Bahan Bu Susi
Bahan Bu Susi
(September 2021)
10.30656/jdkp.v2i2.3887
Vol. 02 No. 02
DOI :
Abstract
This paper describes how the evolution of national development planning policies in
Indonesia is mainly related to the philosophical, political and economic framework factors
that influence it, as well as how the challenges and policy scenarios that can be taken in
responding to the issue of amendments to the 1945 Constitution to establish the State Policy
Guidelines as national development guidelines. The analysis found that changes in the
national development planning policy model were driven by a number of factors such as the
mainstream and the state's political direction, the configuration of existing political power
and the dominant economic mainstream at that time. These factors not only affect the
national development planning policy model, but also become a challenge in the planning
and implementation of national development in Indonesia.
asing, terutama perusahaan kolonial secara efektif. Selain itu, arah dan
Belanda.1 program pembangunan sangat
Kedua, pada 7 Januari 1952 tergantung pada kabinet dalam
pemerintah menerbitkan PP No. 2 pemerintahan parlementer yang
Tahun 1952 untuk membentuk berkuasa.
Dewan Perancang Negara (DPN) yang Arah kebijakan pembangunan
bertugas mempelajari, menyusun dan kembali mengalami perubahan
menghubungkan rencana-rencana setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sosial ekonomi, dan Biro Perancang mengakhiri pemerintahan
Negara (BPN) yang berfungsi sebagai parlementer dan menghadirkan
Badan Pelaksana yang model demokrasi politik baru yang
mempersiapkan Rencana populer dengan sebutan Demokrasi
Pembangunan Lima Tahunan (RPLT) Terpimpin. Meski di periode ini
1956-1960. RPLT ini baru berhasil sistem politik multipartai dan multi
disusun saat zaken kabinet di bawah ideologi masih dominan, namun
Perdana Menteri Djuanda dan tampaknya pembangunan nasional
disetujui pada tahun 1958. Namun, tidak hanya menunjukkan corak yang
masalah pembangunan nasional nasionalistik dimana sektor negara
muncul justru karena faktor politik, diperkuat, tetapi juga mengadopsi
pandangan “Sosialisme ala
1
Indonesia” yang menekankan pada
Kebijakan nasionalisasi digencarkan setelah
perubahan struktur ekonomi-sosial
Presiden Soekarno membentuk Badan
Nasionalisasi Badan Nasionalisasi Perusahaan
secara radikal dan mengabaikan
Belanda (BANAS) yang bertanggung jawab peranan modal asing (Mas’oed,
langsung di bawah Kabinet dan diberi target 1989:110). Perencanaan
untuk menyelesaikan tugasnya hingga tahun pembangunan tunduk pada visi
1960. Serangkaian kebijakan nasionalisasi dirilis politik presiden sebagaimana
pemerintah Indonesia untuk berbagai sektor dinyatakan dalam
strategis seperti terbitnya UU No. 86 Tahun
Manifesto Politik Republik Indonesia
1958 tentang Nasionalisasi
Perusahaanperusahaan Milik Belanda, PP No.
(MANIPOL) dan Undang-Undang
12 Tahun 1959 tentang Nasionalisasi Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Peternakan dan Perkebunan, PP No. 18 Tahun Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
1959 tentang Nasionalisasi Industri Gas dan Terpimpin, dan Kepribadian
Listrik, PP No. 13 Tahun 1960 tentang Indonesia (USDEK) yang kemudian
Nasionalisasi Industri ditetapkan sebagai Garis-Garis Besar
Perbankan, PP No. 45 Tahun 1959 tentang
Haluan Negara melalui Tap MPR No.
Nasionalisasi Industri Maritim, PP No. 50 Tahun
1959 tentang Nasionalisasi Industri
I/MPRS/1960 (Ricklefs, 2005:527).
Pertambangan Guna mentransformasikan GBHN
demokrasi liberal yang berlangsung ke dalam kebijakan perencanaan
pada 1950-1959 bercirikan pembangunan, maka dibentuklah
seringnya terjadi perubahan kabinet, Dewan Perancang Nasional
ketegangan di beberapa daerah, dan (Depernas) yang diketuai oleh Mr.
kesulitan dalam masalah ekonomi Muhammad Yamin. Presiden
yang menyebabkan pembangunan menugaskan Depernas untuk
nasional menjadi tidak berjalan menyusun suatu rancangan rencana
pembangunan dengan merujuk pada
266
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887
Tabel 1
Evolusi Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia
Periode Kebijakan
1945-1949 Dasar-Dasar Pokok Daripada Plan Mengatur Ekonomi Indonesia
1950-1959 • Rencana Urgensi Ekonomi
• Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
1960-1965 Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana
1966-1998 Garis-Garis Besar Haluan Negara :
• PJP (Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun)
• Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahunan)
• Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan)
1998-2004 Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi
Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara
2005-2025 SPPN dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
Sumber : diolah dari Bappenas: Dalam Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia 1945-2025
kalangan menilai bahwa tidak adanya
Perubahan fundamental terjadi GBHN dianggap bahwa Indonesia
setelah reformasi ketika sejumlah tidak memiliki pedoman dalam
270
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887
276
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887
Internet :
Bivitri Susanti dalam Badan
Pengkajian MPR Tindaklanjuti
Rekomendasi Amandemen UUD
1945,
https://www.hukumonline.com/
berita/baca/lt5d9f1b8aa7b44/b
adan-pengkajian-
mprtindaklanjuti-
rekomendasiamandemen-uud-
1945?page=all, diakses 19
Agustus 2021.
Ide Kembalikan GBHN: Enggak
Relevan & Cuma Manuver Tekan
Presiden dalam
https://tirto.id/ide-
kembalikangbhn-enggak-relevan-
cumamanuver-tekan-presiden-
chlD, diakses tanggal 19 Agustus
2021.
Jimly Sebut Indonesia Rumit hingga
Perlu Hidupkan Kembali GBHN,
https://www.viva.co.id/berita/n
asional/1242119-jimly-
sebutindonesia-rumit-hingga-
perluhidupkan-kembali-gbhn,
diakses 18 Agustus 2021.
Kritik Demokrasi Indonesia, Megawati
Sebut seperti "Pocopoco", dalam
https://nasional.kompas.c
om/read/2016/01/10/1605356
1/Kritik.Demokrasi.Indonesia.M
egawati.Sebut.seperti.Pocopoco.
277