SUPERSEMAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah.
Debi Ginarsyah
Ikbal Mubarok
Ia Rahmawati
Lusi Lawati
Tatang Suryana
Widi Anjungan
SMAN 1 SUKANAGARA
2014/2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan karunia – Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Supersemar”.
Makalah ini kami buat untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai
peristiwa Supersemar.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Kami harap, makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................................1
BAB II Isi...................................................................................................................................3
3.1 Simpulan...............................................................................................................................6
Daftar pustaka
i
BAB I
PENDAHULUAN
i
4. Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa Supersemar?
5. Jika Supersemar itu memang ada, dimanakah naskah surat itu berada?
6. Mengapa surat itu diserahkan kepada Soeharto, tidak kepada Jenderal – jenderal
lain yang jabatannya lebih tinggi dari Soeharto?
7. Bagaimana keadaan Indonesia setelah lahirnya Supersemar?
1.3 Tujuan dan manfaat
1. Untuk mengetahui apa itu Supersemar.
2. Untuk mengetahui pembuat atau perumus Supersemar.
3. Untuk mengetahui kronologi terjadinya peristiwa Supersemar.
4. Untuk mengetahui tokoh – tokoh yang terlibat dalam peristiwa Supersemar.
5. Untuk mengetahui tempat keberadaan Supersemar.
6. Untuk mengetahui alasan penyerahan surat tersebut.
7. Untuk mengetahui keadaan Indonesia setelah lahirnya Supersemar.
i
BAB II
ISI
Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani
oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, selaku Panglima Komando
Operasi Keamanan dan Ketertiban ( Pangkopkamtib ) untuk mengambil segala tindakan
yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
i
Surat kedua berasal dari pusat penerangan TNI AD. Surat ini terdiri dari satu
lembar dan juga berkop burung garuda. Ketika surat versi kedua tampak tidak serapi
pertama, tertulis nama Soekarno, versi bahkan terkesan amatiran. Jika versi pertama
kali tertulis nama Soekarno, versi kedua tertulis nama Soekarno.
Untuk versi ke-3, lebih aneh lagi. Surat yang terakhir diterima ANRI itu terdiri
dari 1 lembar, tidak berkop dan hanya berupa salinan tandatangan Soekarno di versi
ketiga ini juga tampak berbeda dari versi pertama dan kedua.
2.5 Pemerintahan setelah Supersemar
Setelah surat perintah tersebut diserahkan kepada Jendral Soeharto, Soeharto
langsung melakukan tindakan sesuai permsalahan yang sedang memanas. Keesokan
harinya setelah surat diberikan yaitu pada tanggal 12 Maret, Soeharto langsung
membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya. Pada tanggal 18 Maret, Soeharto
mengamankan 15 orang menteri yang diduga sebagai anggota PKI. Pada tanggal 27
Maret, Soeharto membentuk Kabinet Dwikora yang disempurnakan untuk
menjalankan pemerintahan yang berisi orang-orang yang tidak terlibat dalam G 30
S/PKI. Setelah semua tugas selesai, rakyat Indonesia meminta Presiden Soekarno
turun dari jabatannya menjadi presiden karena dianggap pro terhadap PKI. Pada
tanggal 22 Februari 1967 dengan penuh kebijaksanaan, Presiden Soekarno
menyerahkan kekuasaan kepada Jendral Soeharto. Hal itu disambut suka cita oleh
semua penduduk di Indonesia dan kekacauan pun mereda. Pada pemerintahan
Presiden Soeharto, lahirlah pemerintahan Orde Baru.
Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perkehidupan rakyat, bangsa dan negara yang
diletakan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
2.6 Supersemar diberikan di bawah tekanan.
Tanggal 9 Maret 1966 malam, Hasjim Ning dan M Dasaad, dua pengusaha
yang dekat dengan presiden Soekarno diminta oleh asisten VII Men/Pangad Mayjen
Alamsjah Ratu Prawiranegara untuk juga membujuk Presiden Soekarno agar
menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.
Jelas upaya ini sepengetahuan Letjen Soeharto. Keduanya kemudian mendapat surat
perintah yang ditandatangani sendiri oleh Men/ Pangad Letjen Soeharto yang menyatakan
bahwa mereka adalah penghubung antara Presiden Soekarno dan Men/ Pangad.Keduanya
berhasil bertemu dengan Presiden Soekarno pada 10 Maret 1966 di Istana Bogor.Hasjim Ning
menyampaikan pesan tersebut. Presiden Soekarno menjadi marah dan melempar asbak
i
kepadanya sambil berkata: “Kamu juga sudah pro- Soeharto!”Dari sini terlihat bahwa usaha
membujuk Soekarno telah dilakukan, kemudian diikuti dengan mengirim tiga orang jenderal
ke Istana Bogor. Sementara itu mantan Kepala Staf Kostrad Kemal Idris mengajukan satu
kalimat.
Katanya, ”Kalau saya tarik pasukan itu dari Istana, Presiden Soekarno tidak akan lari,
kan?” Dengan kata lain, dia ingin mengatakan,kalau ”pasukan liar” yang berada di bawah
komandonya ditarik dari sekeliling Istana belum tentu ada Supersemar. Seperti diketahui,
Brigjen Kemal Idris pada waktu itu mengerahkan sejumlah pasukan dari Kostrad dan RPKAD
untuk mengepung Istana.Tujuan utamanya adalah menangkap Dr Soebandrio yang ditengarai
bersembunyi di kompleks Istana.Memang pasukan-pasukan itu mencopot identitas mereka
sehingga tidak mengherankan Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur melaporkannya sebagai
”pasukan tidak dikenal” kepada Presiden Soekarno.
Sebetulnya banyak faktor yang terjadi sebelum tanggal 11 Maret 1966 yang semua
menjadikan semacam ”tekanan” yang berfokus terhadap Presiden Soekarno. Dan puncak dari
tekanan itu datang dari ketiga jenderal di atas. Bila tidak ada demonstrasi dan pasukan tak
dikenal yang mengepung Istana di Jakarta tentu peristiwa keluarnya Supersemar di Bogor
tidak terjadi.
i
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
i
DAFTAR PUSTAKA