Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No.

2 : 58-65

PENGARUH PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK GUANO DENGAN KONSENTRASI


YANG BERBEDA TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN Spirulina sp.

THE EFFECT OF GUANO ORGANIC FERTILIZER UTILIZATION WITH DIFFERENT


CONCENTRATIONS ON THE GROWTH RATE OF Spirulina sp.

Viqran 1*), Zaenal Abidin 1), Alis Mukhlis1),


1)
Fakultas Pertanian, Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
Jl. Pendididkan No. 37 Mataram, NTB

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk organik guano kelelawar yang
tepat terhadap pertumbuhan mikroalga Spirulina sp. Metode digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 6 perlakuan
dengan konsentrasi pemberian pupuk yang berbeda yaitu pupuk komersil sebagai kontrol positif, 0 g/L
sebagai kontrol negatif, guano 0,040 g/L, guano 0,060 g/L, guano 0,080 g/L dan guano 0,100 g/L yang
masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Kepadatan awal penebaran 1.500 unit/mL yang dipelihara
selama 96 jam. Pengamatan kepadatan dilakukan setiap 12 jam. Parameter yang diamati meliputi
kepadatan puncak, pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan biomassa, dan waktu
penggandaan diri. Hasil penelitian menujukkan bahwa konsentrasi 0,100 g/L menghasilkan
pertumbuhan populasi Spirulina sp. tertinggi dengan nilai rata-rata 6.572 unit/mL dengan pertumbuhan
mutlak tertinggi dengan nilai rata-rata 5.072 unit/mL dan waktu penggandaan diri tercepat yaitu 36,76
jam. Namun dalam percobaan ini tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil
pertumbuhan biomassa.

Kata kunci : pupuk guano, pertumbuhan, Spirulina sp.

Abstract
Aim of study is to determine effect of the different concentration of bat guano organic fertilizer on the
growth of Spirulina sp. Microalgae. Completely randomized design (CRD) was applied in this
experimen. This study used 6 treatments with different concentrations of fertilizer, namely commercial
fertilizer as a positive control, 0 g/L as a negative control, guano 0,040 g/L, guano 0,060 g/L, guano
0,080 g/L and guano 0,100 g/L which were repeated 3 times. Initial density of 1,500 units/mL stocking
was maintained for 96 hours. Observation of density was carried out every 12 hours. Measured
parameters were peak density, absolute growth, specific growth rate, biomass growth, and doubling
time. The results showed that the concentration of 0,100 g/L was the highest in growth of Spirulina sp.
population with an average of 6,572 units/mL and highest in absolute growth with an average of 5,072
units/mL and the fastest in doubling time of 36,76 hours, however there were no significant effect on
biomass productions compare to other concentrations.

Keywords : guano fertilizer, growth, Spirulina sp

Pendahuluan memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Kandungan


protein Spirulina sp. adalah 60-70%, sekitar 85-
Salah satu jenis mikroalga yang telah 95% dari protein tersebut dapat dicerna dengan
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan baik, sedangkan lemaknya cukup rendah yaitu
budidaya adalah Spirulina sp. Spirulina 1,5-12% (Ciferri, 1983).
dimanfaatkan sebagai pakan alami pada Pemenuhan kebutuhan nutrien untuk
organisme budidaya laut. Spirulina merupakan Spirulina sp. sangat bergantung pada
alga hijau berfilamen yang sudah banyak ketersediaannya dalam medium kultur. Jenis
digunakan sebagai sumber pakan alami untuk pupuk yang banyak dipilih masyarakat dalam
pembenihan udang, ikan, dan krustase karena kultur Spirulina sp. adalah jenis PA (Pro
*
korespondensi : viqran22@gmail.com
58
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 58-65

Analisis) yang sudah distandarkan seperti pemberian sumber cahaya dari lampu TL 40
pupuk Walne, Guillard, dan lainnya. Namun watt dengan intensitas cahaya 2000-3000
jenis-jenis pupuk ini sulit diperoleh, harga lumens.
relatif mahal dan membutuhkan komposisi
larutan nutrien yang cukup banyak dalam Persiapan air media
pembuatannya. Harga pupuk Walne di pasaran Air yang digunakan sebagai media kultur
adalah Rp 500-1000/mL, sedangkan pupuk Spirulina adalah air tawar yang diperoleh dari
Guillard adalah Rp400.000/L. Mahalnya harga sumur. Sebelum digunakan, air media disaring
pupuk jenis PA menjadi dasar pencarian pupuk terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi oleh
alternatif pada kultur Spirulina sp. yang mampu saringan yang digunakan. Setelah disaring, air
menghasilkan kepadatan sel yang tinggi, dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit
dengan harga yang ekonomis dan murah agar semua patogen yang hidup di dalam air
diperoleh oleh masyarakat. Memenuhi dapat mati atau inaktif. Setelah dimasak
kebutuhan unsur hara dalam media kultur langsung dituang dalam bak penelitian yang
spirulina, masyarakat biasanya menggunakan telah dibersihkan masing-masing sebanyak 4
pupuk SP-36, NPK, dan Urea yang banyak liter. Air tersebut diberi aerasi selama 24 jam
dijual di pasaran. Namun demikian, jenis-jenis serta ditutup rapat agar kotoran dari luar tidak
pupuk ini hanya dapat memenuhi kebutuhan masuk kedalam wadah.
unsur hara makro saja sehingga dibutuhkan Persiapan pupuk
tambahan unsur hara mikro sebagai pelengkap Pupuk guano diproleh dari jasa penyedia
nutrisi untuk pertumbuhan Spirulina. Salah satu pupuk yang telah banyak dijual secara online.
alternatif sumber unsur hara mikro adalah Pupuk guano yang dijual secara online sudah
limbah kotoran kelelawar (Guano) yang dalam keadaan kering dan berbentuk tepung
diketahui banyak mengandung Potasium, halus, sehingga tidak perlu dilakukannya
Calcium, Magnesium, Zinc, Copper, pengeringan dan penggilingan pupuk lagi.
Manganese, dan Sodium (Anonim, 2016). Pupuk guano yang halus dilarutkan dalam
aquades dengan perbandingan 1 kg pupuk
Metode Penelitian guano : 4 liter aquades serta ditambahkan
bakteri pengurai (EM4) sebanyak 1 ml/l dan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan ditutup rapat, selanjutnya disimpan pada tempat
Februari 2018 di Laboratorium Mandiri yang yang teduh selama seminggu. Setelah satu
terletak di Perumnas, Batanghari 2 no 31, minggu, larutan tersebut disaring menggunakan
Tanjung Karang Permai, Mataram. Sempel saringan kantong untuk memisahkan ampas
diamati di Laboratorium Program Studi pupuk dengan larutan. Ampas dikeringkan ke
Budidaya Perairan Universitas Mataram. dalam oven dengan suhu 120 0C selama 1 jam
dan ditimbang untuk mengetahui selisih pupuk
Metode dan rancangan percobaan yang terlarut dalam aquades. Konsentrasi
Rancangan penelitian yang digunakan pemberian pupuk guano disesuaikan dengan
yaituRancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang telah ditentukan sebelumnya.
6 perlakuan dengan 3 kali ulangan yaitu Urea Untuk menentukan berapa banyak larutan
0.10 g/l, SP-36 0.061 g/l, EDTA 0.005 g/l dan pupuk yang diberikan pada perlakuan, terlebih
FeCl3 0.002 g/L (kontrol positif), Guano 0 g/L dahulu harus mengetahui berapa gram pupuk
(kontrol negatif), Guano 0,040 g/L, Guano yang terlarut dalam aquades. Untuk mengetahui
0,060 g/L, Guano 0,080 g/L, dan Guano 0,100 konsentrasi pupuk dapat menggunakan rumus :
g/L. 𝑎−𝑏
K = 𝑐 . K = Konsentrasi pupuk (g/L); a =
Pupuk yang difermentasi (g); b = Ampas hasil
Persiapan alat dan wadah
fermentasi (g); c = Jumlah aquades yang
Bak pemeliharaan, selang aerasi, batu
digunakan (L). Persedian pupuk anorganik
aerasi, gelas ukur, wadah kultur dan botol
dilakukan dengan cara melarutkan kedalam
sampel terlebih dahulu dicuci menggunakan
botol volume 500 ml air. Untuk medapatkan
sabun cuci, kemudian dibilas dengan air tawar
konsentrasi Urea 0.10 g/l, SP-36 0.061 g/l,
hingga bersih dan kemudian dikeringkan.
EDTA 0.005 g/l dan FeCl3 0.002 g/l,
Wadah kultur di pasang aerasi sebanyak 1 buah,
perhitungan setiap pupuk dapat menggunakan
kemudian ditutup dengan rapat dan di
rumus : P = A x V. P = Pupuk yang dibutuhkan
tempatkan dalam ruang budidaya dengan

59
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 58-65

(mg); A = Jumlah pupuk anorganik yang telah sebelum bibit Spirulina dimasukkan kedalam
ditentukan (mg); V = Volume air yang wadah penelitian.
diinginkan dalam pembuatan pupuk (mL).
Pemeliharaan dan pengumpulan data
Persiapan bibit Spirulina sp. Pengamatan kepadatan Spirulina sp.
Bibit Spirulina diperoleh dari jasa diamati menggunakan Sedgewick rafter dan
penyedia bibit starter yang telah banyak dijual mikroskop dengan pembesaran 100 kali.
secara online dan diperbanyak di Laboratorium Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil
Mandiri yang terletak di Perumnas, Batanghari sampel budidaya yang akan dihitung
2 no 31, Tanjung Karang Permai, Mataram. kepadatannya menggunakan pipet tetes
Kultur Spirulina sp. dimulai dengan sebanyak 1 mL dan diteteskan pada Sedgewick
menggunakan bibit starter 500 ml dikultur pada rafter. Pengamatan kepadatan Spirulina sp.
volume 10 liter, pada hari ke 4 dilakukan mulai dilakukan sejak jam ke 0 (awal
penambahan pupuk dengan konsentrasi yang penebaran) dan setiap 12 jam hingga terjadi
sama, kemudian dipanen pada hari ke 8 dan penurunan kepadatan. Perhitungan Spirulina
dikultur kembali pada volume 50 liter, dan sp. pada Sedgewick rafter dilakukan pada 4
dilakukan pemupukan kembali pada hari ke 4 kotak bidang pandang sebanyak 3 kali ulangan.
dan dipelihara hingga hari ke 8 atau mencapai Parameter pendukung yang diukur adalah pH
kepadatan lebih dari 2.500 unit/mL. Kultur ini dan suhu.
menggunakan pupuk Urea 0.10 g/l, SP-36
0.061 g/l, EDTA 0.005 g/l dan FeCl3 0.002 g/l. Pengukuran biomassa Spirulina sp.
Persiapan bibit mengikuti penelitian dari Perhitungan biomassa Spirulina dilakukan
Hermansyah (2015). Spirulina dihitung setelah sampel yang akan dihitung melalui
menggunakan bantuan Sedgewick rafter beberapa proses terlebih dahulu, yakni kertas
dengan rumus : K = N x 250. K = Kepadatan filter ditimbang terlebih dahulu untuk
fitopalankton (unit/mL); N = Rata-rata jumlah mengetahui berat kertas filter, kemudian
unit dalam satu lapang pandang yang terdiri sampel diambil sebanyak 100 ml dan disaring
dari 4 kotak pengamatan (unit); 250 = Faktor menggunakan kertas filter, kertas filter
pengali untuk pengamatan dalam 4 kotak dari dikeringkan selama 2 jam dengan suhu 110 0C
1000 kotak yang ada di sedgewick rafter. dalam oven. Kemudian kertas ditimbang untuk
mengetahui berat sampel. Pengukuran
Penebaran bibit Spirulina sp. biomassa dilakukan pada jam ke 60, 72, dan 84
Kepadatan Spirulina sp. dalam wadah (tergantung waktu pertumbuhan puncak).
penampungan dihitung untuk menentukan
volume spirulina yang harus diambil agar Variabel penelitian dan cara
mencapai kepadatan 1.500 unit/mL pada perhitungannya
masing-masing unit percobaan. Volume bibit Variabel penelitian ini terdiri atas variabel
Spirulina yang akan diambil untuk ditebar utama dan variabel pendukung. Variabel utama
ditentukan dengan menggunakan rumus : meliputi pertumbuhan kepadatan, kepadatan
N 2 xV2 puncak, biomasa, waktu penggandaan, dan
V 1= . V1 = Volume bibit untuk berat kering. Variabel pendukung meliputi
N1 kualitas air suhu dan pH.
penebaran awal (mL); N1 = Kepadatan
bibit/stock Spirulina sp. (unit/mL); V2 = Pertambahan kepadatan
Volume media kultur yang dikehendaki (mL); Pertambahan kepadatan dan biomassa
N2 = Kepadatan bibit Spirulina sp. yang spirulina dihitung menggunakan rumus; 𝐺𝑅 =
dikehendaki (unit/mL). 𝑊𝑡 − 𝑊0 . GR = Pertambahan kepadatan
(unit/mL); Wt = Kepadatan puncak/biomassa
Pemberian pupuk Guano Spirulina sp. (unit/mL); Wo = Kepadatan
Konsentrasi pemberian pupuk guano tebar/biomassa Spirulina sp. pada jam ke 0
untuk setiap perlakuan diketahui dengan (unit/mL).
menggunakan rumus pengenceran sesuai
dengan konsentrasi pupuk guano yang terlarut
dalam aquades. Pemberian pupuk dikakukan

60
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 58-65

Pertambahan berat Hasil


Perhitungan berat Spirulina dilakukan
melalui beberapa proses terlebih dahulu, yaitu Hasil pengamatan rata-rata kepadatan
kertas filter ditimbang untuk mengetahui berat Spirulina sp. selama 96 jam yang diberi pupuk
kertas filter, kemudian sampel diambil guano dengan konsentrasi yang berbeda
sebanyak 100 ml dan disaring menggunakan ditampilkan pada Gambar 1. Kepadatan
kertas filter, kertas filter dikeringkan selama 2 populasi Spirulina sp. tertinggi yang dicapai
jam dengan suhu 110 0C dalam oven. Kemudian pada jam ke-72 ditunjukkan oleh perlakuan
kertas ditimbang untuk mengetahui berat Kontrol Positif, Kontrol Negatif, Guano 0,040
sampel. Pengukuran berat dilakukan pada jam g/L, dan Guano 0,080 g/L, sedangkan pada
ke 0 (sebelum percobaan) dan pada perlakuan Guano 0,060 g/L dan perlakuan
pertumbuhan puncak. Sehingga dapat diketahui Guano 0,100 g/L dicapai pada jam ke-84. Hasil
pertambahan berat Spirulina selama penelitian. penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi
pupuk Guano 0,100 g/L, menghasilkan
Kepadatan puncak kepadatan populasi tertinggi yaitu 6.572
Kepadatan puncak Spirulina sp. dihitung unit/mL.
dengan melihat kenaikan jumlah unit/ml
tertinggi pada saat percobaan.

Laju pertumbuhan Spesifik/ Spesific Growth


Rate (SGR)
Laju pertumbuhan spesifik Spirulina sp.
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
SGR = ((Ct/C0)1/t -1) x 100% (Mukhlis, dkk.,
2017). SGR = Laju pertumbuhan spesifik (% /
jam) C0 = Kepadatan Spirulina sp. awal
(unit/mL); Ct = Kepadatan Spirulina sp. akhir Gambar 1. Grafik kurva rata-rata kepadatan
(unit/mL); t = Selang waktu dari W0 ke Wt Spirulina sp. setiap 12 jam dengan
(jam). konsentrasi pupuk guano yang
berbeda
Waktu penggandaan
Waktu penggandaan Spirulina sp. dihitung Tabel 1. Menunjukkan bahwa laju
dengan menggunakan rumus : DT = log (2) × pertumbuhan mutlak Spirulina sp. tertinggi
∆t / (log Ct – log C0) (Mukhlis, dkk., 2017). DT terdapat pada perlakuan Guano 0,100 g/L
= Double time (jam); ∆t = Lama waktu dalam dengan nilai rata-rata sebesar 5.072 ± 147,45
satu priode pengamatan (jam); C0 = Kepadatan unit/mL. Pertumbuhan mutlak tertinggi
populasi awal periode (unit/mL); Ct = selanjutnya yaitu perlakuan Guano 0,080 g/L
Kepadatan populasi akhir periode (unit/mL). dengan nilai rata-rata sebesar 4.260 ± 538,49
unit/mL, perlakuan Guano 0,040 g/L dengan
Kualitas air nilai rata-rata sebesar 4.299 ± 222,00 unit/mL,
Parameter kualitas air yang diukur yaitu perlakuan Kontrol Negatif dengan nilai rata-
suhu dan pH. rata sebesar 4.228 ± 527,09 unit/mL, dan
perlakuan Guano 0,060 g/L dengan nilai rata-
Analisis data rata sebesar 3.884 ± 98,88 unit/mL. Pada
Data variabel penelitian yang diperoleh, penelitian ini nilai laju pertumbuhan mutlak
dianalisis menggunakan analisis sidik ragam terendah terdapat pada perlakuan Kontrol
(ANOVA) pada taraf kesalahan 5% dengan Negatif dengan nilai rata-rata sebesar 3.114 ±
menggunakan program costat. Apabila hasil 203,21 unit/mL. Laju pertumbuhan spesifik
analisis menunjukkan berbeda nyata atau tertinggi terdapat pada perlakuan Guano 0,040
memberikan pengaruh (significant) maka g/L yaitu 1,88 ± 0,05 % per jam dan perlakuan
analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Guano 0,080 g/L yaitu 1,88 ± 0,013 % per jam.
Terkecil (BNT). Laju pertumbuhan spesifik tertinggi
selanjutnya yaitu pada perlakuan Guano 0,100
g/L dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,77 ±
0,03 % per jam, perlakuan Kontrol Positif

61
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 58-65

dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,70 ± 0,23 Pembahasan


% per jam, dan perlakuan Guano 0,060 g/L
dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,62 ± 0,13 Gambar 1. menunjukkan perkembangan
% per jam. Penelitian ini, nilai laju kepadatan Spirulina sp. selama 96 jam masa
pertumbuhan spesifik terendah terdapat pada kultur. Pertumbuhan Spirulina sp. pada
perlakuan Kontrol Negatif dengan rerata penelitian ini meliputi beberapa fase yaitu fase
pertumbuhan sebesar 1,57 ± 0,06 % per jam. lag, fase eksponensial, fase stationer, dan fase
Perhitungan pertumbuhan biomassa (berat kematian. Fase lag ditandai dengan adanya
kering) Spirulina sp. data dikalkulasi dari data pertumbuhan populasi yang lambat karena
biomassa awal dengan data biomassa akhir alokasi energi dipusatkan untuk penyesuaian
(kepadatan puncak). Hasil perhitungan diri terhadap media kultur yang baru. Fase
menujukkan hasil yang tidak berbeda nyata dari kelambanan (lag fase), yaitu tahap dimana sel-
semua perlakuan. Hasil waktu penggandaan sel Spirulina sp. menyesuaikan diri dengan
perhitungan menunjukkan bahwa pada lingkungan barunya (Hariyati, 2008). Hal ini
perlakuan Guano 0,100 g/L menghasilkan dijelaskan juga oleh Muhammad (2007), bahwa
waktu penggandaan tercepat yaitu 36,76 ± 1,90 pada fase lag atau adaptasi populasi yang baru
jam. Urutan waktu penggandaan tercepat ditransfer mengalami penurunan tingkat
selanjutnya yaitu pada perlakuan Guano 0,040 metabolisme akibat perbedaan fase
g/L yaitu 37,28 ± 1,07 jam, perlakuan Guano penumbuhan inokulum dan terjadi proses
0,080 g/L yaitu 37,29 ± 2,53 jam, perlakuan adaptasi terhadap media kultur. Pada pernyatan
Kontrol Positif yaitu 39,42 ± 3,77 jam, dan tersebut dapat diketahui pertumbuhan
perlakuan Guano 0,060 g/L yaitu 39,42 ± 0,64 kepadatan pada fase lag dapat mengalami
jam. Dalam penelitian ini waktu penggandaan penurunan atau sedikit pertambahan kepadatan
terlama terdapat pada perlakuan Kontrol
Negatif yaitu 46,57 ± 5,26 jam.

Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) rata-rata pertumbuhan mutlak, biomassa, kepadatan
puncak, laju pertumbuhan spesifik dan waktu penggandaan Spirulina sp.
Perlakuan
Parameter Kontrol Kontrol Guano Guano Guano Guano
Positif Negatif 0,040 g/L 0,060 g/L 0,080 g/L 0,100 g/L
Pertumbuhan 4.228 3.114 4.229 3.884 4.260 5.072
mutlak (unit/mL) ±527,09b ± 203,21a ± 222,0b ± 98,88b ± 538,46b ±147,45c
Biomassa 0,07753 0,06391 0,06299 0,06266 0,07290 0,06679
(mg/unit) ±0,017903a ± 0,031933a ±0,029230a ±0,030416a ±0,022778a ±0,016102a
Kepadatan 5.728 4.614 5.729 5.384 5.760 6.572
Puncak (unit/mL) ±527,09b ±203,21a ±222,00b ±98,88b ±538,49b ±147,45c
Laju 1,70 1,57 1,88 1,62 1,88 1,77
Pertumbuhan ±0,23ab ±0,06a ±0,05b ±0,13a ±0,013b ±0,03ab
Spesifik (%/jam)
Waktu 39,42 46,57 37,28 39,42 36,76
37,29 ±2,53b
Pengandaan (jam) ± 3,77b ±5,26a ±1,07b ±0,64b ±1,90b

Kualitas air
Hasil analisis kualitas air Spirulina sp. karena alokasi energi dipusatkan untuk
untuk suhu dan pH pada setiap perlakuan selama penyesuaian terhadap media kultur yang baru.
96 jam masa kultur mengalami peningkatan Namun pada penelitian ini, fase lag
yaitu suhu berkisar antara 28-30 0C dan pH berlangsung selama 12 jam. Pada pengamatan
berkisar antara 8,3-8,9. Kisaran kualitas air jam ke-12 telah mengalami kenaikan kepadatan
kultur Spirulina sp. selama masa pemeliharaan yaitu 1.791 unit/mL pada perlakuan Guano
memiliki nilai yang optimum untuk 0,040 g/L, dan kepadatan 2.737 unit/mL pada
pertumbuhan Spirulina sp perlakuan Guano 0,100 g/L dengan kepadatan
tebar awal yaitu 1.500 unit/mL. Pada penelitian
Hariyati (2008), fase lag terjadi selama satu
hari, kepadatan populasi yang digunakan pada
awal kultur Spirulina sp. sebanyak 1.000

