G DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL DI RUANG PERISTI RUMAH SAKIT
EMANUEL
Disusun Oleh :
Afifah Wulandari
Agus Fajar Handoyo
Ahmad Syifaudin
Awaliyah Nurrohmah
Sri Setiani
A. Anatomi Fisiologi
Menurut Pearce (2013) anatomi fisiologi gangguan eliminasi fekal antara lain:
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan, didalam mulut terdapat gigi,
lidah, dan saliva. Di dalam mulut terjadi proses pencernaan mekanik dan
kimiawi. Mekanik dengan gigi sedangkan kimiawi menggunakan enzim
ptyalin yang berfungsi untuk mengubah zat tepung menjadi zat gula
(maltose). Proses mengunyah terjadi ketika menggigit dan menggiling
makanan diantara gigi atas dan bawah sedangkan ludah membasahi
makanan agar mudah untuk ditelan.
2. Kerongkongan (esophagus)
Esophagus adalah tabung sepanjang 25cm (10 inci) yang dimulai dari
laring faring dan turun di belakang trakea melalui mediastrinum. Makanan
di dorong ddi esophagus menuju lambung secara peristaltic.
3. Lambung
Lambung adalah organ pencernaan yang berfungsi untuk menerima
makanan dari esophagus. Di dalam lambung terdapat enzim pepsin yang
berfungsi mengubah protein menjadi pepton, enzim renin berfungsi
mengubah kasinogen menjadi kasein, sedangkan HCl untuk membunuh
kuman. Pada saat makanan masuk ke lambung dari esophagus ke lambung
kelenjar dalam lambung mengeluarkan secret yaitu getah lambung yang
mengasamkan semua makanan dan bekerja sebagai zat antiseptic dan
disinfektan untuk membunuh kuman yang ikut masuk dari makanan.
Kemudian adanya enzim pepsin yang membuat makanan lebih mudah
larut, sedangkan renin yang membentuk kasein yang dapat larut.
4. Usus halus
Usus halus adalah organ berbentuk tabung dengan panjang kira – kira 2,5
meter. Terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Gerakan
usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan,
memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontrak dengan sel
absorbtif, dan mendorong zat sisa memasuki usus besar.
5. Usus besar
Usus besar terbagi menjadi 3 bagin yaitu sekum, kolon, dan rectum. Kolon
sendiri terbagi menjadi 3 yaitu kolon asenden, desenden, dan transversum.
Rectum adalah bagian akhir dan menuju ke anus. Usus besar terbagi
mengabsorbsi 80 – 90 % dari kimus yang tersisa yang mengubah kimus
dari cairan menjadi massa semi padat.
B. Definisi
Menurut Kasiati & Rosmalawati (2016) eliminasi fekal atau disebut
juga dengan defekasi merupakan proses normal tubuh yang penting bagi
kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan
disebut feces. Feces adalah sisa sampah dari proses pencernaan makanan. Jika
terjadi gangguan pada eliminasi fekal maka akan memnyebabkan gangguan
pada system gastrointestinal
Menurut WHO (2013) dalam Sumampow et al (2017) Diare
merupakan kondisi dimana individu mengalami buang air besar dengan
frekuensi sebanyak 3 kali atau lebih perhari dengan konsistensi tinja
berbentuk cairan.
Dari pengertian di atas dapat kami simpulkan bahwa gangguan
eliminasi fekal adalah gangguan pada saat pembuangan sisa produk sampah
dari system pencernaan. Salah satu gangguan eliminasi fekal adalah diare
yaitu frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali perhari dengan konsistensi
tinja cair.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Jainurakhma et al (2021) tanda dan gejala diare diantara lain :
1. Gejala umum
a. Feces cair atau lembek
Disebabkan karena peristaltic di usus semakin cepat maka absorbs
cairan dalam usus berkurang sehingga feces yang dikeluarkan
cenderung cair.
b. Muntah
Gejala ini muncul karena roses infeksi.
c. Demam
Anak dibawah 5 tahun 40,5 derajat celcius sedangkan anak dibawah 6
bulan 38 derajat celcius.
d. Dehidrasi
Terjadi karena pada saat bab mengeluarkan banyak cairan tubuh.
