Oleh:
Rofiq Laksamana (Ketua)
Koes Widarbo (Anggota)
Sri Widodo (Anggota)
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Rofiq Laksamana (Ketua)
Koes Widarbo (Anggota)
Sri Widodo (Anggota)
Telah diseminarkan pada Seminar Hasil Penelitian pada Tanggal ...... Juli 2020
di hadapan Reviewer.
Mengetahui
Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
M. Nazir Salim
NIP. 197706012011011001
C. Kerangka Teori................................................................................................................ 20
C.1. Sistem Publikasi yang digunakan UUPA ................................................................................. 20
C.2. Sistem Publikasi Positif .......................................................................................................... 21
C.3. Ruang lingkup, Azas dan Tujuan Pendaftaran Tanah PP 24/1997 ......................................... 24
C.4. Perbandingan Sistem Publikasi .............................................................................................. 27
C.5. Ruang Lingkup Pendaftaran Tanah Sistem Publikasi Positif dalam RUU/Pertanahan ........... 28
F. Analisis Data.................................................................................................................... 35
Tabel 4.1 Persentase Kualitas Data, Buku Tanah, Surat Ukur dan Persil Valid di DKI Jakarta ........... 48
Tabel 4.2 Persentase Kualitas Data, Buku Tanah, Surat Ukur dan Persil Valid di Jawa Timur .......... 49
Tabel 5.1. Cakupan Peta Dasar Pertanahan Tahun 2016 ............................................................... 56
Tabel 5.2. Cakupan Peta Dasar Pertanahan tahun 2018 ............................................................... 57
Tabel 5.3 Jumlah Bidang Tanah Terdaftar di Indonesia ................................................................. 59
Tabel 5.4 Peringkat Ease of Doing Business ............................................................................... 60
Tabel 5.5. Peringkat Registering Properties ................................................................................. 61
Tabel 5.6 Peringkat Kota Administratif di DKI Jakarta bulan Pebruari............................................. 67
Tabel 5.7 Peringkat DKI Jakarta bulan Juli.................................................................................... 68
Tabel 5.8 Persentase Persil Valid Kelurahan di Jakarta Selatan ...................................................... 68
Tabel 9 Persentase Buku Tanah valid Kelurahan di Jakarta Selatan ................................................ 69
Tabel 5.10 Persentase Persil Valid Kelurahan di Jakarta Utara ...................................................... 70
Tabel 11 Persentase Buku Tanah valid Kelurahan di Jakarta Utara ................................................ 71
Tabel 5.12 Jumlah Buku Tanah Valid dan Persil Valid di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara .............. 72
Tabel 5.13 Peringkat Jawa Tengah bulan Pebruari ....................................................................... 72
Tabel 5.14 Peringkat Jawa Tengah bulan Juli ............................................................................... 74
Tabel 5.15 Peringkat Jawa Timur pada bulan Pebruari 2020 ......................................................... 78
Tabel 5.16 Peringkat Jawa Timur pada bulan Juli 2020 ................................................................. 80
Tabel 5.17 Peringkat Jawa Barat pada bulan Pebruari 2020 .......................................................... 83
Tabel 5.18 Peringkat Jawa Barat bulan Juli 2020 .......................................................................... 84
Tabel 5.19 Peringkat Banten bulan Pebruari 2020 ....................................................................... 86
Tabel 5.20 Peringkat Banten bulan Juli 2020 ............................................................................... 87
Tabel 5.21 Peringkat Sulawesi Tengah bulan Pebruari 2020 .......................................................... 89
Tabel 5.22 Peringkat Sulawesi Tengah bulan Juli 2020 ................................................................. 90
Tabel 5.23 Peringkat Maluku Utara bulan Pebruari 2020 ............................................................. 92
Tabel 5.24 Peringkat Maluku Utara bulan Juli 2020 ...................................................................... 93
Tabel 5. 25 Perkembangan peringkat Kantah di setiap Propinsi dari bulan Pebruari sampai Juli ...... 95
Tabel 5.26 Penambahan Persentase Persil Valid .......................................................................... 97
Tabel 5.27 Penambahan Persentase Buku Tanah Valid ................................................................. 98
Tabel 5.28 Penambahan Persentase Kualitas Data ....................................................................... 99
Lampiran Halaman
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka di dalam penelitian untuk
menentukan Model Prospek Pembangunan Penatausahaan Pendaftaran Tanah
Sistem Publikasi Positif, dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Rencana Pemerintah (Kementerian ATR/BPN) dalam rangka
menerapkan Pendaftaran Tanah dengan Sistem Publikasi Positif?
2. Bagaimanakah Model Pendaftaran Tanah Sistem Publikasi Positif yang
efisien, menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi
pemegang hak atas tanah yang akan diterapkan?
3. Apakah yang menjadi pertimbangan mendasar perlunya menentukan Model
Pendaftaran Tanah Sistem Publikasi Positif yang efisien, menjamin kepastian
hukum dan perlindungan hukum, bagi pemegang hak atas tanah yang akan
diterapkan ?
A. Kajian Terdahulu
Sistem publikasi positif dalam sistem pendaftaran tanah (registration of
titles) dikenal sebagai Sistem Torrens (Carruthers, 2015). Sistem Torrens (The Real
Property Art) berasal dari Australia Selatan. Kata “Torrens” merujuk pada nama
penemu sistem pendaftaran ini, yaitu Robert Richard Torrens pada tahun 1858
(International Land System, 2009). Sistem publikasi positif merupakan perbaikan
atau penyempurnaan dari sistem pendaftaran sebelumnya. Perbaikan kualitas
sistem pendaftaran tanah ini ditunjukkan dengan adanya kemudahan bagi para
pemilik tanah untuk memperoleh data yuridis tanpa harus melakukan title search
pada akta-akta yang ada serta memberikan kepastian hukum pada tanah yang
didaftarkan (Xavier, 2011; Carruthers, 2015).
Sistem publikasi positif meliputi identifikasi satu atau banyak bidang tanah
dan menentukan siapa orang atau organisasi apa yang dapat memiliki hak atas
sebidang tanah tersebut, yang kemudian dicatat dalam register tanah. Sebelum
melakukan pencatatan, Pejabat Pendaftaran Tanah melakukan pengujian terhadap
kebenaran data yang tercantum dalam akta sebelum dilakukan pendaftaran haknya
dalam Buku Tanah (bersifat aktif) serta menyusun semua hal yang berkaitan dengan
pencatatan hak tanah, seperti hak gadai, easements, hipotek, sewa, dan perjanjian.