62
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 58-65

unit/mL, pada Medium 1 pertambahan Gambar 1. yaitu terjadi pada jam ke 96 dimana
kepadatan mencapai 1.538 unit/mL, dan semua perlakuan telah mengalami penurunan
Medium 2 mencapai 1.493 unit/mL. kepadatan. Penurunan kepadatan yang paling
Setelah fase lag, selanjutnya terjadi fase tajam yaitu pada perlakuan Kontrol Negatif
eksponensial (logaritmik) ditandai dengan yaitu mencapai 1.636 unit/mL, sedangkan
meningkatnya kepadatan populasi secara penurunan paling sedikit terjadi pada perlakuan
signifikan dalam waktu tertentu. Dalam Guano 0,060 g/L, Guano 0,080 g/L, dan Guano
penelitian ini, fase eksponensial terjadi pada 0,100 g/L yaitu berkisar 1.084 - 1.166 unit/mL
jam ke-24 atau memasuki hari ke-2 dengan dalam waktu 24 jam. Menurut Fadilla (2010),
rata-rata kepadatan yaitu 2.577 - 2.839 unit/mL, menyatakan bahwa pada fase ini laju kematian
dan berlangsung hingga jam ke-72 atau pada lebih cepat daripada laju reproduksi, jumlah sel
hari ke -3 dengan rata-rata kepadatan 4.437 – menurun secara geometrik, penurunan
5.854 unit/mL. Pada penelitian Hariyati (2008), kepadatan mikroalga ditandai dengan
fase eksponensial terjadi pada hari ke-2 dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi
kepadatan rata-rata 2.527 unit/mL, dan oleh suhu, cahaya, pH air, jumlah hara yang
berlangsung hingga hari ke-5 dengan kepadatan ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang ada.
rata-rata sebesar 10.510 unit/mL. Menurut Penambahan guano dengan konsentrasi
Astiani dkk. (2016), pada fase ini terjadi proses berbeda memberikan pengaruh terhadap
pembelahan sel yang menyebabkan pertambahan kepadatan. Adanya perbedaan
meningkatnya pertumbuhan Spirullina sp. Fase dalam pertambahan kepadatan selama kultur
eksponensial terjadi dari hari ke-2 sampai hari karena adanya perbedaan dalam jumlah nutrien
ke-3. Suantika dan Hendrawandi (2009), yang tersedia. Pada penelitian ini, nilai
menjelaskan bahwa fase ini terjadi ketika pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada
nutrisi, pH, dan intensitas cahaya pada medium perlakuan Guano 0,100 g/L. Hal ini diduga
masih dapat memenuhi kebutuhan fisiologis karena semakin tinggi penambahan pupuk
Spirulina sp. sehingga dalam fase ini sel masih guano maka nutrien yang terdapat dalam media
memiliki kemampuan bereproduksi sehingga kultur juga akan semakin tinggi. Hal ini
populasi masih bertambah. dijelaskan juga oleh Santosa (2010), bahwa
Setelah fase eksponensial, pertumbuhan nutrien merupakan salah satu faktor yang
mulai mengalami perlambatan atau penurunan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
(fase stasioner). Menurut Fadilla (2010), komposisi biokimia alga, kondisi nutrien yang
bahwa pada fase ini laju reproduksi sama optimum sangat penting untuk mendapatkan
dengan laju kematian, dengan demikian nilai produktivitas kultur alga yang baik,
penambahan dan pengurangan jumlah konsentrasi nutrien yang rendah dapat
fitoplankton relatif sama atau seimbang menyebabkan penurunan laju pertumbuhan
sehingga kepadatan fitoplankton tetap. Dalam karena sel-sel alga kekurangan unsur makanan.
penelitian ini, dapat kita lihat pada Grafik kurva Laju pertumbuhan spesifik
rata-rata kepadatan Spirulina sp. (Gambar 1.), menggambarkan kecepatan pertambahan sel
diduga fase stasioner terjadi setelah jam ke-72 alga persatuan waktu yang dapat dipakai tolak
atau sebelum jam ke-84. Pada penelitian ukur untuk mengetahui daya dukung media
Agustini (2010), fase logaritmik berlangsung terhadap pertumbuhan alga. Berdasarkan
pada hari ke 5-12 dan mulai memasuki fase analisis laju pertumbuhan spesifik dapat
stasioner awal pada hari ke-13, dan Spirulina diketahui bahwa nilai tertinggi ditunjukkan
platensis dipanen pada fase stasioner awal, oleh perlakuan Guano 0.040 g/L dan Guano
karena pada fase ini merupakan fase 0,080 g/L dengan nilai rata-rata 1,88 % per jam,
pertumbuhan optimum pigmen fikobliprotein namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
pada mikroalga Spirulina platensis. Hal ini Kontrol Positif dengan nilai rata-rata 1,70 %
dijelakan juga oleh Hidayah (2005), bahwa per jam dan Guano 0,100 g/L dengan nilai rata-
pemanenan mikroalga yang tepat berdasarkan rata 1,77 % per jam. Pada penelitian Kawaroe
pola pertumbuhan harus dilakukan pada saat dkk. (2012), laju pertumbuhan spesifik
mikroalga mencapai puncak populasi, Spirulina mencapai 1,46 % per jam. Selain
pemanenan terlambat maka sudah banyak kepadatan, perbedan nilai laju pertumbuhan
terjadi kematian hingga kualitasnya turun. spesifik juga dipengaruhi oleh lamanya waktu
Fase kematian terjadi ketika menurunnya pencapaian kepadatan puncak. Perlakuan
kepadatan secara signifikan, dapat dilihat pada Kontrol Positif dan Guano 0,100 g/L rata-rata

63
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 58-65

menunjukkan kepadatan puncak pada jam ke- rendah nilai waktu penggandaan, maka
84. Hal ini diduga karena media perlakuan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan sel
Kontrol Positif dan Guano 0,100 g/L memiliki untuk menggandakan dirinya. Selain waktu
nutrisi sedikit lebih tinggi dari media perlakuan penggandaan diri yang paling lama, perlakuan
lainnya, sehingga membutuhkan waktu lebih Kontrol Negatif juga memperlihatkan nilai
untuk pertumbuhan. kepadatan puncak yang rendah. Hal ini diduga
Nilai pertumbuhan biomassa pada karena rendahnya kualitas nutrien yang ada
penelitian ini menunjukkan pengaruh yang dalam media pada perlakuan ini. Berbeda
tidak signifikan pada nilai biomassa yang dengan perlakuan lainnya yang telah
diperoleh. Hal ini ditunjukkan pula pada ditambahkan pupuk dengan konsentrasi
penelitian Prayata dkk. (2013), bahwa tertentu sehingga dapat menunjang kebutuhan
kepadatan populasi awal yang berbeda nutrien dalam waktu penggandaan diri
menghasilkan pertumbuhan populasi berbeda Spirulina sp.
pula namun tidak menghasilkan pertumbuhan
biomassa yang berbeda, hal ini menunjukkan Kesimpulan
bahwa dari pemberian perlakuan kepadatan
inokulum yang berbeda tidak mempengaruhi Hasil penelitian menujukkan bahwa
pertumbuhan biomassa tetapi hanya pada konsentrasi 0,100 g/L menghasilkan
pertumbuhan populasi saja, diduga karena sel pertumbuhan populasi Spirulina sp. tertinggi
Spirulina sp. menggunakan nutrisi pada dan waktu penggandaan diri tercepat. Namun
lingkungan lebih cenderung untuk dalam percobaan ini tidak menunjukkan
bereproduksi yaitu dengan cara pembelahan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil
diri namun tidak dioptimalkan untuk pertumbuhan biomassa
pertumbuhan biomassa. Menurut Chrismadha
dkk. (2006), pada media tanpa perlakuan akan Daftar Pustaka
tetap tumbuh, dengan adanya kumpulan
pigmen fikosianin yang berfungsi sebagai Anonim (2016). Kandungan Nutrisi Pupuk
cadangan nitrogen pada sel-sel Spirulina, pada Organik Guano.
percobaan tanpa perlakuan dapat https://organikilo.co/kandungan-nutrisi-
diinterpretasikan adanya kemampuan Spirulina pupuk-organik-guano.htlm [05,08,2017].
untuk melakukan fiksasi unsur nitrogen dari Agustini N.W.S. (2010). Aktivitas Antioksidan
udara, mengingat jenis alga ini merupakan dan Uji Toksisitas Hayati Pigmen
bagian dari kelompok cyanobacteria yang Fikobiliprotein dari Ekstrak Spirulina
banyak jenisnya memiliki kemampuan fiksasi platensis. Jurnal Biologi, Seminar
nitrogen bebas. Chrismadha dkk. (2006), juga Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP
menyatakan bahwa fenomena menurunnya UNS. Vol. 1. Hal. 535-543.
kandungan protein, klorofil a, fikosianin, dan Astiani F., I. Dewiyanti, dan S. Mellisa (2016).
kandungan karbohidrat yang terjadi sejalan Pengaruh Media Kultur yang Berbeda
dengan degadasi komponen-komponen Terhadap Laju Pertumbuhan dan
fungsional sel tersebut memberikan indikasi Biomassa Spirullina sp. Jurnal Ilmiah
berkurangnya kemampuan fotosintesis pada Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
kondisi kekurangan unsur hara. Unsyiah. Vol. 1. No. 3. Hal. 441-447.
Waktu penggandaan tercepat dicapai pada Ayusonia F. (2015). Pertumbuhan Spirulina sp.
perlakuan Guano 0,100 g/L dengan nilai rata- yang Dikultur dengan Kombinasi Pupuk
rata yaitu 36,76 jam. Sebaliknya, perlakuan Urea dan Kotoran Ayam. [Skripsi,
Kontrol Negatif membutuhkan waktu unpublished]. Program Studi Budidaya
penggandaan diri paling lama dengan rata-rata Perairan. Universitas Mataram. Mataram.
46,57 jam. Hasil waktu penggandan pada Chrismadha T., L.M. Panggabean, dan Y.
perlakuan Guano 0,100 g/L tidak berbeda nyata Mardiati (2006). Pengaruh Konsentrasi
pada hasil penelitian Utomo dkk. (2005), pada Nitrogen dan Fosfor Terhadap
perlakuan kontrol dengan rata-rata yaitu 36,51 Pertumbuhan, Kandungan Protein,
jam. Menurut Santosa (2010), bahwa semakin Karbohidrat dan Fikosianin pada Kultur
tinggi nilai waktu penggandaan, maka semakin Spirulina fusiformis. Jurnal Berita
banyak waktu yang dibutuhkan sel untuk Biologi. Vol. 8. No. 3. Hal. 1-7.
menggandakan dirinya, sebaliknya semakin

64
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 58-65

Ciferri O. (1983). Spirulina the Edible Pertumbuhan Spesifik dan Kandungan


Microorganism. American Society for Asam Lemak pada Mikroalga Spirulina
Microbiology. Vol. 47. No. 4. Hal. 551- platensis, Isochrysis sp. dan Porphyridium
578. cruentum. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 17.
Fadilla Z. (2010). Pengaruh Konsentrasi No. 3. Hal. 125-131.
Limbah Cair Tahu terhadap Pertumbuhan Prayata L.H.D., S. Waspodo, dan A.A.
Mikroalga (Scenedesmus sp.). [Skripsi, Damayanti (2013). Pengaruh Kepadatan
unpublished]. Program Studi Biologi. Inokulum Terhadap Pertumbuhan
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Populasi dan Biomassa Spirulina sp. .
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal Perikanan Unram. Vol. 3. No. 2.
Jakarta. Hal. 48-55.
Haryati E. (2010). Pengaruh Pupuk Organik Santosa A. (2010). Produksi Spirulina sp. yang
dan Anorganik Terhadap kandungan Dikultur dengan Perlakuan Manipulasi
Logam Berat dalam Tanah dan Jaringan Fotoperiod. [Skripsi, unpublished].
Tanaman Selada. Banda Aceh. Jurnal Program Studi Teknologi dan Manajemen
Floratek. Vol. 5. Hal. 113-123. Perikanan Budidaya. Fakultas Perikanan
Hayati E., T. Mahmud, dan R. Fazil (2012). dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Bogor. Bogor.
Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sari F.Y.A., I Made Suryajaya, dan Hadiyanto
Tanaman Cabai. Banda Aceh. Jurnal (2012). Kultivasi Mikroalga Spirullina
Floratek. Vol. 7. Hal. 173-181. platensis dalam Media Pome dan
Hariyati R. (2008). Pertumbuhan dan Biomassa Komposisi Jumlah Nutrien. Jurnal
Spirullina sp. dalam Skala Laboratoris. Teknologi Kimia dan Industri. Fakultas
Jurnal BIOMA. Vol. 10. No.1. Hal. 19-22. Diponerogo. Vol. 1 No. 1. Hal. 487-494.
Hermansyah A. (2015). Penambahan Garam Suantika G., dan D. Hendrawandi (2009).
dalam Budidaya Spirulina sp. di Air Efektivitas Teknik Kultur Menggunakan
Tawar. [Skripsi, unpublished]. Program Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu, dan
Studi Budidaya Perairan. Universitas Kontinyu terhadap Produktivitas dan
Mataram. Mataram. Kualitas Kultur Spirulina sp. Jurnal
Hidayah H.A. (2005). Pertumbuhan dan Pasca Matematika dan Saints. Vol. 14. Hal. 41-
Panen Mikroalga Hasil Kultur Skala Semi 49.
Massal. Utomo N.B.P., Winarti, dan A. Erlina (2005).
http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/P Pertumbuhan Spirullina platensis yang
ertumbuhan dan Pasca Panen Mikroalga Dikultur dengan Pupuk Inorganik (Urea,
Hasil Kultur Skala Semi Massal-.pdf. TSP dan ZA) dan Kotoran Ayam. Jurnal
[27,08,2017]. Akuakultur Indonesia. Vol. 4. No. 1. Hal.
Kawaroe M., T. Prartono, A. Rachmat, D.W. 41-48.
Sari, dan D. Augustine (2012). Laju

65

Anda mungkin juga menyukai