bulan-bulan awal hingga tahun pertama perkawinan. Pasangan jugA harus
melakukan penyesuaian kepuasan (mutually satisfactory adjustment) sejak awal
perkawinan Keadaan akan makin sulit jika pasangan juga harus melakukan
penyesuaian di luar hubungan dengan suami/isterinya, misal : melanjutkan
sekolah, tugas luar kota, mobilitas tinggi, tergantung kpd orangtua (tempat
tinggal, finansial), hubungan dengan keluarga besar.

Pasangan baru menikah akan mengalami perubahan dalam hubungan


personal, tambahan pasangan atau orang penting lainnya, kehilangan teman
bermain, perubahan dalam hubungan keluarga.

Pasangan baru juga mengalami perubahan peran dan status, dari status yang
belum menikah, tambahan peran sebagai orang tua, kemungkinan perubahan
dalam pekerjaan dan karir. Serta mengalami perubahan dalam lingkungan seperti
perpindahan rumah. Karena individu memiliki tugas perkembangan yang harus
mereka gapai agar tercapai kepuasan selama tahap perkembangan dan agar
mampu berkembang secara sukses pada tahap berikutnya, setiap tahap
perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan atau harapan peran
tertentu. Tugas perkembangan perkembangan dari tahap keluarga pasangan baru
atau baru menikah ini meliputi:

a. Membentuk pernikahan yang memang bagi kedua belah pihak


Ketika dua orang menikah, mereka akan mengalami perubahan
dakam peran serta fungsi. pasangan baru ini akan belajar menggabungkan
dua pandangan yang berbeda, berbeda, dua ide dan dua sifat yang berbeda
berbeda dari masing-masing masing-masing karakteristik karakteristik
sehingga satu sama lain dapat saling memahami. Belajar untuk hidup

9
bersama sementara menyediakan kebutuhan dasar lain dari masing-masing
pribadi merupakan tugas perkembangan yang penting. Mereka harus saling
mengakomodasi dalam banyak cara. misalnya, mereka harus
mengembangkan jadwal rutinitas makan, tidur, bangun di pagi hari, berbagi
kamar tidur. Dalam proses akomodasi bersama ini, serangkaian pola
transaksi dibentuk dan kemudian dipertahankan oleh pasangan, dengan setiap
pasangan memicu dan memantau perilaku pasangan lainnya. Kesuksesan
hubungan yang terbentuk tergantung pada bagaimana pasangan bisa saling
melengkapi kekurangan masing-masing dan mentoleransi perbedaan-
perbedaan yang ada. Satir (1983) menyatakan bahwa dalam hubungan yang
sehat, perbedaan dilihat untuk memperkaya hubungan pernikahan, mencapai
hubungan yang memuaskan bergantung pada perkembangan cara yang
memuaskan untuk menangani perbedaan. Menurut Harley (1994) cara sehat
untuk untuk mengatasi masalah berhubungan dengan kemampuan pasangan
untuk bersikap empati, saling mendukung, mampu berkomunikasi secara
terbuka dan jujur, serta melakukan pendekatan terhadap konflik dengan
perasaan saling menghargai. Bowen (1978) juga menyatakan bahwa
kesuksesan hubungan pernikahan akan bergantung pada seberapa baik setiap
pasangan membedakan atau memisahkan keluarga masing-masing dari
keluarga aslinya.

b. Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan.


Perpindahan peran dasar terjadi dalam pernikahan pertama, pada saat
pasangan berpindah dari rumah orang tua mereka ke latar tempat yang
tempat yang baru. Secara bersamaan, mereka menjadi anggota dari tiga buah
keluarga masing-masing keluarga asli mereka ditambah keluarga mereka
sendiri yang baru saja mereka ciptakan. Pasangan menghadapi tugas
perpisahan mereka sendiri dari masing masing keluarga asal mereka ke
keluarga yang baru dibentuk dan dalam menjalani hubungan yang berbeda
dari orang tua, saudara kandung, dan mertua, karena loyalitas primer kedua
pasangan harus berpindah ke hubungan pernikahan mereka. Bagi pasangan,

10
bagian yang tidak dapat dihindari ini membentuk hubungan baru dengan
setiap latar belakang orang tua, hubungan yang tidak hanya memungkinkan
untuk memberi dukungan mutual dan kesenangan tetapi juga untuk
melindungi keluarga baru dari pihak luar yang dapat mengganggu yang dapat
mengganggu hubungan pernikahan mereka.

c. Merencanakan sebuah keluarga


Menghasilkan keturunan adalah salah satu tujuan dari setiap
pernikahan. Menetapkan waktu akan waktu kehamilan serta memutuskan
untuk memiliki ataupun untuk tidak memiliki anak adalah keputusan
keluarga yang sangat penting.

d. Perhatian Kesehatan
Perhatian kesehatan yang dimaksud meliputi perhatian terkait dengan
penyesuaian peran seksual dan pernikahan, penyuluhan dan konseling
keluarga berencana, serta komunikasi. Untuk saat ini, konseling sangat
diperlukan sebelum pernikahan. Karena kurangnya informasi dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam pernikahan., seperti masalah seksual
dan emosional, perasaan bersalah, serta kehamilan yang tidak direncanakan.

