Anda di halaman 1dari 18

341 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

DARI FEDERALIS KE UNITARIS:


STUDI KASUS SULAWESI SELATAN 1945-1950
Oleh Muhammad Amir
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km 7 Makassar 90221
Telp. (0411) 885119 Fax. (0411) 865166, 883748
Email: muhammad_amir66@rocketmail.com
Naskah diterima: 15 April 2010 Naskah disetujui: 30 Mei 2010
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan latar belakang dan
proses perubahan sistem ketatanegaraan dari federalis ke unitaris di Sulawesi Selatan
1945-1950. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode sejarah, yang
menjelaskan persoalan penelitian berdasarkan perspektif sejarah. Prosedurnya meliputi
empat tahapan, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber
(seleksi data), interpretasi (penafsiran), dan penyajian atau penulisan sejarah
(historiografi). Hasil kajian menunjukkan bahwa pembentukan Negara Indonesia Timur
(NIT) bukan semata-mata kehendak Belanda, melainkan juga keinginan sebagian
masyarakat yang menghendaki negara Indonesia berbentuk federal. Negara federal
diyakini tidak hanya sesuai dengan kondisi Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau,
etnis, dan budaya, tetapi juga akan memberikan kesempatan luas kepada pemerintah
tiap-tiap negara bagian untuk mengelolah potensi wilayahnya masing-masing. Namun
upaya untuk mempertahankan eksistensi NIT, kalah bersaing dengan semangat unitaris,
sehingga melapangkan terwujudnya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kata kunci: federalis, unitaris, dan otonomi.
Abstract
This study is intended to uncover and find out background and change process of
governance system from federalism to unitarian in South Sulawesi 1945-1950. Method
used in this research is historical method, which explainsresearch problem based on
historical perspective. Its procedure includes four steps, finding and collecting data
(heuristic), source critique (data selecting ), interpretation, and historiography. Result
of analysis shows that the establishment of East Indonesian Nation is not merely
Netherlands desire, but also the desire of certain community that intends to form federal
nation of Indonesia. Federal nation is considered not only appropriate with
Indonesian’s state consisting of many island, ethnics, and cultures, but also will give
widely opportunity to the government of each state to manage their own potential area.
Yet, the effort to preserve the existence of East Indonesian Nation is more dominitaed
by unitarian spirit, then it makes esay the establishment of Republic of Indonesian
Nation.
Keywords: federalism, unitarian, and autonomy.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 342

bentuk negara federal, yang kemudian


A. PENDAHULUAN
lebih dikenal dengan konflik politik
Setelah proklamasi kemerdekaan antara kelompok unitaris dan federalis.
Indonesia, Belanda bergegas kembali Bagi kelompok unitaris, pembentukan
ke Indonesia. Kehadirannya itu negara-negara federal merupakan taktik
mendapat penolakan dari sebagian dan strategi pemerintah Belanda untuk
besar rakyat Indonesia, sehingga H. J. menguasai kembali wilayah bekas
van Mook, wakil pemerintah Belanda Hindia Belanda dan sekaligus meng-
di Indonesia merancang suatu strategi hancurkan Republik Indonesia.
politik untuk memulihkan kembali Sedangkan kelompok federalis
kedudukan kekuasaan pemerintah memandang bahwa bentuk negara
kolonial Belanda di wilayah bekas federal merupakan sistem kenegaraan
jajahannya (Hindia Belanda), termasuk yang tepat untuk Indonesia mengingat
di Sulawesi Selatan. Strategi politik itu keadaan geografis, dan corak
dikenal dengan gagasan negara federal. kebudayaan yang beraneka ragam.
Atas kebijakan Sekutu yang Konflik politik antara kedua kelompok
menempatkan NICA (Netherlands itu terus berlanjut hingga berakhirnya
Indische Civil Administratie) sebagai riwayat NIT, yang kemudian melebur
bagian integral dari pasukan Australia ke dalam Negara Kesatuan Republik
(wakil Sekutu) di Sulawesi Selatan, Indonesia.
aparat-aparat NICA berhasil Bertolak dari uraian singkat ter-
mempengaruhi sebagian tokoh politik sebut, maka yang menjadi
dan raja-raja di daerah ini untuk permasalahan kajian ini adalah
bekerjasama guna mewujudkan bagaimana latar belakang dan proses
gagasan negara federal. Gagasan itu pembentukan NIT serta eksistensinya
secara resmi dibicarakan dalam hingga berubah menjadi negara
Konferensi Malino pada bulan Juli kesatuan. Perubahan sistem
1946. Seiring dengan tercapainya ketatanegaraan dari federalis ke unitaris
persetujuan Linggarjati, gagasan negara yang mewarnai perjalanan sejarah
federal semakin mendapat angin segar. Sulawesi Selatan 1945-1950, perlu
Persetujuan Linggarjati mengisyaratkan diungkapkan dan dijelaskan secara
pembentukan negara federal Indonesia, utuh. Oleh karena perubahan yang
kelak akan terdiri atas Republik terjadi selama Perang Kemerdekaan itu,
Indonesia, Borneo, dan Timur Besar tidak hanya patut untuk direnungkan
(Groote Oost). Gagasan itu akhirnya dan dipahami, tetapi juga bijaksana
terwujud menjadi kenyataan dalam untuk berdialog dengan masa lampau
Konferensi Denpasar, yang ditandai itu; membuka diri secara jujur dan
dengan terbentuknya Negara Indonesia penuh toleransi, agar kita dapat
Timur (NIT) pada tanggal 24 Desember menjadi lebih arif dan bijaksana di
1946 (Agung, 1992: 38). dalam membangun kekinian dan hari
Sejak awal proses pembentukan esok.
NIT, sesungguhnya telah diwarnai oleh
konflik politik antara mereka yang
menghendaki bentuk negara kesatuan
dengan mereka yang menghendaki

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


343 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

B. HASIL DAN PEMBAHASAN berstatus otonom dengan meliputi


wilayah Sulawesi, Maluku, Irian Barat,
1. Latar Belakang dan Proses
Kepulauan Sunda Kecil dan Pulau Bali
Pembentukan NIT
(Staatsblad 1936 No. 68;
Perang Pasifik Raya yang ber- Poelinggomang, 1995: 3).
akhir tanggal 14 Agustus 1945, men- Van Mook dalam mewujudkan
dorong Belanda kembali ke Indonesia strategi politiknya itu mengemukakan
untuk memulihkan kembali kedudukan alasan dan pemikiran yang dapat di-
kekuasaan pemerintahan kolonialnya. terima oleh tokoh masyarakat
Kenyataan yang dijumpai adalah sehubungan dengan rencana
terbentuknya Negara Kesatuan pembentukan NIT, antara lain bahwa
Republik Indonesia yang telah dalam bentuk negera federal dapat
diproklamasikan tanggal 17 Agustus dijamin kehidupan dari segenap
1945. H. J. van Mook yang menjadi golongan. Dengan demikian dapat
wakil pemerintah Belanda di Indonesia, ditempatkan suatu pembagian tugas
kemudian merencanakan membentuk yang terdapat antara pemerintah pusat
strategi “politik federal” (federale dan daerah (Kementerian Penerangan,
politiek), yang mendapat sambutan baik 1953: 80). Sebagian tokoh-tokoh
dari pemerintah Belanda. Pengumuman politik dan raja-raja di Sulawesi Selatan
strategi itu disampaikan pada tanggal menyambutnya dengan pertimbangan
10 Februari 1946, yang pada intinya lain dari skenario Belanda, yaitu
menyatakan bahwa rakyat Indonesia menjadikan negara federal NIT untuk
kelak dapat memutuskan secara bebas menghapus sistem pemerintahan yang
masa depan politiknya sendiri setelah sentralistik dan memajukan daerah
melalui periode persiapan tertentu, berdasarkan kemampuan sendiri.
dimana selama itu Indonesia menjadi Mereka ingin menjadikan NIT sebagai
negara bagian dari Nederland (Ijzereef, negara bagian dari negara Indonesia
1984: 1). Serikat dengan otonomi yang luas, agar
Tawaran pemerintah Belanda supaya NIT dapat mengatur rumah
itu kurang mendapat dukungan rakyat tangganya sendiri. Sebab, dengan
Indonesia, sehingga van Mook otonomi yang luas kemungkinan
merancang strategi untuk kesejahteraan masyarakat lebih dapat
memenangkan pengaruh Belanda terjamin. Namun bagi pemerintah
terhadap daerah di luar Jawa, Madura Belanda, pembentukan negara federal
dan Sumatra, khususnya Kalimantan merupakan suatu taktik dan strategi
dan Timur Besar (termasuk Bali dan untuk menguasai kembali wilayah
Lombok). Pilihan itu kemudian Hindia Belanda dan sekaligus
dijatuhkan pada Sulawesi Selatan yang menghancurkan dan melumpuhkan
direncanakan sebagai pusat NIT Republik Indonesia (Harvey, 1990:
(Negara Indonesia Timur) dengan 228).
ibukota Makassar. Daerah ini, Mengapa orang-orang nasionalis
berdasarkan ordonansi tahun 1936 No. yang terkemuka setuju untuk bekerja-
68 telah menjadi pusat wilayah sama dengan Belanda dalam NIT ?
“Governement van Grote Oost” G.R. Pantouw yang bekerja dengan Dr.
(Pemerintahan Timur Besar) yang Ratulangi dalam Sudara (organisasi

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 344

perjuangan kemerdekaan masa Jepang) sebagaimana diketahui bahwa Jakarta


dan PKR (Pusat Keselamatan Rakyat) waktu itu merupakan pusat
sebelum menjadi menteri penerangan penyelenggaraan pemerintahan
kabinet NIT pertama, menjelaskan Republik Indonesia.
bahwa ia dan Nadjamuddin Daeng Pembicaraan tentang
Malewa bekerjasama dengan van Mook pembentukan NIT dimulai di dalam
dalam bidang ekonomi karena melihat Konferensi Malino pada bulan Juli
rakyat sudah cukup menderita akibat 1946. Dalam pertemuan yang dihadiri
penjajahan Jepang. Mereka oleh pihak Belanda dan wakil-wakil
berpendapat bahwa melawan Belanda dari wilayah Indonesia Timur itu,
secara fisik adalah perbuatan sia-sia, timbul perdebatan serius tentang
maka ia dan Nadjamuddin mendesak bentuk negara dari peserta konferensi.
van Mook agar secepatnya membentuk Ada kelompok yang menghendaki
NIT (Harvey, 1990: 226). Pengakuan bentuk negara federal, sedangkan yang
Pantouw ini memberikan penjelasan lainnya menginginkan bentuk negara
bahwa NIT dibentuk bukan semata- kesatuan (unitaris). Perbedaan pendapat
mata kehendak Belanda, melainkan dari kedua kelompok ini
timbul dari kesadaran sebagian dilatarbelakangi oleh pandangan politik
masyarakat yang menginginkan negara masing-masing. Kelompok federalis
Indonesia berbentuk federal. Mereka melihat bahwa bangsa Indonesia terdiri
percaya bahwa bentuk negara federal atas beberapa kelompok etnis yang
akan memberikan kesempatan luas mempunyai ciri budaya masing-
kepada pemerintah tiap-tiap negara masing, di samping itu sifat-sifat
bagian untuk mengelolah potensi ekonomi yang berbeda antara pulau
wilayahnya masing-masing. Jawa dengan pulau-pulau di luar Jawa.
NIT yang akan berdiri sebagai Sementara kelompok unitaris melihat
satu negara bagian merupakan sarana bahwa bangsa Indonesia adalah bekas
untuk mencapai kesejahterakan rakyat. jajahan Belanda yang mempunyai
Perbedaan kondisi dan potensi yang perasaan historis yang sama (Harvey,
dimiliki antara pulau Jawa dan pulau- 1984: 10). Van Mook berusaha
pulau di luar Jawa merupakan dasar mempengaruhi peserta konferensi
pemikiran utama pembentukan NIT. tentang kemungkinan yang akan terjadi
Misalnya, dari segi jumlah penduduk, jika membentuk sistem unitaris, yaitu
pendidikan dan kebudayaan, Jawa lebih terjadinya keinginan dari suatu
maju dibanding dengan pulau-pulau di kelompok tertentu untuk menguasai
luar Jawa. Bahkan ada kekhawatiran atau memaksakan keinginanannya
bahwa orang Jawa yang berjumlah jauh kepada kelompok lain, yang pada
lebih besar, secara politik akan gilirannya mengundang terjadinya
mendominasi Indonesia yang merdeka perpecahan. Van Mook menyarankan
(Harvey, 1990: 223). Oleh karena itu, peserta agar menerima sistem federal
salah satu tujuan dibentuknya NIT dengan syarat bahwa bagian-bagian
adalah untuk membendung bahaya dari federasi itu haruslah merupakan
ekspansi Jawa dan sentralisasi wilayah-wilayah yang luas, mempunyai
administrasi dari pusat (Jakarta), potensi ekonomi, sosial dan politik

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


345 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

yang cukup mantap. Dengan demikian bentukan kabinet pertama NIT.


setiap federasi akan menunjang Akhirnya Nadjamuddin Daeng Malewa
federasi Indonesia menjadi satu berhasil menyusun kabinetnya yang
kesatuan yang kuat (Agung, 1985: terdiri dari sembilan menteri yang
104). masing-masing mengepalai satu ke-
Konferensi Malino kemudian menterian dan dilantik oleh Presiden
disusul dengan Perundingan Linggarjati NIT Soekawati di Jakarta pada tanggal
antara pemerintah Republik Indonesia 13 Januari 1947, yang dihadiri para
yang diwakili Sutan Syahrir dengan pejabat tinggi pemerintah Hindia
pemerintah Belanda yang diwakili oleh Belanda. Adapun susunan kabinet
Komisi Jenderal di bawah ketua Prof. Nadjamuddin Daeng Malewa I adalah;
Schermerhorn yang dimulai pada Perdana Menteri merangkap Menteri
tanggal 12 November 1946. Hasil Perekonomian (Nadjamuddin Daeng
perundingan yang diparaf pada tanggal Malewa), Menteri Uurusan Dalam
15 November 1946, mengisyaratkan Negeri (Ide Anak Agung Gde Agung),
pembentukan negara federal Indonesia, Menteri Kehakiman (Mr. Tjia Kok
yang kelak akan terdiri atas Republik Tjiang), Menteri Keuangan (M.
Indonesia, Borneo, dan Timur Besar,. Hamelink), Menteri Pendidikan (E.
Dengan tercapainya persetujuan itu, Katoppo), Menteri Penerangan (G. R.
maka dilangsungkan Konfensi Pantouw), Menteri Kesehatan (Dr. S. J.
Denpasar untuk mendirikan suatu Warrouw), Menteri Pekerjaan Umum
sistem ketatanegaraan di dalam dan Perhubungan (E.D. Dengah), dan J.
lingkungan negara Indonesia yang Tahya sebagai Menteri Sosial (Agung,
merdeka dan berdaulat sesuai dengan 1985: 181). Prosedur pembentukan
Persetujuan Linggarjati. Pada tanggal kabinet Nadjamuddin itu, mendapat
24 Desember 1946 berdirilah Negara kritikan yang cukup keras dari lawan-
Indonesia Timur (NIT) dengan ibukota lawan politiknya, termasuk anggota
Makassar yang mencakup wilayah di parlemen NIT. Hal ini merupakan salah
Indonesia bagian timur, yang di dalam satu hambatan bagi kegiatan kabinet
masa penjajahan Belanda dikenal yang dipimpinnya. Di samping itu,
dengan nama Timur Besar (Grote kedudukan pemerintah Hindia Belanda
Oost). Tjakorde Gde Rake Soekawati di Indonesia Timur masih terus
terpilih menjadi Presiden NIT yang berlangsung, yang berarti bahwa
pertama, Tadjoeddin Noor kemudian Kabinet Nadjamuddin belum memiliki
dipilih menjadi ketua parlemen NIT, aparat pelaksana pemerintahan. Ini pun
dan Nadjamuddin Daeng Malewa dari menjadi masalah yang sulit, sehingga
Sulawesi Selatan sebagai formatur anggota kabinet ketika berada di
kabinet pertama NIT (Agung, 1992: Makassar – ibukota NIT, mereka tetap
38). tidak dapat berbuat banyak. Kenyataan
Setelah Konferensi Denpasar itu tidak dapat menepis tanggapan
ditutup, Presiden Soekawati bersama bahwa apa yang dicetuskan di
formatur kabinet Nadjamuddin Daeng Denpasar hanyalah merupakan boneka
Malewa, berangkat ke Jakarta untuk buatan Belanda (Kadir, 1984: 217).
melakukan pembicaraan dengan
pemerintah Belanda menyangkut pem-

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 346

2. Penataan Pemerintahan NIT (13) Soppeng Riaja, (14) Kassa, (15)


Sulawesi Selatan adalah salah Batulappa, (16) Alla, (17) Enrekang,
satu dari tiga belas daerah dalam (18) Maiwa, (19) Maluwa, (20) Buntu
wilayah Negara Indonesia Timur Batu, (21) Majene, (22) Pambuang,
(NIT). Daerah-daerah lain dalam (23) Balangnipa, (24) Binuang, (25)
lingkungan NIT itu adalah; Minahasa, Cenrana, (26) Tappalang, (27)
Sangihe dan Kepulauan Talaud, Mamuju, (28) Tanah Toraja, (29)
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bali, Buton, dan (30) Laiwui. Sementara
Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, kesembilan swapraja baru itu adalah;
Timor dan pulau-pulau sekitarnya, (1) Pangkajene, (2) Maros, (3) Takalar,
Maluku Selatan, dan Maluku Utara. (4) Jeneponto, (5) Bantaeng, (6)
Hal ini sesuai dengan hasil Konferensi Bulukumba, (7) Sinjai, (8) Selayar, dan
Denpasar, yaitu Pasal 14 tentang (9) Mekongga Kolaka. Akan tetapi
“Peraturan Pembentukan Negara Swapraja Buton dan Laiwui, serta
Indonesia Timur” (Kementerian swapraja baru Mekongga Kolaka, ter-
Penerangan,1953:102-121). Sebelum masuk Sulawesi Tenggara sekarang.
menjadi bagian dari wilayah NIT, Mengenai swapraja-swapraja asli itu,
Sulawesi Selatan berdasarkan dapat dilihat pada Peraturan
Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Pemerintahan Swapraja tahun 1938,
tahun 1938 berkedudukan sebagai kecuali Swapraja Tanah Toraja (1946).
Residentie Celebes en Pembentukan Daerah Sulawesi Selatan
Onderhoorigheden, yaitu salah satu tersebut, ditetapkan di Watampone
dari lima keresidenan dalam pada tanggal 18 Oktober 1948, dan
lingkungan Gouvernement Groote Oost kemudian disahkan oleh Residen
(Pemerintahan Timur Besar). Ke- Sulawesi Selatan Dr. J. van Der Zwaal
residenan lainnya adalah; Keresidenan atas nama Pemerintah NIT di Makassar
Manado, Keresidenan Maluku, Ke- pada tanggal 12 November 1948
residenan Bali dan Lombok, dan (Depdagri, 1991: 189,177 dan 292).
Keresiden Timor dan Daerah Takluk- Pada mulanya, pemerintah
nya (Staatblad 1938 No. 264). Hampir kolonial Belanda sengaja membiarkan
semua daerah dalam wilayah NIT, dua pemerintahan berjalan bersama-
kecuali Minahasa dan Maluku Selatan sama dalam NIT, yaitu aparat NIT dan
beranggotakan swapraja-swapraja Residen Sulawesi Selatan. Residen
(Zelfbesturende Landschappen). Di masih tetap berfungsi karena Kepala
Sulawesi Selatan terdapat 30 swapraja Daerah belum ditunjuk, sehingga ia
(landschap) lama dan 9 swapraja baru berfungsi sebagai Kepala Daerah.
(neolandschap) yang diakui sebagai Sementara dalam struktur NIT sendiri
bagian dari Daerah Sulawesi Selatan. terdiri dari Presiden sebagai Kepala
Adapun ketiga puluh swapraja Negara, Perdana Menteri sebagai
atau kerajaan itu adalah; (1) Gowa, (2) pimpinan pemerintahan yang
Bone, (3) Luwu, (4) Wajo, (5) memimpin para menteri, Residen,
Soppeng, (6) Sidenreng, (7) Rappang, Asisten Residen sebagai pimpinan
(8) Suppa, (9) Sawitto, (10) afdeling, Raja-raja sebagai pimpinan
Mallusetasi, (11) Barru, (12) Tanete, swapraja, Ketua Hadat sebagai

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


347 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

pimpinan neoswapraja (setingkat Lasandara, La Djere Daeng Marala,


dengan onderafdeling/ distrik), dan Nassa, Andi Iskandar, M. Akib,
yang paling bawah adalah kampung Bangsawan Daeng Lira, Malandjong
atau gabungan kampung. Untuk Kota- Daeng Liwang, A. M. Tahir, A.
praja Makassar, Walikota Mappangara, A. Boerhanuddin, H.
(Burgemester) setingkat dengan Sewang Daeng Moentoe, Baoesat
Asisten Residen, namun tidak memiliki Daeng Sitaba, A. Pallawaroekka, dan
aparat setingkat Asisten Residen. Andi Idjo. Delapan orang di antara
Walikota langsung ke distrik (setingkat mereka ini mewakili Dewan Selebes
onderafdeling), kemudian untuk suku Selatan ke Konferensi Denpasar.
bangsa nonbumiputra ditunjuk Dewan ini bersidang untuk
kapiten/mayor atau kampung/ mendengarkan langsung hasil
gabungan kampung/wijk. Konferensi Denpasar dari Perdana
Sementara itu, Dewan Selebes Menteri Nadjamuddin Daeng Malewa
Selatan, yang sebelumnya dikenal pada tanggal 10-12 Februari 1947.
dengan Dewan Penasehat Sulawesi Tampil memberikan tanggapan dalam
Selatan atau Dewan Sementara sidang ini antara lain; Sonda Daeng
Sulawesi Selatan yang dibentuk pada Mattajang dan S. Hasan bin Achmad
tanggal 25 Februari 1946, Alamoedi. Hampir semua mereka dapat
beranggotakan 30 orang (di luar ketua, menerima hasil Konferensi Denpasar
tiga orang wakil ketua, dan seorang (Arsip Tator, No. 82).
penasehat). Residen Sulawesi Selatan Mengenai penataan
sekaligus Ketua Dewan dan lima pemerintahan dalam negeri sesuai
anggota dewan ini adalah orang dengan hasil Konferensi Denpasar,
Belanda. Masa tugas dewan ini Pasal 5 Peraturan Pembentukan NIT,
berakhir 23 Mei 1949, dan digantikan antara lain disebutkan bahwa negara
oleh anggota-anggota baru yang dipilih berkewajiban memperhatikan
secara langsung. Ketua dewan ketika kedudukan istimewa daerah-daerah
konferensi pembentukan NIT di swapraja. Kebijakan lebih lanjut
Denpasar tahun 1946 adalah Dr. Lion mengenai hal itu disampaikan oleh
Cachet, kemudian sejak 21 Juli 1948 Presiden NIT Soekawati dan Perdana
digantikan oleh Dr. J. van der Swaal Menteri Nadjamuddin pada sidang
(keduanya Residen Sulawesi Selatan), parlemen tanggal 22 April 1947.
didampingi oleh Wakil-wakil Ketua; Kemudian dipertegas lagi oleh Menteri
Sonda Daeng Mattajang, I. M. Urusan Dalam Negeri, Ide Anak Agung
Qaimuddin, Abdul Salam, dan Pe- Gde Agung pada sidang parlemen
nasehat dewan M. Sjafei. Anggota- tanggal 28 April 1947. Para pejabat
anggotanya antara lain adalah; Abdoel NIT itu menyinggung pentingnya
Havid, Theong Hong Tjing, P. H. kedudukan swapraja dalam NIT dan
Kramer, H. L. Lete, Hamelink, menekankan perlunya modernisasi dan
Leyssius, van Emstede, Ir. Diapari, demokratisasi pemerintahan kerajaan.
Andi Gappa, Sangkala Daeng Palili, A. Menurutnya, demokratisasi
Massarappi, Andi Ronda, Marzoeki pemerintahan kerajaan berarti
Daeng Marala, Abdoel Razak, Laode menempatkan orang-orang yang
Miki, S. Hasan bin Achmad Alamoedi, mampu yang mungkin tidak sesuai

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 348

dengan tingkatan aristokratnya untuk Ditekankan bahwa Hadat Tinggi tidak


melakukan pemerintahan kerajaan. akan mencampuri fungsi Dewan
Kalau rakyat merasa terwakili dalam Selebes Selatan dalam proses
pemerintahan, maka rakyat akan mempersiapkan undang-undang,
melihat pemerintah kerajaan sebagai penetapan anggaran, dan lain
bapak dan penghulu dari rakyat sebagainya. Pada pertemuan di
(Agung, 1985: 191-221). Sengkang itu, juga Raja Bone Andi
Pada masa Anak Agung menjadi Pabbenteng mengusulkan setiap
Perdana Menteri NIT, penataan struktur swapraja (lama dan baru) duduk dalam
kenegaraan yang sudah dicanangkan Gabungan Sulawesi Selatan, namun
sewaktu menjadi Menteri Urusan jumlah jatah/ wakil swapraja dalam
Dalam Negeri dalam Kabinet Hadat Tinggi ditentukan menurut
Nadjamuddin dan Warrouw diteruskan. jumlah penduduk di setiap afdeling,
Pola penentuan daerah yang sudah di- yaitu Afdeling Bone diusulkan tiga
ucapkannya setahun sebelumnya wakil, sementara Afdeling Luwu,
direalisasikan. Umpamanya Sulawesi Makassar, Parepare, Bantaeng, Mandar,
Selatan sebagai satu daerah merupakan dan Buton/ Laiwui masing-masing dua
gabungan dari semua swapraja lama orang wakil, sehingga seluruhnya
ditambah dengan daerah-daerah yang berjumlah 15 orang (Arsip Tator,
dulu diperintah secara langsung, yang No.72). Hasil pertemuan Sengkang ini
kemudian dibentuk swapraja-swapraja dibicarakan dalam rapat Dewan
baru atau yang dikenal sebagai Selebes Selatan (yang lama, Dewan
neolandschap. Pola semacam ini Penasehat Sulawesi Selatan) pada
berlaku untuk semua daerah-daerah tanggal 27 April 1948. Karena sebagian
lainnya di NIT. Bagi swapraja yang dari anggota dewan ini adalah para
belum memiliki dasar hukum, maka pimpinan swapraja, sehingga keputusan
dibuatkan surat keputusan baru, yang telah diambil itu dapat diterima
misalnya Swapraja Tanah Toraja (24 oleh Dewan Selebes Selatan.
Juli 1947), Hadat Bulu-kumba, Selayar, Pembentukan Gabungan
dan Jeneponto (4 Juni 1948), dan lain- Sulawesi Selatan yang terdiri atas 30
lain (Depdagri, 1991: 277). swapraja lama dan 9 swapraja baru
Rancangan tentang pembentukan ditetapkan di Watampone pada tanggal
Gabungan Sulawesi Selatan dan Dewan 18 Oktober 1948, dan kemudian
Selebes Selatan sudah dirampungkan disahkan oleh Pemerintah NIT pada
pada bulan September1947. Kemudian tanggal 12 November 1948. Hadat
Residen Sulawesi Selatan mengundang Tinggi yang merupakan badan pekerja
para raja dan pimpinan hadat untuk harian Gabungan Sulawesi Selatan
mengadakan pertemuan di Sengkang berfungsi sebagai eksekutif dengan
pada tanggal 12 April 1948. Dalam masa kerja empat tahun dan sesudah itu
pertemuan itu mereka bersepakat dapat dipilih kembali. Ketua Hadat
membentuk Gabungan Sulawesi Tinggi merupakan penguasa baru yang
Selatan, dengan Hadat Tinggi sebagai menggantikan kedudukan Residen
eksekutifnya, dan Dewan Selebes Sulawesi Selatan. Ia didampingi oleh
Selatan sebagai badan legislatif. seorang Ketua Muda dan 13 anggota

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


349 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

lainnya. Jadi jumlahnya 15 orang, Sebagian besar para menteri


sesuai dengan keputusan yang pernah yang duduk dalam Kabinet Anak
diambil dalam pertemuan di Sengkang Agung II tersebut masih muka-muka
tanggal 21 April, yang kemudian lama, kecuali Menteri Kesehatann Dr.
dimantapkan dalam pertemuan di J. W. Grootings yang menggantikan
Watampone tanggal 18 Oktober 1948. Dr. S. J. Warrouw. Selain itu kabinet
Terpilih menjadi Ketua Hadat Tinggi ini lebih ramping dari kabinet
(Raja Bone Andi Pabbenteng), Ketua sebelumnya. Adapun susunan kabinet
Muda (Raja Gowa Andi Idjo Karaeng ini adalah sebagai berikut; Perdana
Lalolang), dengan anggota-anggota; Menteri merangkap Menteri Urusan
Andi Singke, Andi Mappatoba, Andi Dalam Negeri (Ide Anak Agung Gde
Tjalla, Andi Mangkona, Abdoelgani, Agung), Menteri Kehakiman (Dr. Mr.
Andi Tjalo, Andi Moh. Tahir, Kamba, Ch. R. S. Soumokil), Menteri Per-
La Magga, Andi Borahima, Andi Lolo, ekonomian (Drs. Tan Tek Heng),
Sultan Buton, dan Sapati Kendari. Menteri Keuangan (M. Hamelink),
Mereka dilantik oleh pemerintah NIT Menteri Pendidikan (J.E. Tatengkeng),
dengan pesta kebesaran berupa parade Menteri Sosial (Mr. S. Binol), Menteri
berkuda dari Kerajaan Gowa pada Kesehatan (Dr. J. W. Grootings),
tanggal 12 November 1948. (Arsip Menteri Pekerjaan Umum dan Per-
Tator, No.72; Arsip NIT, No.3/c). hubungan (Ir. D. P. Diapari), dan
Selain penataan pemerintahan Menteri Penerangan (I. H. Doko). Pada
dalam negeri tersebut, Kabinet Anak tanggal 12 Maret 1949 Abdul Rajab
Agung juga sungguh-sungguh men- Daeng Massikki diangkat sebagai
jalankan politik perpaduannya (sintesa) Menteri Perekonomian dan semenjak
terhadap Republik Indonesia dan me- itu Drs. Tan Tek Heng bertindak
rangkul semua negara-negara dan sebagai Menteri Negara (Agung,
daerah-daerah di luar NIT untuk 1985:483). Kegiatan Kabinet Anak
mengusahakan agar secepatnya ter- Agung II ini lebih diarahkan untuk
wujud Negara Indonesia Serikat yang mengembangkan kerjasama antara
merdeka dan berdaulat. Itulah sebabnya sesama negara-negara bagian dan
ketika Belanda melancarkan Agresi daerah-daerah “ciptaan Van Mook”.
Militer II terhadap Republik Indonesia Kerjasama mereka itu kemudian
pada tanggal 19 Desember 1948, dikenal dengan Pertemuan
Kabinet Anak Agung meletakkan Musyawarah Federal (Bijeenkomst
jabatan dan mengembalikan mandat Federasi Overleg, disingkat BFO),
kepada Presiden NIT pada hari itu juga. yang bertujuan untuk mempercepat
Presiden Soekawati tidak bisa berbuat terwujudnya Negara Indonesia Serikat.
lain kecuali menerima pengunduran Upaya-upaya itu akhirnya melapangkan
diri Kabinet Anak Agung. Namun terlaksananya pertemuan Inter
Presiden NIT kembali meminta Anak Indonesia, yaitu antara negara-negara
Agung untuk membentuk kabinet yang anggota BFO dan Republik Indonesia
baru. Kabinet Anak Agung II di- di Yogyakarta (19-22 Juli) dan di
umumkan pada tanggal 12 Januari Jakarta (31 Juli-2 Agustus 1949). Hasil
1949. pertemuan Inter Indonesia itu
kemudian menjadi patokan pemikiran

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 350

bagi utusan dan wakil-wakil Indonesia Presiden/ Pemerintah diwajibkan


dalam Konferensi Meja Bundar mendengar pendapat Senat. Walaupun
(KMB). Dengan demikian menjelang Senat tidak berhak untuk menolak atau
berlangsunnya KMB, telah tercipta mengubah suatu rancangan undang-
perpaduan (sintesa) pendapat antara undang atau peraturan Presiden, tetapi
negara-negara bagian “ciptaan” mempunyai wewenang untuk menahan
Belanda dengan Republik Indonesia rancangan yang diajukan itu dan
untuk mewujudkan Negara Indonesia mengembalikan lagi kepada
Serikat yang merdeka dan berdaulat pemerintah. Dalam segala hal yang
(Kadir, 1984: 228-230; Agung, 1985: menyangkut pemerintahan umum,
493-595). Pemerintah dapat meminta nasihat
Pada masa Kabinet Anak Agung Senat, tetapi dalam hal-hal yang
II ini pula, penataan pemerintahan menyangkut persoalan daerah,
dalam negeri yang telah dicanangkan khususnya mengenai swapraja
sebelumnya tetap dilanjutkan. Pemerintah diwajibkan mendengar
Umpamanya pembentukan Senat NIT, nasihat Senat (Agung, 1985: 457 dan
yaitu terdiri atas seorang ketua dan 13 588).
anggota yang merupakan wakil yang Setiap peraturan yang dikeluar-
sudah pilih dari setiap daerah dalam kan oleh pemerintah NIT, harus
lingkungan NIT. Presiden NIT mendapat persetujuan dari Badan
melantik secara resmi Senat NIT pada Perwakilan Rakyat dan Senat. Dengan
tanggal 28 Mei 1949. Adapun anggota demikian Senat bersama Badan
Senat NIT itu adalah: W. A. Sarapil Perwakilan Rakyat merupakan
(Sangihe dan Talaud), M. P. Parlemen NIT. Selain itu, pemerintah
Tangkilisang (Minahasa), H. J. C. NIT juga membentuk tiga Komisaris
Manoppo (Sulawesi Utara), Soamir Negara, yaitu Utara, Tengah, dan
Raja Banggai (Sulawesi Tengah), Andi Selatan pada bulan Agustus 1949.
Sumangarukka (Sulawesi Selatan), Komisaris Negara Utara berkedudukan
Sultan Iskandar Moh. Syah (Maluku di Manado, meliputi daerah-daerah
Utara), Ir. J. A. Manusama (Maluku Minahasa, Sulawesi Utara, Sangihe-
Selatan), Alfons Nisnoni (Timor), Bapa Talaud, Sulawesi Tengah, dan Maluku
Kaya (Flores), Oemboe Toenggoe Billi Utara. Komisaris Negara Tengah
(Sumba), Laloe Madjakawang berkedudukan di Makassar, meliputi
(Sumbawa), Haji Hasyim (Lombok), daerah Sulawesi Selatan dan Maluku
dan I Gusti Ngurah Kante (Bali). Oleh Selatan. Komisaris Negara Selatan
karena W. A. Sarapil terpilih menjadi berkedudukan di Singaraja, meliputi
Ketua Senat, maka daerah Sangihe- daerah Bali, Lombok, Sumba,
Talaud berhak menunjuk lagi seorang Sumbawa, Flores, Timor dan daerah-
anggota untuk menggantikan W. A. daerah sekitarnya. Untuk Komisaris
Sarapil. Wewenang Senat terletak pada Negara Utara diangkat J. Gerungan dan
perundang-undangan dan memberi Komisaris Negara Selatan diangkat Mr.
nasihat kepada pemerintah. Karena itu Anak Agung Ngurah Ketut Djelantik
semua penyusunan perundang- (Arsip NIT, No.1 dan 12). Namun
undangan atau peraturan-peraturan pembentukan Komisaris Negara,

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


351 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

khususnya untuk Komisaris Negara 3. Kembali Ke Negara Kesatuan RI


Tengah tidak disetujui oleh Hadat Pertemuan antara wakil-wakil
Tinggi Sulawesi Selatan. Mereka dari Republik Indonesia, negara-
berpendapat bahwa kedudukan dan negara/daerah bagian yang diorganisir
kehormatannya akan dikurangi karena dalam Pertemuan Musyawarah Federal
harus memperhatikan petunjuk (Bijeenkomst Federaal Overleg, di-
Komisaris Negara yang bersangkutan, singkat BFO) dengan pemerintah
sekalipun kedudukannya hanya sebagai Belanda yang berlangsung di Den Haag
pejabat untuk mengawasi dan – Negeri Belanda dari tanggal 23
membantu pemerintah daerah. Itulah Agustus sampai dengan 2 November
sebabnya Komisaris Negara Tengah 1949. Hasil terpenting dari KMB itu
belum diangkat hingga bulan Desember adalah pemerintah Belanda akan
1949 (Agung, 1985: 673). “menyerahkan” kedaulatan sepenuhnya
Hadat Tinggi yang merupakan atas wilayah Indonesia (Hindia
badan pekerja harian Gabungan Belanda) kepada pemerintah Republik
Sulawesi Selatan berfungsi sebagai Indonesia Serikat (RIS) dengan tidak
badan eksekutif dan didampingi oleh bersyarat selambat-lambatnya pada
Dewan Selebes Selatan yang berfungsi tanggal 30 Desember 1949. Realisasi
sebagai badan legislatif. Sebelum dari rencana itu ternyata terjadi tiga
Dewan Selebes Selatan yang baru ter- hari sebelum jangka waktu yang
bentuk melalui pemilihan umum, ditetapkan, yaitu pada tanggal 27
Dewan Penasehat Sulawesi Selatan Desember 1949. Penyerahan
yang dulu dibentuk pada tanggal 25 kedaulatan tanpa syarat itu,
Februari 1946, masih tetap berfungsi mengandung arti bahwa tidak ada
hingga akhir masa tugas (23 Mei 1949) larangan adanya perubahan bentuk dan
dan digantikan oleh anggota-anggota struktur ketatanegaraan di kemudian
yang baru terpilih. Pemilihan anggota hari (Harvey, 1989: 153).
Dewan Selebes Selatan yang baru Selama berlangsunya KMB, pe-
selesai dilaksanakan pada tanggal 21 merintah Belanda membebaskan sekitar
April 1949. Dewan ini dipimpin oleh 12.000 orang tahanan antara bulan
Andi Burhanuddin (mantan Karaeng Agustus sampai dengan Desember
Pangkajene dan mantan tokoh PNI) 1949.1 Mereka yang ditahan itu, bukan
yang pro Republik. Seperti halnya
dalam Badan Perwakilan Sementara 1
Tampaknya jumlah tahanan berbeda
NIT, tidak sedikit anggota-anggota antara Republik dan pihak Belanda. Pihak
Dewan Selebes Selatan yang pro republik mengatakan jumlah tawanan diperkira-
Republik, termasuk ketuanya sendiri. kan 14.500 orang. Wakil Mahkota Belanda
Dalam sidang Dewan Selebes Selatan memberikan keterangan sejak berlakunya
penghentian tembak menembak sampai dengan
ditetapkan bahwa pembicaraan dalam 13 Desember 1949 telah diberikan amnesti se-
dewan harus memakai bahasa banyak 3.194 orang. Pihak Republik me-
Indonesia. Kalau ada anggota yang nyampaikan daftar orang yang dibebaskan sejak
memakai bahasa lain, ketua harus 10 Agustus sampai dengan 16 Desember1949
adalah sebanyak 7.862 orang, daftar itu menjadi
menjelaskan isinya kepada rapat dalam bertambah sejak periode 28 Desember 1949
bahasa Indonesia (Arsip Tator, No. 83). sampai 1 Maret 1950 sebanyak 4.414 orang.
Menteri Kehakiman RIS Mr. Soepomo

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 352

saja karena berjuang mempertahankan Jawa lebih dari 300 orang pejuang/TRI
proklamasi kemerdekaan, tetapi juga Sulawesi Selatan yang ditahan di
karena mereka menentang pemerintah penjara Nusakambangan. Mereka
Belanda yang hendak memulihkan kemudian diurus oleh Panitia
kembali pengaruh dan kedudukan Penerimaan Bekas Tawanan yang
kekuasaan kolonialnya di Indonesia. dibentuk sejak akhir 1949, dan panitia
Meskipun demikian, di Sulawesi ini melaporkan telah menampung
Selatan salah seorang pemuda pejuang sebanyak 1.410 orang tawanan, dan
kemerdekaan Indonesia, yaitu Robet sebagian dibantu mengembalikan ke
Wolter Mongisidi harus menerima Sulawesi Selatan. Sebagian dari para
hukuman mati di hadapan regu tembak tahanan itu adalah para raja atau
pada tanggal 5 September 1949. keluarga kerajaan yang anti Belanda
Sementara para tahanan lainnya yang (Arsip Bantaeng, No. 82; Arsip NIT,
dipenjarakan di Kota Makassar dan No.141 dan 142).
kota-kota lain di Sulawesi Selatan serta Berdasarkan hasil KMB antara
di luar wilayah Sulawesi Selatan juga lain dinyatakan bahwa sehubungan
dibebaskan, misalnya mantan Raja dengan penyerahan kedaulatan, maka
Bone Andi Mappanyukki yang penjagaan keamanan Indonesia menjadi
diasingkan Belanda ke Tana Toraja, tanggungjawab RIS. Koninklijke
mantan Datu Luwu Andi Djemma Marine (KM) atau Angkatan Laut
diasingkan ke Ternate, Dr. Ratulangi Belanda, Koninklijke Landmacht (KL)
dan Staf Gubernur Sulawesi diasingkan atau Angkatan Darat Belanda, dan
ke Serui (Irian Jaya), Karaeng Koninklijke Luchwacht atau Angkatan
Polombangkeng Padjongan Daeng Udara Belanda akan ditarik. Sedang
Ngalle dan Andi Depu dipenjarakan di Koninklijke Nederlands Indsche Leger
Makassar, dan lain-lain. Para tahanan (KNIL) akan diatur tersendiri
yang dipenjarakan di Kota Makassar pengorganisasiannya ke dalam APRIS
(Hogepad, Lajang, dan Tellokamp) (Chaniago, 2002: 380). Berpedoman
jumlahnya diperkiran lebih dari 500 pada hasil KMB dan penyerahan
orang, di Bulukumba berjumlah 762 kedaulatan itu, pemerintah RIS dalam
orang dan 618 orang di antaranya hal ini Menteri Pertahanan
dibebaskan pada awal Januari 1948. Di merencanakan untuk menempatkan
seorang perwira TNI di seluruh negara/
daerah bagian RIS untuk menjadi
menyampaikan dalam sidang Parlemen RIS Gubernur Militer yang akan menerima
tangal 11 Maret 1950, bahwa dari tanggal 10
Agustus-27 Desember 1949, pemerintah tanggungjawab wilayah dari Tentara
Belanda membebaskan sebanyak 7.862 tahanan, Belanda, dan selanjutnya menyerahkan
sebagian besar belum diadili. Dari 4 November- kepada penguasa sipil RIS. Untuk itu,
27 Desember 1949 sebanyak 4.589 tahanan Menteri Pertahanan bersama Kepala
yang sudah dalam kategori tersangka, dan dari
27 Desember 1949-awal Maret 1950 dibebaskan
Stafnya, Kolonel A.H. Nasution meng-
sebanyak 4.414 orang tahanan sebagai adakan perjalanan ke seluruh ibukota
narapidana amnesti. Baca “Pernyataan Menteri negara/daerah bagian RIS. Pada tanggal
Kehakiman Soepomo, Pertanyaan anggota 23 Desember 1949, Menteri Pertahanan
parlemen dan jawaban pemerintah, 11 Maret RIS sampai di Makassar. Setelah be-
1950, hlm. 61-67 (Chaniago, 2002: 577).

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


353 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

runding selama dua hari, tampaknya dilakukan pada tanggal 27 Desember


tidak ada kesepakatan mengenai 1949 (Arsip Saleh Lahade, No.152;
penempatan Gubernur Militer dan Chaniago, 2002: 409; Harvey, 1989:
pasukan TNI di NIT. Dalam peng- 156).
umuman yang ditandatangani bersama Penyerahan kedaulatan kepada
(Menteri Pertahanan dan Presiden NIT RIS oleh pemerintah Belanda tersebut,
Soekawati), antara lain disebutkan tampaknya akan menimbulkan masalah
bahwa; 1) oleh karena keadaan perang baru dan mendapat tanggapan yang
tidak ada lagi di NIT, maka tidak akan berbeda di NIT. Bagi sebagian elite
ditempatkan seorang Gubernur Militer; politik pro federasi, kehadiran RIS
2) ketertiban umum menjadi tanggung- dirasakan sebagai suatu kemenangan
jawab pemerintah NIT, dan bila perlu politik. Adanya RIS berarti dengan
APRIS dapat memberi bantuan; 3) mudah menyingkirkan orang Belanda
selain pemerintah tidak diperkenankan dalam pemerintahan. Selain itu, adanya
mendirikan organisasi kemiliteran atau RIS menaikkan prestise NIT di mata
para militer; dan 4) akan dibentuk suatu Republik, antara lain karena strategi
Komisi Militer Teritorial untuk wilayah perjuangan tanpa revolusi yang
NIT yang berkedudukan di Makassar, dicanangkan sebelumnya dalam
karena belum ada APRIS di NIT pandangan mereka lebih ampuh
(Agung, 1985: 687; Harvey, 1989: daripada revolusi yang dilaksanakan
155). Republik Indonesia. Demikian pula
Rencana penempatan Gubernur bagi sebagian aristokrat yang dulu pro
Militer dan pasukan TNI di dalam NIT Belanda, dan termasuk elite politik pro
tidak diterima pemerintah NIT, federasi, kehadiran RIS merupakan
sehingga tugas itu dialihkan kepada harapan masa depan yang lebih cerah.
sebuah komisi yang dibentuk dengan Sebaliknya bagi para pejuang pro
sebutan “Komisi Militer dan Teritorial Republik, yaitu para gerilyawan,
Indonesia Timur” (KMTIT). Komisi ini mantan tahanan politik/ perang yang
diketuai oleh Ir. Putuhena dengan dipenjarakan Belanda, elite politik pro
didampingi seorang anggota dari TNI, Republik yang berada dalam
Letkol A. J. Mokoginta, dan seorang pemerintahan dan parlemen NIT, para
anggota dari KNIL, Mayor Nanhohy, pejuang/TNI Sulawesi Selatan yang
serta dilengkapi dengan staf. Namun kembali dari Jawa, kehadiran RIS
Menteri Pertahanan menekankan hanyalah dianggap sebagai suatu batu
bahwa pemindahan tanggungjawab loncatan menuju kepada negara
militer dari pihak Belanda harus kesatuan Republik Indonesia
diserahkan kepada perwira TNI. Itulah (Kementerian Penerangan, 1953:152;
sebabnya Letkol A. J. Mokoginta yang Chaniago, 2002: 568). Itulah sebabnya
menyertai kedatangan Menteri Per- setelah penyerahan kedaulatan, para
tahanan, tetap berada di Makassar pejuang kemerdekaan Indonesia tetap
untuk menerima pengalihan berusaha untuk mewujudkan Negara
tanggungjawab teritorial militer untuk Kesatuan Republik Indonesia.
Indonesia Timur dari Kolonel Gambaran tentang penyerahan
Schotborgh (Komandan KNIL) ketika kedaulatan tidak memberikan kepuasan
upacara penyerahan kedaulatan kepada rakyat dan para pejuang

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 354

kemerdekaan Indonesia di Sulawesi pada tanggal 17 Maret 1950 (Arsip


Selatan, tercermin dalam resolusi, NIT, No.129; Kementerian
mosi, desakan, dan sebagainya yang Penerangan, 1953: 162). Maraknya
dikeluarkan oleh berbagai organisasi tuntutan agar NIT dibubarkan
sosial atau politik. Kenyataan itulah mengakibatkan suhu politik makin
yang mendasari para pejuang meningkat di Sulawesi Selatan, yang
menyelenggarakan rapat akbar untuk sebagian juga dipengaruhi oleh
merumuskan kembali keinginan yang peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar
telah mendasari perjuangannya. Dalam wilayah NIT.2 Pergolakan-pergolakan
rapat akbar yang diselenggarakan di
Polombangkeng tanggal 5-7 Februari 2
Misalnya Gerakan APRA Westerling
1950, berhasil disepakati pembentukan yang melancarkan serangan terhadap APRIS di
Biro Pejuang Pengikut Republik Bandung pada tanggal 23 Januari 1950.
Indonesia (BPPRI). Selain itu, juga Walaupun tidak dapat dibuktikan keterlibatan
dicapai kesepakatan untuk menuntut pemerintah Pasundan dalam peristiwa itu, tetapi
parlemen Negara Pasundan mengajukan per-
pembubaran NIT dan RIS serta tanyaan tidak percaya kepada pemerintah yang
mendesak pemerintah untuk bermuara pada berhentinya kabinet dan mundur-
mewujudkan kembali negara kesatuan nya Wali Pasundan. Akibatnya timbul kekeruhan
Republik Indonesia (Arsip A.R. politik yang luar biasa, sehingga pemerintah
mengangkat seorang Komisaris di negara itu di
Tamma, No.12; Djarwadi, 1972: 45). bawah Pemerintah Federal (Pusat) dan Negara
Untuk merealisasikan perjuangan itu, Pasundan dalam proses pembubaran. Kejadian
diutuslah Makkaraeng Daeng di Pasundan menimbulkan reaksi berantai di
Mandjarungi dan M. Riri Amin Daud Negara Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Negara
sebagai wakil BPPRI ke Yogyakarta Madura. Untuk menghindari terjadinya krisis
politik yang lebih hebat, Pemerintah Pusat di
pada tanggal 23 Februari 1950, untuk Jakarta mengambil kebijakan yang sama dengan
menyampaikan sikap para pejuang di di Negara Pasundan. Ketiga negara/daerah itu
Sulawesi Selatan kepada pemerintah masing-masing diangkat seorang Komisaris di
RIS dan Republik Indonesia, yang pada bawah Pemerintah Federal. Kemudian menyusul
Negara Sumatra Selatan akibat terjadinya
intinya menghendaki RIS dibubarkan ketegangan politik di sana, sehingga Pemerintah
dan kembali kepada negara kesatuan Federal pun bertindak sama. Pergolakan-
Republik Indonesia. Selain itu, tokoh- pergolakan politik yang terjadi di negara/daerah
tokoh BPPRI lainnya juga bergiat bagian itu disebabkan pertentangan antara
mengorganisir partai-partai politik dan golongan unitaris dan federalis dan terjadinya
demonstrasi secara besar-besaran yang
organisasi perjuangan untuk berjuang menuntut agar negara kesatuan diwujudkan
membubarkan NIT dan RIS. Usaha- kembali. Untuk mengatasi masalah tersebut,
usaha itu akhirnya mendorong GAPKI maka keluarlah undang-undang darurat yang
(Gabungan Pejuang Kemerdekaan disetujui BPRS RIS pada tanggal 8 Maret 1950,
dengan mengakses melalui pasal 139 UUD RIS,
Republik Indonesia) menyelenggarakan yang menyebutkan; 1) Pemerintah berhak atas
pertemuan dengan organisasi per- kuasa dan tanggung sendiri menetapkan undang-
juangan lainnya pada tanggal 16 Maret undang darurat yang mengatur hal-hal
1950. Dalam pertemuan itu berhasil penyelenggaraan pemerin-tahan federal yang
dicapai kesepakatan untuk melaksana- karena keadaan yang mendesak perlu diatur
dengan segera; 2) Undang-undang darurat
kan demonstrasi besar-besaran mempunyai kekuasaan dan kuasa undang-
menuntut pembubaran NIT dan RIS undang federal, ketentuan ini tidak mengurangi
yang ditetapkan dalam pasal berikutnya

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


355 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

politik di Jawa, Madura, Sumatra, dan dan melalui Hadat Tinggi Sulawesi
lainnya yang berkisar pada masalah Selatan dan Dewan Selebes Selatan
pertentangan antara kelompok unitaris untuk membubarkan NIT. Untuk me-
dan federalis, dan hasrat untuk wujudkan maksud itu maka
mengukuhkan kembali negara kesatuan diberangkatkan sejumlah pimpinan dari
Republik Indonesia. Pergolakan yang kalangan aristokrat atau bangsawan
sama juga terjadi di NIT terutama di yang pro Republik dan berpendirian
Makassar, bahkan tampaknya sudah unitaris ke Yogyakarta pada akhir
tidak terkendali lagi sehingga akan Maret 1950. Mereka itu antara lain
membahayakan keamanan dan ke- Andi Mappanyukki (mantan Raja
tertiban umum. Itulah sebabnya untuk Bone), Datu Luwu Andi Djemma,
meredakan suasana dan menghindari Karaeng Polombangkeng Padjonga
terjadinya bentrokan fisik antar- Daeng Ngalle, dan Karaeng Gattarang
golongan, Kabinet Tatengkeng me- Andi Sultan Daeng Radja. Rombongan
ngeluarkan keputusan melarang itu di bawah pimpinan Lanto Daeng
demonstrasi oleh semua pihak dan Pasewang dan disertai oleh Kapten M.
golongan, dengan penjelasan bahwa Jusuf dan Letnan Bing Latumahina dari
masalah penentuan asas federasi atau KMTIT (Harvey, 1989: 161; Kadir,
kesatuan (unitaris) harus diputuskan 1984: 244). Hal inilah yang mendasari
melalui saluran yang demokratis, yaitu penyataan Pemerintah Daerah Sulawesi
melalui Badan Perwakilan Rakyat atau Selatan dan Dewan Selebes Selatan,
plebisit. Keputusan Kabinet yang masing-masing diwakili oleh
Tatengkeng itu ditentang dengan keras Andi Idjo Karaeng Lalolang (Wakil
oleh kelompok unitaris (Agung, 1985: Ketua Hadat Tinggi Sulawesi Selatan)
704). dan Andi Burhanuddin (Ketua Dewan
Maraknya tuntutan agar NIT Selebes Selatan), bahwa:
dibubarkan dan digabungkan dengan
“Sesuai dengan kehendak se-
Republik Indonesia, mengundang pula
bagian besar rakyat Sulawesi
perhatian dari kalangan aristokrat atau
Selatan yang diwujudkan dalam
bangsawan di Sulawesi Selatan, yang
bentuk demonstrasi, mosi, dan
pro Republik dan tidak ingin mem-
pernyataan pada rapat umum
peroleh kedaulatan dalam bentuk
tanggal 20 Maret 1950 yang di-
negara federasi. Tampaknya mereka
selenggarakan oleh Panitia
berusaha atau lewat pemerintah
Penegak Republik Indonesia
Republik Indonesia yang berada di
yang meliputi lebih dari 50 partai
Yogyakarta agar membubarkan RIS
politik dan organisasi
masyarakat, maka mulai tanggal
(Chaniago,2002:386). Dampak dari undang- 26 April 1950, Pemerintah
undang darurat tentang pembubaran negara/ Daerah Sulawesi Selatan dan
daerah bagian dan penyatuannya ke dalam Dewan Selebes Selatan
Republik Indonesia, memang ampuh karena menyatakan bahwa Sulawesi
hingga akhir Maret 1950 tinggal Kalimantan
Selatan melepaskan diri dari
Barat, Sumatra Timur, NIT yang belum
bergabung ke dalam Republik Indonesia Negara Indonesia Timur dan
(Harvey, 1989: 164; Agung, 1985: 700-704). masuk dalam Republik Indonesia

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 356

sebagai satu propinsi. Kepada suatu diserahkan kepada keinginan


Pemerintah Republik Indonesia rakyat.
Serikat dan Pemerintah Republik d. Dari pihak Negara Indonesia Timur
Indonesia kami mendesak, agar dinyatakan bahwa rakyatlah yang
supaya pernyataan kami dengan akan menentukan secara konstitusi-
selekasnya disahkan”(Depdagri, onal dan demokratis bentuk ketata-
1991: 306 - 307; Kementerian negaraan Indonesia di kemudian
Penerangan, 1953:169). hari (Agung, 1985: 733; Chaniago,
2002: 668).
Proklamasi Sulawesi Selatan
lepas dari NIT dan menjadi provinsi
Pada hari itu Perdana Menteri
Republik Indonesia tidak dapat
RIS Mohammad Hatta berpidato bahwa
terealisasi. Hal ini bukan saja
yang paling penting dan utama adalah
disebabkan karena kebijakan dari
persatuan bangsa yang harus dipelihara
Perdana Menteri RIS Mohammad
dan segala pertentangan politik harus
Hatta, yang menggariskan bahwa
diselesaikan secara demokratis dan
aspirasi dan kehendak rakyat harus
tidak dengan jalan teror atau kekerasan.
disalurkan secara demokratis dan bisa
Konferensi itu tentu berkaitan dengan
dipertanggungjawabkan secara hukum,
makin meningkatnya tuntutan untuk
yang disebut dengan “legal
bergabung kembali dengan Republik
konstitusonal demokratis”. Ini artinya
Indonesia, dan munculnya keinginan
harus melalui lembaga-lembaga ke-
untuk mengubah bentuk negara federal
negaraan seperti DPR-Senat RIS, dan
(RIS) menjadi negara kesatuan
Keputusan Presiden RIS. Akan tetapi
(Agung,1985:734). Usaha-usaha itu
juga karena sebelum Proklamasi
akhirnya melapangkan jalan bagi
Sulawesi Selatan tanggal 26 April itu,
terbentuknya Negara Kesatuan
telah berlangsung Konferensi Segi Tiga
Republik Indonesia berdasarkan
antara RIS, NIT, dan RI pada tanggal
Proklamasi Kemerdekaan Republik
10 April 1950, yang menghasilkan
Indonesia 1945. Presiden Republik
antara lain bahwa:
Indonesia, Ir. Soekarno, dalam pidato
a. Pembicaraan diadakan dalam
kenegaraannya dalam rangka
suasana ramah tamah dan hati
menyambut peringatan Proklamasi
terbuka.
Kemerdekaan Republik Indonesia yang
b. Ketiga pihak berpendapat bahwa
kelima, tanggal 17 Agustus 1950,
soal-soal yang mengenai Negara
mengumumkan pembubaran RIS dan
Indonesia Timur dengan timbulnya
menyatakan kembali kepada Negara
kesukaran pada waktu sekarang,
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
harus diselesaikan atas dasar
demikian Sulawesi Selatan menjadi
persatuan bangsa Indonesia yang
bagian dari negara kesatuan itu, sesuai
sekokoh-kokohnya.
tuntutan sebagian besar rakyatnya.
c. Dari pihak negara RI nyata tidak
Akan tetapi statusnya tidak menjadi
ada niat untuk meleburkan sesuatu
daerah otonom dengan provinsi
daerah ke dalam lingkungan ke-
tersendiri sebagaimana yang
kuasaannya, melainkan segala se-
dikehendaki oleh rakyatnya, melainkan

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


357 Dari Federalis ke Unitaris … (Ketut Wiradnyana)

hanyalah bagian dari Provinsi Arsip Negara Indonesia Timr (NIT),


Sulawesi. No. 1, 3/c, 12, 129, 141, dan 142.
Koleksi Badan Arsip dan Per-
pustakaan Propinsi Sulawesi
C. PENUTUP
Selatan.
Pembentukan Negara Indonesia
Timur (NIT) tidak terlepas dari ber- Arsip Saleh Lahade, No.152. Koleksi
bagai peristiwa konflik kepentingan, Badan Arsip dan Perpustakaan
dan keinginan untuk menyelenggarakan Propinsi Sulawesi Selatan.
pemerintahan secara otonom. Proses Arsip Tator, No. 72, 82, dan 83.
pembentukannya pun didasarkan Koleksi Badan Arsip dan Per-
realitas politik saat itu, sehingga pustakaan Propinsi Sulawesi
mampu menjadi negara federal yang Selatan.
paling berkembang dan otonom di
antara negara-negara federal lainnya. Budiardjo, Miriam,1986.
Namun keinginan sebagai masyarakat Dasar-Dasar Ilmu Politik.
untuk tetap mempertahankan eksistensi Jakarta: Gramedia.
negara federal NIT, telah kalah Chaniago, J. R., 2002.
bersaing oleh deraan gelombang Revolusi, Politik Lokal dan
semangat unitaris menuju Negara Integrasi Nasional Pengalaman
Kesatuan Republik Indonesia. Proses Sulawesi Selatan dan Sumatra
runtuhnya Negara Indonesia Timur dan Timur Memasuki Negara Ke-
tegaknya negara kesatuan di Sulawesi satuan Republik Indonesia 1950.
Selatan telah menunjukkan terjadinya Disertasi, Yogyakarta:
proses keIndonesiaan. Universitas Gadjah Mada.
Depdagri, 1991.
DAFTAR PUSTAKA Sejarah Perkembangan Pe-
Agung, Anak Agung Gde. 1985. merintahan Departemen dalam
Dari Negara Indonesia Timur ke Negeri di Propinsi Daerah
Negara Republik Indonesia Tingkat I Sulawesi Selatan.
Serikat. Yogyakarta: Gadjah Ujung Pandang: Penda Tk. I
Mada University Press. Sulawesi Selatan.
Agung, Anak Agung Gde. 1992. Djarwadi, Radik, CS., 1972.
Negara Kesatuan: Negara Indo- Naskah Sedjarah Corps Hasan-
nesia Timur. Makalah Seminar uddin, Prajurit Tempur dan
Sejarah Regional Indonesia Pembangunan. Makassar:
Timur. Corhas.
Arsip A. R. Tamma, No. 12. Koleksi Harvey, Barbara S., 1989.
Badan Arsip dan Perpustakaan Pemberontakan Kahar Muzakkar
Propinsi Sulawesi Selatan. dari Tradisi ke DI/TII. Jakarta:
Grafiti.
Arsip Bantaeng, No. 82. Koleksi Badan
Arsip dan Perpustakaan Propinsi Harvey, Barbara S., 1990.
Sulawesi Selatan.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2010


Patanjala Vol. 2, No. 2, Juni 2010: 341 - 358 358

“Sulawesi Selatan: Boneka dan Kementerian Penerangan Indonesia,


Patriot”, dalam Audrey R. 1953. Propinsi Sulawesi.
Kahin, Pergolakan Daerah Pada
Poelinggomang, Edward L., 1995.
Awal Kemerdekaan. Jakarta:
Strategi Politik Pemerintah
Grafiti.
Kolonial Belanda dan Peristiwa
Ijzereef, Willem. 1984. Sulawesi Selatan. Makalah
De Zuid-Celebes Affaire, Seminar Sejarah Regional-
Kapitein Westerling en de Stand- Revolusi Kemerdekaan
rechtelijke Executies. Dieren: Indonesia di Sulawesi Selatan,
Bataafcshe Leeuw. Kerjasama Balai Kajian Sejarah
dan Nilai Tradisional dan MSI
Kadir, Harun, et. al. 1984.
Cabang Sulawesi Selatan.
Sejarah Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia di Schiller, A. Arthur, 1995.
Sulawesi Selatan 1945-1950. The Formation of Federal
Ujung Pandang: Kerjasama Indonesia. The Hague/Bandung:
Unhas dengan Pemda Tk. I W. Van Hoeve Ltd.
Propinsi Sulawesi Selatan.
Staatsblad van Nederlandsch Indie
Kartodirdjo, Sartono. 1992. 1936 No. 68 dan 1938 No. 264.
Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metodelogi Sejarah. Jakarta:
Gramedia.

2010 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

Anda mungkin juga menyukai