Ditandai dengan mata cekung, elastisitas kulit maupun apatis, serta
gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibro cholererae
Diare hebat, warna tinja putih dan berbau amis
b. Disentriform
Tinja berlendir dan berdarah
D. Mekanisme terjadinya gangguan
Menurut Sumampow et al (2017) diare terbagi menjadi 2 yaitu diare
infeksi dan noninfeksi. Diare karena infeksi adalah diare yang disebabkan
karena bakteri, virus, maupun protozoa. Sedangkan diare non infeksi adalah
diare yang terjadi adanya luka pada dinding usus kecil atau mukosa usus
akibat ulserasi. Dari beberapa tadi mengakibatkan peradangan pada usus dan
motilitas usus sehingga tekanan osmotic meningkat mengakibatkan reabsorbsi
didalam usus besar terganggu dan merasangsang usus menegluarkan isinya
serta ditandai dengan BAB konsistensi cair dan inflamasi saluran cerna.
E. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Jainurakhma et al (2021) pemeriksaan diagnostic untuk diare
diantara lain :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet bila
diduga ada intoleransi gula
2. Pemeriksaan darah tepi
Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematocrit, leukosit, hitung
jenis leukosit)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit
Terutama kadar natrium, kalium, dan fosfor dalam serum (terutama pada
penderita diare yang disertai kejang)
5. Pemeriksaan intubasi duodenum
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui jasad renik atau parasite
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.
F. Penatalaksanaan
Menurut Diyono & Mulyati (2016) penatalksanaan yang digunakan untuk
klien dengan diare antara lain :
1. Rehidrasi
Rehidrasi digunakan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang serta
mempertahankan elektrolit yang ada dalam tubuh. Rehidrasi yang
digunakan adalah oralit yang merupakan campuran garam elektrolit,
seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl)dan trisodium sitrat
hidrat, serta glukosa anhidrat.
2. Nutrisi
Makanan pada saat anak diare tidak boleh dihentikan selama diare, bahkan
harus ditingkatkan dengan tujuan untuk menghindari dampak negative
diare terhadap status gizi anak.
3. Pemberian zinc
Menggantikan zinc yang hilang dalam tubuh memang penting guna
membantu penyembuhan. Suplemen zinc yang diberikan selama episode
diare akan mengurangi durasi dan keparahan diare dan menurunkan
kejadian diare dalam 2 – 3 bulan berikutnya.
BAB II
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Berikut beberapa focus pengkajian pada pasien dengan diare :
1. Riwayat keperawatan
a. Pola defekasi (frekuensi, berubah/tidak)
b. Perilaku defekasi
Bagaimana klien mempertahankan defekasi)
c. Deskripsi feces
Warna, bau, tekstur
d. Diet
1) Apakah makanan mempengaruhi pola defekasi klien ?
2) Apa yang biasa klien makan ?
3) Apa makanan yang dihindari ?
4) Apa klien makan teratur ?
e. Cairan, jumlah, jenis minuman yang dikonsumsi
f. Aktifitas
1) Kegiatan sehari – hari
2) Kegiatan spesifik
g. Penggunaan medikasi
h. Stress
1) Apakah stress berkepanjangan ?
2) Koping apa yang digunakan ?
3) Bagaimana respon klien saat stress ?
i. Pembedahan / penyakit menetap
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen
1) Inspeksi untuk melihat bentuknya
2) Auskultasi untuk mendengar bising usus (frekuensi dan kualitas)
3) Perkusi untuk mengetahui adanya distensi
b. Rectum dan anus
Inspeksi : amati inflamasi, perubahan warna, lesi, lecet, fistula,
konsistensi
c. Feces diamati dan dicatat konsistensi, bentuk, bau, jumlah, amati unsur
abnormalnya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi gastrointestinal
2. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient, peningkatan kebutuhab metabolisme
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
C. Intervensi Keperawatan
Diyono, & Mulyati, S. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
id=jja2DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Asuhan+Keperawatan+diare
&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiHybymn7LxAhVESX0KHe7uA7oQ6AEwB
HoECAwQAw#v=onepage&q=Asuhan%20Keperawatan%20diare&f=false
Jainurakhma, J., Koerniawan, D., Supriadi, E., Frisca, S., Perdani, Z. P., Budiono,
Malisa, N., Aileen, G., Windahandayani, Y. V., Mawarti, H., Rantung, J.,
Menulis. https://books.google.co.id/books?
id=ke0sEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=inauthor:%22Edi+Supriadi
%22&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
content/uploads/2017/08/Kebutuhan-dasar-manusia-komprehensif.pdf
Pearce, E. C. (2013). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sumampow, O. J., Soemarmo, Andarini, S., & Sriwahyuni, E. (2017). Diare Balita
sc=y#v=onepage&q=diare&f=false
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat