BAB I
PENDAHULUAN
sudut perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak salah matematika
tersebut. Keadaan ini sering kali membuat siswa kurang tertarik terhadap
pembelajaran yang sedang dipelajari dan cepat bosan hingga akhirnya siswa
daya manusia yang dilakukan secara sistematis, praktis dan berjenjang. Dalam
demi tercapainya proses belajar yang baik. Sehubungan dengan peranan ini, guru
kurang efektif yang mengakibatkan siswa tidak senang pada pelajaran sehingga
mereka dapat mengalami berbagai kesulitan belajar dan prestasi belajarnya pun
menurun.
2
dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
masalah melalui pola berfikir dan model matematika, serta sebagai alat
secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten, serta mengembangkan sikap
berpikir logis, analitis, sistematis dan kritis serta ilmiah. Matematika juga
merupakan sarana bagi siswa untuk berpikir konsisten sejak siswa menduduki
Fungsi mata pelajaran matematika adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu
matematika bagi para siswa juga merupakan pembentukan pola pikir dalam
jika siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran. Dengan belajar aktif, siswa
3
dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
2003:16). Dalam hal ini bukan berarti ilmu lain tidak diperoleh melalui penalaran,
akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio
(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi
atau eksperimen disamping penalaran. Salah satu bidang studi yang sangat
tanggal 16 Februari 2015 dengan beberapa siswa dan guru matematika di SMP
sulit untuk dimengerti dan membosankan. Hal ini mengakibatkan banyak siswa
yang kurang tertarik dengan pelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti
menjadikan penalaran matematis siswa sebagai suatu hal yang perlu ditingkatkan
kelas sementara siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih dan lupa) hanya
menerima bahan jadi dari konsep yang diberikan guru. Akibatnya siswa kurang
mengakibatkan siswa cenderung mengerjakan soal terpaku pada contoh soal yang
oleh peneliti pada tanggal 16 Februari 2015 dengan salah seorang guru
kesulitan yang dihadapi siswa dalam memecahkan soal cerita. Siswa kurang bisa
menangkap dan mengolah informasi yang baru diperoleh dari soal cerita.
Akibatnya, siswa kurang mampu menentukan apa yang diketahui dan diminta dari
soal dan susah memisalkan unsur dengan suatu variabel. Akibatnya, siswa tidak
bisa menuliskan model matematikanya. Selain itu, ada juga siswa yang tidak bisa
akan dipakai.
dilatih. Untuk itu, diperlukan suatu cara agar siswa senantiasa terlibat dalam
berkaitan dengan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam proses
pembelajaran.
dalam Rusman (2010: 229) mengemukakan bahwa salah satu kecenderungan yang
belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Bila meninjau model pembelajaran
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa bersikap aktif, kreatif, dan inovatif
dalam memecahkan masalah pada setiap pokok bahasan yang diajarkan serta
untuk mengungkapkan ide atau gagasan matematik secara optimal sehingga siswa
tentunya ada berbagai cara untuk mencapai kemampuan tersebut. Salah satunya
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
kreativitas siswa dalam belajar matematika dan menjadi solusi untuk mendorong
7
siswa berpikir dan bekerja ketimbang menghafal dan bercerita. Secara umum
harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat
masalah yang sesuai memungkinkan siswa untuk berfikir logis, kritis dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
masalah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
matematis dan juga memberikan nuansa yang berbeda bagi siswa dalam
belajar matematika.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan obyek
penelitian ini dalam upaya peningkatan mutu dan kemampuan siswa dalam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritik
Belajar dan Mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi antara
pengertian yang obyektif tentang proses belajar mengajar maka perlu lebih dahulu
dan nilai sikap. Sudjana dalam Jihad (2008: 2) menyatakan bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang
perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk.
Perubahan memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama.
Perubahan yang relatif lama tersebut disertai dengan berbagai usaha, sehingga
Hudoyo (2003: 13) mengatakan belajar itu merupakan suatu usaha yang berupa
kegiatan hingga terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif lama atau tetap.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan secara sadar, bersifat
11
kontinyu dan fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara dan mencakup
Sedangkan Menurut Slameto dalam Hadis (2006: 60) “Belajar ialah suatu
perilaku yang baru secara keselurahan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
Riduwan (2004: 198) belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam
lingkungannya.
Roestiyah (1994: 44) mengatakan mengajar adalah proses interaksi siswa dengan
siswa dan konsultasi guru, dan guru bertindak selaku organisator belajar siswa
pada anak didikk. Menurut pengertian ini, berarti tujuan belajar dari sisra itu
menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2003: 32) adalah suatu aktifitas untuk
12
interaksi antara murid dengan lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran, dan
2. Pembelajaran Matematika
pembelajaran siswa adalah subjek dan objek dari proses pembelajaran (Djamarah,
1997: 10).
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abtraksi).
induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan
a. dari teacher centered (berpusat pada guru) menjadi learner centered (berpusat
pada pembelajar)
pembelajaran)
kompetensi)
(proses pembelajaran)
(Suhito, 2003:5)
14
tidak formal sebagai jembatan antara real dan abstrak, misalnya menggambar,
matematika.
vertikal.
maka dapat diartikan bahwa belajar matematika merupakan proses aktif dari siswa
3. Penalaran
penalaran sebagai berikut, “Penalaran adalah proses dari budi manusia yang
berusaha tiba pada suatu keterangan baru dari sesuatu atau beberapa keterangan
lain yang telah diketahui dan keterangan yang baru itu mestilah merupakan urutan
kelanjutan dari sesuatu atau beberapa keterangan yang semula itu.” Mereka juga
menyatakan bahwa penalaran menjadi salah satu kejadian dari proses berfikir.
merupakan suatu konsep umum yang menunjuk pada salah satu proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa
pernyataan lain yang telah diketahui. Kesimpulan yang bersifat umum dapat
ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual. Tetapi dapat pula sebaliknya,
dari hal yang bersifat individual menjadi kasus yang bersifat umum. Bernalar
adalah melakukan percobaan di dalam pikiran dengan hasil dari setiap langkah
kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan, (Herdian : 2010).
Ciri-ciri penalaran adalah (1) adanya suatu pola pikir yang disebut logika.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses
berpikir logis. Berpikir logis ini diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola
tertentu atau menurut logika tertentu; (2) proses berpikirnya bersifat analitik.
Penalaran merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan diri pada suatu analitik.
kemampuan menilai implikasi dari suatu argumentasi; dan (3) kemampuan untuk
juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian mempergunakan hubungan itu untuk
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami
untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, ada dua hal yang
sangat berkaitan dengan penalaran yaitu secara induktif dan deduktif, sehingga
berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal khusus yang berpijak pada hal
indikator penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan
dan diagram.
18
pada era sekarang ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk
pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam
ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran
pemecahan masalah.
secara kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini
digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud.
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Kedua
inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-
betul di optimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis,
serupa juga dingkapkan oleh Arends (1997) dalam Trianto (2009: 92) bahwa
sebagai berikut:
dengan pemberian materi tidak dipelajari secara mendalam pada satu waktu,
tetapi dipelajari secara berulang dan dalam level kompleksitas yang bertingkat
sepanjang pembelajaran.
20
pembelajaran di kelas.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002 : 1) dalam Rusman (2010:
pembelajaran.
pemecahan masalah.
Arends (2004: 393) dalam Yamin (2011: 146) menyatakan tiga hasil
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
materi diawali dari suatu permasalahan yang tidak terstruktur dengan baik (ill-
diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa belajar mengalami dan
diberi oleh orang lain (guru). Guru bertindak sebagai pembimbing, motivator, dan
fasilitator, dalam arti guru membantu siswa pada permulaan dan pada saat-saat
penalaran matematis siswa kelas VIII MTs. Nurul Huda dapat ditingkatkan
C. Kerangka Berpikir
dilihat dari tingkat pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Proses
pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam membangun daya nalar
24
tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh siswa. Sehingga
masalah matematika. Dengan cara ini pengetahuan yang diserap akan bertahan
lebih lama serta guru dapat mengetahui bagaimana cara belajar dan tingkat
pemahaman siswa. Selain itu, cara yang digunakan oleh siswa dalam
D. Hipotesis Penelitian
berikut:
H0 : m =0 lawan H1 : m >0
Keterangan :
m = nilai rata-rata selisih nilai post test dan pretest kemampuan penalaran
matematis siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
pertemuan. Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pretest
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP
tersebar pada tiga kelas yaitu kelas VIII1, VIII2 dan VIII3.
2. Sampel
sampling yaitu mengambil satu kelas secara acak untuk dijadikan kelas
kelas VIII1 dengan jumlah siswa sebanyak 33 orang sebagai kelas eksperimen
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel
terikat dan satu variabel bebas. Variabel terikat disimbolkan dengan Y dan
2. Definisi Operasional
pernyataan.
28
3. Desain Penelitian
Posttest Design, yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok saja
tanpa ada kelompok pembanding. Alur dari desain penelitian ini adalah kelas
O1 X O2
Keterangan:
O1 = Tes awal (Pretest) dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan
dengan model pembelajaran berbasis masalah.
X = Perlakuan (Treatment) diberikan kepada siswa berupa
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
O2 = Tes akhir (Posttest) dilakukan setelah siswa diberikan perlakuan
dengan model pembelajaran berbasis masalah .
(Ruseffendi, 1994: 47)
D. Instrumen Penelitian
penelitian ini berupa tes tertulis dalam bentuk uraian (essay) yang disusun
oleh peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi matematika kelas VIII1
matematis yang diadaptasi dari Noer (2007:54) disajikan pada table berikut :
Indikator
Penalaran Reaksi Terhadap Masalah Skor
Matematis
Tidak ada jawaban 0
Tidak menyajikan pernyataan matematika baik secara
tertulis, gambar, ataupun diagram dan melakukan 1
perhitungan tetapi salah
Tidak menyajikan pernyataan matematika baik secara
Menyajikan
tertulis, gambar, ataupun diagram tetapi melakukan 2
pernyataan
perhitungan dengan benar
matematika
Menyajikan pernyataan matematika baik secara
secara lisan,
tertulis, gambar, ataupun diagram dan melakukan 3
tertulis, gambar
perhitungan tetapi salah
dan diagram.
Menyajikan pernyataan matematika baik secara
tertulis,
gambar, ataupun diagram dan melakukan perhitungan 4
dengan
benar
Tidak ada jawaban 0
Tidak Melakukan manipulasi matematika dan
1
melakukan perhitungan tetapi salah
Melakukan Tidak Melakukan manipulasi matematika dan
2
manipulasi melakukan perhitungan dengan benar
matematika Melakukan manipulasi matematika dan melakukan
3
perhitungan tetapi salah
Melakukan manipulasi matematika dan melakukan
4
perhitungan dengan benar
Memeriksa Tidak ada jawaban 0
30
dilakukan uji panelis. Setelah itu dilakukan uji coba butir soal untuk
yang digunakan saat melakukan uji panelis maupun uji coba butir soal
adalah sebanyak delapan nomor. Setelah uji panelis dan uji coba butir soal
rumus :
31
V
n i l
i o
(Aiken, 1996:91)
N c 1
dimana :
k Si
2
11 1 2
k 1
St
atau tingkat kevalidan suatu instrumen, dan ini mutlak dilakukan oleh
peneliti untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk tes uraian,
rXY
N XY X Y
N X 2
X N Y Y
2 2 2
Keterangan:
X = Skor item
Y = Skor total
N = Jumlah subjek.
r
a. Jika r XY ≥ tabel dengan α = 0,05 maka item tersebut valid
r
b. Jika r XY < tabel dengan α = 0,05 maka item tersebut tidak valid
yang tidak valid yakni butir soal 7 sehingga yang dijadikan soal
matematis siswa yang diteliti. Dalam penelitian ini hanya 4 butir soal
[ ][ ∑ σi
]
2
n
r ii = 1− 2
n−1 σt
Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas tes
2
σi = varians skor butir yang valid
2
σt = varians skor total
n = Banyaknya butir yang valid
yaitu :
r ii ≥r tabel(α , N−2)
a.Jika dengan α = 0,05 maka item yang diujicobakan
reliabel
(
r ii ) pada umumnya digunakan patokan menurut Arikunto (2008: 75)
sebagai berikut:
penelitian ini, teknik tes digunakan untuk pengambilan data kemampuan awal
dan kemampuan akhir penalaran matematis siswa. Tes yang diberikan berupa
soal uraian untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa sebelum dan
diberikan posttest pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk
selanjutnya hasil pekerjaan siswa dikumpulkan oleh peneliti untuk diperiksa dan
diberi skor. Skor mentah dari hasil pekerjaan siswa sebelum (pretest) dan setelah
data (n), data terbesar (db), data terkecil (dk), rata-rata ( x ), median (Me),
Permendikbud No. 81A Tahun 2013 seperti ditunjukkan pada tabel 3.3
Tabel 3.2
Nilai Kemampuan Penalaran Matematis Siswa dengan Skala 0-100
N
Nilai Tingkat Penguasaan Siswa
O
1 0,00 ≤ Y ≤ 33,25 Kurang
2 33,25 < Y ≤ 58,25 Cukup
3 58,25 < Y ≤ 83,25 Baik
4 83,25 < Y ≤ 100,00 Sangat Baik
36
Terlebih dahulu melalui tahapan uji yang lain, yaitu uji normalitas dan
a. Uji Normalitas
Y −μ
Z=
σ
Keterangan :
1,36
jika n > 35, dimana n adalah banyaknya sampel.
√n
7) Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :
a. Jika Dmaks ≤ Dtabel maka data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
b. Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal dari populasi yang tidak
b. Uji Homogenitas
digunakan adalah:
k
( N −k ) ∑ N i ( Z̄ i.− Z̄ . .. )2
i=1
W= ni
k
(k −1) ∑ ∑ (Z ij −Z i .)2
i=1 j=1
Pasangan hipotesis:
H0 : σ 2 = σ 20
H1 : σ 2 ≠ σ 20
Keterangan:
38
c. Uji Hipotesis
matematis siswa (Y). Data yang akan diolah dalam uji-t ini menggunakan
B
t=
sB / √ n
( Sudjana, 2005:242 )
Keterangan:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
penelitian. Analisis data hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa kelas
berbasis masalah dapat dilihat pada hasil penelitian dengan menggunakan dua
analisis yaitu hasil analisis deskriptif dan hasil analisis inferensial dengan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version dan
nilai pretest siswa yang dianalisis dengan bantuan Microsoft Office Excel
39
40
Interval Kategori fi %
97 ≤ X ≤ 100 Sangat Tinggi (ST) 0 0
79 ≤ X < 97 Tinggi (T) 4 12.12
60 ≤ X < 79 Cukup (C) 11 33.33
42 ≤ X < 60 Rendah (R) 12 36.36
0 ≤ X < 42 Sangat Rendah (SR) 6 18.18
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, maka grafik distribusi data pretest
sebagai berikut.
rendah sebanyak 6 orang atau 18.18%, yang berarti bahwa siswa ini belum
masih cukup banyak siswa yang kurang paham tentang materi Persamaan
berarti bahwa siswa-siswa ini telah memiliki pemahaman yang baik serta
nilai tengah sebesar 56.25. Modus atau nilai yang sering muncul yaitu
sebesar 15.94 dan varians sebesar 253.98. Nilai varians ini menunjukkan
nilai pretest siswa yang dianalisis dengan bantuan Microsoft Office Excel
Interval Kategori fi %
97 ≤ X ≤ 100 Sangat Tinggi (ST) 3 9.09
79 ≤ X < 97 Tinggi (T) 17 51.52
60 ≤ X < 79 Cukup (C) 12 36.36
42 ≤ X < 60 Rendah (R) 1 3.03
0 ≤ X < 42 Sangat Rendah (SR) 0 0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, maka grafik distribusi data posttest
sebagai berikut.
44
matematik dengan sangat baik pula. Dari uraian hasil analisis tersebut
dengan 97.
yang telah menguasai materi Sistem Persamaan Linear Dua variabel serta
Matematis. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 81.06, yang berarti bahwa
tinggi. Nilai rata-rata pada data nilai hasil posttest ini menunjukkan bahwa
tengah sebesar 81.25, modus atau nilai yang sering muncul yaitu 87.5,
Penalaran Matematis
86.4% pada pretest dan meningkat menjadi 87.1% pada posttest. Indikator
3 sebesar 67.4% pada pretest dan meningkat menjadi 79.5% pada posttest.
Indikator 4 sebesar 43.2% pada pretest dan meningkat menjadi 78.0% pada
posttest.
analisis inferensial kita dapat mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini
diterima atau ditolak. Dalam analisis inferensial, terdapat beberapa tahap analisis
yang menjadi prasyarat untuk melakukan analisis uji hipotesis yaitu analisis uji
normalitas data dan analisis uji homogenitas data. Uji normalitas data
mengetahui apakah data yang diperoleh homogen terhadap populasinya atau tidak,
49
setelah melalui syarat uji normalitas dan homogenitas maka dilanjutkan dengan
a. Uji Normalitas
analisis ini akan digunakan nilai pretest dan nilai posttest. Adapun hasil
Sehingga
Dmaks = 0.101 ≤ Dtabel =0.237 atau p. value = 0.890 ≥ α= 0.05,
normal.
= 0.237 atau p. value = 0.466 ≥ α = 0.05, yang berarti bahwa data hasil
b. Uji Homogenitas
data pretest dan postest kemampuan Penalaran Matematis siswa kelas VIII1
c. Uji Hipotesis
IBM SPSS Statistics 15. Adapun hasil analisis uji hipotesis dapat dilihat pada
berupa pembelajaran model PBL dengan rata-rata sebesar 81.061, selisih rata-
posttest lebih tinggi dari pada pretest. Karena thit = 7.810 > ttabel = 1.69389 atau
p value = 0.000 < 0.05, maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0, maka dapat
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kontukowuna pada materi Sistem Persamaan
B. Pembahasan
Dimana, sebagian besar siswa hanya sekedar menghafal konsep sehingga siswa
53
VIII1 sebagai sampel penelitian yakni kelas yang diajar dengan menggunakan
siswa.
Namun dalam pelaksanaan pembelajaran dengan LKS ini ada beberapa siswa
dan ada juga siswa yang belum mampu memberikan kesimpulan dari masalah
ditetapkan. Selain itu, konsep awal yang dimiliki oleh siswa terkait materi
terdiri atas 5-6 orang untuk tiap kelompok. Setelah itu, siswa diberikan LKS
siswa yang keliru dan membantu siswa menyimpulkan alternatif jawaban yang
55
akhir pertemuan guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan dari materi
kelompok, sehingga hanya sedikit siswa yang aktif dalam kelompok belajar
dalam menggali dan mengolah informasi dari LKS dan sumber belajar
bimbingan dari guru, siswa sudah mulai mengerti dengan model pembelajaran
untuk beradaptasi terhadap suatu pembelajaran yang baru diterapkan. Ini juga
yaitu berupa pembelajaran berbasis masalah, tes yang diberikan terkait salah
satu materi prasyarat dari Sistem Persamaan Linear Dua variabel yaitu
perlakuan yaitu tes pada materi Sistem Persamaan Linear Dua variabel.
tes kemampuan Penalaran Matematis siswa, pada tes awal (pretest) diperoleh
nilai rata-rata yang lebih rendah dari pada nilai rata-rata yang diperoleh pada
57
berada pada kategori tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa dari indikator
siswa. Dari indikator keragaman data (varians), data pretest memiliki varians
lebih besar dibandingkan varians data posttest. Nilai varians dari kedua data
(nilai tengah) dan nilai yang sering muncul (modus) dari hasil pretest lebih
rendah dibandingkan dengan hasil pada posttest. Nilai yang sering muncul
Penalaran Matematis pada data pretest dan posttest, maka diperoleh bahwa
disebabkan pada tingkat kesulitan soal pretest maupun posttest pada indikator
diperoleh nilai thit = 7.228 > ttabel = 1.69389 sehingga H0 ditolak dengan
demikian kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
kemampuan Penalaran Matematis siswa SMP kelas VIII pada materi Sistem
pembelajaran tersebut menuntut peran aktif siswa dan mendorong siswa untuk
59
siswa. Namun dalam penelitian ini terdapat tiga orang siswa yang mengalami
penurunan hasil tes. Dari hasil pengamatan selama penelitian, ketiga siswa
selain itu selama pembelajaran berlangsung ketiga siswa ini tidak mengikuti
karakter aktif bertanya, teliti, peduli terhadap teman kelompoknya serta tekun
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
masalah pada materi persamaan garis lurus tergolong cukup dan rendah
serta 12 orang atau 36.36%, siswa memperoleh nilai antara 42 dan 60.
ajaran 2015/206.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
60
62
koneksi).
lainnya.