Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia adalah protrusi (tonjolan) abnormal suatuorgan, atau bagianorgan melewati
celah di struktur sekitarnya, umumnya protrusi organ abdomen melalui celah di dinding
abdobmen (Nanda, 2016).
Hernia merupakan salah satu kasus di bagian bedah yang pada umumnya sering
menimbulkan masalah kesehatan dan memerlukan tindakan operasi. Hernia dapat terjadi
akibat kelainan kongenital maupun didapat. Hasil penelitian pada populasi hernia
ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada
pria. Hernia yang paling sering terjadi adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia inguinalis indirek (lateralis), isi hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis
melalui locus minoris resistence (annulus inguinalis internus) dan hernia inguinalis direk
(medialis), isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan,
sementara hernia femoralis lebih sering terjadi pada perempuan. Hernia inguinalis
lateralis merupakan hernia yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 50%, sedangkan
hernia ingunal medialis 25% dan hernia femoralis sekitar 15%. Populasi dewasa dari
15% yang menderita hernia inguinal, 5-8% pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai
45% pada usia 75 tahun. Hernia inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada laki-laki
dibanding perempuan. Angka kemungkinan terjadinya hernia strangulata adalah 2,8
persen setelah 3 bulan munculnya hernia dan 4,5 persen setelah dua tahun. Pertambahan
usia berbanding lurus dengan tingkat kejadian hernia. Hernia inguinalis lateralis dapat
terjadi pada semua usia, namun paling banyak terjadi pada usia antara 45 sampai 75
tahun. Insidensi hernia inguinalis di Indonesia diperkirakan mencapai 15% populasi
dewasa, 5-8% pada rentang usia 25-40 tahun, dan 45% pada usia 75 tahun (Nanda,
2016).
Hernia adalah sering terjadi dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau skrotum.
Biasanya orang awam menyebutnya turun berok atau hernia. Terjadi hernia inguinalis
yaitu Ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui dinding sehingga menerobos
usus (Nurarif, 2016). Hernia bisa di perbaiki dengan cara pembedahan yang diperlukan
untuk mendorong jaringan yang menonjol Kembali ke tempatnya, mennghilangkan
jaringan perut dan menempelkan lubang bedah pda lubang bedah pada lubang hernia
untuk mencegah kekambuhan (Edwars, 2019). Dari penelitian didapatkan pria lebih
beresiko 10% mengidap penyakit hernia. Umumnya yang sering terjadi sekitar 75%
adalah hernia inguinalis, hernia inguinalis terbagi menjadi dua bagian yaitu hernia
inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis ( Astuti, et al, 2018). Tindakan yang
biasa dilakukan penatalaksanaan hernia dengan pembedahan yaitu herniotomy dan
hernioraphy, dampak Kesehatan yang timbul pada klien yang dilakukan herniotomy dan
hernioraphy diantaranya nyeri, gangguan mobilitas fisik, resiko infeksi dan nyeri sekitar
luka post operasi yaitu sekitar perut (sumaryati, 2018).

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan kelompok ini yaitu :


1. Memenuhi tugas kelompok praktek klinik
2. Menambah wawasan mahasiswa mengenai askan bedah umum
3. Agar dapat di jadikan referensi lapangan

C. Manfaat

Laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi penulisdan pembaca untuk menambah


wawasan tentang Hernia iInguinalis Medialis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(HERNIA INGUINALIS MEDIALIS)

A. Konsep Teori Penyakit

1. Definisi
Hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak
praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita (dapatan). Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia. Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan)
organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau
lemah dari cincin inguinalis. Materi yang lebih sering masuk adalah usus halus, tetapi
bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Hernia inguinalis direk
disebut juga hernia inguinalis medialis. Hernia ini melalui dinding inguinal
posteromedial dari vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga
hazelbach. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan dan Sebagian bersifat
bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan
otot dinding abdomen (Amrizal, 2015).
Hernia adalah sering terjadi dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau
skrotum. Biasanya orang awam menyebutnya turun berok atau hernia. Terjadi hernia
inguinalis yaitu Ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui dinding
sehingga menerobos usus (Nurarif, 2016).
Menurut sjamsuhidajat 2010 klasifikasi hernia terbagi atas :
a) Berdasarkan terjadinya
1) Hernia bawaan atau congenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b) Berdasarkan tempatnya :
1) Hernia inguinalis : hernia isi perut yang tampatk di daeraah sela paha (regio
inguinalis).
2) Hernia femoralis : hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis
3) Hernia umbilikalis : hernia isi perut yang tampak di daerah isi perut yang
tampak di daerah isi perut.
4) Hernia diafragmatik : hernia yag masuk melalui lubang diafragma ke dalam
rongga dada.
5) Hernia nucleus pulposus (HNP).
c) Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel : yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke
kavumabdominalis lagi tanpa operasi
2) Hernia irreponibel : yaitu isi kantong hernia tidak dikembalikan ke dalam
rongga
3) Hernia akreta : yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia
4) Hernia incarcerated : yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia
d) Berdasarkan isinya
1) Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak
2) Hernia litter adalah hernia inkaserata atau strangulate yang Sebagian dinding
usunya saja yang terjepit di dalam cincin hernia.
3) Slinding hernia adalah hernia yang isi hernianya menjadi sebgaian dari dinding
kantong hernia .

2. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Berbagai factor
penyebab berperan pada factor pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup lebar sehinggadapat dilalui oleh kantong isi hernia. Selain itu,
diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar. Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus
ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat sehingga menutupi
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Proses mekanisme ini
meliputi saat otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan intraabdomen lalu m.
oblikus internus dan m. tranversus berkontraksi, serabut otot yang paling bawah
membentuk atap mioaponeurotik pada kanalis inguinalis. Konjoin tendon yang
melengkung meliputi spermatic cord yang berkontraksi mendekati ligamentum
inguinale sehingga melindungi fasia transversalis. Kontraksi ini terus bekerja hingga
ke depan cincin interna dan berfungsi menahan tekanan intraabdomen. Kontraksi
m.transversus abdominis menarik dan meregang crura anulus internus, iliopubic
tract, dan fasia transversalis menebal sehingga cincin menutup seperti spincter
(Shutter Mechanism). Pada saat yang sama m. oblikus eksternus berkontraksi
sehingga aponeurosisnya yang membentuk dinding anterior kanalis inguinalis
menjadi teregang dan menekan cincin interna pada dinding posterior yang lemah.
Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia (Amrizal,
2015).
hernia dapat di jumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki.
Penyebab utama terjadinya hernia adalah :
1) Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen.
2) Adanya peningkatan tekanan intra abdomen Kelemahan otot yang dibawa, sejak
lahir (congenital) merupakan salah satu factor utama yang menyebabkan
terjadinya hernia, selain adanya peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan
otot memang tidak dapat dicegah, tetapi luntion yang rutin dapat meningkatkan
kekuatan otot yang lemah.
3) Kongenital Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
a) Kegemukan
b) Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra abdomen. ( Zahro
2019).

3. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadinya desensus testikulorum melalui kanalis inguinalis. Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis
yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul
hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini
terjadi karena lanjut usia, karena pada umur yang tua otot dinding rongga perut dapat
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami
proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena
daerah ini merupakan lokus minoris resistansi, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti, batuk kronik, bersin yang
kuat dan mengangkat barang- barang berat dan mengejan, maka kanal yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat,
asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital.
Penyebab terjadinya hernia karena adanya kelemahan dinding otot dalam
abdomen untuk menahan rongga abdomen, kegemukan, dan mengangkat beban yang
terlalu berat sehingga terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Tekanan
intraabdominal meningkat yang menyebabkan isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali dan terjadilah penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya
usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia
tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus
sederhana hingga perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local,
peritonitis (Zahro, 2019).
4. Manifestasi klinis

Sebagian besar, hernia inguinalis adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan


pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis
superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus (Amrizal,
2015).

Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul
pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada
waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan
simetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan
atau keadaan simetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada
benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari
telunjuk, kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar (Subarjo, 2017).

5. Pemeriksaan Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang terkait


pemeriksaan penunjang pada hernia adalah:
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus /obstruksi
usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan henotokrit), peningkatan sel darah putih (leukosit : > 10.000 -
18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.
(Mansjoer, A, 2000).

 pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien Hernia adalah sebagai


berikut :
1) Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat
menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit.
2) Pemeriksaan koagulasi darah
Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang, mempengaruhi
homeostastis intraoperasi atau post operasi.
3) Pemeriksaan urine
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan
infeksi.
4) Elektrokardiografi (EKG)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas

perhatian untuk memberikan anestesi.

4) Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus. Dwi
(2018).
 Pemeriksaan penunjang pada hernia inguinalis menurut nurarif,2016 antara
lain:
a. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat
menunjukan hemokonsentrasi atau peningkatan
hematokrit. Peningkatan sel darah putih dan ketidak
seimbangan elektrolit pada hernia,
b. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya
kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.

6. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami isi hernia, isi hernia
dapat tertahan pada kantong hernia pada hernia reponibe. Hal ini dapat terjadi kalau
isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum dan organ ekstraperitoneal.
Disini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi hernia dapat pula terjepit
oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkaserata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan
perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi
edema organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya edema yang menyebabkan jepitan cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan brisi transudat berupa cairan serosanguinus. Apabila
isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengn rongga perut (Amrizal,
2015).
komplikasi yang sering terjadi pada Hernia
adalah sebagai berikut :
1) Hernia berulang
2) Hematoma
3) Retensi urin
4) Infeksi pada luka
5) Nyeri kronis atau akut
6) Pembengkakan testis karena atrofi testis
7) Rekurensi hernia (sekitar 2%)
(Zahro 2019).

7. Penatalaksanaan medis
a) Penatalaksanaan terapi

b) Penatalaksanaan operatif
A. Herniotomi
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong
kantong hernia.
B. Herniorafi
Herniorafi adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis
inguinalis. Herniorafi dilakukan pada orang dewasa karena adanya kelemahan
otot atau fasia belakang dinding abdomen.
c. Hernioplasty
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulusinguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

B. Pertimbangan Anestesi

1. Definisi Anestesi
Anestesi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari terlaksana untuk me
“matikan” rasa baik rasa nyeri,takut dan rasa tidak nyaman yang lain sehingga pasien
nyaman dan ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga mempertahankan
hidup dan kehidupan pasien selama mengalami kematian akibat obat anesthesi.
Anesthesia berarti hilangnya rasa atau sensasi istilah yang di gunakan parah ahli saraf
dengan maksud menyatakan bahwa terjadi kehilangan rasa secara patalogis pada
bagian tubuh tertentu atau bagian tubuh yang dikhendaki (Mangku G, 2010)

2. Jenis Anestesi
a. Anestesi Regional
Anestesiah regional merupakan suatu netode yang lebih bersifat analgesik
anesthesia regional hanya menghilangkan nyeri terapi pasien tetap dalam keadaan
sadar oleh sebab itu teknik ini tidak dapat memenuhi trias anesthesia karena hanya
menghilangkan perseps nyeri saja (Pramono, 2017).
b. General Anestesi
General anestesi atau anestesi umum adalah menghilangkan kesadaran dengen
pemberian obat-obat tertentu, tidak merasakan sakit walaupun diberikan
rangsangan nyeri dan bersifat reversible. Kemampuan untuk mempertahankan
fungsi ventilasi hilang,depresi fungsi neruomuskular dan juga gangguan
kardiovaskular (anna,et al.,2021)
3. Teknik A.nestesi
Teknik anestesi yang digunakan adalah teknik anestesi spinal. Terknik anestesi
spinal adalah Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid disegmen
lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Untuk mencapai ruang subaraknoid, jarum spinal
menembus kulit subkutan lalu menembus ligamentum supraspinosum, ligamen
interspinosum, ligamentum flavum, ruang epidural, durameter, dan ruang
subaraknoid. Tanda dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan keluarnya liquor
cerebrospinalis (LCS). Teknik anestesi ini popular karena sederhana, efektif, aman
terhadap sistem saraf, konsentrasi obat dalam plasma yang tidak berbahaya serta
mempunyai analgesi yang kuat namun pasien masih tetap sadar, relaksasi otot cukup,
perdarahan luka operasi lebih sedikit, aspirasi dengan lambung penuh lebih kecil,
pemulihan saluran cerna lebih cepat. Anestesi spinal memiliki komplikasi. Beberapa
komplikasi yaitu hipotensi terjadi 20-70% pasien, nyeri punggung 25% pasien,
kegagalan tindakan spinal 3-17% pasien dan post dural punture headache di Indonesia
insidensinya sekitar 10% pada pasien paska spinal anestesi (Tato, 2017).

4. Rumatan Anestesi
Obat-obatan anestesi yang digunakan adalah obat anestesi spinal. Pada
premedikasi digunakan obat anestesi ondansetron dan tramadol. Kemudian digunakan
obat anestesi fentanyl pada saat induksi dan juga epedrin sebagai obat bila terjadi
penurunan tekanan darah (hipotensi). Obat anestesi spinal yang digunakan yaitu
bunascan.

