Anda di halaman 1dari 19

JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259

(September 2021)
10.30656/jdkp.v2i2.3887

Vol. 02 No. 02
DOI :

Dinamika Kebijakan Perencanaan Pembangunan Nasional


Indonesia

Ade Reza Hariyadi1


1
Magister Ilmu Administrasi Krisnadwipayana Jakarta
Jalan Raya Jatiwaringin, RT. 03 / RW. 04, Jatiwaringin, Pondok Gede, RT.009/RW.005,
Jaticempaka, Kec. Pondokgede, Kota Bks, Jawa Barat 13077

Abstract

This paper describes how the evolution of national development planning policies in
Indonesia is mainly related to the philosophical, political and economic framework factors
that influence it, as well as how the challenges and policy scenarios that can be taken in
responding to the issue of amendments to the 1945 Constitution to establish the State Policy
Guidelines as national development guidelines. The analysis found that changes in the
national development planning policy model were driven by a number of factors such as the
mainstream and the state's political direction, the configuration of existing political power
and the dominant economic mainstream at that time. These factors not only affect the
national development planning policy model, but also become a challenge in the planning
and implementation of national development in Indonesia.

Keywords: Dynamic, Development, Planning, Bappenas

Pendahuluan dan luasnya arena keterlibatan


Kebijakan perencanaan pemerintahan dalam
pembangunan nasional diadopsi oleh masalah-masalah pembangunan
berbagai negara dengan ekonomi. Namun, situasi ini rupanya
beragam model dan area yang mengalami perubahan dimana
menjadi lingkup kewenangan negara. negara-negara maju memperlihatkan
Sejauhmana derajat keterlibatan atau kecenderungan pemerintahan yang
intervensi pemerintahan dalam semakin intensif dalam
pembangunan, terutama masalah- masalahmasalah pembangunan yang
masalah ekonomi inilah yang pada umumnya lekat dengan peran
biasanya menjadi aktif dari pada pasar. Hal tersebut
karakteristik yang membedakan setidaknya dapat diamati dari
antara negara berkembang fenomena di Amerika Serikat dalam
dan negara maju. Menurut rentang dua dekade ini ditandai
Huff (1995), negara berkembang dengan semakin aktifnya peran
biasanya dicirikan dengan negara-negara bagian dalam
lemahnya konsensus politik perencanaan pembangunan, terutama
259
*)Corresponding Author
Email : rezahariyadi@yahoo.com
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

menyangkut kepentingan yang lain. Namun, landasan


perdagangan dan perumbuhan kebijakan yang ada saat ini dianggap
ekonomi, pembangunan infrastruktur, kurang memadai sehingga
riset dan pengembangan serta mendorong munculnya gagasan
mengintegrasikan pengetahuan untuk mengembalikan konsep
dengan bisnis dan pasar (Isseman, pembangunan nasional dalam
1993). kerangka yang disebut sebagai Pokok
Pengalaman di Indonesia, isu Haluan Negara (PHN) atau khalayak
tentang kebijakan pembangunan sering menyebut sebagai GBHN.
nasional mengemuka kembali dan Pandangan kritis terhadap kebijakan
dilekatkan dengan agenda politik perencanaan pembangunan nasional
amandemen ke 5 Undang-Undang telah menghadirkan dua arus opini
Dasar 1945 (UUD NRI) untuk pro dan kontra. Megawati
menambah kewenangan MPR dalam Soekarnoputri menilai bahwa
menetapkan Pokok Haluan Negara pembangunan nasional terlalu
atau sering disebut sebagai presiden sentris karena tergantung
GarisGaris Besar Haluan Negara visi dan misi presiden terpilih, serta
(GBHN). Melalui amandemen tidak berkesinambungan akibat
terbatas, MPR bermaksud pembatasan masa periode jabatan
menambahkaan satu ayat pada Pasal kepresidenan. Menurutnya, perlu
3 untuk memberi kewenangan MPR konsep pembangunan nasional jangka
mengubah dan menetapkan PPHN, panjang, baik itu di bidang politik,
serta penambahan satu ayat pada ekonomi, sosial, pendidikan,
Pasal 23 untuk mengatur kebudayaan maupun spiritual sebagai
kewenangan DPR menolak RUU acuan bagi setiap calon pemimpin
APBN yang diajukan oleh presiden yang akan maju dalam kontestasi
apabila tidak sesuai dengan PPHN politik (Kompas Online, 2021).
(Kompas Online, 2021). Frasa Sementara itu, Jimly Asshiddiqie,
amandemen terbatas merujuk pada mantan Hakim Mahkamah Konstitusi
komitmen faksi-faksi di MPR agar yang kini menjadi anggota DPD RI
amandemen ke 5 UUD NRI tidak menyatakan bahwa pemerintah
meluas pada pasal-pasal lain memerlukan GBHN untuk
mengingat saat ini muncul wacana menghadapi kompleksitas
perubahan Pasal 7 UUD NRI untuk permasalahan seperti kemajemukan
menambah masa jabatan presiden suku, pemerataan pembangunan
menjadi 3 periode dan memperkuat pendidikan, ekonomi, sosial dan
kewenangan DPD, terutama fungsi kerumitan birokrasi. Menghidupkan
legislasi dan penganggaran kembali GBHN dapat menjadi suatu
sebagaimana yang dimiliki oleh DPR. acuan bagi pembangunan nasional
Sesungguhnya, sepanjang sejarah yang berkesinambungan serta visi
Republik Indonesia pembangunan jangka panjang yang
nasional telah berjalan dan memiliki mengintegrasikan pembangunan
landasan kebijakan yang pusat dan daerah (Vivanews Online,
berkembang sejalan dengan 2021). Kritik tersebut menjadi
dinamika politik dari satu periode justifikasi politik untuk
kekuasaan ke periode kekuasaan menghidupkan kembali Garis Besar
260
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

Haluan Negara (GBHN) sebagai politik mendorong amandemen ke 5 UUD


hukum dalam bidang pembangunan NRI dengan maksud menghidupkan
nasional yang sistematis dan kembali konsep tentang Haluan
terencana melalui amandemen UUD Negara. Oleh karena itu, menarik
1945 secara terbatas. untuk menulis tentang bagaimana
Pandangan sebaliknya yang kontra dinamika dalam kebijakan
terhadap ide menghidupkan kembali perencanaan pembangunan nasional
GBHN diutarakan oleh Bivitri Susanti. di Indonesia ? Apa tantangan dalam
Menurutnnya, ide tentang GBHN pelaksanaanya ? Skenario kebijakan
selain tidak relevan dengan sistem apa yang dapat dipilih jika
ketatanegaraan yang telah amandemen ke V UUD NRI
dipraktekkan sebagai konsekuensi dilangsungkan ?
amandemen UUD 1945 selama 4 kali, Metode Penelitian
juga karena telah adanya haluan Penulisan artikel ini dilakukan
pembangunan nasional yang lebih dengan metode analisis deskriptif
partisipatif sebagaimana diatur dalam dengan pengumpulan data dilakukan
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem dengan cara studi pustaka (library
Perencanaan Pembangunan Nasional research) dan dokumen.
(SPPN) dan UU No.17 Tahun 2007
Hasil dan Pembahasan
tentang Rencana Pembangunan
Perencanaan Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
(Hukum Online, 2021). Argumentasi Pembangunan nasional dapat
Bivitri Susanti ini juga sejalan dengan dimaknai sebagai agenda state
pandangan Akbar Tandjung maupun building yang teah berlangsung pasca
Fahri Hamzah yang melihat bahwa kemerdekaan. Hal tersebut
secara substantif maupun dalam diwujudkan melalui pelaksanaan
kerangka regulasi yang ada (SPPN dan fungsi utama negara, yakni fungsi
RPJPN) telah berfungsi sebagai regular (regular function) yang
pijakan dalam kebijakan perencanaan meliputi fungsi politik, diplomatik,
nasional yang diperlukan (Tirto yuridis, administratif, serta fungsi
Online, 2021). pembangunan (developing function)
Polemik tentang GBHN yang dimaksudkan sebagai suatu
menunjukkan dua hal penting, perubahan terencana secara terus
pertama anggapan bahwa keberadaan menerus guna mencapai kondisi
UU SPPN dan UU RPJPN tidak perbaikan yang telah ditetapkan
mencukupi untuk berfungsi sebagai (Budiarjo, 2007). Menurut Meyer
pedoman dalam pembangunan (2019), pelaksanaan fungsi-fungsi
nasional dengan merujuk konsep yang negara ini dalam kerangka mencapai
sebelumnya diadopsi dalam GBHN; tujuan utama negara, yakni
kedua, bahwa UU SPPN dan RPJPN mewujudkan kesejahteraan
dianggap tidak memberi jaminan masyarakat secara merata.
terhadap kesinambungan dan Pembangunan nasional sebagai
integrasi perencanaan pembangunan elemen penting dalam state building
antar sektor dan lembaga. Kedua tentu saja harus dipahami sebagai
anggapan inilah yang kemudian peristiwa yang kompleks yang
menjadi basis argumentasi untuk memerlukan suatu perencanaan
261
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