Menurut Duvall (sociological perspective, 1985 beberapa tugas


perkembangan yang harus dijalani oleh pasangan pada fase pemantapan ini
agar bisa menjalani tahap ini dengan baik, antara lain :

a. Memantapkan tempat tinggal


b. Memantapkan sistem mendapatkan dan membelanjakan uang
c. Memantapkan pola siapa mengerjakan apa, siapa bertanggung jawab kepada
siapa
(pembagian peran & tanggung jawab)

d. Memantapkan kepuasan hubungan seksual


e. Memantapkan sistem komunikasi secara intelektual dan emosional
f. Memantapkan hubungan dengan keluarga besar
g. Memantapkan cara berinteraksi dengan teman; kolega dan organisasi

11
h. Menghadapi kemungkinan kehadiran anak dan perencanaannya
i. Memantapkan filosofi hidup sebagai pasangan suami isteri
Tugas perkembangan keluarga baru menikah (Rodgers cit
Friedman) :

a. Membina hubungan intim yang memuaskan.

1) Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru


2) Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.
3) Peran berubah.
4) Fungsi baru diterima.
5) Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar.
6) Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas
7) Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua
pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan minat
pasangan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis atau membina hubungan
dengan keluarga lain, teman dan kelompok social. Pasangan menghadapi tugas
memisahkan diri dari keluarga asal dan mengupayakan hubungan dengan orang tua
pasangan dan keluarga besar lainnya.

Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan


perkawinannya.

c. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih


KB.

4. Masalah pada Keluarga Baru Menikah

a. Penyesuaian seksual dan peran perkawinan


Bagi pasangan yang baru menikah, masa-masa bulan madu
terlewatkan dengan begitu cepat dan membuat membuat pasangan harus
menghadapi tekanan dari kehidupan sehari-hari yang dapat menganggu hasrat
seksual. Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual,
seringkali disebabkan oleh ketidaktahuan dan informasi yang salah yang

12
mengakibatkan kekecewaan dan harapan-harapan yang tidak realistis. Bahkan,
banyak pasangan yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-
keinginan yang tidak terpenuhi kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat
mempengaruhi hubungan seksual secara merugikan. (goldenberg dan
goldenberg, 1985).
b. Keluarga berencana
Apakah memiliki anak atau tidak, penentuan penentuan waktu untuk
hamil, tempat konsultasi dan melahirkan, dan jumlah anak merupakan suatu
keputusan keluarga yang sangat penting. Keluarga berencana yang kurang di
informasikan dan kurang efektif mempengaruhi kesehatan keluarga dalam
banyak cara; mobiditas dan moralitas ibu anak, menelatarkan anak, sehat sakit
orangtua, masalah-masalah perkembangan anak, termasuk inteligensia
kemampuan belajar dan perselisihan dalam perkawinan.

Pembentukan keluarga dengan sengaja dan terinformasi meliputi membuat


keputusan sendiri tentang kapan dan atau apakah ingin mempunyai anak, terlepas
dari pertimbangan kesehatan keluarga.

a. Konseling prenatal
Tipe perawatan kesehatan yang didapat keluarga sebagai sebuah unit selama
masa prenatal sangat mempengaruhi kemampuan keluarga mengatasi
perubahan- perubahan yang luar biasa dengan efektif setelah kehamilan bayi. d.
Komunikasi dan informasi
Komunikasi dan informasi : kurangnya informasi dapat mengakibatkan
masalah seksual, emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak
direncanakan, penyakit kelamin (sebelum dan sesudah pernikahan).

13
Format Asuhan Keperawatan Keluarga (Kelolaan)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
(YARSI) PONTIANAK

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama KK : Tn.S
b. Umur : 24 thn
c. Pekerjaan : Swasta
d. Pendidkan : SMA
e. Alamat : Jln. Trans Kalimantan, Sungaimbawang, Desa
Korek.
2. Komposisi keluarga
NO NAMA J.Klm Hub. Dg UMUR Pendidikan Pekerjaan
keluarga
1 Tn.S L Kepala keluarga 24 SMA Swasta
2 Ny.N P Istri 23 SMA Swasta

3. Genogram

Keterangan :
Laki-laki

14
Perempuan
4. Tipe keluarga : Pasangan Inti

5. Suku bangsa : Madura/Indonesia

6. Agama : Islam

7. Status social ekonomi keluarga

Tn.S mengatakan ia saat ini berkerja sebagai buruh pabrik dan Ny.N
hanya sebagai IRT dari pekerjaan Tn.S mendapatkan penghasilan
Rp.1.000.00,-/bulan. Dan menurut Ny.N itu hanya cukup untuk keperluan
sehari-hari.

8. Aktivits rekreasi keluarga

Saat ini mereka jarang untuk berkumpul bersama karena suami sibuk
bekerja sampai malam dan saat ini mereka juga ingin berkunjung ke
tempat- tempat wisata hanya saja karena kesibukan suami nya sehingga
mereka menunda rencana mereka tersebut.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Pasangan Baru Menikah.

2. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi

Saat ini keluarga Tn.S dan Ny.N sebagai keluarga baru/pasangan


baru. Ny.S sendiri sedang hamil anak pertama nya. Usia kehamilannya 30
minggu. Tn.S dan Ny.N merasa cemas serta khawatir akan apa yang
terjadi nanti nya jika Ny.N melahirkan, lalu bagaimana nantinya Ny.N
berperan sebagai seorang ibu. Sedangkan Tn. A mengeluhkan bahwa dia
khawatir tidak dapat menjalankan peran sebagai ayah sekaligus suami.
Keluarga Tn.S dan Ny.S nanti nya ingin membina hubungan baik dengan
keluarga lain, teman dan masyarakat disekitarnya. Menurut Ny.S pula dia
ingin merencanakan untuk mengumpulkan uang membangun rumah,
karena saat ini mereka masih mengontrak rumah.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti

Menurut Ny.N dalam keluarga mereka tidak terdapat penyakit


menular atau keturunan. Dan Ny.N juga tidak pernah mengalami penyakit
yang cukup serius hanya faktor kelelahan saja begitupun dengan Tn.S.

15
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Menurut pengakuan keluarga, tidak pernah mangalami sakit berat


yang memungkinkan meraka perlu perawatan di Rumah Sakit ataupun
perawatan dirumah yang lama, dan dari riwayat keluarga Tn.S tidak ada
yang memiliki penyakit kronis ataupun keturunan.

C. DATA LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah

Tempat tinggal Tn.S dan Ny.N masih merupakan rumah dengan


status kontrak. Tempat tinggalnya permanen dengan status kepemilikan
rumah orang lain. Luas rumah 100 m2. Lantai tempat tinggalnya
menggunakan keramik, rumah memiliki ventilasi yang cukup dan
ruangannya cukup terang dengan jendela 4 buah. Penerangan dimalam hari
menggunakan listrik, dan kadang pada siang hari juga masih digunakan
karena rumah tampak gelap. Penataan perabot teratur.
Keluarga memanfaatkan sumur bor untuk kebutuhan pembersihan diri dan
sebagainya. Kebersihan kamar mandi dan jamban yang cukup. Dalam
pengelolahan sampah rumah tangga keluarga memiliki tempat sampah
untuk penampung sampah dan jika sudah penuh kadang di bakar dan yang
basah dibuang pada TPA. Dan secara umum kebersihan rumah cukup.

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Diwilayah Tn.S dan Ny.N jarak antara satu rumah dengan yang
lainnya cukup dekat. Dan untuk kegiatan seperti arisan atau kegiatan
lainnya. Ny.N mengatakan belum mengikuti karena masih pasangan yang
baru menikah.

3. Mobilitas geografis keluarga

Menurut Ny.N selama ini mereka masih mengontrak rumah.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Menurut Tn.S dan Ny.N, kedua keluarga tidak terdapat perkumpulan


khusus, hanya saja saat kemarin acara pernikahannya, semua keluarga
berkumpul.

5. Sistem pendukung keluarga

Saat ini dalam keluarga tidak terdapat keluarga yang sakit, dan
hubungan satu keluarga dengan yang lainnya cukup baik.

16
D. STRUKTUR KELUARGA

1. Struktur peran

Tn.S sebagai kepala keluarga berperan sebagai memimpin keluarga


dan di bantu oleh Ny.N berperan sebagai IRT.

2. Nilai dan norma keluarga

Sebagai bagian dari masyarakat melayu dan beragama islam


memiliki nilai-nilai dan dan norma yang dianut seperti sopan santun
terhadap orang tua dan suaminya.