Pencatatan kepemilikan atas tanah meliputi pencatatan nomor seri, lokasi, dan
batas-batas bidang tanah yang ditandai pada peta serta nama pemiliknya (Dale,
1995).
Dalam sistem pendaftaran tanah publikasi positif terdapat penerbitan
sertifikat hak atas tanah (sertificate of title) yang digunakan sebagai alat bukti
pemegang hak atas tanah yang didaftarkan. Sertifikat tanah merupakan alat bukti
pemegang hak atas tanah yang paling lengkap dan tidak dapat diganggu gugat
(indefeasible). Bahkan, negara menjamin bahwa data fisik dan data yuridis yang
tercantum dalam sertifikat adalah benar. Dengan demikian, apabila ternyata
Australia
Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem publikasi positif yang
dikenal dengan nama sistem Torrens, yang diatur dalam Land Titles Act 1925.
Malaysia
Sistem pendaftaran tanah diatur di dalam National Land Code. Penerapan
sistem publikasi positif dalam sistem pendaftaran tanah telah diberlakukan sejak
tahun 1965. Namun demikian, di dalam penerapan sistem pendaftaran tanah
Hongkong
Sementara itu, pada tahun 2009, Hong Kong merubah sistem publikasi
negatif menjadi sistem publikasi positif dalam sistem pendaftaran tanahnya. Untuk
perlindungan hak atas tanahnya, Hong Kong menerapkan title insurance. Title
insurance adalah sebuah asuransi hak yang berfungsi untuk mengatasi atau
mengurangi risiko atas kemungkinan kehilangan hak atas tanah (Indiraharti, 2009).
Kanada
Sistem pendaftaran tanahnya didasarkan pada Indian Land Register yang
dibuat dibawah Indian Act. Sistem pendaftaran tanah di Kanada menggabungkan
sistem informal dan hukum adat kepemilikan tanah. Sehingga urusan penyelesaian
sengketa tanah harus sesuia dengan adat istiadat atau budaya setempat. Di
samping itu, pencatatan pendaftaran tanah di Kanada harus berisi tentang sertipikat
kepemilikan tanah, surat keterangan pekerjaan, transaksi- transaksi lainnya (Pasal
21 Indian Act). Saat ini, sistem pendaftaran tanah di Kanada telah menggunakan
sistem online yang disebut sebagai Indian Land Registry System (ILRS). ILRS didirikan
untuk meberikan sebuah kepercayaan bagi para pemegang hak atas tanah di
Canada (Minister of Aboriginal Affairs and Northern Development, 2013). ILRS
adalah panduan serangkaian prosedur interaksi yang dirancang untuk mengatur
pendaftaran hak atas tanah, klaim atas pendaftaran tanah, dan pemberitahuan
klaim kepentingan dalam tanah cadangan. ILRS adalah tempat penyimpanan
dokumen, namun tidak menjamin keakuratan dokumen hak atas tanah yang
diajukan di dalamnya. ILRS berbasis web dan seluruh dokumen pertanahan dapat
dilihat secara online.
Penguasaan atas tanah atau pendaftaran hak atas tanah raja dilakukan oleh
lembaga pertanahan Land Registry. Land Registry merupakan lembaga pemerintah
non-kementrian yang dibentuk pada tahun 1862. Tugas Land Registry adalah
mendaftarkan kepemilikan (sertifikasi) atas tanah dan properti di Inggris dan Wales.
Land Registry dipimpin oleh Chief Executive dan Chief Land Registrar yang
bertanggung jawab kepada Secretary of State for Business Innovation and Skills
(Menteri Inovasi dan Keahlian Bisnis).
Pegawai Land Registry berjumlah 4.357 orang (per 1 September 2015) yang
terdiri dari 3.900 orang full-time dan 457 orang paruh waktu. Banyaknya jumlah
pegawai pertanahan ini menunjukkan bahwa terpenuhinya kepuasan pelanggan
atas kualitas pelayanan hingga mencapai 94% (tahun 2014/2015). Selain itu,
sebagian besar pendaftaran tanah yang diterima pada hari tersebut selesai dalam
waktu 12 hari dan sebagian lainnya selesai pada hari yang sama sejak diterimanya
pendaftaran tersebut dengan kualitas yang cukup memuaskan pelanggan.
Salah satu faktor penunjang pelaksanaan tugas land registry tersebut
terletak pada pelaksanaan survei dan pemetaan. Kebutuhan survei dan pemetaaan
di Inggris dilaksanakan secara profesional oleh Royal Institution of Chartered
Surveyors (RICS). RICS merupakan badan professional yang sudah diakui secara
global. Cara kerja RICS didasarkan pada lima prinsip profesionalisme, yaitu 1)
mematuhi standar dan persyaratan pendaftaran; 2) menyambut pengawasan
eksternal; 3) menempatkan kepentingan pelanggan di atas kepentingan pribadi; 4)
Tanzania
Sebagai salah satu negara berbentuk Republik di Afrika bagian timur juga
telah menggunakan sistem publikasi positif dalam sistem pendaftaran tanah. Sistem
pendaftaran tanah di Tanzania tercantum dalam Land Registration Act (Cap. 334).
Land Registration Act (Cap. 334) berisi tentang prosedur-prosedur dan administrasi
untuk pendaftaran tanah. Salah satu pasal dalam Land Registration Act (Cap. 334)
adalah mengatur tentang tanah- tanah yang dapat didaftarkan, yaitu:
• Tanah milik pribadi, tanah sewa, atau tanah yang berdasarkan ketentuan
undang-undang dinyatakan sebagai freehold yang dapat dimiliki secara
pribadi/perseorangan.
• Hak milik atas tanah dan bangunan yang diwariskan dari pemerintahan
Jerman. Setiap tanah yang sebelumnya dimiliki secara mutlak dan secara sah
telah diberikan, dihibahkan, atau didedikasikan sebagai tanah wakaf di
bawah hukum Islam dianggap menjadi Hak Milik, meskipun mulanya berupa
sumbangan atau hibah.
Austria
Selain negara-negara di atas, Austria sebagai salah satu negara berbentuk
republik di Eropa Tengah juga telah menerapkan sistem publikasi positif dalam
pendaftaran tanah. Dalam upaya menuju sistem pendaftaran tanah publikasi positif
hingga menggunakan web-portal sebagai e-geodata untuk sistem pendaftaran
tanahnya, Austria menempuh waktu selama 191 tahun. Hal-hal yang dilakukan oleh
pemerintah Austria selama 191 tahun ini antara lain: pengimplementasian “Stabile
Cadastre” (1817-1861); pengenalan sistem pendaftaran tanah (1871);
penghubungan kadaster dengan pendaftaran tanah (1883); penetapan Surveying
Act (pembuatan peta dasar) (1969); pembuatan basis data perumahan (1985);
B. Keaslian Penelitian
Penelitian/kajian terhadap Sistim Pendaftaran Tanah Publikasi Positif sudah
dilakukan oleh Bappenas pada tahun 2016. Kajian ini dilakukan karena salah satu
arah kebijakan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 bidang pertanahan adalah Membangun Sistem
Pendaftaran Tanah Publikasi Positif. Kebijakan ini untuk menjawab isu strategis
yaitu terkait dengan jaminan kepastian ukum hak atas tanah.
Salah satu akar permasalahan tidak terjaminnya Kepastian Hukum bagi
pemegang hak atas tanah adalah karena masifnya kasus-kasus pertanahan yang
terjadi. Hal ini adalah diperkirakan akibat dari sistem pendaftaran tanah yang dianut
Indonesia saat ini yang berupa publikasi negatif, yang berarti negara tidak menjamin
kebenaran data informasi yang tertuang di dalam sertifikat hak atas tanah.
Masifnya kasus pertanahan yang terjadi berpotensi memberikan implikasi
terganggunya stabilitas keamanan nasional hingga mengancam integritas NKRI. Hal
ini karena konflik terjadi tidak hanya antar masyarakat, tapi juga antara masyarakat
dengan pemerintah, sehingga mengakibatkan terjadi penurunan pertumbuhan
ekonomi nasional yang berakibat kepada penurunan kesejahteraan masyarakat.
Atas dasar hal tersebut di atas, maka perubahan sistem pendaftaran tanah
dari sistem publikasi negatif menjadi publikasi positif (stelsel positif) menjadi satu
altenatif solusi yang bisa diambil. Hal ini karena pada sistem pendaftaran tanah
publikasi positif, negara menjamin kebenaran informasi yang tertuang pada
sertifikat hak atas tanah. Apabila ada kekeliruan terhadap penerbitannya, maka
negara bertanggung jawab dan berkewajiban untuk mengganti kerugian kepada
pihak yang menderita kerugian akibat aadanya pendaftaran hak atas nama
C. Kerangka Teori
C.1. Sistem Publikasi yang digunakan UUPA
Menurut Boedi Harsono (2008, 477) roadmap pendaftaran tanah yang
digunakan adalah roadmap pendaftaran hak (registration of titles), sebagaimana
digunakan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah menurut PP 10/1961. Bukan
roadmap pendaftaran akta. Hal tersebut tampak dengan adanya buku tanah
sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun dan
disajikan serta diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang sudah
didaftar..
Boedi Harsono (2008, 477) roadmap Publikasi yang digunakan tetap seperti
dalam pendaftaran tanah menurut PP 10/1961, yaitu roadmap negatif yang
Pendaftaran Hak
Di bawah bentuk pendaftaran ini, petugas pendaftaran tanah mendaftarkan
hak dari seorang pemohon yang sah, dan dengan demikian, menciptakan hak dan
konsekuensi hokum yang baru. Dengan pendaftaran ini, hak dibuat [Kolkman,
Verstappen & Vonck 2011: 39]. Dalam sistem ini, orang dapat segera melihat siapa
pemilik tanah (properti) itu karena data pendaftaran mencerminkan posisi yang
benar pada bidang tanah sehingga memenuhi prinsip cermin. Register selalu
merupakan otoritas final dan Negara menerima tanggung jawab untuk keabsahan
D. Kerangka Pemikiran
b. Persiapan Kota/Kabupaten
Berdasarkan Surat Dir.Jen. No.003/JUKNIS-300.UK.01/II/2019 Tanggal 1
Februari 2019 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Tanah Lengkap untuk
Kota/Kabupaten. Kegiatannya berupa perbaikan dan peningkatan Kwalitas data
(KW) yang terdiri dari 2 (dua) jenis: 1) Terpetakan, yaitu terdiri dari KW1, 2, 3; 2)
Belum terpetakan, yaitu terdiri dari KW 4, 5, 6.
Semuanya itu harus ditingkatkan menjadi KW1 sesuai maksud dan tujuan
Juknis, menghasilkan KW 1 terpetakan dan tervalidasi dengan akurat sesuai dengan
sikon di lapangannya. Kegiatan ini harus masuk bergabung ke dalam kwalifikasi
persyaratan menjadi desa/kelurahan lengkap di atas.
Selain 2 jenis kegiatan persiapan tersebut masih terdapat lagi kegiatan
layanan rutin yang berupa Peta Bidang Tanah (PBT) dari layanan:
1. Pendaftaran Pertama Kali, seperti permohonan hak baru, pembaharuan
hak, atas tanah negara dan pengakuan hak bekas tanah milik adat.
2. Pemeliharaan Data, seperti pemecahan, pemisahan penggabungan
A. Format Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan kajian terhadap pelaksanaan
kegiatan pendaftaran tanah stelsel positip di negara lain dan hasil penelitian yang
sudah dilakukan terlebih dahulu. Hasil penelitian terdahulu yang menjadi bahan
masukan adalah Kajian dari Bappenas yang dilakukan pada tahun 2016. Kajian juga
dilakukan dengan melakukan studi pustaka berdasarkan literatur dan peraturan
perundangan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Dari hasil kajian
ini kemudian ditentukan variabel yang akan dicari dengan melakukan penelitian ke
lapangan.
Penelitian di lapangan dilakukan ke instansi yang sesuai dengan keperluan
data yang dikumpulkan. Pengumpulan data ini dalam rangka untuk mengambil
sampel data sesuai variabel yang sudah ditetapkan dalam kajian terdahulu. Sampel
data diambil pada kantor yang dipilih sesuai dengan tujuan pelaksanaan stelsel
positip yaitu untuk meningkatkan investasi ke dalam negeri. Dengan dasar ini maka
sampel data diambil pada Propinsi dimana Kabupaten/Kota ditetapkan menjadi
Kabupaten/Kota lengkap. Sampel data juga diambil pada Propinsi yang menjadi
tujuan investasi terbesar sesuai data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM).
Hasil pengumpulan data ini kemudian dilakukan analisa untuk mengetahui
sampai sejauh mana posisi yang telah dicapai dari rencana pelaksanaan stelsel
publikasi positif ini. Hasil analisa ini kemudian dipakai untuk membuat kesimpulan
dan rekomendasi dalam rangka menuju ke pelaksanaan Stelsel Publikasi Positip di
Indonesia.
F. Analisis Data
Penelitian atau riset itu bermakna pencarian, yaitu pencarian jawaban
mengenai suatu masalah. Dengan demikian yang disebut metode penelitian itu
pada asasnya merupakan metode atau cara dan/atau prosedur yang harus
ditempuh agar orang bisa menemukan jawaban yang boleh dipandang benar (dalam
arti true, bukan atau tidak selalu dalam arti right atau just) guna menjawab masalah
tertentu itu (Soetandyo Wignjosoebroto, 2002: 123).
Metode penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris bersifat
kualitatif yaitu penelitian hukum non doktrinal, yang dimaksudkan untuk
menemukan jawaban-jawaban yang benar dengan pembuktian kebenaran yang
dicari di atau dari fakta-fakta sosial yang bermakna hukum sebagaimana yang
tersirat dalam kehidupan sehari-hari, atau pula fakta-fakta tersebut sebagaimana
yang telah diinterpretasi dan menjadi bagian dari dunia makna yang hidup di
lingkungan suatu masyarakat tertentu (Soetandyo Wignjosoebroto, 2009: 121).
Adapun penelitian bersifat kualitatif adalah Menurut Sugiyono (2011),
metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
A. Kementerian ATR/BPN
Data dan informasi yang diperoleh dari Kementerian ATR/BPN didapatkan
dari Direktorat Jenderal Hubungan Hukum, Direktorat Jenderal Infrastruktur
Keagrariaan, Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Masyarakat Atas Tanah dan
Kepala Pusat Data dan Informasi.
A.2. Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Masyarakat Atas Tanah
Stelsel publikasi yang berlaku pada pendaftaran tanah adalah publikasi negatif
dan positif. Pada stelsel publikasi negatif, penelitian yang dilakukan tidak serumit
dalam stelsel publikasi positif. Pada stelsel Publikasi Positif, penelitian yang
dilakukan lebih rumit dan teliti. Hal ini dilakukan karena pada pendaftaran tanah
sistem positif, harus bisa dipastikan bahwa objek yang terdaftar dijamin
kepastian data fisik dan data yuridisnya. Selain data fisik dan yuridis yang valid,
pada pelaksanaan stelsel publikasi positif harus memenuhi beberapa
kondisi, diantaranya adalah dukungan dari personil yang terlibat, keterbukaan
informasi untuk pengetahuan masyarakat dan pelayanan online.
Untuk menjamin kepastian Data Fisik dan Data Yuridisnya maka pelaksanaan
stelsel publikasi positif dilakukan secara bertahap dimulai dari desa demi desa. Pada
suatu desa untuk bisa diberlakukan stelsel publikasi positif, maka harus dinyatakan
bahwa desa tersebut merupakan desa lengkap. Yang dimaksud dengan desa
lengkap adalah terdaftar semua bidang tanah. Setelah dinyatakan sebagai desa
lengkap, maka ada suatu periode waktu yang disediakan untuk dipergunakan
memperbaiki kesalahan administrasi atau kesalahan pada data fisik dan data
yuridis. Periode waktu ini dipergunakan bagi masyarakat atau para pihak yang
berkepentingan atas bidang tanahnya untuk melakukan revisi baik fisik maupun
yuridis atau bahkan untuk melakukan gugatan atas bidang tanah tersebut. Hasil dari
kegiatan ini dipergunakan untuk memperbaiki baik data fisik maupun data yuridis.
Setelah periode waktu yang disediakan habis, maka dianggap bahwa sudah
tidak ada klaim ataupun gugatan lagi atas data fisik dan data yuridis sehingga data
fisik dan data yuridis dianggap sudah benar. Agar jangan sampai terjadi kekeliruan
pada penerbitan sertipikat, maka data fisik dan data yuridis harus benar benar valid
sebagai jaminan terhadap keberhasilan pelaksanaan stelsel publikasi positif.
Dari Propinsi DKI, Kantor Pertanahan yang mempunyai kualitas data tertinggi
adalah Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Utara dengan presentase
sebesar 99.79 %. Kualitas data paling rendah adalah di Jakarta Timur sebesar 94.59
%. Buku Tanah valid tertinggi adalah di Jakarta Utara, terendah adalah di Jakarta
Timur. Persil Valid tertinggi di Jakarta Pusat, terendah di Jakarta Timur.
C. Kantor Pertanahan
C.1. Kantor Pertanahan Kota Administratif Jakarta Selatan
Wilayah kerja Kantor Pertanahan Jakarta Selatan terdiri dari 10 Kecamatan
dan 65 Kelurahan. Kantor Pertanahan Jakarta Selatan sedang mempersiapkan
semua kecamatan di Jakarta Selatan untuk menjadi Kecamatan Lengkap.
Pelaksanaan dari 10 kecamatan yang terdiri dari 65 Kelurahan lengkap ini dilakukan
sesuai dengan aturan pada Juknis Kota Lengkap yang dikeluarkan Direktorat
Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Untuk mendukung rencana ini sudah dilakukan
scanning Buku Tanah, Surat Ukur dan Warkah pada tahun 2018 dan 2019.
Untuk penetapan kecamatan sebagai kecamatan lengkap terkendala dengan
adanya pemekaran wilayah kecamatan, seperti yang terjadi pada Kecamatan
Cilandak (disebabkan berbatasan dengan Kecamatan Depok) dan Kecamatan
Pesanggrahan (disebabkan wilayah pemekaran dari Kabupaten Tangerang). Salah
satu kecamatan yang akan segera ditetapkan menjadi Kecamatan lengkap yaitu
Sumber: Bid. Pengelolaan Data dan Informasi Pertanahan dan Tata Ruang Kementerian ATR/BPN, Juni 2016.
Sumber: Bid. Pengelolaan Data dan Informasi Pertanahan dan Tata Ruang Kementerian ATR/BPN, 2018.
Dari total jumlah bidang tanah yang ada di Indonesia sejumlah ± 126 juta
bidang tanah, masih terdapat sisa bidang tanah yang belum terdaftar sejumlah ± 58
juta bidang tanah. Sisa bidang tanah yang belum terdaftar ini akan
diselesaikan pada tahun 2024 sesuai PTSL Renstra 2021 – 2024. Hal ini sebagai
upaya untuk mewujudkan Kabupaten/Kota yang sudah lengkap pemetaan dan
pendaftaran tanahnya. Apabila hal ini bisa terwujud, maka nilai kualitas
Administrasi Pertanahan bisa meningkat yang pada akhirnya akan menaikkan nilai
Registering Properties yang merupakan salah satu unsur yang dinilai dalam
menentukan peringkat Ease of Doing Busines.
Dari tabel 6 di atas bisa dilihat peringkat Ease of Doing Business dari
beberapa negara dengan parameter yang dijadikan penilaian, yaitu Starting a
Business, Dealing with Construction Permits, Getting Electricity dan Registering
Property (tidak semua parameter ditampilkan dalam tabel). Seperti bisa dilihat
peringkat paling tinggi di negara Asean adalah Singapore yang berada pada
peringkat 2, Singapura mencatatkan poin tertinggi yaitu 86.2 dan Malasia pada
peringkat ke 12 dengan score 81.5, namun untuk peringkat Registering Property,
peringkat yang dicapai Singapura dan Malaysia masih kalah dari peringkat yang
dicapai Qatar, dimana Qatar menempati ranking 1 sementara Singapura dan
Malaysia menempati ranking 21 dan 33. Hanya untuk peringkat Ease of Doing
Business Qatar berada jauh di bawah Singapura dan Malaysia yaitu berada pada
peringkat 77. Sementara Indonesia berada pada peringkat 73 dengan score 69.6,
terpaut sedikit dengan Vietnam yang berada pada peringkat 70 dengan score 69.8.
Walaupun score untuk Ease of Doing Business terpaut sedikit, untuk peringkat
Registering Property Indonesia terpaut jauh dengan Vietnam, Indonesia berada
pada peringkat 106 sementara Vietnam berada pada peringkat 64. Menarik untuk
dilihat bagaimana Qatar yang menempati peringkat pertama dalam Registering
Property namun dalam peringkat Ease of Doing Business Qatar berada pada
peringkat 77. Untuk bisa melihat lebih jelas mengenai peringkat beberapa negara di
Di bawah ini adalah tabel masing masing propinsi, (a) adalah data akhir
bulan Pebruari 2020 dan (b) adalah data akhir bulan Juli 2020.
1. DKI Jakarta
DKI Jakarta merupakan propinsi yang merupakan tujuan investasi luar negeri
terbesar kedua setelah Jawa Barat pada tahun 2019 dan 2020, hal ini bisa dilihat
dari laporan kuartal kedua BKPM. Dengan wilayah seluas 66.233 Ha investasi yang
masuk ke Propinsi DKI sebesar 13 % pada tahun 2020, naik dari tahun 2019 yang
sebesar 12.5 %.
Kementerian ATR/BPN telah menetapkan Kota Administratip di DKI sebagai
kota lengkap untuk tahun 2020. Pencanangan Kota lengkap ini adalah dalam rangka
mewujudkan rencana Kementerian ATR/BPN untuk melaksanakan Stelsel Positif
yang bertujuan untuk lebih memberikan peluang kepada investor luar negeri
dalam berinvestasi di DKI. Dari tabel 8.a. dan 8.b. di bawah bisa dilihat
perkembangan dari Persentase Persil valid, Buku Tanah Valid dan Kualitas Data dari
masing masing Kota Administratip di DKI per periode Pebruari dan Juli 2020.
Di lihat dari klasifikasi capaian persil valid, nampak bahwa pada data bulan
Pebruari capaian persil valid di Jakarta Timur tergolong sedang (40% - <60%),
Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Utara Tinggi (60 % - < 80%) dan Jakarta
Pusat Sangat Tinggi (>80%). Sedangkan pada bulan Juli, capaian persil valid di
Jakarta Timur dan Jakarta Barat tergolong sedang (40% - <60%), Jakarta Selatan,
Jakarta Utara dan Jakarta Pusat Tinggi (60 % - < 80%). Penurunan pada presentasi
persil valid yang terjadi pada bulan Juli diakibatkan karena ada adjustment dengan
bidang sekitar karena proses pemecahan atau pemisahan atau proses lainnya.
Sedangkan untuk Persentase Buku Tanah Valid pada bulan Pebruari , capaian dari
Jakarta Timur tergolong tinggi (60 % - < 80 %) sedang Jakarta Barat, Jakarta Utara,
Jakarta Pusat, Jakarta Selatan tergolong sangat tinggi ( > 80 %). Pada bulan Juli,
capaian Jakarta Timur meningkat tapi masih tergolong dalam katagori tinggi (60 % -
< 80 %) sedang Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara
sangat tinggi ( > 80 %), dengan Jakarta Utara mencapai 99.83 %, sedikit lagi
menjadi 100 %. Untuk Kualitas Data, masing masing kota sudah pada golongan
sangat tinggi (> 80 %).
Untuk melihat capaian persil valid dan buku tanah valid pada masing masing
desa/kelurahan, bisa dilihat pada tabel 9.a. dan 9.b. di bawah yang menunjukkan
Persentase capaian validasi persil dan buku tanah di Jakarta Selatan.
Prosentase Persil valid yang ditampilkan pada tabel 9.a. adalah capaian
persil valid maksimum dan minimum dari masing masing kelurahan dalam satu
kecamatan, untuk capaian semua kelurahan dapat dilihat pada lampiran 1. Dari
tabel 9.a. bisa dilihat bahwa Persentase persil valid tertinggi adalah kelurahan
Gandaria Utara dengan capaian 87.36 %, sedang Persentase capaian terendah
Tabel 9.b. memperlihatkan prosentase capaian dari Buku Tanah valid untuk
masing masing kelurahan, ada beberapa kelurahan yang sudah mencapai 100 %
Persentase Buku Tanah Valid, yaitu kelurahan Manggarai, Mampang Prapatan,
Kuningan Barat dan Senayan, untuk prosentase terendah adalah kelurahan
Petukangan Selatan dengan capaian 98.88 %. Untuk capaian Persentase Buku Tanah
valid, semua kelurahan di Jakarta Selatan sudah melampaui 98 %.
Pada tabel selanjutnya yaitu tabel 10.a. dan 10.b. bisa dilihat capaian Persil
valid dan Buku Tanah valid dari masing masing kelurahan di Jakarta Utara.
Prosentase Persil valid yang ditampilkan pada tabel 10.a. adalah capaian
persil valid maksimum dan minimum dari masing masing kelurahan dalam satu
kecamatan di Jakarta Utara, untuk capaian semua kelurahan dapat dilihat pada
lampiran Lampiran 2. Dari tabel 10.a. bisa dilihat bahwa ada beberapa kelurahan
yang mencapai Persentase persil valid 100 % yaitu kelurahan Pulau Kelapa, Pulau
Pari dan Rawa Badak Utara, selain itu ada beberapa kelurahan yang capaian persil
valid sudah mencapai di atas 95 %. Sedang Persentase capaian terendah adalah
pada Kelurahan Pademangan Timur dengan capaian 64.65 %.
Tabel 10.b. memperlihatkan prosentase capaian dari Buku Tanah valid untuk
masing masing kelurahan, ada beberapa kelurahan yang sudah mencapai 100 %
Persentase Buku Tanah Valid, yaitu kelurahan Pulau Kelapa, Pulau Panggang, Pulau
Pari, Pulau Untung Jawa dan Ancol, untuk prosentase terendah adalah kelurahan
Pejagalan dengan capaian 99.76 %. Untuk capaian Persentase Buku Tanah valid,
semua kelurahan di Jakarta Utara sudah melampaui 98 %.
Tabel 11 Jumlah Buku Tanah Valid dan Persil Valid di Kelurahan di Jakarta Selatan
dan Jakarta Utara
Kota Buku Tanah Persil Valid
No Administratif > 98 % > 95 %
1 Jakarta Selatan 65 0
2 Jakarta Utara 37 27
2. Jawa Tengah
Data dari Jawa Tengah dibuat peringkat Persil valid, Buku Tanah Valid dan
Kualitas Data bisa dilihat pada table 12.a. dan 12.b. dibawah ini.
Tabel 12.a. Peringkat Jawa Tengah bulan Pebruari
Dari data yang didapat untuk propinsi Jawa Tengah, bisa dilihat bahwa pada
tabel 12.a., yang mencapai hasil tertinggi untuk Persil valid adalah Kota Surakarta,
hal mana sejalan dengan dijadikannya Kota Surakarta sebagai salah satu Kota
lengkap. Peringkat kedua adalah Kabupaten Semarang dan peringkat ke tiga adalah
Kota Semarang. Dari ketiga kantah ini, apabila dilihat Persentase persil valid
tehadap Buku Tanah, maka kota Semarang adalah yang mempunyai Buku Tanah
terbanyak disusul kabupaten Semarang dan kota Surakarta. Laju penambahan
Persentase persil valid di Kota Surakarta melebihi melebihi laju penambahan yang
terjadi di Kabupaten Semarang. Hal ini bisa dilihat pada data yang diambil pada
bulan Juli 2020 pada tabel 12.b., dimana Kota Surakarta bertambah sebanyak 1.36
%, sedangkan Kabupaten Semarang hanya bertambah sebanyak 0,29 % dan .
Jikalau tendensi ini terus berjalan maka Persentase persil valid kota Surakarta dalam
hal Persentase persil valid akan bertambah dengan signifikan.
Pada table 12.b yang menggambarkan data pada bulan Juli 2020, peringkat
tiga besar Persil valid berubah, yang pertama tetap Kota Surakarta, kedua
Kabupaten Brebes dan ketiga Kota Tegal. Kabupaten Brebes dan Kota Tegal
mengalami kemajuan yang signifikan. Kabupaten Brebes yang semula 50.96 %
menjadi 66.10 % mengalami kenaikan sebesar 15.14 %, sedangkan Kota Tegal naik
dari 47.60 % menjadi 64.33 %, mengalami kenaikan sebesar 16.73 %. Kenaikan
pada Kabupaten Brebes terasa signifikan karena jumlah Buku Tanah yang jauh lebih
banyak dari Kota Tegal yaitu 334.277 dibanding 82.537 (per Juli 2020). Kenaikan
Pada periode selanjutnya yaitu bulan Juli 2020 yang ditunjukkan pada table
13.b, peringkat tiga besar berubah dan sekarang ditempati oleh Madiun, Pacitan
dan Probolinggo masing masing dengan capaian berturut turut 64.56 %, 64.29 %dan
61.26 %. Yang menarik adalah peringkat yang dicapai oleh kota Surabaya II yang
sebelumnya berada pada peringkat 33 pada tanggal 22 Pebruari, pada periode
bulan Juli 2020 kota Surabaya II berada pada peringkat 4 dengan capaian
4. Jawa Barat
Propinsi Jawa Barat terdiri dari 27 Kabupaten/Kota dengan Kabupaten
terluas adalah Kabupaten Sukabumi dengan luas 4.145.70 Ha dan Kabupaten
terkecil adalah Kabupaten Purwakarta dengan luas 825.74 Ha yang berturut turut
merupakan areal seluas 11.72 % dan 2.33 % dari wilayah Propinsi Jawa Barat. Dari
tabel 14.a. di atas bisa dilihat Persentase capaian persil valid dari masing masing
Kabupaten/Kota, Kota Cirebon mencapai 73.68 % diikuti oleh Kabupaten Bandung
dan Pangandaran dengan 50.55 % dan 39.86 %. Yang menarik di sini adalah
Kabupaten Bandung dimana Buku Tanah yang ada adalah sebanyak 530.142.
Dengan capaian Persentase persil valid sebesar 50.55 % maka jumlah buku tanah
yang persilnya sudah merupakan persil valid sudah melebihi dari jumlah Buku Tanah
di Kota Cirebon yang mempunyai Buku Tanah sebanyak 86.082.
Kabupaten dengan jumlah Buku Tanah yang terbanyak adalah Kabupaten
Bogor dan Kabupaten Bekasi, masing masing dengan jumlah Buku Tanah sebanyak
964.524 dan 956.865. Pada dua Kabupaten ini, Persentase persil valid masing
masing adalah 31.92 % dan 25.72 %. Khusus untuk Kabupaten Bekasi, dengan
jumlah Buku tanah sebanyak 956.865 merupakan suatu jumlah yang luar biasa
mengingat luas Kabupaten Bekasi yang kurang dari setengah luas Kabupaten Bogor
dimana luas Kabupaten Bekasi adalah 1.224,88 Ha sedangkan luas Kabupaten Bogor
adalah seluas 2.710,62 Ha. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi
Kabupaten Bekasi dalam meningkatkan Persentase persil valid. Akan tetapi capaian
dari Kabupaten Bekasi adalah lebih baik dibandingkan dengan beberapa
Kabupaten/Kota lainnya, mengingat Kabupaten Bekasi pada periode Pebruari 2020
berada pada peringkat ke 10 dari 27 Kabupaten/Kota se Jawa Barat. Bahkan
5. Banten
Propinsi Banten merupakan wilayah penyangga dari Propinsi DKI Jakarta
yang terletak di ujung barat pulau Jawa, terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota dan
luas wilayah sebesar 916.070 Ha. Karena letaknya yang di ujung barat pulau Jawa,
Propinsi Banten juga merupakan pintu gerbang pulau Jawa dan Sumatera. Karena
alasan ini dan karena Propinsi Banten juga merupakan tempat tujuan Investasi baik
asing maupun domestik, maka propinsi Banten menjadi salah satu Propinsi yang
dilakukan analisa pada penelitian kali ini.
Dari tabel 15.b. yang merupakan data bulan Juli 2020, terjadi perubahan
pada posisi tiga besar, posisi pertama masih Kabupaten Lebak, diikuti Kabupaten
Serang, sedangkan Kota Tangerang melesat ke posisi ketiga dengan pencapaian
persil valid mencapai 41.57 % sedangkan Kota Cilegon tergeser ke posisi ke empat.
Naiknya Kota Tangerang ke posisi ke empat karena keberhasilan menambah
Persentase persil valid sebesar 26.70 % dari semula 14.87 % menjadi 41.57 %.
Capaian ini adalah merupakan suatu hasil yang luar biasa bagi Kota tangerang yang
dalam kurun waktu selama lima bulan bisa menhasilkan peningkatan sebanyak
26.70 % sehingga dari semula berada pada posisi paling bawah pada Pebruari 2020
menjadi pada posisi keempat pada Juli 2020. Dilain pihak, Kabupaten Tangerang
dan Kota Tangerang Selatan juga mengalami peningkatan, namun peningkatan yang
dicapai tidak setinggi Kota Tangerang. Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang
Selatan mengalami peningkatan sebesar 3.54 % dan Kota Tangerang Selatan sebesat
3.41 %.
6. Sulawesi Tengah
Propinsi Sulawesi Tengah sebenarnya tidak termasuk dalam propinsi yang
akan dilakukan analisa mengenai Persentase persil valid, karena dari Propinsi ini
tidak ada yang ditunjuk untuk dijadikan Kabupaten/Kota Lengkap. Akan tetapi
setelah melihat dari laporan Kuartal kedua Badan Koordinasi Penanaman Modal,
yang menunjukkan bahwa Propinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah tujuan
investasi luar negeri, maka dilakukan analisa data terhadap Persentase persil valid
yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah.
Propinsi Sulawesi Tengah merupakan Propinsi terluas di pulau Sulawesi,
dengan luas wilayah 6.184.129 Ha dan terdiri dari 12 Kabupaten/Kota. Kabupaten
teluas adalah Kabupaten Morowali, yang luasnya melebihi luas propinsi Banten,
dengan luas 1.000.428 Ha yang merupakan 16.18 % dari luas wilayah propinsi
Sulawesi Tengah. Sedangkan Kabupaten terkecil adalah Kabupaten Banggai Laut
dengan luas 72.567 Ha yang merupakan 1.17 % dari luas wilayah propinsi Sulawesi
Tengah.
Pada tabel 16.b. bisa dilihat perkembangan capaian setelah lima bulan
berjalan, bisa dilihat bahwa Kabupaten Tojo Una Una yang semula berada
diperingkat menjadi berada di peringkat satu dengan capaian sebesar 40.04 % atau
naik sebesar 6.16 %. Sedangkan peringkat kedua adalah Kota Palu dengan capaian
sebesar 38.84 % atau naik sebesar 0.84 %. Kabupaten Buol yang semula berada
pada posisi dua dari bawah, naik ke posisi ke tiga dengan capaian sebesar 25.71 %
atau naik sebesar 16.12 %. Peningkatan dari Kabupaten Buol ini adalah merupakan
yang tertinggi di propinsi Sulawesi Tengah. Capaian tertinggi kedua dibukukan oleh
Kabupaten Morowali Utara dengan peningkatan sebesar 12.80 %, dari semula 12.81
% menjadi 25.62 % sehingga posisinya naik ke peringkat ke empat. Kabupaten
7. Maluku Utara
Dari laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal kuartal kedua tahun 2020,
Maluku Utara adalah salah satu propinsi yang menjadi tujuan investasi dari negeri
(FDI = Foreign Direct Investment). Investasi dari luar negeri yang masuk ke propinsi
Maluku Utara adalah sebesar 7.3 % dari total Invastasi yang masuk ke dalam negeri.
Dengan luas wilayah 14.580.110 Ha, Propinsi Maluku Utara terdiri dari 9
Kabupaten/Kota. Luas wilayah propinsi Maluku Utara seluas 69.08 % atau
11.379.653 Ha merupakan wilayah lautan sedangkan sisanya yang 30.92 % atau
seluas 3.200.457 Ha merupakan wilayah daratan. Semua Kabupaten/Kota di
propinsi Maluku Utara mempunyai wilayah daratan dan lautan. Kabupaten yang
paling luas wilayah daratannya adalah Kabupaten Halmahera Selatan dengan luas
daratan 814.890 Ha, diikuti oleh Kabupten Halmahera Timur dengan luas 657.137
Ha dan Kabupaten Halmahera Utara seluas 389.690 Ha. Jika luas wilayah lautan juga
dihitung, maka Kabupaten terluas berturut turut adalah Kabupaten Halmahera
Selatan, Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Pulau Morotai dengan luas
3.963.330 Ha, 2.343.292 Ha dan 1.564.601 Ha (Sumber BKPM Prov. Maluku Utara).
Dari tabel 17.a. bisa dilihat bahwa Kabupaten/Kota yang paling tinggi
Persentase persil valid adalah Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera
Tengah dan Kabupaten Pulau Morotai masing masing dengan capaian sebesar 80.59
%, 72.03 % dan 67.40 % dengan jumlah Buku Tanah sebanyak 48.687, 31.900 dan
18.630. Kabupaten dengan jumlah Buku Tanah paling banyak adalah di Kabupaten
Halmahera Selatan dengan jumlah 59.285 dengan Persentase persil valid sebanyak
52.17 %.
Untuk melihat laju penambahan persil valid di propinsi Maluku Utara, pada
tabel 17.b. ditunjukkan capaian pada periode Juli 2020. Dapat dilihat bahwa terjadi
pergeseran pada capaian Persentase persil valid, dimana kota Tidore Keulauan
masih menjadi yang tertinggi dengan capaian sebanyak 80.81 %, akan tetapi
Kabupaten Halmahera Timur ganti menjadi yang terbanyak kedua dengan capaian
sebanyak 80.02 % dan Kabupaten Halmahera Tengah di posisi ketiga dengan
Dari tabel 18 Di atas bisa dilihat bahwa untuk Persil Valid, yang masuk
katagori sangat rendah ada di 5 propinsi yaitu di Jawa Timur, Jawa Barat, Banten,
Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, akan tetapi jumlah ini berkurang signifikan
pada periode Juli, dimana Jawa Timur dari 7 menjadi 1, Jawa Barat dari 12 menjadi
8, Banten dari 3 menjadi 1, Sulawesi Tengah dari 10 menjadi 7 dan Maluku Utara
tidak ada yang tergolong sangat rendah. Sebaliknya yang tergolong tinggi
bertambah yaitu Jawa Tengah dari 1 menjadi 4, Jawa Timur dari tidak ada yang
tergolong tinggi menjadi 4, sedang Maluku Utara yang tergolong sangat tingi dari 1
menjadi 2.
Untuk Buku Tanah valid juga mengalami penambahan yang signifikan, yang
tergolong sangat tinggi di Jawa Tengah bertambah dari 8 menjadi 10, Jawa Timur
dari 19 menjadi 24, Jawa Barat dari 2 menjadi 4, dan Banten dari 2 menjadi 3. Untuk
Buku Tanah valid tidak ada kabupaten/kota dengan Persentase yang tergolong
sangat rendah.
Untuk Kualitas Data pada kabupaten/kota Persentase paling rendah pada
katagori sedang, dengan 2 propinsi yang Persentase Kualitas Data pada
kabupaten/kota tergolong sangat tinggi yaitu DKI Jakarta dan Maluku Utara.
Walaupun semua data Persentase ini bersifat dinamis sampai waktu
penelitian ini dilakukan, akan tetapi dari gambaran di atas, secara umum semua
katagori Persentase baik Persil Valid, Buku Tanah Valid maupun Kualitas Data
mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini menggambarkan bahwa semua
Dari tabel 20 dapat dilihat penambahan Persentase Buku Tanah valid yang
signifikan dari beberapa kabupaten/kota, capaian tertinggi diraih oleh Kabupaten
Batang, disusul oleh Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Jombang, Kabupaten Tojo
Una Una, kota Bogor, Kabupaten Blitar, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Klaten, Kabupaten Morowali, Kabupaten Halmahera
Selatan, Kota Tidore Kepualuan, Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tangerang.
Dari capaian yang sudah dicapai oleh kabupaten/kota, Persentase Buku Tanah valid
relative lebih tinggi dari pada Persentase Persil Valid.
C. Kesimpulan
1. Kebijakan Pemerintah (Kementerian ATR/BPN) adalah mewujudkan
Pendaftaran Sistem Publikasi Positif sebagaimana telah dituangkan dalam
Roadmap tahun 2020-2025 Kementerian ATR/BPN maupun dalam draft
RUU Pertanahan, yang dilakukan secara bertahap.
2. Model Pendaftaran Tanah Sistem dengan Publikasi Positif dapat
menggunakan pada pendekatan Hak Atas Tanah yang tidak bisa digugat
(Indefeasible) dengan menggunakan 3 (tiga) prinsip yaitu: cermin, tirai dan
asuransi. Namun demikian ada prinsip asuransi perlu dipertimbangkan
Model Australia atau Model Malaysia.
3. Pertimbangan yang digunakan dalam rangka mewujudkan Pendaftaran
Tanah Sistem Publikasi Positif yang efisien, menjamin kepastian hukum dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah adalah:
a) Perbaikan dan peningkatan kualitas (KW) data base pendaftaran tanah
menjadi terpetakan KW.1 link up antara data spasial dengan data
tekstual dan valid serta akurat posisinya dalam lingkup desa/kelurahan
lengkap;
b) Nilai pada Registering Property dalam Ease of Doing Business;
D. Rekomendasi
1. Melengkapi substansi yang masih diperlukan untuk dituangkan dalam RUU
Pertanahan agar lebih menjamin kepastian hukum
2. Implementasi 3 (tiga) prinsip Pendaftaran Tanah Sistem Publikasi (Stelsel)
Positif tersebut dapat dituangkan di dalam UU agar mempunyai kekuatan
hukum yang kuat dan mengikat semua pihak.
3. Dalam rangka memenuhi standar nilai Registering Property dalam Ease of
Doing Business (EODB) dan perbaikan serta peningkatan kwalitas data
(KW), agar base pendaftaran tanah menjadi terpetakan KW.1 link–up,
tervalidasi dan teroposisi, maka Kementerian ATR/BPN perlu terus
menerus secara komprehensif melakukan penyempurnaan aplikasinya,
antara lain informasi tentang progres KW.1 tervalidasi dan tereposisi pada
setiap kantor pertanahan secara nyata dan real time terkontrol dan sebagai
pertimbangan penilaian kinerjanya
DAFTAR PUSTAKA
Apriyana, Nana. (2016). Studi Banding Mengenai Tata Ruang dan Pertanahan di
Inggris. Buletin Tata Ruang dan Pertanahan “Perwujudan Infrastruktur
Wilayah dan Nasional: Peran Tata Ruang dan Pertanahan. Edisi I hlm 22 – 24.
Carruthers, Penny. (2015). A Tangled Web Indeed: the English Land Registration Act
and Comparisons with the Australian Torrens System. UNSW Law Journal, 38,
1261 – 1299.
Dale, Peter. (1995). Cadastral Surveys and Records of Rights in Land. FAO Land
Tenure Studies 1. ISBN 92-5-103627-6.
Harsono, Boedi. 2008. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-
undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Hanstad, Tim. (1998). Designing Land Registration System for Developing Countries.
American University International Law Review, 13, 647-703.
Indiraharti, Novina S. (2009). Penerapan Sistem Torrens Dalam Pendaftaran Tanah
(Studi Komparatif Terhadap Sistem Pendaftaran Tanah di Indonesia dengan
Singapura. Clavia, 10, 107 – 125.
Septi Marryanti, dkk. 2018. Laporan Penelitian Strategi Percepataan Pendaftaran
Tanah Sistematik Lengkap. Pustlitbang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, 2018.
Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian ATR/BPN No. HR.01/1050-
100/VII/2020, Tgl. 15 Juli 2020 Hal: Pelaporan Output PTSL.
The World Bank, World-Bank-Report-06-Land-Administration: Enhancing Public
Sector Performan-Malaysia’s Experience with Transforming Land
Administration.
http://documents1.worldbank.org/curated/pt/928151510547698367/pdf/
121243-REVISED-World-Bank-Report-06-Land-Administration-FA-FULL-
Web-V2.pdf
The World Bank|Doing Business Measuring Business Regulations, 2020, ‘Ease of
Doing Business Rankings’, https://www.doingbusiness.org/en/rankings.
Wu, Richard dan Kepli, Mohd Yazid B. Z.(2011). Implementation of Land Title
Registration System in Malaysia: Lessons for Hong Kong. Malayan Law Journal
Articles, 1, 1 – 8.
Xavier, Grace. (2011). Indefeasibility of Title in Malaysia: The Revivification of
Deferred Indefeasibility under the Torrens System, Focus on Fraudulently
Obtained and Forged Titles. The Law Review, 138 – 156.
Zevenbergen, Jaap. (2002). System of Land Registration: Aspects and Effects. Delft:
Geodesy 51.