Anda di halaman 1dari 10

No Author/Penulis Judul Research Gap Finding

1 (Maringgal et al., 2019) The causal agent of anthracnose in Fungsi KH sebagai Hasil menunjukkan bahwa semua
papaya fruit and control by three biokontrol untuk sampel mengandung asam galat, asam
different Malaysian stingless bee mengendalikan kumarat, asam ferulat, dan asam
honeys, and the chemical profle penyakit masih salisilat sebagai senyawa fenolik.
sedikit diteliti sedangkan naringenin dan kaempferol
sebagai senyawa flavonoid yang
memiliki potensi sebagai antijamur.
2 (Mendy et al., 2019) Antifungal properties of Aloe vera Studi penelitian telah Hasil menunjukan bahwa Lidah buaya
through in vitro and in vivo menunjukkan bahwa sebagai pelapis potensial untuk
screening against postharvest gel lidah buaya mengendalikan jamur pascapanen
pathogens of papaya fruit memiliki aktivitas buah pepaya.
anti mikroba yang
memberikan
penghalang
pertahanan terhadap
mikroba kontaminasi
buah dan sayuran.
Tetapi penelitian
megenai efek
antijamur Aloe vera
pada buah pepaya
masih sedikit diteliti.
3 (dos Passos Braga et al., Characterization of edible Namun, karakterisasi Pepaya yang dilapisi dengan Chi +
2020) coatings formulated with chitosan pelapis untuk MVEO atau MPEO mengalami
and Mentha essential oils and diformulasikan penurunan kekencangan, penurunan
their use to preserve papaya dengan campuran berat badan, total padatan terlarut dan
(Carica papaya L.) antijamur Chi dan aktivitas enzimatik, serta evolusi
MVEO atau MPEO warna pulp dan kulit yang tertunda
ini, sebagai selama penyimpanan ketika
serta pengukuran dibandingkan dengan pepaya yang
efeknya pada tidak dilapisi. Aplikasi pelapisan Chi +
parameter yang MVEO atau MPEO menyebabkan
menunjukkan pematangan tertunda tanpa efek
kualitas pascapanen negatif pada kualitas pascapanen
pepaya secara pepaya.
keseluruhan masih
kurang diteliti.
4 (Peralta-Ruiz et al., 2020) Colletotrichum gloesporioides Tidak ada data Hasil menunjukan bahwa aktivitas
inhibition using chitosan-Ruta dalam literatur antijamur dari Emulsi CHI-REO
graveolens L essential oil ilmiah di mana rue menghasilkan penghambatan
coatings: Studies in vitro and in essensial oil (REO) signifikan Colletotrichum
situ on Carica papaya fruit telah diterapkan gloeosporioides pertumbuhan in vitro
dalam emulsi kitosan dan in situ. pada pepaya Maradol
untuk menghambat (Carica pepaya L.) selama 12 hari
pertumbuhan jamur penyimpanan pada suhu 20 ± 1 °C.
C. gloesporoides
pada Pepaya
5 (Zillo et al., 2018) Carboxymethylcellulose coating studi tentang L. sidoides EO menyajikan aktivitas
associated with essential oil can aktivitas antijamur antijamur yang bergantung pada dosis
increase papaya shelf life EO yang diekstraksi secara in vitro dan hubungannya
dari daun spesies dengan karboksimetilselulosa efisien
Eucalyptus dalam mengurangi keparahan
staigeriana, Lippia antraknosa pada pepaya.
sidoides dan Pimenta
pseu docaryophyllus
pada cendawan
perusak buah pasca
panen masih sedikit
diteliti.
6 (Chai et al., 2020) Supercritical fluid extraction and Ekstraksi daun Hasil dalam penelitian ini
solubilization of Carica papaya pepaya juga terbukti menunjukkan teknologi ekstraksi yang
linn. leaves in ternary system with memiliki aktivitas layak dan ramah lingkungan untuk
CO2 + ethanol solvents antijamur terhadap memulihkan senyawa bernilai tambah
Colletotichum dari bahan baku seperti daun pepaya
gloeosporioides
karena memiliki
komponen seperti
papain, tochoperol,
asorbic acid,
glukosida dan
chymopapain

7 (He et al., 2017) Chemical composition and Fungsi Essensial Oil Essensial Oil (EO) biji pepaya
antifungal activity of Carica Biji Pepaya sebagai memiliki aktivitas anti-candida dengan
papaya Linn. seed essential oil potensi sumber zona hambat diamter dalam kisaran
against Candida spp. alami agen antijamur 14.2-33.2 mm, konsentrasi hambat
masih sedikit diteliti minimal 4.0-16.0 μg·mL-1, konsentrasi
fugisida minimum 16.0-64.0 μg·mL-1
8 (Singh & Ali, 2017) Phytochemical and antifungal Penelitian mengenai Ekstrak metanol biji pepaya dan 2,3,4-
profiles of the seeds of carica senyawa trihidroksitoluena (200 g/ml)
papaya L. trihidroksitoluena menunjukkan aktivitas antijamur
(200 g/ml) dalam biji terhadap Aspergillus flavus, Candida
pepaya menunjukkan albicans dan Penicillium citrinium.
aktivitas antijamur
terhadap Aspergillus
flavus, Candida
albicans dan
Penicillium
citrinium.
9 (Astuty et al., 2019) The Efficacy of Photodynamic Ekstrak daun pepaya Penggunaan ekstrak klorofil daun
Inactivation of the Diode Laser in telah banyak diteliti pepaya sebagai fotosensitizer,
Inactivation of the Candida untuk menghambat menghasilkan spektrum serapan
albicans Biofilms With pertumbuhan bakteri maksimal pada 414 nm dan 668 nm,
Exogenous Photosensitizer of dan jamur namun yang menghasilkan efek reduksi
Papaya Leaf Chlorophyll. belum diaplikasikan maksimal setelah fotoinaktivasi hingga
sebagai 32% (dengan klorofil) dan 25% (tanpa
fotosensitizer dalam klorofil). . Pemanfaatan ekstrak
fotoinaktivasi klorofil daun pepaya akan
meningkatkan efek antijamur dengan
aktivasi oleh laser dioda pada biofilm
C. albicans.
10 (Zhang & Chen, 2017) The Candida albicans Inhibitory Ekstrak biji pepaya Hasil menunjukkan bahwa ekstrak dari
Activity of the Extract from dilaporkan memiliki pepaya dapat menginduksi apoptosis
Papaya (Carica papaya L.) Seed sifat antijamur dalam sel C. albicans secara
Relates to Mitochondria aktivitas melawan signifikan.
Dysfunction. Candida albicans.
Namun, mekanisme
yang mungkin dari
aktivitas
penghambatan sering
diabaikan.
11 (Gnanamangai et al., 2022) Bioactive compounds coated 2D Penelitian ini Hasil didapatkan bahwa asam n-
scaffold from seeds of Carica mengungkapkan hexadecanoic, asam 1,2
papaya for bacterial and parasitic bahwa ekstrak biji benzenakarboksilat, mono (2-
skin infections pepaya Carica etilheksil) ester, asam 9-oktadesenoat
mengandung (z) – 2, 3dihidroksipropil ester, asam
senyawa bioaktif 9-oktadesenoat (z) – 2,
yang kurang 3dihidroksipropil ester dan (Z, Z)-
dieksplorasi yang Octadeca-5,9-dienic acid, picolinyl
lebih berguna untuk ester dari biji pepaya memiliki
pengobatan infeksi aktivitas antiparasit dan antibakteri
kulit bakteri dan dimasukkan ke dalam scaffold 2D
parasit. yang digunakan untuk pengobatan
infeksi kulit khususnya psoriasis.
12 (Vega-Gálvez et al., 2021) Antimicrobial properties of Pengaruh LTVD dan Hasil menunjukan bahwa ekstrak
papaya (Vasconcellea pubescens) metode pengeringan etanolik yang diperoleh dari
subjected to low-temperature lainnya pada sifat pengeringan pepaya secara
vacuum dehydration antioksidan dan konvensional metode pada suhu tinggi
antimikroba dalam memiliki efek penghambatan yang
pulp pepaya lebih tinggi pada B. cereus dan E. coli.
(Vasconcellea
pubescens) dengan
kulitnya jarang
diteliti.
13
14
15

Banyak penelitian telah dilakukan terkait pemanfaatan daun pepaya antara lain: Maringgal et al., (2019) meneliti tentang fungsi KH
sebagai biokontrol untuk mengendalikan penyakit masih sedikit diteliti, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semua sampel
mengandung asam galat, asam kumarat, asam ferulat, dan asam salisilat sebagai senyawa fenolik. sedangkan naringenin dan kaempferol sebagai
senyawa flavonoid yang memiliki potensi sebagai antijamur; penelitian lain yang dilakukan oleh Chai et al., (2020) ekstraksi daun pepaya
terbukti memiliki aktivitas antijamur terhadap Colletotichum gloeosporioides karena memiliki komponen seperti papain, tochoperol, asorbic
acid, glukosida dan chymopapain; Astuty et al., (2019) melaporkan tetang ekstrak klorofil daun pepaya sebagai fotosensitizer, menghasilkan
spektrum serapan maksimal pada 414 nm dan 668 nm, yang menghasilkan efek reduksi maksimal setelah fotoinaktivasi hingga 32% dengan
klorofil dan 25% tanpa klorofil . Pemanfaatan ekstrak klorofil daun pepaya akan meningkatkan efek antijamur dengan aktivasi oleh laser dioda
pada biofilm C. albicans; He et al., 2017 mengenai fungsi Essensial Oil Biji Pepaya sebagai potensi sumber alami agen antijamur masih sedikit
diteliti, hasil menunjukkan bahwa Essensial Oil (EO) biji pepaya memiliki aktivitas anti-candida dengan zona hambat diamter dalam kisaran
14.2-33.2 mm, konsentrasi hambat minimal 4.0-16.0 μg·mL-1, konsentrasi fugisida minimum 16.0-64.0 μg·mL -1; Singh & Ali, (2011) meneliti
mengenai senyawa trihidroksitoluena (200 g/ml) dalam biji pepaya menunjukkan aktivitas antijamur terhadap Aspergillus flavus, Candida
albicans dan Penicillium citrinium. Hasil penelitian didapatkan ekstrak metanol biji pepaya dan 2,3,4-trihidroksitoluena (200 g/ml) menunjukkan
aktivitas antijamur terhadap Aspergillus flavus, Candida albicans dan Penicillium citrinium. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Zhang &
Chen (2017) Ekstrak biji pepaya dilaporkan memiliki sifat antijamur aktivitas melawan Candida albicans. Namun, mekanisme yang mungkin
dari aktivitas penghambatan sering diabaikan. Hasil penelitian didapatkan bahwa ekstrak dari pepaya dapat menginduksi apoptosis dalam sel C.
albicans secara signifikan. Gnanamangai et al., (2022) melakukan penelitian ini mengungkapkan bahwa ekstrak biji pepaya Carica mengandung
senyawa bioaktif yang kurang dieksplorasi yang lebih berguna untuk pengobatan infeksi kulit bakteri dan parasit. Hasil didapatkan bahwa asam
n-hexadecanoic, asam 1,2 benzenakarboksilat, mono (2-etilheksil) ester, asam 9-oktadesenoat (z) – 2, 3dihidroksipropil ester, asam 9-
oktadesenoat (z) – 2, 3dihidroksipropil ester dan (Z, Z)-Octadeca-5,9-dienic acid, picolinyl ester dari biji pepaya memiliki aktivitas antiparasit
dan antibakteri dimasukkan ke dalam scaffold 2D yang digunakan untuk pengobatan infeksi kulit khususnya psoriasis. Namun, berdasarkan
penelitian tersebut peneliti mengidentifikasi masih terdapat kesenjangan penelitian yaitu, belum menggunakan ekstrak daun pepaya terhadap
pertumbuhan jamur malassezia furfur secara invitro. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti ingin memperluas pemanfaatan bahan aktif
daun pepaya antifungi terhadap malassezia furfur secara invitro.
J98hkxVzQi

K8iUVrExLk

Gambar 2.1 Malassezia furfur


(Pewarnaan KOH dan Tinta Parker)

Gambar 2.2 Mikroskopis Malassezia furfur


pembesaran 40x40.

Gambar 2.3 Makroskopis Malassezia furfur.

Gambar 2.4 Lesi Hipopigmentasi PV

Gambar 2.5 Lesi Hiperpigmentasi PV


Gambar 2.6 Lesi Eritematosa PV

Gambar 2.7 PV dengan


pemeriksaan lampu wood

Gambar 2.8 Spaghetti and meatball appearance


pada pemeriksaan mikroskopis PV
menggunakan KOH 10%

Gambar 2.9 Pohon Pepaya

Gambar 2.10 Daun Pepaya

Anda mungkin juga menyukai