dimana pemerintah memiliki peranan semasa Orde Baru. Pemikiran


sentral didalamnya. Patsy Healey Rostow tentang Tahap-Tahap
(1997) menjelaskan bahwa Pertumbuhan Ekonomi memberikan
perencanaan pembangunan di negara pengaruh besar terhadap kerangka
maju menekankan pada tiga konseptual para perencana
pendekatan utama, yakni pembangunan dalam menyusun
perencanaan ekonomi, manajemen strategi pembangunan nasional
pembangunan fisik, serta manajemen jangka panjang. Menurut Rostow
administrasi publik dan analisis (1963: 4-16) untuk mencapai
kebijakan. Hal tersebut menunjukkan kemajuan suatu negara perlu
bahwa secara teoritis, studi mengadopsi tahapan perkembangan
perencanaan pembangunan masyarakat yang secara linier harus
merupakan suatu studi yang bersifat dilalui, yakni traditional society
multidisiplin dan dapat menghasilkan (masyarakat tradisional),
berbagai fokus kajian yang berbeda preconditions for take-off (prakondisi
dan saling mempengaruhi. Meski menuju tinggal landas), take-off
demikian, secara empiris pendekatan (tinggal landas), drive to maturity
ekonomi dalam kebijakan (menuju kedewasaan), and age of
perencanaan pembangunan di high mass consumption (masyarakat
Indonesia menempati posisi sentral. konsumsi tinggi).
Pembangunan nasional dimaknai Menurut Rostow, bahwa untuk
sebagai pembangunan ekonomi mencapai taraf kemajuan,
dimana upaya untuk meningkatkan transformasi masyarakat perlu
pertumbuhan ekonomi menjadi dilakukan dengan melakukan
perhatian utama. Sehingga dapat modernisasi teknologi dimana corak
dipahami jika tulisan para ekonom masyarakat tradisional berbasis
yang mengulas tentang agraris dengan pendapatan rendah
pembangunan seperti Harrod Domar, akan bergerak menuju masyarakat
Arthur Lewis, W W Rostow, industri dengan peningkatan
Hirschman, Rosenstein Rodan, pendapatan. Memang, pemikiran
Nurkse, dan Leibenstein banyak Rostow ini banyak menuai kritik
memberikan pengaruh pada para karena dianggap mensimplifikasi
teknokrat perencana pembangunan tahapan perkembangan masyarakat
di Indonesia. Pemikiran dan secara linier dan gagal untuk
pengalaman Eropa kemudian menyajikan emipirisme tentang
menjadi dasar dari konsep dan bagaimana pertumbuhan ekonomi itu
strategi pembangunan di negara dapat dipastikan menghasilkan efek
berkembang, termasuk Indonesia. cucuran atau trickle down effect
Fenomena inilah yang oleh Bjorn sehingga ada pemerataan ekonomi,
Hettne (1991) disebut dengan namun Rostow sebenarnya juga telah
eurocentrisme dalam pemikiran awal menjelaskan adanya faktor lain yang
tentang pembangunan. saling berkaitan mempengaruhi
Pengaruh nyata dari pemikiran pertumbuhan ekonomi seperti
Barat dalam kebijakan pembangunan kehidupan politik dan hubungan
di Indonesia dapat ditelusuri dalam sosial yang berlangsung dalam
konsep pembangunan yang diadopsi masyarakat.
262
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

Seperti halnya Rostow yang terletak pada bagaimana


melihat bahwa faktor non ekonomi memandang soal derajat keterlibatan
akan berhubungan dengan strategi atau kendali“the invisible”
pembangunan nasional yang diadosi sebagaimana kritik terhadap laisser-
oleh suatu negara, pemikir lain yang faire dan “the visible” dalam hal ini
berpengaruh terhadap perkembangan campur tangan negara sebagaimana
perencanaan pembangunan adalah kritik terhadap model sosialisme atas
William Arthur Lewis (1951) yang produksi dan distribusi.
menulis tentang The Principles of Menurutnya, sosialisme memiliki
Economic Planning; A Study Prepare tantangan untuk menjawab masalah
for Fabian Society. Menurutnya, tentang hak kepemilikan sebagai
perencanaan sebagai upaya fondasi dari kesetaraan dan keadilan
pemerintah untuk mewujudkan target sosial, sedangkan mekanisme pasar
yang telah ditetapkan secara teratur dihadapkan pada isu tentang
dan konsisten melalui proses ketidakadilan dalam distribusi
anggaran yang saling terkait. pendapatan dan masalah
Perencanaan pembangunan akan pengupahan yang tidak manusiawi.
berisi ribuan detil yang harus Oleh karena itu, Lewis (1951)
disatukan dan menghasilkan ribuan menyimpulkan bahwa kerangka
keputusan dan perintah administratif. kebijakan perencanaan
Kerumitan itulah yang menurut Lewis pembangunan semestinya berfokus
(1951:11) menempatkan para pada bagaimana membuat apa yang
birokrat sekaligus sebagai perencana, paling dibutuhkan masyarakat
bukan oleh masyarakat, parlemen menjadi apa yang paling
atau bahkan kabinet, dan membuat menguntungkan bagi individu,
perencanaan sering kali dianggap mengubah kepentingan pribadi
kurang demokratis. Berbagai faktor menjadi kepentingan publik. Selain
akan mempengaruhi perencanaan itu, meski pembangunan ekonomi
pembangunan nasional suatu negara, benar-benar direncanakan dari
seperti kerangka filosofi mengenai pusat, maka insentif perlu diadakan.
bagaimana pembangunan itu Dengan demikian, perselisihan
berlangsung, aplikasi ekonomi dan melawan ekonomi pasar bukan
proses kompromi politik (Lewis, karena tidak cenderung
1951:11). mempromosikan kebaikan sosial.
Pengaruh faktor mainstream Perselisihannya terletak pada apakah
politik maupun ekonomi secara kontrol yang dimiliki negara tidak
diuraikan oleh Lewis dalam bisa berbuat lebih baik, baik sebagai
penjelasannya tentang perdebatan alternatif, atau sebagai suplemen
antara model perencanaan dengan (Lewis, 1951:8).
menekankan peranan sentral negara Kerangka konseptual yang
sebagaimana dianut oleh kaum mempengaruhi suatu perencanaan
sosialis dan determinasi mekanisme pembangunan pada akhirnya ketika
pasar sebagaimana diyakini diratifikasi menjadi kebijakan maka
pendukung laisser-faire. Lewis (1951 akan melalui serangkaian proses
: 12-13) melihat bahwa pokok pembentukan suatu produk hukum
permasalahan di antara keduanya sebelum difungsikan sebagai
263
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

pedoman dalam pembangunan Evolusi Kebijakan


nasional suatu negara. Dalam Perencanaan Pembangunan
pengalaman Indonesia, kebijakan Nasional a. Kebijakan Perencanaan
perencanaan pembangunan nasional Pembangunan Nasional Era Orde
diratifikasi dalam produk hukum Lama
berupa Ketetapan MPR sebagaimana Pembangunan institusional
model GBHN dimasa Orde Baru, dan terutama pembentukan
SPPN/RPJPN yang dinyatakan dalam suprastruktur politik negara guna
bentuk UU. Baik Ketetapan MPR menjalankan fungsi-fungsi
maupun UU merupakan produk pemerintahan telah berjalan seiring
hukum yang dihasilkan dari proses dengan arah pemerintah dalam
politik. Daniel S. Lev (1990), dalam menjalankan pembangunan nasional.
pandangannya tentang hubungan Kedua hal tersebut berlangsung
antara hukum dan politik dalam suasana revolusi
menjelaskan bahwa hukum mempertahankan kemerdekaan
merupakan alat politik, tempat hukum akibat agresi militer Belanda yang
dalam negara tergantung pada mencoba menjajah kembali. Hal ini
keseimbangan politik, definisi menyebabkan perhatian pemerintah
kekuasaan, evolusi ideologi politik, terbagi antara menghadapi perang
ekonomi dan sosial dan seterusnya. dan melangsungkan pembangunan
Mac Iver (1960) mengemukakan nasional. Karena itu, meski pada
adanya dua jenis hukum dalam tanggal 18 Agustus 1945 telah keluar
kaitannya dengan kekuasaan politik, Maklumat Pemerintah tentang
yaitu hukum yang mengemudikan Pembangunan Negara, namun
negara yang disebut Konstitusi dan dokumen perencanaan
hukum yang digunakan negara untuk pembangunan nasional pertama
memerintah atau disebut hukum yang disebut “Dasar-dasar Pokok
biasa (ordinary law). Hukum biasa Daripada Plan Mengatur Ekonomi
atau ordinary law merupakan UU yang Indonesia”, dirumuskan setelah
dihasilkan dari proses politik pemerintah membentuk Badan
kompromi antara DPR dan Perancang
Pemerintah. Oleh karena itu, UU Ekonomi pada 19 Januari 1947 dan
dapat difungsikan sebagai alat politik Panitia Pemikir Siasat Ekonomi pada
sepanjang tidak bertentangan 12 April 1947 dimasa pemerintahan
dengan hukum konstitusi yang Kabinet Sjahrir III. Dokumen tersebut
mengemudikan negara. Pendapat merupakan program pemerintah yang
tersebut menunjukkan bahwa dimaksudkan untuk meningkatkan
kebijakan pembangunan tidak lepas dan menyebarluaskan secara merata
dari dinamika politik suatu negara kemakmuran rakyat Indonesia.
baik dalam proses ratifikasi menjadi Pembentukan Panitia Pemikir
produk hukum maupun dalam Siasat Ekonomi menunjukkan bahwa
penerapannya. kebijakan perencanaan pembangunan
nasional merupakan proses yang
berbasis pada pengetahuan ilmiah.
Proses teknokrasi dalam perencanaan
pembangunan menjadi mainstream
264
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

memberi peranan besar pada penuh konflik. Kabinet pemerintahan


pemerintah dalam dokumen parlementer berusia sangat singkat
perencanaan “Garis-Garis Rencana dengan periode 1 tahun sebelum
untuk Menyejahterakan Rakyat yang terjadi mosi tidak percaya dan
dihasilkan oleh Panitia Pemikir Siasat pembentukan kabinet baru.
Ekonomi dan Rencana Kasimo pada Pada periode 1950-1959,
periode 1945-1949. Dokumen pemerintah berhasil menetapkan
tersebut berisi rencana program dan dua rencana pembangunan, yakni
penganggaran tiap-tiap departemen (Mustopadidjaja, 2013:59): Pertama,
kementerian, serta rencana Rencana Urgensi Ekonomi atau
meningkatkan produksi sektor Rencana Urgensi Industri
pertanian melalui ekstensifikasi (19511955). Fokus pemerintah pada
pemanfaatan lahan dan penyediaan periode ini adalah mendorong
bibit unggul dalam jangka waktu tiga modernisasi pertanian guna
tahun untuk mencapai swasembada memutus ketergantungan terhadap
pangan. Tantangan yang dihadapi pasar luar negeri, serta
pada periode ini adalah belum meningkatkan industrialiasi nasional
tertatanya infrastruktur politik baik dengan membentuk induk
pemerintah pusat maupun daerah, perusahaan nasional dan pendirian
situasi perang dan pemberontakan, pusat pengembangan dan
serta instabilitas politik akibat Pendidikan untuk mempercepat
kabinet dalam pemerintahan industrialisasi.
parlementer yang jatuh bangun Kebijakan tersebut dipengaruhi oleh
(Mustopadidjaja, 2012:31). perkembangan model pembangunan
Pye (1966) dalam studinya yang mengkaji tentang kondisi
tentang pembangunan politik keterbelakangan dan
menjelaskan bahwa stabilitas sosial ketergantungan terhadap surplus
politik dan perubahan teratur tenaga kerja di sektor pertanian di
merupakan prasyarat dalam negara-negara Eropa Timur dan
pembangunan ekonomi. Situasi Tenggara.
politik yang stabil memungkinkan Rosenstein-Rodan dalam studinya
pemerintah untuk berkonsentrasi Problems of Industrialisation of
pada perencanaan dan pelaksanaan Eastern and South-Eastern Europe
dari pada pembangunan yang telah menggagas tentang perlunya
ditetapkan. Namun, stabilitas sosial rencana dan program aksi berupa
politik justru menjadi tantangan investasi skala besar untuk
utama dalam perencanaan mempercepat industrialisasi. Hal
pembangunan yang berlangsung yang cukup kontras pada periode
dimasa demokrasi liberal dan sistem demokrasi liberal ini, langkah
pemerintahan parlementer. Pilihan pemerintah untuk memberikan
sistem politik yang menganut kesempatan pada sektor swasta
demokrasi liberal menyebabkan berkembang, namun juga di sisi lain
kekuatan-kekuatan politik yang sekaligus mendorong industri yang
terfragmentasi dalam ideologi yang dikelola negara melalui kebijakan
beragam berada dalam hubungan nasionalisasi industri sektor
persaingan politik yang tajam dan strategis yang sebelumnya dikuasai
265
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

asing, terutama perusahaan kolonial secara efektif. Selain itu, arah dan
Belanda.1 program pembangunan sangat
Kedua, pada 7 Januari 1952 tergantung pada kabinet dalam
pemerintah menerbitkan PP No. 2 pemerintahan parlementer yang
Tahun 1952 untuk membentuk berkuasa.
Dewan Perancang Negara (DPN) yang Arah kebijakan pembangunan
bertugas mempelajari, menyusun dan kembali mengalami perubahan
menghubungkan rencana-rencana setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sosial ekonomi, dan Biro Perancang mengakhiri pemerintahan
Negara (BPN) yang berfungsi sebagai parlementer dan menghadirkan
Badan Pelaksana yang model demokrasi politik baru yang
mempersiapkan Rencana populer dengan sebutan Demokrasi
Pembangunan Lima Tahunan (RPLT) Terpimpin. Meski di periode ini
1956-1960. RPLT ini baru berhasil sistem politik multipartai dan multi
disusun saat zaken kabinet di bawah ideologi masih dominan, namun
Perdana Menteri Djuanda dan tampaknya pembangunan nasional
disetujui pada tahun 1958. Namun, tidak hanya menunjukkan corak yang
masalah pembangunan nasional nasionalistik dimana sektor negara
muncul justru karena faktor politik, diperkuat, tetapi juga mengadopsi
pandangan “Sosialisme ala
1
Indonesia” yang menekankan pada
Kebijakan nasionalisasi digencarkan setelah
perubahan struktur ekonomi-sosial
Presiden Soekarno membentuk Badan
Nasionalisasi Badan Nasionalisasi Perusahaan
secara radikal dan mengabaikan
Belanda (BANAS) yang bertanggung jawab peranan modal asing (Mas’oed,
langsung di bawah Kabinet dan diberi target 1989:110). Perencanaan
untuk menyelesaikan tugasnya hingga tahun pembangunan tunduk pada visi
1960. Serangkaian kebijakan nasionalisasi dirilis politik presiden sebagaimana
pemerintah Indonesia untuk berbagai sektor dinyatakan dalam
strategis seperti terbitnya UU No. 86 Tahun
Manifesto Politik Republik Indonesia
1958 tentang Nasionalisasi
Perusahaanperusahaan Milik Belanda, PP No.
(MANIPOL) dan Undang-Undang
12 Tahun 1959 tentang Nasionalisasi Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Peternakan dan Perkebunan, PP No. 18 Tahun Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
1959 tentang Nasionalisasi Industri Gas dan Terpimpin, dan Kepribadian
Listrik, PP No. 13 Tahun 1960 tentang Indonesia (USDEK) yang kemudian
Nasionalisasi Industri ditetapkan sebagai Garis-Garis Besar
Perbankan, PP No. 45 Tahun 1959 tentang
Haluan Negara melalui Tap MPR No.
Nasionalisasi Industri Maritim, PP No. 50 Tahun
1959 tentang Nasionalisasi Industri
I/MPRS/1960 (Ricklefs, 2005:527).
Pertambangan Guna mentransformasikan GBHN
demokrasi liberal yang berlangsung ke dalam kebijakan perencanaan
pada 1950-1959 bercirikan pembangunan, maka dibentuklah
seringnya terjadi perubahan kabinet, Dewan Perancang Nasional
ketegangan di beberapa daerah, dan (Depernas) yang diketuai oleh Mr.
kesulitan dalam masalah ekonomi Muhammad Yamin. Presiden
yang menyebabkan pembangunan menugaskan Depernas untuk
nasional menjadi tidak berjalan menyusun suatu rancangan rencana
pembangunan dengan merujuk pada
266
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

MANIPOL-USDEK dan menghasilkan membiayai pembangunan nasional.


dokumen Rencana Pembangunan Hal ini berdampak pada rendahnya
Nasional Semesta Berencana (RPNSB) sumber pembiayaan negara, tata
yang kemudian ditetapkan melalui kelola anggaran yang timpang dan
TAP No. II/MPRS/1960 menjadi ketidakprofesionalan dalam
Garis-Garis Besar Pola (Rencana) pengelolaan industri nasional (BUMN)
Pembangunan Nasional Semesta yang sebagian besar merupakan hasil
Berencana Tahap Pertama 19611969 nasionalisasi.
(Mutopadidaja, 2013:76). Agar Sumber pembiayaan sangat
RPNSB dapat segera dilaksanakan, tergantung pada hasil rampasan
maka MPR kemudian membuat perang dan kompensasi perang dari
ketetapan No. IV/MPRS/1963 tentang Jepang, pajak hasil ekspor-impor
Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis komoditas dan pendapatan dari
Besar Haluan Negara dan Haluan industri nasional yang tidak
Pembangunan sebagai penjabaran mencukupi. Selain itu, anggaran
teknis, serta mengintegrasikan negara juga banyak tersedot untuk
Depernas ke dalam kabinet belanja sektor pertahanan dan
pemerintahan dan merubahnya keamanan yang mencapai lebih dari
menjadi Badan Perencanaan 50% anggaran negara, serta belanja
Pembangunan Nasional (Bappenas) pembangunan infrastruktur yang
yang kemudian dibantu tugasnya oleh bersifat mercusuar. Sementara itu,
Musyawarah Pembantu Perencana BUMN mengalami berbagai masalah
Nasional (Muppenas). manajemen akibat campur tangan
Secara filosofis, RPNSB tidak politik yang menyebabkan inefisiensi
lepas dari pengaruh konsep Berdikari dan kontribusi yang rendah bagi
dan Ekonomi Terpimpin yang pendapatan negara. Situasi ekonomi
dicanangkan Presiden Soekarno. Hal yang memburuk ini kemudian
tersebut merefleksikan pandangan berkelindan dengan suhu politik yang
nasionalisme ekonomi sebagaimana meningkat akibat pertentangan
dijelaskan oleh List (1841) dimana politik dan ideologi sehingga
menekankan pentingnya kebijakan menyebabkan program-program
untuk lepas dari ketergantungan strategis dalam RPNSB tidak dapat
modal asing dan menempatkan direalisasikan secara efektif.
peranan negara sebagai ujung tombak b. Dinamika Kebijakan
dalam mewujudkan kesejahteraan Perencanaan Pembangunan
masyarakat. Robison (2012:64) Nasional Era Orde Baru.
menyebutkan bahwa tujuan dari Pada tahun 1966-1968, terjadi
Ekonomi Terpimpin adalah transisi kebijakan pembangunan
membangun ekonomi industri nasional dari Orde Lama ke Orde Baru
nasional di sekitar modal negara. dengan berlakunya Tap MPRS No.
Pendekatan Ekonomi Terpimpin XXIII/MPRS/1966 tentang
menimbulkan keadaan yang dilematis, Pembaharuan Kebijakan Landasan
di satu sisi menjadi entry point bagi Ekonomi, Keuangan dan
kebangkitan sektor negara dan swasta Pembangunan. Kebijakan baru ini
pribumi, namun di sisi lain membatasi menegaskan bahwa setiap kebijakan
arus modal asing untuk ikut pembangunan harus mencerminkan
267
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

pasal-pasal dalam UUD 1945, Undang-Undang No. 78 Tahun 1958


berpegang pada azas demokrasi tentang PMA yang membatasi modal
ekonomi, dan dilakukan secara asing dalam sektor usaha yang lazim
rasional dan realistis dikerjakan oleh warga negara
(Mustopadidjaja, 2013:125). Indonesia dan jenis perusahaan yang
Kebijakan transisi ini dimaksudkan dapat dimasuki.1 Strategi ekonomi
sebagai langkah stabilisasi dan Orde Baru berhasil meningkatkan
rehabilitasi dengan prioritas program investasi asing
pengendalian inflasi, pemenuhan (foreign direct investment/FDI)
kebutuhan pangan dan sandang, yang sebelumnya hanya USD 3 juta
rehabilitasi prasarana ekonomi serta pada tahun 1968 menjadi USD 130
peningkatan ekspor. Selain itu, juta pada 1970, dan USD 302 juta
kebijakan transisi ini juga menjadi pada tahun 1972 (Malarangeng,
dasar bagi perencanaan 2002:54). Jumlah proyek yang
pembangunan lima tahunan yang dibiayai oleh investasi asing pun
dimandatkan kepada Bappenas mengalami peningkatan dimana
dengan merujuk pada Instruksi pada tahun 1967 hanya 13 proyek
Presidium Kabinet No. menjadi 84 proyek pada tahun 1970.
15/EK/IN/3/1967. Pendekatan liberal sebagai
Bersamaan dengan lahirnya Orde paradigma dalam pembangunan
Baru, terjadi perubahan dari kerangka nasional, terutama sektor ekonomi
pembangunan nasional Orde Lama tidak lepas dari peranan komunitas
yang menekankan sektor negara cendikiawan (epistemic community)
menjadi lebih akomodatif pada dan para teknokrat “Mafia Berkeley”
keterlibatan pasar dan investasi asing. (para ekonom didikan Barat
Mas’oed (1989:94) menjelaskan terutama asal University of
bahwa pilihan strategi Orde Baru California di Berkeley) yang
dengan mengadopsi mekanisme pasar dimotori oleh Widjojo Nitisastro
dimaksudkan untuk menarik arus dalam kabinet maupun Bappenas.
investasi asing, pemulihan dan Menurut Anne Booth (2001),
stabilisasi, serta mendorong masuknya kelompok ini dalam
pertumbuhan ekonomi nasional. kabinet menandakan bahwa Orde
Regulasi untuk memudahkan Baru akomodatif terhadap
masuknya modal asing kemudian pandangan liberal dan membuka
dirilis dengan UU diri atas dukungan Barat (Emerson,
Penanaman Modal Asing No. 1 Tahun 2001:188). Para teknokrat ini pada
1967 yang menawarkan berbagai mulanya menunjukkan sikap
fasilitas kemudahan untuk berbisnis pragmatis terhadap ekonomi pasar
di Indonesia, termasuk insentif 1 Terdapat pembatasan sektor-sektor
perpajakan dan ketentuan tentang tertentu, yang mengatur mengenai
Daftar Skala Prioritas (DSP) sebagai perusahaan; a. Kereta Api, b. Telekomunikasi,
instrumen untuk mendapatkan pola c. Pelayaran dan Penerbangan, d. Pembangkit
investasi jangka panjang yang terbuka tenaga listrik, e. Irigasi dan air minum, f.
Pabrik mesiu dan senjata, g. Pabrik tenaga
untuk modal asing maupun modal
atom, h. Pertambangan bahan-bahan vital,
dalam negeri (Robison, 2012:143). lihat Undang-Undang No. 78 Tahun 1958
Kebijakan baru tersebut menganulir tentang Penanaman Modal Asing.
268
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

dan memilih jalan reformasi daerah. Proses teknokrasi menjadi


ekonomi secara hati-hati mengingat penentu dalam rancang bangun
Orde Baru juga didukung oleh kebijakan pembangunan nasional di
kelompok nasionalis, terutama dari hulu dan menimbulkan kesan yang
kalangan militer yang kritis menempatkan MPR pada proses hilir
terhadap isu ideologi, termasuk sebagai lembaga “stempel” politik
liberalisme yang mempengaruhi untuk mengotorisasi “produk”
kebijakan strategis pemerintah. Bappenas menjadi kebijakan negara
Namun, posisi politik kelompok dalam bentuk Tap MPR. Kedudukan
teknokrat liberal ini makin kuat strategis Bappenas ini tidak hanya
ketika Soeharto memenangkan karena tingginya kepercayaan politik
pemilu tahun 1973 dan memberi dari Presiden maupun DPR, tetapi
ruang bagi dalam pemerintahan juga ditopang oleh keunggulan
kabinet yang baru. sumber daya manusia yang terlatih
Selama berkuasa, Orde Baru dan terdidik.
berhasil menetapkan dua produk Kedua, disusunnya Rencana
GBHN yang ditetapkan melalui Tap Pembangunan Lima Tahunan
MPR No.IV/MPR/1973 yang memuat (Repelita) sebagai tahapan
Pola Umum Pembangunan Nasional pembangunan nasional yang
terdiri dari Pola Dasar Pembangunan dimaksudkan untuk mengatasi
Nasional, Pola Umum Pembangunan tantangan pembangunan yang
Jangka Panjang, dan Pola Umum dihadapi, terutama masalah
Pembangunan Lima Tahun Kedua pertumbuhan ekonomi, perubahan
yang menjadi dasar bagi struktur dan corak ekonomi,
pembangunan jangka Panjang tahun pemerataan pembangunan dan
1969-1993, serta GBHN 1993-2019 persiapan industrialisasi menuju
yang ditetapkan oleh Tap MPR No. masyarakat tinggal landas,
II/MPR/1998. GBHN ini kemudian menunjukkan bahwa model
menjadi dasar bagi pemerintah untuk pembangunan teknokratik yang
menyusun Rencana Pembangunan dihasilkan Bappenas memiliki
Lima Tahunan yang dikenal dengan kerangka rujukan teoritik sejalan
REPELITA I hingga X yang dengan Rostow tentang Tahapan
seluruhannya merupakan tahapan PJP Pertumbuhan Ekonomi.
I dan PJP II yang menjadi target Ketiga, selain proses teknokratis,
pemerintah Orde Baru. hal yang menarik bahwa Orde Baru
Penetapan GBHN ini memberikan memunculkan justifikasi ideologis
sejumlah makna penting dalam baru dalam kebijakan pembangunan
kerangka pembangunan nasional, yang diadopsi dalam GBHN. Hal ini
yakni : pertama, Bappenas menempati menunjukkan bahwa Orde Baru
posisi yang sangat sentral baik sebagai suatu rezim politik, di satu sisi
sebagai think tank dalam proses memang memberikan peranan besar
perencanaan maupun eksekutor yang pada Bappenas, namun di sisi lain
melaksanakan program-program klaim Orde Baru sebagai pelaksana
pembangunan yang melibatkan Pancasila dan UUD 1945 yang murni
berbagai lembaga negara dan dan konsekuen merasa perlu untuk
pemerintahan, baik pusat maupun mentransformasikan dalam desain
269
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

kebijakan pembangunan nasional Pelaksanaan PJP II yang


sebagai basis legitimasi ideologisnya. seharusnya berlangsung hingga tahun
Hal tersebut dikemas dalam konsep 2019 berakhir bersamaan dengan
Trilogi Pembangunan sebagai tumbangnya kekuasaan Presiden
kerangka paradigmatik yang Soeharto. Kekuasaan Orde Baru yang
memadukan antara konsep hegemonik, memunculkan masalah
pemerataan pembangunan dan hasil- dalam pembangunan nasional,
hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan terutama menyangkut maraknya
stabilitas nasional yang sehat dan praktek Korupsi, Kolusi dan
dinamis. Sebagai suatu justifikasi Nepotisme (KKN), pelanggaran HAM,
ideologis, konsep Trilogi utang luar negeri, oligarki ekonomi,
Pembangunan secara efektif menjadi dan kebijakan ekonomi yang terlalu
rujukan bagi setiap kebijakan liberal. Hal ini menjadi triger bagi
pembangunan Orde Baru. gerakan protes mahasiswa yang
Keempat, bahwa GBHN sebagai berujung pada ambruknya bangunan
integrated development planning politik Orde Baru sekaligus menandai
tidak hanya memadukan program perubahan kerangka pembangunan
pembangunan antar kementerian dan nasional pasca Orde Baru.
lembaga negara, baik pusat maupun c. Dinamika Kebijakan
daerah, tetapi juga menunjukkan Perencanaan Pembangunan
adanya visi politik negara baik jangka Nasional Era Reformasi
panjang maupun jangka pendek Hingga reformasi, Indonesia telah
dalam roadmap dalam pembangunan mengalami sejumlah model
nasional, serta menjamin aspek perencanaan pembangunan nasional
kesinambungan antar periode sebagaimana dapat dicermati
kekuasaan. berdasarkan tabel berikut :

Tabel 1
Evolusi Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia
Periode Kebijakan
1945-1949 Dasar-Dasar Pokok Daripada Plan Mengatur Ekonomi Indonesia
1950-1959 • Rencana Urgensi Ekonomi
• Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
1960-1965 Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana
1966-1998 Garis-Garis Besar Haluan Negara :
• PJP (Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun)
• Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahunan)
• Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan)
1998-2004 Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi
Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara
2005-2025 SPPN dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
Sumber : diolah dari Bappenas: Dalam Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia 1945-2025
kalangan menilai bahwa tidak adanya
Perubahan fundamental terjadi GBHN dianggap bahwa Indonesia
setelah reformasi ketika sejumlah tidak memiliki pedoman dalam

270
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

menyelenggarakan pembangunan yakni, pertama, untuk menjamin


nasional yang berkelanjutan. Hal kesinambungan antar periode
tersebut dikaitkan dengan kekuasaan yang paralel dengan kurun
dihapusnya GBHN sebagai waktu pembangunan nasional jangka
konsekuensi amandemen UUD 1945 menengah lima tahunan, maka setiap
yang memangkas kewenangan MPR calon presiden dan wakil presiden
dalam menyusun dan menetapkan menyusun visi dan misi dengan
GBHN. Padahal, Indonesia telah merujuk pada ketentuan dalam UU
memiliki kerangka kebijakan RPJPN dan UU SPPN. Ketentuan ini
perencanaan pembangunan nasional menunjukkan bahwa kekhawatiran
yang baru melalui UU No. 25 Tahun terjadinya disharmoni dan
2004 tentang Sistem Perencanaan diskontinuitas antar periode
Pembangunan Nasional (UU SPPN) kekuasaan dalam menjalankan roda
dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang pembangunan nasional sebenarnya
Rencana Pembangunan Nasional telah diantisipasi oleh UU SPPN dan
Jangka Panjang 2005-2025 (UU UU RPJPN.
RPJPN). Kedua, terjadi perubahan
Undang-Undang SPPN mengatur pendekatan dalam seluruh rangkaian
tentang rencana pembangunan yang perencanaan pembangunan dimana
akan disusun baik dari segi prosedur UU SPPN menempatkan proses
penyusunan, pembahasan dan politik sebagai hulu dalam
penetapannya hingga menjadi perencanaan pembangunan dan
program kebijakan legislasi nasional. proses teknokratik sebagai hilir dari
Sedangkan UU RPJPN memuat perencanaan pembangunan nasional
kondisi umum, arahan, tahapan lima tahunan. Proses politik ini
sampai pada prioritas secara konkrit. merupakan peranan dari
Oleh karena itu, baik UU SPPN dan caprescawapres bersama partai
UU RPJPN harus dilihat sebagai suatu pengusung dalam merumuskan visi,
kesatuan yang saling melengkapi dan misi dan program pemerintahan lima
telah menutup peluang inkosistensi tahunan ketika terpilih dalam
secara horizontal dari segi subtansi pemilihan presiden. Pada tahap ini
peraturan. Selain itu, ruang lingkup penyusunan visi, misi dan program
materi yang diatur jelas, sehingga pemerintah meski dapat dipengaruhi
tidak terjadi pengulangan norma oleh platform dan ideologi capres
yang telah diatur didalam peraturan dan cawapres maupun parpol
perundangan yang mendelegasikan pengusung, namun tetap terikat
terhadap peraturan pelaksananya dengan RPJPN. Sedangkan pada
(Anggraini, 2015). tahap teknokrasi, visi dan misi serta
Meski tidak sama persis, RPJP program pemerintahan yang terpilih
dimaksudkan untuk menggantikan menjadi input bagi Bappenas untuk
fungsi dari pada GBHN yang telah melakukan harmonisasi dan
dihapuskan. Meski demikian, terdapat sinkronisasi sehingga menjadi
sejumlah perubahan yang mendasar produk kebijakan yang disebut
pada RPJP sebagai pedoman dalam dengan RPJMN yang ditetapkan
pembangunan nasional. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Presiden.
dapat dilihat dari sejumlah aspek,
271
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

Ketiga, mengacu pada sebaik-baiknya oleh parpol untuk


pengalaman pelaksanaan PNSB memastikan bahwa kebijakan
maupun GBHN yang cenderung elitis pembangunan yang direncanakan
dan top down, maka SPPN dan RPJPN merupakan refleksi dari aspirasi yang
mengadopsi pendekatan berkembang di masyarakat maupun
perencanaan yang lebih demokratis konstituen parpol.
hingga penyusunan RPJMN, yaitu Tantangan dan Skenario
politik, teknokratik, partisipatif, top Perubahan Kebijakan
down dan bottom up (Mustopadidjaja, Pembangunan Nasional
2012:355). Pendekatan ini sejalan Sebagaimana dijelaskan oleh
dengan semangat demokratisasi yang Arthur Lewis bahwa perencanaan
membuka keran partisipasi pembangunan dipengaruhi oleh
masyarakat dalam proses berbagai faktor seperti kerangka
perencanaan pembangunan. Hal filosofi, kompleksitas politik maupun
tersebut dilalui pada saat para sistem ekonomi yang berlangsung.
capres-cawapres dan partai Ketiga faktor tersebut menghadirkan
pengusung terlibat dalam interaksi tantangan nyata dalam perencanaan
kampanye politik yang pembangunan nasional dari masa ke
memungkinkan terjadinya transaksi masa. Kebijakan pembangunan ketika
gagasan dan kebijakan yang menjadi diratifikasi menjadi produk hukum
kehendak masyarakat. berupa UU, maka merupakan ordinary
Persoalan yang kemudian sering law yang sejak perumusan akan
dipersoalkan pada model yang dipengaruhi oleh kepentingan politik
diadopsi oleh UU SPPN dan UU RPJPN faksi-faksi dalam pemerintahan
pada umumnya adalah tudingan maupun legislatif. Begitu pula pada
bahwa model ini tidak menjamin saat pelaksanaan akan bersinggungan
kesinambungan dan terlalu dengan dinamika sosial politik yang
didominasi oleh presiden. Padahal, berlangsung sebagai bagian dari
jika ditelaah lebih jauh secara jelas UU lingkungan yang melingkupi suatu
SPPN dan UU RPJPN menegaskan kebijakan nasional.
bahwa setiap pemerintahan yang Ketika Orde Lama berkuasa,
terbentuk melalui pemilu tunduk pada fragmentasi politik dan sistem
UU tersebut. Selain itu, sering kali pemerintahan yang berlangsung
dilupakan bahwa terjadi perubahan dalam demokrasi liberal tidak hanya
situasi politik akibat demokratisasi menyebabkan rapuhnya stabilitas
yang makin membuka ruang bagi politik, akan tetapi juga berdampak
publik untuk terlibat dalam agenda pada efektifitas program-program
strategis negara, termasuk untuk pembangunan nasional. Fragmentasi
berpartisipasi dalam perencanaan ideologis dan formasi kabinet
pembangunan nasional. Begitu pula parlementer ternyata tidak cukup
dengan peranan partai politik sebagai kuat dan stabil sebagai landasan
hulu dari pada kekuasaan, maka dalam eksekusi kebijakan
proses perumusan visi, misi dan pembangunan nasional. Lemahnya
program pemerintahan yang akan tradisi konsensus politik di antara
diusung oleh caprescawapres partai politik menyebabkan
semestinya dapat dimanfaatkan pemerintah sulit untuk menentukan
272
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

jenis dan prioritas program mendorong terjadinya konsensus


pemerintahan. Sedangkan pada politik atas berbagai kebijakan,
aspek ideologi politik, memberikan termasuk dalam hal kebijakan
pengaruh kuat terhadap arah dan perencanaan pembangunan.
strategi kebijakan pembangunan Sementara itu, penerapan
yang dipilih. Praktek Demokrasi desentralisasi melalui pembentukan
Terpimpin pasca berakhirnya daerah otonom juga berdampak pada
demokrasi parlementer diikuti kerumitan sistem perencanaan
perubahan mainstream pembangunan yang memberi ruang
pembangunan nasional yang semakin tidak hanya pada masyarakat saja,
bercorak nasionalistik, state centered tetapi juga menyangkut kepentingan
dan anti terhadap modal asing dan daerah yang harus diakomodasi dan
pasar. disinkronisasi dengan kepentingan
Sementara itu di era Orde Baru antar daerah dan pusat. Rumitnya
pemerintah memberikan ruang yang mengintegrasikan pembangunan
sangat terbuka bagi pasar dan pusat dan daerah sesungguhnya dapat
investasi asing dalam pembangunan dipahami, namun hal tersebut tidak
nasional. Sedangkan secara politik, semata-mata karena ketiadaan GBHN
keberhasilan Orde Baru melakukan namun juga konsekuensi dari
penataan politik guna mewujudkan penerapan desentralisasi
stabilitas sosial politik telah pemerintahan yang menyebabkan
menghadirkan Golkar sebagai hubungan pusat dan daerah tidak lagi
kekuatan dominan. Dukungan bersifat monosentris, melainkan
mayoritas yang diperoleh Presiden polisentris dan bergerak dari satu
Soeharto telah memungkinkan kontinum ke kontinum lainnya, baik
pemerintahannya menyusun suatu dalam kerangka negara federal
kebijakan perencanaan maupun negara kesatuan (Umbach,
pembangunan yang jauh lebih efektif 2002; Prasojo, 2015:1.5). Kerumitan
dan merealisasikannya tanpa inilah yang menurut Syamsuddin
hambatan politik yang signifikan. Hal Haris (2007) memerlukan penataan
tersebut ditambah dengan hubungan pusat dan daerah dengan
pendekatan pemerintahan yang bersandar pada kemitraan dan saling
otokratis, sentralistik serta didukung ketergantungan. Dengan demikian,
oleh mesin birokrasi politik yang evolusi kebijakan perencanaan
kuat menjadi landasan dalam pembangunan nasional tidak dapat
perencanaan dan pelaksanaan dipisahkan dari perkembangan
pembangunan nasional. masyarakat yang demikian pesat.
Situasi jauh berbeda berlangsung Perencanaan pembangunan
setelah reformasi. Terjadi perubahan membantu setiap negara untuk
politik yang besar akibat membuat proyeksi tentang alokasi
demokratisasi dalam sistem politik. sumber daya serta tujuan masa
Kehidupan kepartaian telah depan yang hendak dicapai, namun
berubah tanpa adanya partai hal tersebut tidak dapat dipisahkan
mayoritas mutlak yang mendapat dari konteks perkembangan
dukungan dan privellege dari masyarakatnya.
pemerintah. Sistem multipartai ini
273
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

Perubahan dalam masyarakat GBHN dihidupkan kembali, perlu


tentu harus direspon dengan dipertimbangkan apakah kedudukan
mempersiapkan skenario perubahan MPR akan menjadi supreme body
model kebijakan yang dapat dipilih. karena memiliki kewenangan
Terkait dengan hal tersebut, menghasilkan produk hukum yang
setidaknya ada beberapa opsi yang mengikat seluruh cabang-cabang
dapat dipertimbangkan antara lain : kekuasaan negara atau hanya sekedar
pertama, mempertahankan model menghasilkan dokumen perencanaan
kebijakan perencanaan pembangunan yang tidak
pembangunan sebagaimana diadopsi berkonsekuensi secara politis maupun
dalam UU SPPN dan UU RPJPN yuridis dalam hal pelaksanaanya.
dengan menekankan pada efektifitas Persoalan itu tentu akan menjadi
proses perencanaan politik di hulu kompleks jika dikaitkan dengan hulu
yang melibatkan peranan parpol yang akan menjadi input dalam proses
pengusung dan capres-cawapres perencanaan. Jika inputnya berasal
sehingga visi dan misi merefleksikan dari Bappenas dan MPR yang
kehendak masyarakat sekaligus menetapkan, maka hal ini akan
linkage dengan RPJPN yang mengulang model teknokratis yang
merupakan induk dari perencanaan terjadi dimasa Orde Baru. Namun, jika
pembangunan nasional. Selama ini, MPR yang merumuskan dan
perumusan visi dan misi menetapkan, maka tentu MPR perlu
caprescawapres seringkali hanya memiliki sumber daya yang memadai
dianggap pelengkap administratif untuk membuat suatu rumusan
belaka dalam proses pencalonan perencanaan yang holistik dan
pasangan caprescawapres. Padahal, integratif atas semua cabang
visi dan misi merupakan input utama kekuasaan negara. Selain itu, model
dalam perumusan RPJMN yang akan ini juga perlu mempertimbangkan
dijadikan acuan oleh pemerintah komitemen politik dalam amandemen
selama lima tahun. Sehingga, perlu UUD 1945 sebelumnya yang
dipertimbangkan mekanisme untuk dimaksudkan untuk memperkuat
keterlibatan DPR dalam perumusan sistem pemerintahan presidensial.
RPJMN yang selama ini menjadi Peranan presiden yang demikian
domain Presiden dan Bappenas. Hal besar dalam perencanaan
ini dimaksudkan agar RPJMN dapat pembangunan memang merupakan
terintegrasi dengan fungsi politik konsekuensi yang terjadi akibat
DPR sebagai wakil rakyat dalam sistem presidensial yang
mengartikulasikan aspirasi menempatkan presiden sebagai
masyarakat. kepala pemerintahan dan kepala
Kedua, menetapkan kembali negara yang dipilih langsung oleh
model GBHN atau sebutan lainnya masyarakat.
dengan konsekuensi perubahan Ketiga, mengadopsi pendekatan
struktur ketatanegaraan dan hukum lain dimana Pokok Haluan Negara
di Indonesia. Menghidupkan kembali sebagai program strategis negara
GBHN tentu tidak semudah an sich yang bersifat makro, jangka panjang
mengembalikan kewenangan MPR dan mengikat seluruh cabang
melalui amandemen UUD NRI. Jika kekuasaan negara diadopsi dalam
274
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

batang tubuh dari suatu konstitusi. merupakan operasionalisasi dari pada


Model perencanaan pembangunan visi politik negara dan menentukan
seperti ini dipraktekkan oleh proses teknokrasi. Sedangkan pada
sejumlah negara dengan Directive masa Presiden Soeharto perencanaan
Principles of State Policy (DPSP) pembangunan lebih banyak
sebagaimana diadopsi dalam ditentukan oleh proses teknokrasi
Konstitusi India, Directive Principles dari birokrasi perencana
of Social policy yang dianut dalam pembangunan. Hal ini menunjukkan
Konstitusi Irlandia (Jacob, 2005). Hal pengaruh ilmu pengetahuan yang
tersebut memuat lebih dominan dibandingkan
kewajibankewajiban fundamental pendekatan yang bersifat politik.
negara terutama menyangkut Sementara itu, model perencanan
keadilan sosial, kesejahteraan pembangunan nasional pasca
ekonomi, kebijakan luar negeri dan reformasi menekankan sinergi antar
masalah terkait administrasi proses politik di hulu dengan proses
pemerintahan. Model tersebut teknokrasi di hilir. Kedua proses
menempatkan agenda pemerintahan tersebut harus dimaknai sebagai suatu
strategis dalam pembangunan yang integral dan saling
nasional sebagai mandat mempengaruhi sebagai tahapan
konstitusional yang harus dijalankan. dalam perencanaan pembangunan
Model ini tidak menghasilkan nasional.
dokumen hukum perencanaan yang
Sementara itu, gagasan tentang
terpisah dan menghadirkan suatu
perlunya model baru dalam
kelembagaan politik baru. Namun,
perencanaan pembangunan nasional
konsekuensinya maka jika dipandang
harus dikaitkan dengan
perlu, sebuah Konstitusi harus
perkembangan objektif dalam
ditempat dalam posisi yang terbuka
masyarakat dan kebutuhan untuk
untuk dilakukan amandemen guna
merealisasikan ide dan cita-cita
melakukan penyesuaian dengan
masyarakat sebagaimana dinyatakan
perkembangan masyarakat.
dalam Konstitusi. Opsi-opsi yang
dapat ditempuh semestinya dibuka
Kesimpulan
luas dengan pendekatan berbasis
Evolusi kebijakan perencanaan pengetahuan dan menimbang
pembangunan nasional menunjukkan empirisme di berbagai negara
bagaimana pengaruh faktor filosofi, mengenai model kebijakan
politik dan ekonomi terhadap perencanaan pembangunan
perencanaan dan pelaksanaan nasionalnya, serta belajar dari
pembangunan nasional dari masa ke empirisme Indonesia dengan berbagai
masa. Haluan politik negara pendekatan yang telah diadopsi.
menentukan proses politik di hulu Setidaknya, faktor-faktor argumentasi
dalam perencanaan pembangunan yang bersifat filosofis, politis maupun
dan mempengaruhi derajat ekonomis yang mempengaruhi model
keterlibatan birokrasi perencana kebijakan perencanaan pembangunan
dalam proses teknokrasi di hilir. Pada nasional menjadi instrumen untuk
masa Presiden Soekarno memimpin,
perencanaan pembangunan nasional
275
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

menemukan model yang paling tepat Budiarjo,Miriam. (2007). Dasar-Dasar


bagi Indonesia dimasa depan. Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Referensi
Mustopadidjaja Ar, dkk,(2012).
Buku : BAPPENAS: Dalam Sejarah
Ayal, B.B. & Jacob, (2005). A. Indian Perencanaan Pembangunan
History, World Developments and Indonesia 1945-2025, Jakarta:
Civics. LP3ES & Paguyuban Alumni
Hettne, Bjorn. (1991). Development Bappenas.
Theory and the Three World, Healey, Patsy. (1997). Collaborative
Essex: Longman Scientific and Planning Shaping Places in
Technical. Fragmented Societies, London:
Lev, Daniel. (1990). Hukum dan Politik Macmillan Press.
di Indonesia; Kesinambungan dan Robison, Richard. (2021). Soeharto
Perubahan, Jakarta: LP3ES. dan Bangkitnya Kapitalisme
Emmerson, Donald, K. (2001). Indonesia, Jakarta: Komunitas
Indonesia Beyond Soeharto; Bambu.
Negara, Ekonomi, Masyarakat, Haris, Syamsuddin (ed). (2007).
Transisi. Jakarta: The Asia Desentralisasi dan Otonomi
Foundation & Gramedia Pustaka. Daerah (Desentralisasi,
Eko Parsojo dkk, (2015). Demokratisasi dan Akuntabilitas
Pemerintahan Daerah, Jakarta: Pemerintahan Daerah), Jakarta:
Universitas Terbuka. LIPI Press.
List, Friederich (1841). The National Meyer, Thomas. (2009). Demokrasi;
System of Political Economy. Sebuah Pengantar untuk
London: Longman, Green and Co. Penerapan, Jakarta: Friedrich
Pye, Lucyan W. (1960). Aspects of Ebert Stifung, Jakarta.
Political Development, Boston: Lewis, W. Arthur. (1951). The
Little Brown and Company. Principles of Economic Planning:
Iver, Mac (1960). The Modern State, A Study Prepared for The Fabian
Oxford: University Press. Society, Washington: Public
Umbach, Maiken (2002). German Affairs Press.
Federalism: Past, Present Future, Rostow, WW. (1963). The Stages of
New York: Palgrave. Economic Growth: A NonCommunist
Mas’oed, Mochtar, (1989). Stabilisasi Manifesto, London:
dan Pembangunan Ekonomi yang University Press.
Berorientasi Keluar, dalam Jurnal :
Ekonomi dan Struktur Politik Anggraini, Yessi. (2015),
Orde Baru 1966-1971. Jakarta: Perbandingan Perencanaan
LP3ES. Pembangunan Nasional Sebelum
Ricklefs, Mc. (2005). Sejarah Indonesia dan Sesudah Amandemen
Modern, 1200-2004, Jakarta: Undang-Undang Dasar 1945, Fiat
Serambi. Justisia Jurnal Ilmu Hukum
Volume 9 No. 1, Januari-Maret
2015.

276
JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259
Vol. 02 No. 02 (September 2021)
DOI : 10.30656/jdkp.v2i2.3887

Huff, W. (1995). The Developmental Diakses 18 Agustus 2021.


State, Government, and Temui Jokowi, Ketua MPR Sebut
Singapore's Economic Presiden Setuju Amendemen UUD
Development Since 1960. World 1945 Hanya untuk PPHN, dalam
Development, 23, 1421-1438. https://nasional.kompas.com/re
Isseman, Andrew, M. State Economic ad/2021/08/14/14580071/tem
Development Policy and Practice ui-jokowi-ketua-mpr-
in the United States: A Survey sebutpresiden-setuju-
Article, 1993, dalam amendemenuud-1945-hanya-
https://journals.sagepub.com/d untuk, diakses 17 Agustus 2021.
oi/10.1177/0160017694016001
04, diakses 18 Agustus 2021.

Internet :
Bivitri Susanti dalam Badan
Pengkajian MPR Tindaklanjuti
Rekomendasi Amandemen UUD
1945,
https://www.hukumonline.com/
berita/baca/lt5d9f1b8aa7b44/b
adan-pengkajian-
mprtindaklanjuti-
rekomendasiamandemen-uud-
1945?page=all, diakses 19
Agustus 2021.
Ide Kembalikan GBHN: Enggak
Relevan & Cuma Manuver Tekan
Presiden dalam
https://tirto.id/ide-
kembalikangbhn-enggak-relevan-
cumamanuver-tekan-presiden-
chlD, diakses tanggal 19 Agustus
2021.
Jimly Sebut Indonesia Rumit hingga
Perlu Hidupkan Kembali GBHN,
https://www.viva.co.id/berita/n
asional/1242119-jimly-
sebutindonesia-rumit-hingga-
perluhidupkan-kembali-gbhn,
diakses 18 Agustus 2021.
Kritik Demokrasi Indonesia, Megawati
Sebut seperti "Pocopoco", dalam
https://nasional.kompas.c
om/read/2016/01/10/1605356
1/Kritik.Demokrasi.Indonesia.M
egawati.Sebut.seperti.Pocopoco.
277

Anda mungkin juga menyukai