Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN 6

REAKSI ASAM BASA

I. TUJUAN
1. Membuat larutan standar HCl 0,1 M
2. Membuat larutan standarsekunder NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4
3. Melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M
4. Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam asetat
cuka perdagangan

II. DASAR TEORI


2.1 Analisis Volumetri
Analisis volumetri adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan
banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume
larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan
ditentukan. Penentuan konsentrasi zat atau larutan dilakukan dengan cara
mereaksikannya secara kuantitatif dengan suatu larutan lain pada konsentrasi
tertentu.
Larutan standarprimer merupakan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (molaritas atau normalitas) secara pasti melalui pembuatan langsung.
Larutan standar primer berfungsi untuk menstandarisasi / membakukan atau untuk
memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan yang konsentrasinya belum
diketahui secara pasti (larutan standar sekunder).
Larutan standar sekunder (titran) biasanya ditempatkan pada buret yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan zat yang telah diketahui konsentrasinya secara standar
primer). Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang akan ditentukan
sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi. Sedang saat dimana reaksi sempurna
dimaksud tercapai disebut titik ekivalen atau titik akhir titrasi. Pada proses titrasi
ditambahkan indikator ke dalam larutan standar primer untuk mengetahui perubahan
warna sebagai indikasi bahwa titik ekuivalen titrasi telah tercapai.
Zat yang dapat digunakan sebagai larutan standar primer harus memenuhi syarat
berikut :
1. Kemurniannya tinggi

30
2. Stabil (tidak mudah menyerap H2O atau CO2, tidak bereaksi dengan udara, tidak
mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada pengeringan)
3. Memiliki massa molekul (Mr atau BM) yang tinggi
4. Larutan bersifat stabil
Analisis volumetri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Titrasi netralisasi (asam-basa) : yaitu suatu proses titrasi yang tidak
mengakibatkan terjadinya baik perubahan valensi maupun tebentuknya endapan
dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi.
Yang termasuk dalam reaksi netralisasi adalah :
a. Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam-
garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam.
b. Titrasi Alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam-
garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa.
Pada titrasi asam-basa, pH titik akhir titrasi ditentukan dengan banyaknya
konsentrasi H+ yang berlebihan dalam larutan, yang besarnya tergantung pada
sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada penambahan
titran yang lebih lanjut pada titik akhir titrasi akan menyebabkan perubahan pH
yang cukup besar dan indikator yang digunakan harus berubah warna sehingga
perubahan indikator asam-basa tergantung pada pH titik ekivalen.
2. Titrasi pengendapan dan atau pembentukan kompleks yaitu suatu proses titrasi
yang dapat mengakibatkan terbentuknya suatu endapan dan atau terjadinya suatu
senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi yaitu suatu zat yang akan
ditentukan dengan larutan standarnya.
3. Titrasi reduksioksidasi atau redoks yaitu suatu proses titrasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan elektron antara
zat-zat yang saling bereaksi. Dalam hal ini sebagai larutan standarnya adalah
larutan dari zat-zat pengoksidasi atau zat-zat pereduksi.

2.2 Larutan Standar


Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat
ekivalen tertentu dalam volume yang tertentu. Larutan standar dapat dinyatakan
dalam Molar (M) atau Normal. Larutan dengan konsentrasi satu normal (1 N) adalah
larutan yang mengandung 1 grek suatu zat tertentu dalam volume 1 liter. Larutan

31
standar dapat dibuat dari zat yang berbentuk cair (misalnya HCl) atau dari zat yang
berbentuk padat atau kristal (NaOH)

1. Pembuatan larutan dari padatan / kristal (misalnya NaOH)


G 1000
M= x
Mr V(mL)
Keterangan :
M = konsentrasi larutan (Molar)
G = massa padatan / kristal (g)
Mr = massa molekul relatif (g/mol)
V = volume larutan (mL)
2. Membuat larutan dari larutan pekat (misalnya H2SO4)
Untuk membuat larutan dari larutan pekat seperti H2SO4 terlebih dahulu perlu
diketahui konsentrasi dari larutan pekat tersebut. Konsentrasi larutan pekat dapat
dihitung dengan rumus :
r x % x 10
M=
Mr
Keterangan
M = molaritas
% = kadar (%)
ρ = berat jenis
Mr = massa molekul relatif
Selanjutnya, untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari larutan
pekat, dapat digunakan rumus pengenceran berikut :
V1 xM1 = V2 xM2

Keterangan :
V1= Volume larutan yang akan diencerkan
M1 = Konsentrasi larutan yang akan diencerkan
V2= Volume larutan hasil pengenceran
M2 = Konsentrasi larutan hasil pengenceran
3. Larutan standar dari zat yang berbentuk padat/kristal
1. Larutan standar primer
yaitu larutan standar yang terbuat dari zat padat yang kemurniannya tinggi
Contoh : Na2CO3, Na2C2O4 .2H2O, K2Cr2O7, Na2B4O7.10 H2O

32
2. Larutan standar sekunder
yaitu larutan standar yang terbuat dari zat padat yang kemurniannya rendah.
Konsentrasi larutan sekunder ditentukan dengan menstandarisasi /
membakukan larutan tersebut dengan larutan standar primer untuk
menentukan faktor normalitasnya yaitu perbandingan antara normalitas
larutan yang terjadi dengan normalitas yang dikehendaki.
Contoh : NaOH, Ba(OH)2, KMnO4, Na2S2O3 dan sebagainya
4. Pembuatan larutan standar primer Natrium tetraborat (Boraks)
(Na2B4O7.10H2O)
Untuk membuat 500 mL Natrium Boraks 0,05 M; 0,1 N, dihitung berat Natrium
Boraks yang akan dilarutkan :
G 1000
M= x
Mr V(mL)
MxMrxV 0,05x381x500
G= = = 9,6 gram
1000 1000
Larutkan 9,6 gram Natrium tetraborat dengan akuades dalam gelas beker,
kemudian pindahkan ke dalam labu takar 500 mL dan tambahkan akuades
sampai tanda batas.

III. BAHAN DAN ALAT


3.1 Bahan
HCl 0,1M, NaOH 0,1M, indikator fenolftalein (PP), indikator metil orange, Boraks
(Na2B4O7.10H2O), akuades, H2C2O4.2H2O, asam cuka perdagangan.
3.2 Alat
Gelas ukur 25 ml, labu takar 100 ml, timbangan analitik, erlenmeyer, pipet tetes,
buret, labu takar 250 ml.

IV. PROSEDUR KERJA


4.1 Membuat Larutan Standar HCl 0,1M
Terlebih dahulu hitunglah konsentrasi HCl pekat (molaritas) dengan menggunakan
rumus :

r x % x 10
M=
Mr
Harga ρ, % serta Mr dapat diketahui dari botol reagen.

33
Cara pembuatan HCl 0,1M
Untuk membuat HCL 0,1 M dari HCl pekat yang telah diketahui molaritasnya,
dilakukan pengenceran dengan menggunakan rumus :

V1 xM1 = V2 xM2
Ambil x ml (V1)HCl pekat M1dengan gelas ukur atau pipet ukur dan dimasukkan ke
dalam labu takar yang mempunyai isi V2 ml, sehingga diperoleh HCl 0,1 M sebanyak
V2 ml. Jika akan membuat 250 ml maka masukkan HCl pekat tersebut dalam labu
takar 250 ml dan tambahkan akuades hingga tanda batas. Kocok perlahan hingga
homogen.

4.2 Standarisasi larutan HCl dengan Boraks ( Na2B4O7.10 H2O)


Persamaan Reaksi:
Na2B4O7 10 H2O + 2 HCl à 2 NaCl + 4H3BO3 + 5H2
1 grammolHCl =2 x grammol Na2B4O7 10H2O
Sehingga, larutan HCl 0,1 M (0,1 N) distandarisasi dengan larutan Boraks 0,05 M
(0,1 N)
Konsentrasi HCl hasil standarisasi dapat dihitung dengan :
Diketahui :
Mboraks = 0,05M
Vboraks = 25ml
VHCl = a ml
MHCl = ?
VHCl x MHCl mol HCl 2
= =
VBoraks x MBoraks mol Boraks 1

2 x Vboraks xMboraks
MHCl =
VHCl

Tahapan Kerja :
1. Menimbang Na2B4O7.10 H2Oyang tepat di dalam botol penimbang 1,9 gram
(untuk membuat larutan boraks 0,05 M)
2. Larutkan dalam gelas beker kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
tambahkan akuadest sampai volume 100 mL (tanda batas).
3. Ambil 10 ml dan masukkkan ke dalam erlenmeyer. Beri 2 tetes indikator metil
oranye.

34
4. Larutan boraks dititrasi dengan HCl dalam buret sampai terlihat perubahan
warna dan catatlah volume HCl.
Perhitungan :
Mr Na2B4O710H2O = 381 g/mol
Massa boraks = 1,9 gram
MBoraks = 0,05 M
VBoraks = 10 mL
V HCl = a ml
Molaritas HCl = MHCl
2 x Vboraks xMboraks
MHCl =
VHCl

4.3 Membuat Larutan Standar NaOH 0,1M


Untuk membuat larutan NaOH 0,1 M dari kristal NaOH, dihitung dengan rumus :
G 1000
M= x
Mr V(mL)
G 1000
0,1M = x
40g / mol 100mL
G = 0,4gram

Timbang 0,4 gram kristal NaOH. Larutkan kristal tersebut dan diencerkan hingga
100 ml (labu takar).
Standarisasi NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam oksalat)
Persamaan reaksi:
H2C2O4 + 2 NaOH à Na2C2O4 + 2 H2O
1 grammol NaOH = 2 grammol H2C2O4
Tahapan Kerja:
1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat sebanyak 0,63 gram pada gelas
arloji. Larutkan dalam gelas beker kemudian pindahkan ke dalam labu ukur 100
mL dan tambahkan akuades sampai tanda batas.
2. Ambil 10 mL larutan asam oksalat dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Beri 1-2 tetes indikator pp lalu dititrasi dengan larutan NaOH yang akan
distandarisasi hingga terjadi perubahan warna. Catat volume NaOH yang
ditambahkan.

35
Perhitungan :
MrH2C2O4 = 126 g/mol
Massa H2C2O4 = 0,63 gram
MH2C2O4= 0,05 M
VH2C2O4= 10 mL
V NaOH = a ml
MolaritasNaOH = MNaOH
2 x VH2C2O4 xMH2C2O4
MNaOH =
VNaOH

4.4 Penggunaan larutan standar asam dan basa untuk menetapkan kadar asam
asetat pada cuka
Tahapan Kerja:
1. Sebanyak 10 mL larutan asam cuka perdagangan diambil dengan menggunakan
pipet ukur, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan dengan akuades
sampai tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp = 10)
2. Ambil 10 mL larutan yang telah diencerkan tersebut dengan pipet kemudian
dimasukkan ke dalam erlemneyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator pp
3. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang telah
distandardisasi/dibakukan sampai terjadi perubahan warna (perubahan warna
tidak akan berubah apabila digoyang-goyangkan).
4. Catat volume akhir titrasi NaOH dan hitung kadar asam asetat dalam cuka
tersebut.
5. Lakukan duplo

36
Perhitungan :
Reaksi : NaOH + CH3COOH à CH3COONa + H2O

Konsentrasi asam cuka perdagangan :


Molaritas NaOH (hasil standarisasi) : a M
Volume titrasi rata-rata :b mL
(Masam cuka xVasam cuka ) = (MNaOH xVNaOH )XFp
(MNaOH xVNaOH )xFp
Masam cuka =
Vasam cuka
(aMxbmL)x10
Masam cuka =
Vasam cuka
Kadar asam cuka perdagangan :
G 1000
M= x
Mr v(mL)
M x Mr x 1000
G=
v(mL)
G
kadar = x100% = ....%(b / v)
0, 01L

37

Anda mungkin juga menyukai