Apa yang paling menarik dan apa yang paling tidak menarik dari tulisan tersebut?
Kepadatan 640 jiwa/km² Melampaui batas Kepadatan 339 jiwa/km² (130 Masih berada
penduduk (247 jiwa/mil²) kepadatan tertinggi penduduk jiwa/mil²) dibawah batas
menurut untuk tanah pertanian menurut tipe kepadatan untuk desa
tipe (64-192 jiwa/mil²) ekonomi permulaan industri
ekonomi dan perdagangan
(192-256 jiwa/mil²)
Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Pertanian di
Desa Baturejo (Komunitas Sedulur Sikep)
Karakteristik Kategori
1323 Kepadatan 532 jiwa/km² Cukup tinggi
3735
Desa Baturejo Agraris
5058
Luas minimum Hanya 1,3% Sebagian besar
950
standar hidup petani petani tidak
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 yang memadai memiliki tanah memiliki luas
untuk ukuran di atas 1 ha lahan
Jumlah buruh tani (jiwa) lokal minimum
Jumlah petani sendiri (jiwa) (1,5 ha) untuk standar
Jumlah Petani (jiwa) hidup memadai
80 50
60 40
40 30
20
20 10
0 0
0,26- 0,26-
<0,2 0,51- >1 <0,26 0,5-1 >1
0,50 0,5
6 ha 1 ha ha ha ha ha
ha ha
Presentase Presentase
Pemilikan 73,01 20,06 5,6 1,31 Penguasaan 42,3 32,69 13,46 11,53
Lahan Lahan
Dimensi Ketersediaan Lahan
Strategi Ekspansi Strategi Populasi
Generasi 1
Jumlah Anak
1 anak 2 anak
Generasi 2
3 anak Lebih dari (>)3 anak
Generasi 3
12%
E
16% 44%
28%
Strategi
Strategi Resiprositas
Penguasaan Strategi
Lahan Kolektivitas
Tabungan Membagikan
bahan hasil panen
bangunan
Tabungan Menolak
kerabat/tabun combine
g harverster
an bakul
Dimensi Orientasi Penggunaan Lahan
Strategi
Strategi Strategi
agroekolog
otonomi kelangkaan
i
Lanskap
produktif
Lanskap Deaktivasi Lanskap
konsumtif (tidak digunakan) ekstraktif
Garapan
(lahan
pertanian) Tanah Sungai
Pekarangan
Balongan
(rawa)
Dimensi Stabilitas Komunitas
Regenerasi petani
Strategi teritorial
Pewarisan lahan
pertanian
Memahami Konsep Stuktur
Struktur (susunan) – cara sesuatu disusun atau dibangun
Stuktur sosial – konsep perumusan asas-asas hubungan antar individu dalam kehidupan
masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah laku individu.
1. warga baku – warga desa yang memiliki tanah pertanian, rumah dan tanah
pekarangan (orang baku, sikep, gogol kenceng, kuli/wong kenceng)
2. a. warga desa yang mempunyai rumah dan tanah pekarangan
(lindung, angguran kampung, kuli, sikep buri/sikep nomor dua, wong setengah kenceng)
b. warga desa yang mempunyai rumah di atas pekarangan orang lain (wong
dempel, menumpang, numpang karang)
3. a. warga desa yang kawin dan mondok di rumah orang lain, orang-orang tua,
penganten baru, orang baru (rangkepan, kumpulan, nusup, kempitan)
b. pemuda yang belum kawin (joko, sinoman)
Pelapisan Sosial Masyarakat Jawa Mengacu
pada Koentjaraningrat
Harta/kekayaan
Jenis mata pencaharian
Pengetahuan/pendidikan
Keturunan
Unsur biologis (dalam masyarakat bersahaja)
Lahan pertanian (seberapa besar pemilikan atau penguasaan seseorang terhadap
lahan pertanian akan menentukan seberapa tinggi kedudukan mereka dalam
masyarakat)
Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga seperti misalnya (tanah, uang, ternak
dan sebagainya) dalam jumlah yang sangat banyak, dianggap oleh masyarakat
berkedudukan di lapisan atas, mereka yang sedikit sekali atau sama sekali tidak memiliki
sesuatu yang berharga itu dalam masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PELAPISAN SOSIAL PADA MASYARAKAT DESA (SMITH &
ZOPT)
Tipe 1 Tipe 2
Apabila suatu desa tergantung sepenuhnya terhadap sektor pertanian, maka faktor tanah
sangat menentukan system stratifikasi sosial masyarakatnya.
Apabila desa memiliki akses terhadap industri lapangan pekerjaan yang memberikan
alternatif bagi mereka, maka stratifikasi sosial tidak lagi didasarkan atas luas sempitnya
pemilikan tanah, melainkan juga oleh kedudukan sosial-ekonomis mereka sebagai pekerja
industri atau jenis pekerjaan lainnya.
Industri atau lapangan kerja lain di luar sektor pertanian yang memberikan alternatif bagi
masyarakat desa akan mengaburkan pola stratifikasi sosial yang berdasarkan atas
pemilikan tanah.
3. BENTUK-BENTUK HAK MILIK ATAS TANAH
Hak milik atas tanah di sini berkaitan dengan hak-hak yang dimiliki seseorang atas tanah
yakni hak yang sah untuk menggunakannya, mengolahnya, menjualnya dan memanfaatkan
bagian-bagian tertentu dari permukaan tanah itu. Termasuk juga didalamnya hak guna atas
tanah (memperoleh hasil dari tanah bukan miliknya dengan cara menyewa, menyakap dan
lainnya).
Stratifikasi sosial dapat dilihat dari perbedaan tinggi-rendahnya kedudukan sosial seorang
buruh tani, penyakap, penyewa, pemilik-penggarap, penyewa-penggarap, setengah pemilik,
pemilik sepenuhnya, para manajer dan lainnya dalam pelapisan sosial masyarakat tani.
Dalam konteks ini, seorang petani penyewa sekalipun luas lahan yang dikuasai (disewa)nya
lebih luas daripada yang dimiliki oleh seorang petani pemilik, namun status sosialnya masih
lebih rendah disbanding petani petani pemilik itu.
4. FREKUENSI PERPINDAHAN PETANI DARI LAHAN PERTANIAN SATU
KE LAHAN PERTANIAN YANG LAIN
Seorang petani penggarap (bukan tanah miliknya) atau petani penyewa yang mapan dapat
memiliki kedudukan yang (hampir) sama dengan pemilik tanah (luas)
Namun petani penggarap atau penyewa yang sering berpindah-pindah memiliki
kedudukan yang lebih rendah, karena hanya dianggap sebagai petani penggarap sambilan
(sementara)
Konsep ini hanya tepat digunakan pada desa dengan pemilikan lahan pertanian yang luas,
tetapi jumlah tenaga kerja (penggarap) belum banyak.
Untuk daerah-daerah yang lahan pertaniannya sempit, tetapi jumlah tenaga kerja melimpah,
apabila tidak ada kesempatan untuk pindah, maka kedudukan petani akan semakin merosot
(menjadi petani gurem atau buruh tani)
5. KOMPOSISI RASIAL
Konteks khusus pada masyarakat di Amerika yang merupakan masyarakat pendatang dari
Eropa dan berbagai benua lainnya.
Kelompok ras tertentu akan cenderung bersifat eksklusif terhadap yang lain
Stratifikasi sosial cenderung akan terjadi dalam masing-masing kelompok rasial
CONTOH PELAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT
AGRARIS
1. Menguasai SDA dengan mekanisme pemilikan tetap
Petani Pemilik+Penggarap+Buruh
Tani 4. Menguasai SDA dengan mekanisme pemilikan tetap + menjadi buruh
tani
Petani Pemilik+Buruh tani
Petani Penggarap+Buruh Tani 6.Menguasai SDA melalui mekanisme pemilikan sementara +menjadi
buruh tani (tukanisma tidak mutlak)
Buruh Tani