5. Resiko
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya hernia :
a. Usia
Usia adalah salah satu penentu seseorang mengalami hernia inguinalis
sebagaimana pada hernia inguinalis direk lebih sering pada laki-laki usia tua yang
telah mengalami kelemahan pada otot dinding abdomen. Sebgaiknya pada dewasa
muda yang berkisar antara 20-40 tahun yang merupakan usia produktif, pada usia
ini bisa terjadi peningkatan tekanan intraabdominal apabila pada usia ini
melakukan kerja fisik yang berlangsung terus-enerus yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya hernia.
b. Pekerjaan
Pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terjadinya hernia ialah pekerjaan
fisik yang dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal dan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia
c. Batuk kronis
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal,penutupan
glottis,peningkatan tekanan intratoraks lalu glottis terbuka dan dibatukkan secara
eksplosif untuk mengeluarkan bedan asing yang ada pada saluran respiratorik.
Apabila batuk berlangsung kronis maka terjadinya peningkatan tekanan
intrabdominal yang dapat menyebabkan terbuka Kembali kanalis dan
menimbulkan efek pada kanalis sehingga timbulnya hernia.
d. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak
apda jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah
simpanan kelebihan lemak,namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh. Pada
orang yang obesitas terjadi kelemahan pada dinding abdomen yang disebakan
dorongan dari lemak pad jaringan adiposa di dinding rongga perut sehingga
menimbulkan kelemahan jarinan rongga dinding perut dan terjadi defek pada
kanalis inguinalis. (Amrizal,2015)

C. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Umum


1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) individu memperlihatkan atau melaporkan nyeri
2) individu melaporkan tentang kualitas nyeri dan kualitasnya
3) individu menyatakan bahwa ia merasakan kekhawatiran
4) individu menyatakan bahwa ia merasakan gugup
b. Data objektif
1) Tekanan darah klien meningkat
2) Nadi klien meningkat
3) Pernafasan klien meningkat
4) Posisi klien tampak berhati-hati
5) Frekuensi jantung klien menglami peningkatan
6) Klien tampak pucat
7) Klien tampak gelisah
8) Klien tampak gemetaran (Lynda Juall, 20212).

2. Masalah kesehatan anestesi


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis
Tujuan : individu berkurangnya nyeri setelah Tindakan nyeri yang memuaskan
1) Rencana intervensi
a. Atasi kendala kurang pengetahuan
Rencana Tindakan :
 Jelaskan penyebab nyeri kepada individu
 Jelaskan berapa lama nyeri akan berlangsung
 Jelaskan tentang pemeriksaan diagnosik dan prosedur yang akan
dilakukan
b. Ajarkan tentang Tindakan Pereda nyeri non invasive relaksasi
rencana Tindakan:
 Ajarkan Teknik untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat
menurunkan insesitas nyeri
 Tingkatkan relaksasi dengan gosokan di punggung,masase, atau mandi
air hangat
 Ajarkan strategi relaksasi khusus ( bernapas perlahan, berirama, atas
nafas dalam )
Eveluasi
 Pasien megatakan lebih merasa nyaman
 Pasien tampak rileks
 Skala nyeri berkurang
b. Anestesia berhubungan dengan krisis situasional
Tujuan : klien terdapat mengurai rasa cemasnya, rileks dan dapat melihat
dirinya secara objetif
1.) Rencana intervensi
a. Kaji tingkat sietas
Rencana Tindakan :
 Kaji tingkat ansietas ringan, sedang berat dan panic
b. Memberikan kenyaman dan ketentraman hati rencana Tindakan
 Dampingan klien
 Duduklah di depan pasien
c. Ajarkan penghetikan ansietas yang dapat di terapkan jika situasi
yang menimbulkan stress rencana Tindakan
 Melihat ke atas
 Pernafasan terkendali
 Menurunkan bahu
 Memperlambat pikiran
 Menghubungan suara
 Memberi pertunjuk pada diri sendiri

Evaluasi

 Pasien mengatakan cemas berkurang


 Didapatkan skala ansietas sedang
 Pasien terlihat lebih tenang
 Nadi pasien normal
 Pasien mampu melakukan Teknik relaksasi secara mandiri
(Lynda Juall, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

(Nurarif & Kusuma, 2016). Terapi Komplementer Akupresure. Journal Of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

amrizal ,2015.Hernia Inguinalis . Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.1),

Zahro, Asy Syifa Izzatuz. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Op Hernia Inguinal
Lateralis Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di
Ruang Flamboyan RSUD Dr Harjono Ponorogo. Tugas
Akhir (D3), Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai