Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KELOMPOK

KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP MUHAMMADIYAH

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah “Studi Islam II”
Dosen : Drs. Makhful, M.Ag

Disusun oleh :
1. Anindya Irma D.S (1201100269)
2. Laela Fitriana (1201100286)
3. Mia Rosiana Prasetyani (1201100297)
4. Yuvita Fauzul Hidayati (1201100304)

Kelompok X
Kelas 4F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami selaku tim penyusun diberi kekuatan dan
kemampuan dalam menyelesaikan makalah yang bertema
“Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pedagogik. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
terutama kepada :
1. Drs. Makhful, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Islam II.
2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.
3. Teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan.
Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan
imbalan pahala dari Allah SWT. Kami berharap semoga apa yang ditulis dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih sangatlah jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar makalah
ini lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Purwokerto, 5 Juni 2014

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Dirumuskannya KCMH........................................ 3
B. Proses perumuskannya KCMH...................................................... 6
C. Isi Matan KCMH........................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................ 21
B. Saran............................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 23

iii
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap yang hidup pasti memiliki sebuah cita-cita, bahkan hidup ini harus
memiliki sebuah cita-cita, dengan cita pula kita berambisi dan mempunyai
tujuan yang jelas. Tetapi cita-cita tanpa sebuah keyakinan adalah sebuah
mimpi belaka. Keyakinan merupakan suatu sikap yang ditunjukkan oleh
manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah
mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka
keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah
jaminan kebenaran. Cita-cita diiringi dengan keyakinan akan memberikan
kita semangat dalam mengejar cita-cita kita itu.
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam, salah
satunya adalah aqidah. Maka dari itu makalah kami ini mengangkat Matan
“Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” diputuskan oleh Tanwir
Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo dalam rangka melaksanakan amanat
Muktamar Muhammadiyah ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta. Kemudian oleh
pimpinan pusat Muhammadiyah Matan ini diubah dan disempurnakan,
khususnya pada segi peristilahannya berdasarkan amanat dan kuasa Tanwir
Muhammadiyah tahun 1970.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang dirumuskannya Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup Muhammadiyah?
2. Bagaimanakah proses dirumuskannya Matan Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup Muhammadiyah?
3. Jelaskan isi Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah!

1
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami latar belakang perumusan Keyakinan dan
Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.
2. Dapat mendeskripsikan proses perumusan Matan Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyah.
3. Mengetahui isi Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG DIRUMUSKANNYA KCMH


Matan “keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah” diputuskan
oleh Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo, dalam rangka
melaksanakan amanat Muktamar Muhammadiyah ke 37 tahun 1968 di
Yogyakarta. Pada muktamar ini bertemakan “Tajdid Muhammadiyah”, atau
Pembaharuan Muhammadiyah. Adapun yang dimaksud dengan Tajdid
Muhammadiyah adalah mengadakan pembarauan dalam berbagai bidang,
meliputi :

a. Ideologi (Keyakinan dan Cita-Cita Hidup)


b. Khittah Perjuangan
c. Gerak dan Amal Usaha
d. Organisasi
e. Sasaran

Pada akhir periode “Demokrasi Terpimpin” bangsa Indonesia pada


umumnya, termasuk Persyarikatan Muhammadiyah menghadapi persoalan
politik yang sangat dilematik. Pada periode ini kehidupan politik Indonesia
ditandai dengan menyoloknya dominasi PKI dalam seluruh aspek kehidupan
bernegara. Di awal periode Nasakom PKI dengan sukses dapat
menghancurkan kekuatan partai politik lawan tangguhnya, yaitu partai
Masyumi dan Partai Sosialisasi Indonesia (PSI). Dengan menggunakan tangan
Presiden kedua partai ini dipaksa harus membubarkan diri gara-gara dituduh
terlibat baik langsung ataupun tidak langsung dalam pemberontakan PRRI di
Sumatera Barat. Bubarnya kedua partai ini PKI merasa lebih leluasa lagi
dalam melakukan kiprah politiknya, karena tidak ada lagi kekuatan politik
yang akan menghadang dan mengganjalnya.

3
Untuk menggalang seluruh kekuatan Progresif Revolusioner, yaitu
kekuatan yang mendukung pemerintah, dan menyetujui terhadap seluruh
kebijakan politik negara, seperti setuju bahwa “Revolusi Indonesia belum
selesai”, mendukung sistem “Demokrasi Terpimpin”, “Ekonomi Terpimpin”,
mendukung “Poros Jakarta-Pnom Pen-Beijing” dan sebagainya. Untuk
menggalang seluruh keluatan Progresif Revolusioner ini Pemerintah
Nasakom- atas ide dan ususl PKI juga membentuklembaga politik semi formal
yang dikenal dengan nama “Front Naional “, Orde Nasakom yang kegiatannya
hanya terbatas memberi dukungan politik terhadap semua kebijakan
Pemerintah. Sedang terhadap semua kekuatan yang tidak menyetujui terhadap
bnerbagai kebijakan pilitik negara seperti di atas, yang ditengarai dengan tidak
bersedianya mereka masuk ke dalam Front Nasional, mereka dikelompokkan
ke dalam “barisan revolusi”. Terhadap kelompok ini PKI tidak ada sikap lain
kecuali harus dihancurkan dengan berbagai macam cara.

Menghadapi pilihan atau tidak masuk dalam lembaga situasi seperti


ini, bagi Muhammadiyah benar-benar dirasakan sebagi suatu persoalan yang
sangat dilematis. Kalau Muhammadiyah memilih opsi pertama, yaitu dalam
Front Nasional, Muhammadiyah akan selamat dari berbagai macam fitnah,
namun jelas sekali bahwa Front Nasional adalah lembaga politik yang mana
teori perjuangannya bertolak belakang dengan “Kepribadian
Muhammadiyah”. Sebaliknya kalau Muhammadiyah memilih opsi yang
kedua pasti akan dikategorikan ke dalam kelompok Kontra Revolusi, suatu
kekuatan yang akan dikategorikan ke dalam kelompok Kontra Revolusi, suatu
kekuatan yang akan diganyang, dilindas dan dihancurkan oleh barisan
Progresif Revolusioner, dan akan digulung sampai ke akar-akarnya oleh roda-
roda revolusi.

Menghadapi dua pilihan yang sama-sama pahitnya seperti di atas,


Muhammadiyah dalam mengambil keputusannya mempertimbangkan hal-
hal sebaggai berikut :

4
a. Surat an-Nahl 16 : 106
b. Demi keselamatan Persyarikatan dengan seluruh amal usahanya

Muhammadiyah mempertimbangkan bahwa seandainya dalam


situasi yang demikian gawatnya Muhammadiyah tetap konsisten dengan
kepribadiannya yang berarti tidak mau masuk ke dalam Front Nasional,
jelas akibat yang harus ditanggungnya sangatlah berat. Sudah dapat
diperkirakan bahwa hal itu akan mengakibatkan seluruh aset
muhammadiyah yang asalnya dari amal jariyah, waqaf, gibah, atau hasil
pembelian dan sebagainya pasti akan dijarah otrang-orang yang tidak
bertanggung jawab.

Untuk kedua kalinya setelah melakukan pemberontakan terhadap


negara Republik Indonesia pada tahun 1948 yang terkenal dengan nama “
Pemberontakan PKI Madiun” PKI melakukan perebutan kekuasaan dengan
kekerasan, yang terkenal dengan nama “Pemberontakan G 30 S PKI”.
Kekuatan sosial politik non Komunis, termasuk di dalamnya
Muhammadiyah berhimpun dalam wadah “Front Pancasila” dengan
dipelopori antara lain oleh KAMI dan KAPPI rakyat Indonesia
mengumandangkan tiga tuntutan rakyak kepada pemerintah yang lebih
dikenal dengan nama “TRITURA”, yaitu: Bubarkan PKI dan seluruh
organisasi pendukungnya, Bubarkan Kabinet seratus menteri dan Turunkan
harga barang.

Muhammadiyah sebagai salah satu ekponen Orde Baru bersama-


sama dengan ekponen lainnya, seperti NU, PSII, Perti, PNI, IPKI, Partai
Katolik, Partai Kristen Indonesia, Murba dan berbagai kekuatan lainnya
yang tergabung dalam “Front Pancasila” dengan telah selesainya melawan
PKI secara beramai-ramai melakukan “ Kenduri Politik” yang mendapatkan
hasil “Nasi Kenduri Politik” berupa mendapatkan jatah untuk duduk sebagai
anggota DPRGR/MPRS, DPRD, mendapatkan jatah “Kursi Menteri”, dan
sebagainya.

5
Dengan demikian memasuki awal Orde Baru ini secara resmi
Muhammadiyah terlibat kembali dalam kegiatan ‘politik praktis’ hingga
oleh karenanya Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang
berpolitik praktis. Disini jelas sekali bahwa Muhammadiyah telah terlibat
secara signifikan ke dalam dunia yang sesungguhnya bukan dunianya,
yaitu masuk dalam perangkap “dunia politik praktis”, hingga
mengakibatkan Muhammadiyah kehilangan jati dirinya sel;aku “Gerakan
Dakwah Islam, Amar makruf Nahi Munkar”.

Di kedua penggal sejarah ini Muhammadiyah telah melakukan


kebijakan yang sama sekali keliru, yang semestinya tidak harus dilakukan.
Oleh karena itu bersamaan akan dilaksanakan Mukatamar,
Muhammadiyah perlu melakukan koreksi total terhadap berbagai langkah
yang telah dilakukannya. Tekat ini ternyata menjadi tekat yang bulat dari
selurug pempinan Muhammadiyah, dan untuk itu dalam muktamar yang
segera akan digelar perlu melakukan “Tajdid” atau pembaharuan dalam
berbagai aspeknya, termasuk juga tajdid dalam bidang ideologi. Tajdid
dalam bidang ideologi akhirnya menjadi salah satu keputusan muktamar,
yang terkenal dengan istilah “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah”.

B. PROSES PERUMUSAN MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA


HIDUP MUHAMMADIYAH

Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah yang


dirumuskan pada Muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta lahir untuk
membekali warga Muhammadiyah khususnya dalam menghadapi tantangan
pikiran yang makin terbuka saat itu. Sifat matan sendiri yaitu memuat
rumusan-rumusan singkat tetapi mencerminkan pendirian dalam menjalani
hidup dan menunjuk kepada harapan yang ingin dicapai dalam melaksanakan
pegangan hidup itu.

6
Setelah kelahiran orde baru, PP Muhammadiyah mulai membahas
permasalahan mendasar yang terkait dengan perkembangan zaman yang
diwarnai denggan pemikiran-pemikiran yang semakin terbuka. Pembicaran
mendasar itu berkisar pada masalah ideologi. Muhammad Djazman yang
waktu itu baru datang dari luar negri ( mengikuti program non-degree di
Mc.Gill University Canada, peny) diajak bicara secara maraton oleh PP
Muhammadiyah.

Urgensi pembicaraan tentang ideologi waktu itu tidak lain dalam


menghadapi dunia yang makin terbuka, dimana pergeseran alam pemikiran
sedemikian terbuka sehingga sangat mungkin mempengaruhi perkembangan
umat Islam pada umumnya dan keluarga Muhammadiyah khususnya. Dalam
membicarakan urgensi pembicaraan secara khusus mengenai Matan
Keyakinan juga berkaitan dengan perkembangan baru Indonesia setelah
lahirnya Orde Baru yaitu berkenaan dengan penataan kehidupan sosialpolitik
di Indonesia dengan pemantapan ideologi Pancasila sedangkan penggunaan
ideologi itu hanya boleh digunakan untuk ideologi Pancasila. Oleh sebab itu
dalam penyusunan Matan danKeyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
sebagai usaha Muhammmadiyah yang bersifat ke dalam melakukan “tajdid
dibidang ideologi “ tidak digunakan kata “ideologi”.

Materi Matan Keyakinan danCita-Cita Hidup Muhammadiyah:

1. Berbicara tentang hakikat Muhammadiyah.


Pembahasan mengenai Muhammadiyah sudah dirumuskan dalam
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, sehingga rumusan
dalam Matan Keyakinan tentang hakikat Muhammadiyah tidak
menyimpang dari Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Namun dalam Matan Keyakinan dimantapkan bahwa Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam melaksanakankewajiban agama dengan
memebentuk wadah organisasi dimana organisasi sebagai urusan dunia
diperlukan adanya untuk melaksanakan kewajiban agama. Sehingga

7
pembentukan wadah organisasi untuk melaksanakan kewajiban agama
itu sering dikategorikan termasuk kedalam qaidah “maa layatimu
alwajib illa bihi fahuwa wajib”. Muhammadiyah sebagai organisasi
dapat dijadikan wadah jihad fi sabilillah yang bernilai ibadah. Dalam
muhammadiyah beribadah melaksanakan kewajiban jihad fi sabilillah
yaitu berjuang untuk tegaknya kalimat Allah yang ditempuh melalui
berbagai macam amal usaha Muhammadiyah. Oleh sebab itulah yang
menjadi pendirian Muhammadiyah.
2. Dalam Matan keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah
dikemukakan tentang Hakikat Agama Islam dan Keyakinan
Muhammadiyah atas Agama Islam.
Pemberian tekanan bahwa Islam adalah agama yang dibututhkan
manusia sepanjang masa untuk pemenuhan tercapainya dambaan hidup
sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat. Jika mau menggunakan
ungkapan bahwa Agama Islam bagi kehidupan manusia adalah sebagai
rahmatan lil’alamin rasanya tidak akan berbeda. Muhammadiyah
berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada yang terkhir nabi Muhammad SAW sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan
menjaminkesejahteraan materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.
Yahudi dan Kristen tidak disebut sebagai agama yang resmi sebagai
agama wahyu Allah sebab agama wahyu hanyalah Islam, “inna diena
inda-llahi al-islam”.
3. Sumber ajaran Islam
Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berlandaskan kepada Al
Quran dan Sunnah Rasul denganmenggunakan akal pikiran sesuai
dengan jiwa ajaran Islam.menggunakan akal memang keharusan sesuai
garis ijtihad yang tidak boleh pernah ditutup. Penggunaan akal pikiran
adalah untuk mengembangkan pemahaman dan pengamalan ajaran Al-
Quran dan Sunnah.

8
4. Bidang-bidang ajaran Islam
Disebutkan dalam Matan Keyakinan bahwa Muhammadiyah bekerja
untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang
akidah, akhlak, ibadah, dan mu’amalat dunyawiyah.
a. Bidang akidah
Akidah Islam menurut Muhammadiyah bersumber kepada Al-
Quran dan Sunnah Rasul. Akal diperlukan untuk mengukuhkan
kebenaran Nash (Al-Quran dan Sunnah) bukan untuk
mentakwilkan yang memang diluar jangkauan akal tadi. Dalam
melaksanakan ajaran akidah sesuai dengan ajaran Islam bahwa
sikap toleransi terhadap penganut agama lain dapat ditumbuhkan
dan tidak memaksakan ajaran Islam akan tetapi tetap terus
memberikan gambaran bahwa agama yang akan menjamin
kesejahteraan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat adalah agma
Islam
b. Bidang akhlak.
Akhlak hanya bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah meskipun
Sunah juga mengakui adanya sumber “al-qalb” atau hati nurani
tetapi yang menjadi tolak ukur dalam bidang akhlak yaitu Al-
Quran dan Sunnah. Moralitas kondisional atau situasional tidak
bisa dibenarkan, tidak bisa diterima.
c. Bidang ibadah.
Bidang ibadah dalam Matan Keyakinan yang dibicarakan adalah
ibadah mahdhah. Muhammadiyah bekrja untuk tegaknya ibadah
yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW tanpa tambahan dan
perubahan dari manusia.
d. Bidang mua’amalat dunyawiyah
Bidang mua’amalat dunyawiyah yang titik beratnya kepada
pengelolaan dunia dan pembinaan masyarakt tentunya didalamnya
termasuk pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pengembangan keahlian. Orang-orang Muhammadiyah dalam hal

9
ini disamping menguasai ilmu-ilmu agama tetapi juga menguasai
ilmu pengetahuan dan profesi seperti ahli filsafat, antropologi,
sosiologi,ekonomi, politik dan sebagainya.
5. Fungsi dan misi Muhammadiyah dalam kehidupan
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia
untukberusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil,
makmur dan ridhlai Allah SWT. Kandungan matan yang terakhir
inilah menunjukan bahwa kesadaran akan tanggungjawab kebangsaan
menuju kehidupan yang dirilai Allah SWT memang telah dimiliki oleh
Muhammadiyah sejak dulu. Oleh karena itu,kelahiran Muhammadiyah
merupakan bagian yang tsk terpisahkan dari Kebangkitan Nasional
awal abad ke-20 Masehi.

C. ISI MATAN KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP


MUHAMMADIYAH

MATAN:

KEYAKINAN DAN CITA-CITA HIDUP MUHAMMADIYAH

(Keputusan Tanwir tahun 1969 di Ponorogo)

1. Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja


untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk
melaksanakan fungsi dan missi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah
di muka bumi.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan
seterusnya sampai kepada nabi penutup Muhammadiyah saw, sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa menjamin
kesejahteraan hidup materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.

10
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur’an : Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw.
b. Sunnah Rosul : Penjelasan dan Pelaksanaan ajaran-ajaran Al-
Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw.
Dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang


meliputi bidang-bidang:
a. Aqidah
b. Akhlak
c. Ibadah
d. Muamalah Duniawiyah
4.1. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang
murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurofat,
tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
4.2. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak
mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
4.3. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang
dituntunkan oleh Rasulullah saw tanpa tambahan dan perubahan
dari manusia.
4.4. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya muamalat
duniawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan
berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam
bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang
berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu
negara yang adil, makmur dan diridlai Alloh SWT.

11
SISTEMATIKA & PEDOMAN UNTUK MEMAHAMI RUMUSAN
Matan Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah

SISTEMATIKA

Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah terdiri


dari lima (5) angka.

Lima angka tersebut dibagi menjadi 3 kelompok.

KELOMPOK KESATU : Mengandung pokok-pokok persoalan yang

bersifat ideologis (terdiri dari nomor 1 dan 2)

KELOMPOK KEDUA : Mengandung poko-pokok persoalan mengenai

faham agama menurut Muhammadiyah (terdiri


dari nomor 3 dan 4)

KELOMPOK KETIGA : Mengandung persoalan mengenai fungsi dan

missi Muhammadiyah dalam masyarakat negara


Republik Indonesia (terdiri dari nomor 5)

PEDOMAN UNTUK MEMAHAMI

“ Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah” (KCHM)


memuat hal-hal sebagai berikut:

1. IDEOLOGI
Istilah ideologi dibentuk oleh kata ‘ideo’ yang artinya pemikiran,
khayalan, konsep, atau keyakinan, dan ‘logio’ artinya logika, ilmu atau
pengetahuan. Secara harfiyah ideologi berarti pengetahuan tentang ide,
keyakinan atau tentang berbagai gagasan.
Ada 3 unsur pada setiap ideologi, yaitu:

12
a. Adanya suatu penafsiran terhadap kenytaan atau realitas (interpretasi).
Dalam hal ini Kuntowibisono mengistilahkannya dengan ‘keyakinan’,
dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya gagasan-
gagasan vital yang sudah diyakini kebenarannya untuk dijadikan dasar
dan arah strategik bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
b. Setiap ideologi memuat seperangkat nilai atau suatu ketentuan
(preskripsi) moral. Dengan demikian berarti setiap ideologi secara implisit
memuat penolakan terhadap sistem moral lainnya.
c. Ideologi memuat suatu orientasi pada setiap tindakan (program aksi),
ideologi merupakan suatu pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-
nilai yang termuat di dalamnya (Sastra Pratedja dalam ‘Pancasila sebagai
ideologi Negara, BP 7 Pusat:142).

Dengan memahami makna ideologi dengan ketiga unsurnya seperti


di atas dapat ditegaskan bahwa pada setiap ideologi terdapat tiga aspek
yang merupakan satu kesatuan yang utuh, yaitu:
1) Adanya suatu realitas yang diyakini dalam hidupnya (Keyakinan
hidup).
2) Keyakinan ini dijadikan asas atau landasan untuk merumuskan tujuan
hidup yang dicita-citakannya (Cita-Cita Hidup).
3) Cara atau ajaran yang digunakan untuk merealisasikan tujuan hidup
yang dicita-citakan.

Pada pertama kalinya ketika masih dalam konsep-Keyakinan dan


Cita-Cita Hidup Muhammadiyah ini dinamakan ideologi Muhammadiyah.
Namun setelah di diskusikan dan di telaah lebih mendalam akhirnya team
perumus memutuskan istilah ideologi perlu di ganti dengan mencari
padanannya. Semua itu dengan pertimbangan agar pihak lain tidak dengan
mudahnya menuduh Muhammadiyah memiliki ideologi tandingan
terhadap ideologi Negara. Dan akhirnya team mengganti istilah “ideologi

13
Muhammadiyah” dengan istilah “Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah”.
Pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis terkandung dalam
angka 1 dan 2 yang mengandung inti persoalan:

a. Asas : Muhammadiyah adalah Gerakan berasas Islam.


b. Keyakinan Hidup : Bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
c. Ajaran untuk : Agama Islam ialah agama Allah sebagai hidayah
melaksanakan “asas” hidayah dan rahmat Allah
kepada umat dalam mencapai cita-cita : manusia
sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan
materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.

1) Fungsi “asas”
Dalam persoalan Ideologi atau keyakinan dan cita-cita hidup maka
asas/dasar atau keyakinan hidup berfungsi sebagai sumber yang
menentukan bentuk keyakinan dan cita-cita hidup itu sendiri. Berdasarkan
Islam, artinya ialah Islam sebagai sumber ajaran yang menentukan
keyakinan dan cita-cita hidupnya. Ajaran Islam yang inti ajarannya berupa
kepercayaan “tauhid” membentuk keyakinan dan cita-cita hidup, bahwa
hidup manusia di dunia ini semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada
Allah SWT, demi untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.
Hidup beribadah menurut ajaran Islam, adalah hidup bertaqarrub kepada
Allah SWT. Dengan menunaikan amanah-Nya serta mematuhi ketentuan-
ketentuan yang menjadi peraturan-Nya, guna mendapatkan keridlaan-Nya.
Amanah Allah yang menentukkan fungsi dan missi manusia dalam
hidupnya di dunia ialah, manusia sebagai hamba Allah dan khalifah
(pengganti)-Nya yang bertugas mengatur dan membengun dunia serta
menciptakan dan memelihara keamanan dan ketertiban untuk
kemakmurannya.

14
2) Fungsi “Cita-cita / keyakinan
Dalam persoalan ideologi (keyakinan dan cita-cita hidup), cita-cita
(tujuan) hidup berfungsi sebagai kelanjutan/konsekwensi dari adanya
“asas”. Hidup yang berasaskan Islam tidak bisa lain kecuali menimbulkan
kesadaran dan pendirian, bahwa cita-cita/tujuan yang akan dicapai dalam
hidupnya di dunia ini, ialah terwujudnya tata kehidupan masyarakat yang
baik guna beribadah kepada Allah SWT. Dalam hubungan ini,
Muhammadiyah telah menegaskan cita-cita/tujuan perjuangannya dengan
rumusan “... sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”
(AD. Pasal 3). Yang dimaksud dengan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya ialah harus dirumuskan dalam satu konsepsi yang jelas,
gamblang dan menyeluruh.
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang berasas Islam dan
dikuatkan oleh hasil penyelidikan secara ilmiah, historis, dan sosiologis,
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa ajaran yang dapat digunakan untuk
melaksanakan hidup yang sesuai dengan “asas”nya dan “cita-cita/tujuan
perjuangan”nya sebagai yang dimaksud, hanyalah ajaran Islam. Dan oleh
karena itu sangat perlu, bahkan mutlak adanya rumusan secara kongret,
sistematis dan menyeluruh tentang berbagai konsepsi ajaran Islam yang
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia/masyarakat, sebagai
ini dari pada masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah, yang persoalan-
persoalan pokoknya sebagaimana telah diuraikan dengan singkat di atas,
adalah dibentuk/ditentukan oleh pengertian dan fahamnya mengenai
agama Islam. Agama Islam adalah sumber keyakinan dan cita-cita hidup
Muhammadiyah. Oleh karena itu, faham agama bagi Muhammadiyah
adalah merupakan persoalan yang esensiil bagi adanya keyakinan dan cita-
cita hidup Muhammadiyah.

15
2. FAHAM AGAMA
Agama Islam ialah agama Allah yang diturunkan kepada para
Rasul-Nya, sejak Nabi Adam as. Hingga Nabi terakhir, ialah Nabi
Muhammad saw. Sebagai nabi terakhir, ia diutus dengan membawa
syari’at agama yang sempurna, untuk seluruh umat manusia sepanjang
masa. Maka dari itu agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Itulah yang tetap berlaku sampai sekarang dan untuk masa selanjutnya.

“Agama Islam adalah agama yang di syareatkan Allah dengan


perantara Nabi-Nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
akherat (Putusan Majelis Tarjih).
“Agama Islam (yakni agama Islam yang di bawa oleh Nabi
Muhammad saw) ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Al-
Qur’an dan yang tersebut di dalam Sunnah Shahih, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk
untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat”. (Putusan Majelis
Tarjih).
a. IJTIHAD

Ijtihad menurut bahasa berasal dari akar kata “ja-ha-da” artinya


mencurahkan segala kemampuan atau menanggung beban kesulitan. Bentuk
kata yang mengikuti wazan “ifti’a:lun” seperti ijtiha:dun menunjukkan arti
berlebih (mubalighah). Arti ijtihad dari segi bahasa ialah “mencurahkan arti
berlebihan dalam segala perbuatan”. Atau dapat diartikan juga sebagai
“mengerahkan segala kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit”.
Dari segi istilah arti ijtihad adalah “mengerahkan segala kesanggupan oleh
seorang ahli fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dzan
mengenai sesuatu hukum syara”.

Agama Islam menegaskan bahwa Islam diturunkan kepada umat


manusia tidak lain kecuali untuk menyebarluaskan rahmat Allah di seluruh

16
alam semesta (al-Anbiya’-21:107). Penegasan seperti ini memberikan
pengertian bahwa fungsi utama agama Islam adalah sebagai pembimbing dan
pengayom bagi hidup dan kehidupan umat manusia dimana dan kapanpun
juga. Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam struktur yang
terbaik. Di dalam dirinya terdapat berbagai macam potensi, satu diantara ialah
naluri atau insik. Diantara sekian banyak naluri yang disandang manusia, ada
satu naluri yang cukup menonjol yaitu naluri untuk menyelidiki segala
sesuatu yang masih diselubungi oleh misteri (nalury inquiry). Adanya naluri
ini yang ditunjang oleh potensi lainnya yaitu akal fikiran menjadikan manusia
kelihatan teramat rakus menguak segala sesuatu, baik yang ada pada dirinya
sendiri (‘alam-shaghi:r) maupun untuk menguak misteri alam semesta (‘alam-
kabi:r).

Sebagai hasilnya ditemukan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi


yang dalam perjalanan sejarahnya terus berkembang secara akumulatif dan
tidak pernah mengenal berhenti sekalipun hanya sejenak saja. Dengan
dikuasainya ilmu pengetahuan dan teknologi yang perkembangannya tidak
pernah berhenti, maka muncullah berbagai penemuan dan problema baru.
Bahkan penemuan demi penemuan terhadap hal-hal yang baru tidak ada
henti-hentinya bagaikan air yang mengalir dengan derasnya.

Adapun macam-macam metode ijtihad yang dipergunakan oleh


Muhammadiyah adalah sebagai berikut :

1) Ijtihad Bayani (semantik) yaitu ijtihad terhadap nash yang mujmal


(global), baik karena belum jelas lafadz / kata / kalimat yang
dimaksud maupun karena lafadz itu mengandung makna ganda,
mengandung arti musytarak atau karena pengertian lafadz dalam
ungkapan yang konteksnya mempunyai arti yang jumbuh
(musytabiahat), ataupun adanya beberapa dalil yang bertentangan
(ta’arud). Dalam hal yang terakhir digunakan jalan ijtihad dengan

17
jalan tarjih, yaitu apabila tidak dapat ditempuh dengan cara jama’
dan taufiq.
2) Ijtihad Qiyasy yaitu menyeberangkan hokum yang telah ada nash-
nya kepada masalah baru yang belum ada hukumnya berdasarkan
nash karena adanya kesamaan ‘illat.
Dan dalam masalah qiyas Muhammadiyah memberikan ketentuan
sebagai berikut :
a) Hal yang akan ditetapkan hukumnya dengan qiyas itu sudah
muncul dan terjadi di tengah-tengah masyarakat.
b) Hal yang akan ditetapkan hukumnya memang dirasa perlu
ditetapkan hukumnya karena akan diamalkan.
c) Hal yang akan ditetapkan hukumnya lewat qiyas bukan
merupakan hal yang termasuk ibadah mahdlah.
3) Ijtihad Istislahi (filosofis) yaitu ijtihad terhadap masalah yang tidak
ditunjuki nash sama sekali secara khusus maupun tidak adanya nash
mengenai masalah yang ada kesamaannya. Dalam masalah yang
demikian, penetapan hokum dilakukan berdasarkan ‘illah untuk
kemaslahatan.
b. IJTIHAD JAMA’I
Ijtihad dapat dilakukan secara perseorangan (fard) atau secara
kelompok (jama’i). Dan dalam hal ijtihad, Muhammadiyah (dilaksanakan
oleh Majlis Tarjih) dilakukan secara kelompok (Ijtihad jama’i). Hal ini
dapat difahami karena masalah-masalah keduniaan (muamalat
duniawiyat) telah berkembang dengan pesatnya dan sangat kompleks
sekali, hingga tidak mungkin seorang ‘alim dapat menguasai sekian
masalah / disiplin ilmu secara komprehensif perlu mengikut sertakan para
ahlinya.
Menurut Imam al-Syaukani (abad XIII H) dan dikuatkan oleh
Syekh al-Maraghy, Rektor Al-Azhar dikatakan bahwa ijtihad dapat
dilakukan oleh siapapun asal telah memenuhi syarat-syaratnya. Adapun
syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan melakukan

18
ijtihad menurut Yusuf Qardhawy sebagaimana yang diuraikan dalam
buku “Ijtihad dalam Syariat Islam” secara garis besarnya adalah :
1) Mengetahui Al-Qur’anul Karim, dengan serangkaian ilmu yang
muncul daripadanya
2) Mengetahui as-Sunnah dengan serangkaian ilmu yang muncul
daripadanya
3) Mengetahui bahasa Arab dengan serangkaian ilmu yang muncul
daripadanya
4) Mengetahui tempat-tempat ijma’
5) Mengetahui Ushul Fikih dengan serangkaian ilmu yang muncul
daripadanya
6) Mengetahui maksud-maksud syari’ah
7) Bersifat adil dan taqwa

Muhammadiyah yang mendasarkan pendiriannya pada firman


Allah dalam S. al-Isra’ (17): 37 bahwa orang dalam beragama hendaknya
berdasarkan pengertian yang benar yang didapatkan dengan jalan
berijtihad atau paling tidak dengan cara bertitiba’. Muhammadiyah dalam
menetapkan tuntunan yang berhubungan dengan masalah agama baik bagi
kehidupan perseorangan atau pun bagi kehidupan masyarakat adalah
dengan dasar-dasar seperti tersebut di atas dilakukan dalam musyawarah
oleh para ahlinya dengan cara yang sudah lazim disebut “Tarjih”, ialah
membanding-banding pendapat dalam musyawarah dan kemudian
mengambil mana yang mempunyai alasan yang lebih kuat.

Kesatuan Ajaran Islam

Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan satu


“kesatuan ajaran” yang bulat dan tidak boleh dipisah-pisahkan dan
meliputi :

19
1) Aqidah : ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan.
2) Akhlak : ajaran yang berhubungan dengan pembentukan
sikap mental
3) Ibadah : ajaran yang berhubungan dengan peraturan dan
tata cara hubungan manusia dengan Tuhan.
4) Mu’amalat : ajaran yang berhubungan dengan pengolahan
dunia dan pembinaan masyarakat.
3. FUNGSI DAN MISI MUHAMMADIYAH
Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang bersumberkan
ajaran Islam yang murni seperti tersebut di atas, Muhammadiyah
menyadari kewajibannya, berjuang dan mengajak segenap golongan dan
lapisan bangsa Indonesia untuk mengatur dan membangun tanah air dan
Negara Indonesia sehingga merupakan masyarakat dan Negara adil dan
makmur, sejahtera bahagia, materilldan spiritual yang diridlai Allah SWT.
Mengingat perkembangan sejarah dan kenyataan bangsa Indonesia
sampai dewasa ini, semua yang ingin dilaksanakan dan dicapai oleh
Muhammadiyah dari pada keyakinan dan cita-cita hidupnya, bukanlah hal
yang baru dan hakekatnya adalah sesuatu yang wajar. Sedangkan pola
perjuangan Muhammadiyah dalam melaksanakan dan mencapai
keyakinan dan cita-cita hidupnya dalam masyarakat Negara Republik
Indonesia Muhammadiyah menggunakan dakwah Islam dan amar makruf
nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya sebagai jalan
satu-satunya. Lebih lanjut mengenai soal ini dapat diketahui dan difahami
dalam Khittah Perjuangan Muhammadiyah

20
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Latar belakang dirumuskannya KCMH
Matan “keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”
diputuskan oleh Tanwir Muhammadiyah tahun 1969 di Ponorogo, dalam
rangka melaksanakan amanat Muktamar Muhammadiyah ke 37 tahun
1968 di Yogyakarta. Pada muktamar ini bertemakan “Tajdid
Muhammadiyah”, atau Pembaharuan Muhammadiyah. Adapun yang
dimaksud dengan Tajdid Muhammadiyah adalah mengadakan pembarauan
dalam berbagai bidang, meliputi : Ideologi (Keyakinan dan Cita-Cita
Hidup), Khittah Perjuangan, Gerak dan Amal Usaha, Organisasi, dan
Sasaran.

2. Proses perumusan matan KCMH


Setelah kelahiran orde baru, PP Muhammadiyah mulai membahas
permasalahan mendasar yang terkait dengan perkembangan zaman yang
diwarnai denggan pemikiran-pemikiran yang semakin terbuka.
Pembicaran mendasar itu berkisar pada masalah ideologi.
Oleh sebab itu dalam penyusunan Matan danKeyakinan Cita-cita
Hidup Muhammadiyah sebagai usaha Muhammmadiyah yang bersifat ke
dalam melakukan “tajdid dibidang ideologi “ tidak digunakan kata
“ideologi”.

3. Isi matan KCMH :


1) Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan missi manusia sebagai
hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

21
2) Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah
yang diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak nabi Adam, Ibrahim,
Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada nabi penutup
Muhammadiyah saw, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada
umat manusia sepanjang masa menjamin kesejahteraan hidup
materiil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
3) Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan Al Qur’an
dan As-Sunah
4) Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam
yang meliputi bidang-bidang Aqidah, Akhlak, Ibadah, dan Muamalah
Duniawiyah.
5) Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang
telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai
sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik
Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu negara yang adil, makmur dan diridlai Alloh SWT.

B. SARAN

Pembaca diharapkan memahami Makalah Keyakinan Dan Cita-Cita


Hidup Muhammadiyah karena pembaca akan mendapatkan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat. Di sisi lain penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dan untuk perbaikan makalah selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Hambali, Hamdan. 2006. Ideolodi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta :


Suara Muhammadiyah

Haedar, Nashir (Ed.), 1992. Dialog Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah.


Yogyakarta : Badan Pendidikan Kader PP Muhammadiyah

Mustafa Kemal Pasya. 2002. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam.


Yogyakarta : LPPI UMY

http://matankeyakinandancitacitamuhammadiyah.blogspot.com/2013/07/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
(Diunduh pada Kamis, 5 Juni 2014 Pukul 19.00)

Anda mungkin juga menyukai