3. Pola komunikasi keluarga


Menurut Tn.S dan Ny.N. dalam keluarganya biasanya berkomunikasi
dengan bahasa melayu dan indonesia.
4. Struktur kekuatan keluarga

Dalam keluarga Tn.S dan Ny.N, Tn.S sebagai kepala keluarga


berkewajiban mencari nafkah untuk keluarga dan Ny.N menjalankan
perannya sebagai istri yang harus menyiapkan keperluan suaminya
dirumah. Dan menurutnya dia sering masak dan jarang makan diluar.

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif

Hubungan keluarga satu sama lain baik dan saling membantu bila
salah satunya sakit.

2. Fungsi sosialisasi

Sejauh ini hubungan antara Tn.S dan Ny.N terhadap keluarga mereka
masing-masing baik dan saat ini Ny.N berusaha untuk belajar dan banyak
bertanya kepada orang-orang yang lebih berpengalaman seperti orang tua,
kakak, dan teman-teman serta tetangga mengenai tugas, peran, dan fungsi
keluarga yang baik.

3. Fungsi keperawatan keluarga

17
Manurut keluarganya, masalah kesehatan yang dihadapi saat ini
adalah Ny.N dan Tn.S belum mengetahui bagaimana cara untuk
menyiapkan kelahiran yang baik dan benar, serta klien juga belum
mengetahui bagaimana peran nanti nya setelah Ny.N melahirkan.

Yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang


sedang dialami sejauh ini dirinya hanya bertanya kepada orang tua, kakak,
dan teman-teman yang telah menikah. Dan apabila orang- orang yang
mereka tanya tidak tau barulah ia mulai bertanya ke patugas kesehatan.

Cara merawat apabila ada anggota keluarga yang sakit ialah dengan
cara memberi makan, minum obat, dan selalu menjaga kenyaman dan
istirahat anggota keluarga yang sakit.

Dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan, Ny.N bisa


mengatur perabot-perabot rumah tangganya dengan baik karena dapur
yang ada cukup memadai.

Ny.N mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar


rumahnya tetapi mereka jarang ke fasilitas pelayanan tersebut hanya pada
saat waktu tertentu saja.

4. Fungsi ekonomi

Menurut pengakuan dari Ny.N suami nya berusaha dalam uhan


kebutuhan sandang, pangan, dan papan dengan jalan Tn.S bekerja sebagai
driver ojek online.

5. Fungsi reproduksi

Saat ini Ny.N tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan Ny.N.


Sedang hamil anak pertama nya.

F. STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka pendek dan panjang

Menurut Ny.N dirinya tidak tahu dari pihak suaminya sedang


mengalami pikiran atau tidak, tetapi dari dirinya yang menjadi stresor
adalah adaptasi dengan rumah tangganya yang masih baru dimana dia saat
ini sedang hamil 30 minggu dan suami nya bekerja sampai malam.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

18
Baik. Ny.N sekarang lagi berusaha belajar menjadi ibu rumah tangga
yang baik dengan belajar memasak, mengurusi suaminya dan lebih
bersabar menahan rindu karena suaminya mencari nafkah hingga malam
hari. 3. Strategi koping yang digunakan :

Untuk menghadapi stressor Ny.N banyak belajar dari orang tuanya dan
teman-temannya yang sudah menikah tentang cara mengurusi rumah
tangga.

G. PEMERIKSAAN KESEHATAN

No Yang Diperiksa Tn.S Ny.N


1 Keadaan Umum Baik Baik

2 Tanda-tanda Vital
Tekanan darah 120/70 110/60
Nadi 82x/m 80x/m
Suhu 37°c 36,5°c
Pernafasan 20x/m 20x/m

3 Tinggi Badan 165 cm 157 cm

4 Berat Badan 70 kg 54 kg

5 IMT 25.71 21.91

6 Kepala Normal Normal

7 Rambut Bersih Bersih

8 Mata Simetris Simetris


Sklera Non Non
Konjungtiva Ikterik ikterik
9 Telinga Normal Normal

10 Hidung Normal Normal

19
H. HARAPAN KELUARGA
ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH/DIAGNOSA
Data subjektif : Kurangnya pemahaman terhadap Defisit pengetahuan
1. Ny.N mengatakan belum penatalaksanaan kesehatan dan
mengetahui bagaimana cara persiapan kelahiran.
untuk menyiapkan kelahiran
yang baik dan benar.
2. Klien mengatakan belum
mengetahui bagaimana peran
nantinya setelah Ny.N
melahirkan.

Data objektif :
1. Usia kehamilan pasien sudah
menginjak 30 minggu.
2. Usia Ny.N 23 tahun dan Tn.S
25 tahun
3. Ny.D hamil anak pertama

Data subjektif : Perubahan besar status kesehatan dan Ansietas


1. Ny.N mengatakan merasa status peran
cemas serta khawatir akan apa
yang terjadi nanti nya jika
Ny.N melahirkan.
2. Tn.S mengatakan bahwa
diakhawatir tidak dapat
menjalankan peran sebagai
ayah sekaligus suami
Data Objektif :
1. Klien nampak sangat
khawatir
2. Ny.N tidak mengetahui
suaminya sedang banyak
pikiran atau tidak

20
3. Tn. A
TD : 110/70 mmHg
Rr : 22x/ menit
S : 36, 5 derajat celcius
N : 76 x/ menit
4. Ny. D
TD : 100/80 mmHg
Rr : 16 x/menit
S : 36,5 derajat celcius
N : 90 x/ menit

PRIORITAS MASALAH
NO KRITERIA NILAI PEMBENARAN
1. Sifat masalah: 1 Masalah sudah terjadi dan perlu segera di cegah

2. Kemungkinan masalah 2 Keluarga kurang pengetahuan tentang persiapan


untuk diubah: kelahiran

3. Potensi masalah untuk 1 Diharapkan keluarga Tn.S dapat mengetahui


dicegah: persiapan kelahiran

4. Menonjolnya masalah: 1 Menurut Tn.S keluarga kurang mengetahui cara


mempersiapkan kelahiran

JUMLAH 5

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisit pengetahuan b/d Kurangnya pemahaman terhadap penatalaksanaan
kesehatan dan persiapan kelahiran
2. Ansietas b/d perubahan besar status kesehatan dan status peran

21
22
III. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan Kriteria Standar Hasil Intervensi Keperawatan
Tujuan umum : Keluarga mampu Verbal 1. keluarga dapat mengetahui 1. Ciptakan hubungan saling percaya
memahami tentang penatalaksanaan penatalaksanaan kesehatan perawat- pasien- keluarga
Kesehatan dan persiapan kelahiran 2. keluarga dapat mengetahui bagaimana 2. Kaji keluhan selama hamil
Tujuan khusus : Setelah dilakukan cara mempersiapkan kelahiran yang benar 3. Berikan informasi adequate Tentang
kegiatan pendidikan Kesehatan 3. keluarga dapat mengkomunikasikan kehamilan dan bagaimana
rencana apa saja dalam mempersiapkan mempersiapkan kelahiran
Selama beberapa hari keluarga dapat
kelahiran 4. Beri kesempatan kepada pasien,
1. mengenal masalah pengetahuan 4. keluarga memutuskan bagaimana rencana
pasangan, anggota keluarga untuk
Penatalaksanaan kesehatan dan dalam mempersiapkan kelahiran mengutarakan perasaan terhadap
kelahiran Sikap kehamilan yang dijalani dan harapan
2. mengetahui cara Mempersiapkan dan masalah yang mungkin ada terkait
kelahiran yang benar Psikomotor kehamilan dan kelahiran.
3.membuat keputusan dalam 5. Diskusikan bersama pasien, pasangan,
perencanaan dengan keluarga dalam pasangan, anggota keluarga yang lain
mempersiapkan kelahiran kebutuhan kelahiran.
6. Ajarkan Teknik persalinan yang
diperlukan untuk proses persalinan dan
persiapan menjadi ibu : latihan
nafas ,senam hamil Teknik mengejan
yang benar, cara perawatan payudara,
dan cara menyusui

23
Tujuan Kriteria Standar Hasil Intervensi Keperawatan
Tujuan umum : Klien dapat mengatasi Verbal 1. Klien mampu mengidentifikasi dan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
kecemasan Tujuan khusus : pengetahuan mengungkapkan gejala cemas 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 2. Klien dapat menunjukkan teknik pelaku pasien
selama beberapa hari keluarga dapat: mengontrol cemas Klien 3. Dengarkan dengan penuh perhatian
1. Mengidentifikasi dan mengungkapkan 3. menunjukkan cemas berkurang 4. Bantu pasien mengenal situasi yang
gejala cemas menimbulkan kecemasan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan 5. Dorong pasien untuk mengungkapkan
Sikap
dan menunjukkan teknik untuk perasaan, ketakutan, persepsi
mengontrol cemas 6. Instruksikan pasien menggunakan Teknik
3. Ttv dalam batas normal relaksasi
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 7. Dorong keluarga untuk menemani klien
tubuh dan tingkat aktivitas 8. Identifikasi tingkat kecemasan
menunjukkan berkurangnya Psikomotor 9. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
kecemasan stres

24
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Defisit pengetahuan b.d 1. Ciptakan hubungan saling percaya S:
kurangnya pemahaman tentang perawat- pasien- keluarga 1. Ny.N mengatakan memahami
kesehatan dan persiapan kelahiran 2. Kaji keluhan selama hamil penjelasan tentang kehamilan
3. Berikan informasi adequate Tentang dan bagaimana mempersiapkan
kehamilan dan bagaimana
kelahiran.
mempersiapkan kelahiran
4. Beri kesempatan kepada pasien, 2. Pasien memahami apa saja
pasangan, anggota keluarga untuk yang perlu di persiapkan untuk
mengutarakan perasaan terhadap kelahiran.
kehamilan yang dijalani dan harapan 3. Pasien memahami Teknik
dan masalah yang mungkin ada persalinan pada saat proses
terkait kehamilan dan kelahiran. persalinan nanti.
5. Diskusikan bersama pasien, O:
pasangan, anggota keluarga yang 1. Pasien tampak mengerti
lain kebutuhan kelahiran.
dengan apa yang sudah di
6. Ajarkan Teknik persalinan yang
sampaikan.
diperlukan untuk proses persalinan
dan persiapan menjadi ibu : latihan 2. Pasien dapat mengulangi hal
nafas ,senam hamil Teknik yang sudah di sampaikan.
mengejan yang benar, cara 3. Pasien mengerti apa saja yang
perawatan payudara, dan cara perlu di persiapkan untuk
menyusui persalinan
A: Masalah teratasi.
P: Intervensi di berhentikan.
2 Ansietas b.d status kesehatan dan 1. Monitor TTV S:
status peran 2. Gunakan pendekatan yang 1. Pasien mengatan paham

25
menenangkan dengan intruksi untuk Tarik
3. Nyatakan dengan jelas harapan nafas dalam.
terhadap pelaku pasien 2. Keluarga mengatakan dapat
4. Dengarkan dengan penuh memahami pasien.
perhatian
O:
5. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan 1. TTV dalam batas normal.
6. Dorong pasien untuk 2. Pasien tampak melakukan
mengungkapkan perasaan, Tarik nafas dalam di saat
ketakutan, persepsi mengalami ansietas.
7. Instruksikan pasien menggunakan 3. Keluarga pasien tampak lebih
Teknik relaksasi memahami pasien
8. Dorong keluarga untuk menemani A: masalah teratasi
klien P: intervensi di berhentikan.
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Pahami prespektif pasien terhadap
situasi stres

26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran
masing-masing danmerupakan bagian dari keluarga. Sedangkan keluarga baru
pemula adalah saat dimana masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing.

Pengkajian:

Saat ini keluarga Tn. A dan Ny. R sebagai keluarga baru/pasangan baru.
Ny. R sendiri sedang hamil anak pertama nya. Usia kehamilannya 30 minggu. Tn.
A dan Ny. R merasa cemas serta khawatir akan apa yang terjadi nanti nya jika Ny.
R melahirkan, lalu bagaimana nantinya Ny. R berperan sebagai seorang ibu.
Sedangkan Tn. A mengeluhkan bahwa dia khawatir tidak dapat menjalankan peran
sebagai ayah sekaligus suami. Keluarga Tn. A dan Ny. R nanti nya ingin membina
hubungan baik dengan keluarga lain, teman dan masyarakat disekitarnya. Menurut
Ny. R pula dia ingin merencanakan untuk mengumpulkan uang membangun
rumah, karena saat ini mereka masih mengontrak rumah.

Diagnosa :
1. Defisit pengetahuan b/d Kurangnya pemahaman terhadap penatalaksanaan
kesehatan dan persiapan kelahiran
2.Ansietas b/d perubahan besar status kesehatan dan status peran
Perencanaan Dx 1 :
1. Ciptakan hubungan saling percaya perawat- pasien- keluarga
2. Kaji keluhan selama hamil
3. Berikan informasi adequate Tentang kehamilan dan bagaimana mempersiapkan
kelahiran
4. Beri kesempatan kepada pasien, pasangan, anggota keluarga untuk
mengutarakan perasaan terhadap kehamilan yang dijalani dan harapan dan
masalah yang mungkin ada terkait kehamilan dan kelahiran.
5. Diskusikan bersama pasien, pasangan, pasangan, anggota keluarga yang lain
kebutuhan kelahiran.kelahiran.

27
6. Ajarkan Teknik persalinan yang diperlukan untuk proses persalinan dan
persiapan menjadi ibu: latihan nafas senam hamil Teknik mengejan yang benar,
cara perawatan payudara, dan cara menyusui
Dx 2 :
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
f. Instruksikan pasien menggunakan Teknik relaksasi
g. Dorong keluarga untuk menemani klien
h. Identifikasi tingkat kecemasan
i. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress

B. SARAN
Materi asuhan keperawatan keluarga baru atau pemula sebaiknya dipelajari
oleh seluruh mahasiswa sebagai bekal praktik lapangan di keperawatan keluarga,
sehingga sebagai perawat kita dapat memaksimalkan peran promotif dan preventif
terhadap kejadian permasalahan pada keluarga baru menikah.

28
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8
Jakarta:EGC.
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik (Edisi 3)
Jakarta: EGC.
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan I
Friedman1. Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik (Edisi 5).
Friedman1. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik (Edisi 3).
mubarak, sahid Ikbal, dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep Dan aplikasi
Buku.

29
SAP
Satuan Acara Penyuluhan
Topik : Tugas Perkembangan Keluarga Baru Menikah persiapan
kelahiran anak pertama
Hari / Tanggal : 8 Desember 2021
Waktu / jam : 45 menit / 08.00 – 08.45 WIB
Tempat : Rumah Tn. S
Peserta : Keluarga Tn.S dan Ny.N
Penyuluh : Dinda Khairunnisa
A. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga Tn.S dan Ny.N
memahami tugas perkembangan keluarga persiapan kelahiran anak
pertama.
B. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit Tn.S dan Ny.N
mampu :
1. Menjelaskan tugas perkembangan keluarga baru menikah
2. Menjelaskan persiapan apa saja yang diperlukan untuk kelahiran
anak pertama
3. Mampu melakukan Teknik persalinan yang diperlukan untuk proses
persalinan dan persiapan menjadi ibu
C. Materi
1. Tugas perkembangan keluarga baru menikah
2. Persiapan guna kelahiran anak pertama
3. Teknik persalinan yang diperlukan untuk proses persalinan dan
persiapan menjadi ibu
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Media
Laptop
F. Evaluasi

30
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan
yang telah ditetapkan.
G. Materi penyuluhan tugas perkembangan keluarga baru menikah.
1. Tugas perkembangan keluarga baru menikah
Tugas perkembangan perkembangan dari tahap keluarga
pasangan baru atau baru menikah ini meliputi :
a. Membentuk pernikahan yang memang bagi kedua belah
pihak
Ketika dua orang menikah, mereka akan
mengalami perubahan dakam peran serta fungsi. pasangan
baru ini akan belajar menggabungkan dua pandangan yang
berbeda, bdua ide dan dua sifat yang berbeda berbeda dari
masing-masing masing-masing karakteristik sehingga satu
sama lain dapat saling memahami. Belajar untuk hidup
bersama sementara menyediakan kebutuhan dasar lain dari
masing-masing pribadi merupakan tugas perkembangan
yang penting. Mereka harus saling mengakomodasi dalam
banyak cara. misalnya, mereka harus mengembangkan
jadwal rutinitas makan, tidur, bangun di pagi hari, berbagi
kamar tidur.
Dalam proses akomodasi bersama ini, serangkaian
pola transaksi dibentuk dan kemudian dipertahankan oleh
pasangan, dengan setiap pasangan memicu dan memantau
perilaku pasangan lainnya. Kesuksesan hubungan yang
terbentuk tergantung pada bagaimana pasangan bisa saling
melengkapi kekurangan masing-masing dan mentoleransi
perbedaan- perbedaan yang ada. Satir (1983) menyatakan
bahwa dalam hubungan yang sehat, perbedaan dilihat untuk
memperkaya hubungan pernikahan, mencapai hubungan
yang memuaskan bergantung pada perkembangan cara yang
memuaskan untuk menangani perbedaan.

31
Menurut Harley (1994) cara sehat untuk untuk
mengatasi masalah berhubungan dengan kemampuan
pasangan untuk bersikap empati, saling mendukung, mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur, serta melakukan
pendekatan terhadap konflik dengan perasaan saling
menghargai.
Bowen (1978) juga menyatakan bahwa kesuksesan
hubungan pernikahan akan bergantung pada seberapa baik
setiap pasangan membedakan atau memisahkan keluarga
masing-masing dari keluarga aslinya.
b. Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan.
Perpindahan peran dasar terjadi dalam pernikahan
pertama, pada saat pasangan berpindah dari rumah orang tua
mereka ke latar tempat yang tempat yang baru. Secara
bersamaan, mereka menjadi anggota dari tiga buah keluarga
masing-masing keluarga asli mereka ditambah keluarga
mereka sendiri yang baru saja mereka ciptakan. Pasangan
menghadapi tugas perpisahan mereka sendiri dari masing
masing keluarga asal mereka ke keluarga yang baru
dibentuk dan dalam menjalani hubungan yang berbeda dari
orang tua, saudara kandung, dan mertua, karena loyalitas
primer kedua pasangan harus berpindah ke hubungan
pernikahan mereka. Bagi pasangan, bagian yang tidak dapat
dihindari ini membentuk hubungan baru dengan setiap latar
belakang orang tua, hubungan yang tidak hanya
memungkinkan untuk memberi dukungan mutual dan
kesenangan tetapi juga untuk melindungi keluarga baru dari
pihak luar yang dapat mengganggu yang dapat mengganggu
hubungan pernikahan mereka.
c. Merencanakan sebuah keluarga
Menghasilkan keturunan adalah salah satu tujuan
dari setiap pernikahan. Menetapkan waktu akan waktu

32
kehamilan serta memutuskan untuk memiliki ataupun untuk
tidak memiliki anak adalah keputusan keluarga yang sangat
penting.
d. Perhatian Kesehatan
Perhatian kesehatan yang dimaksud meliputi
perhatian terkait dengan penyesuaian peran seksual dan
pernikahan, penyuluhan dan konseling keluarga berencana,
serta komunikasi. Untuk saat ini, konseling sangat
diperlukan sebelum pernikahan. Karena kurangnya
informasi dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
pernikahan., seperti masalah seksual dan emosional,
perasaan bersalah, serta kehamilan yang tidak direncanakan.
2. Persiapan kelahiran anak pertama
Menurut Harumawati (2012), menyatakan bahwa dalam
persalinan ada empat hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
a. Persiapan fisik
Persiapan fisik persiapan persalinan meliputi
kesiapan kondisi kesehatan ibu, meliputi kesiapan hal-hal
yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama hamil
sampai menjelang persalinan. pengaturan kebutuhan nutrisi
saat kehamilan, serta upaya perencanaan persiapan
persalinan dan pencegahan komplikasi yang mencakup
tanda-tanda bahaya dan tanda-tanda persalinan. Dalam
menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan
makanan bergizi dan minum yang cukup banyak. Tetap
melakukan aktivitas seperti berjalan pagi, atau kegiatan
rumah lainnya, dan tetap istirahat yang cukup juga
merupakan persiapan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu.
Dengan mengetahui teknik mengedan dan bernafas yang
baik juga dapat memperlancar dan memberikan ketenangan
dalam proses persalinan (Isnandi dalam Harumawati, 2012).

33
Penting untuk ibu menjaga kebersihan badan dan
kesesuaian pakaian. Kebersihan badan menjelang persalinan
bermanfaat karena dapat mengurangi kemungkinan adanya
kuman yang masuk selama persalinan dan dapat mengurangi
terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan merasa
nyaman selama menjalani proses persalinan (Iskandar dalam
Harumawati, 2012).
b. Persiapan psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang
persalinan yaitu hindari kepanikan dan ketakutan dan
bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui saat saat
persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta
dukungan dari orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih
sayang tentu akan membantu memberikan semangat untuk
ibu yang akan melahirkan dan merupakan motivasi
tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapi persalinan (Sjafriani dalam Harumawati, 2012).
Perasaan takut dalam persalinan dapat diatasi dengan
meminta keluarga atau suami untuk memberikan sentuhan
kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat
berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap
keluhan ibu atau keluarga (Sjafriani dalam Harumawati,
2012).
c. Persiapan finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak harus disiapkan,
dimana berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang
dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan
berlangsung sampai persalinan seperti menyiapkan biaya
persalinan, menyiapkan popok bayi dan perlengkapan
lainnya (Sjafriani dalam Harumawati, 2012). Menyiapkan

34
pendonor darah ketika dibutuhkan transfusi darah setelah
persalinan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dan
disiapkan (Gitanurani, 2017).

d. Persiapan kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan
tradisi yang kurang baik terhadap kehamilan agar persiapan
yang berhubungan dengan kebiasaan tidak baik selama
kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan
perilaku yang pantas selama masa kehamilan akan
mempengaruhi respon suami maupun petugas kesehatan
terhadap kebutuhan ibu (Bobak, 2004).
Menurut Kemenkes RI dalam Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu (2013) menyebutkan bahwa yang termasuk
persiapan persalinan, yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai
siapa yang akan menolong persalinan, dimana akan
melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani
dalam persalinan, kemungkinan kesiapan donor darah bila
timbul permasalahan, metode transportasi bila diperlukan
rujukan, dan dukungan biaya.

35
36
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI

37

Anda mungkin juga menyukai