Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR PENENTU KINERJA SEKOLAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Oleh Dosen Muh. Rizal S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. RESKI AMELIA 19.1.03.0100


2. SRI SARTIKA 19.1.03.0102
3. ANISA ZAINATUL PUTRI 19.1.03.0096
4. MOH RAFI MBIRONGI 19.1.03.0104

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM DATOKARAMA PALU

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang maha kuasa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik dan lancar. Dalam penyusunannya, penulis
ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberi bimbingan kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini

Namun di samping itu penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam


penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas makalah ini dapat lebih baik lagi. Kemudian apa bila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar
besarnya.

Demikian semoga makalah ini bermanfaat.

Terima kasih.

Tolitoli, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

A. Pengertian Kinerja Sekolah ................................................................ 2


B. Faktor-Faktor Penentu Kinerja Sekoĺah ............................................. 3
C. Peranan MBS dalam Peningkatan Kinerja Sekolah ........................... 4
D. Indikator dan Kriteria Kinerja Sekolah .............................................. 5
E. Efektivitas Sekolah sebagai Bagian Kinerja Sekolah ........................ 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 9

A. Kesimpulan ........................................................................................ 9
B. Saran................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada prinsip pengelolaannya, sekolah membutuhkan penjaminan mutu sebagai


tolok ujur untuk menilai keberhasilan atau kegagalannya. Sekolah yang dipandang
sebagai satu kesatuan tempat belajar siswa yang berkaitan dengan lingkungannya.
Sekolah merupakan organisasi terbuka yang tidak boleh mengisolasi diri dari
lingkungannya, yang lebih bisa berhubungan dan bekerja sama. Oleh karena itu,
sekolah merupakan suatu sistem organisasi yang memudakan pencapaian tujuan
belajar dan mengajar secara efisien dan efektif. Sistem disini, menurut Pidarta
dalam Sagala (2006:54), diartikan kesatuan utuh dari bagian-bagian yang tersusun
sistematis sesuai dengan konteksnya.

Seiring dengan itu, tuntutan era globalisasi mendudukkan pentingnya upaya


peningkatan kualitas pendidikan dalam hal ini sekolah sebagai wahana dalam
membangun dan menempa kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia
tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan
yang bermutu. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Kinerja Sekolah ?
2. Apa Faktor penentu Kinerja sekolah ?
3. Bagaimana peran MBS dalam peningkatan kinerja sekolah ?
4. Bagaimana indikator dan kriteria kinerja sekolah ?
5. Bagaimana efektivitas sekolah menjadi bagian kinerja sekolah ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kinerja Sekolah

Kinerja sekolah merupakan representasi dari kinerja semua sumber daya


yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai upaya mewujudkan tujuan
sekolah. Kinerja sekolah diperoleh dari keseluruhan kinerja sumber daya sekolah
yang saling terkait, yaitu: kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta
didik, dan komite sekolah. Kinerja sekolah dipengaruhi oleh kemampuan
manajerial dari pimpinan sekolah yang berfungsi menjalankan seluruh sumber daya
sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

Sekolah adalah lembaga yang diberikan tanggung jawab oleh pemerintah


untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada masyarakat. Terkait
dengan layanan pendidikan tersebut, pemerintah telah menetapkan standar nasional
pendidikan (SNP) sebagai dasar rujukan untuk mengukur kinerja sekolah. Dimensi
yang menjadi tolak ukur dalam penilai kinerja sekolah tersebut tertuang dalam PP
Nomor 19 Tahun 2005. Menurut Depdiknas (2005:4) yang menjadi indikator
penilaian kinerja sekolah, diadaptasi dari komponen-komponen sekolah
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional
(BASNAS). Standar yang menjadi penilaian kinerja sekolah terbagi tiga, yaitu: 1)
standar input, mencakup aspek tenaga kependidikan, aspek kesiswaan, aspek sarana
dan pembiayaan, 2) standar proses mencakup, aspek kurikulum dan bahan ajar,
aspek PBM, aspek penilaian, aspek manajemen dan kepemimpinan, 3) standar
output, mencakup aspek prestasi belajar siswa, aspek prestasi pendidik dan kepala
sekolah, serta aspek prestasi sekolah.

Suhardiman (2012:149) menyatakan bahwa kinerja sekolah adalah prestasi


yang telah dicapai sekolah yang besangkutan. Prestasi tersebut meliputi prestasi-
prestasi di bidang akademik dan non-akademik. Prestasi itu sebagai hasil kerja
kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, penjaga, komite sekolah, dan unsur
lain yang ada di sekolah.

Selanjutnya Depdiknas (2008:4) menyatakan orang yang paling


bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah adalah kepala sekolah. Kinerja sebuah
sekolah tidak terlepas dari baik buruknya kinerja kepala sekolahnya. kinerja kepala
sekolah adalah hasil kerja yang dicapai kepala sekolah dalam melaksanakan tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawabnya dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya.

Keseluruhan usaha dalam meraih kinerja sekolah yang baik didasari dari
unsur kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah yang banyak
menyumbang pengaruh terhadap pemberdayaan seluruh sumber daya
sekolah,sehingga kepemimpinan dinilai memiliki pengaruh yang besar terhadap
kualitas dan efektifitas kinerja seluruh warga sekolah. Sejalan dengan pendapat
Soeprapto dalam Triatna (2015:100) yang menyatakan bahwa kepemimpinan yang
dimiliki oleh seorang pimpinan sekolah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penyelenggaraan dan pengembangan manajemen sekolah.

B. Faktor-Faktor Penentu Kinerja Sekolah

Kinerja sekolah diperoleh dari keseluruhan kinerja sumber daya sekolah yang
saling terkait, yaitu: kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik,
dan komite sekolah. Kinerja sekolah dipengaruhi oleh kemampuan manajerial dari
pimpinan sekolah yang berfungsi menjalankan seluruh sumber daya sekolah untuk
dapat menjalankan tugas secara profesional.

6. Kepala sekolah

Peran utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah menciptakan


situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat
belajar dengan baik. Dalam melaksanakan peran tersebut, kepala sekolah memiliki
tanggung jawab ganda yaitu melaksanakn administrasi sekolah sehingga tercipta
situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guru-guru
bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran dan dalam membimbing
pertumbuhan murid-murid. Kepala sekolah yang mampu menjalankan fungsi
sebagai pendidik,manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator
dengan baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yang
baik

7. Pendidik

Pendidik sangatlah penting dalam sistem pendidikan. Pendidik mempunyai peran


penting dalam proses belajar mengajar. Dalam buku Landasan Pendidikan
dikatakan bahwa: “pendidik adalah semua anggota masyarakat yang bertugas
membimbing, mengajar, serta dapat membantu perkembangan kepribadian
seseorang dan mengarahkannya pada tujuan pendidikan” (Rubiyanto,2003: 39).

8. Komite Sekolah

Maksud dibentukanya komite sekolah adalah agar suatu organisasi masyarakat


sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan
kualitas sekolah. Komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas
dan berakar dari budaya, demografis, ekologi, nilai kesepakatan, serta kepercayaan
yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, komite
sekolah yang dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis
masyarakat secara kolektif. Artinya, komite sekolah mengembangkan konsep yang
berorientasi kepada pengguna (client model), berbagai kewenangan (power sharing
and advocacy model), dan kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada
peningkatan mutu pelayanan pendidikan

C. Peranan MBS Dalam Peningkatan Kinerja Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan alternatif manajemen


sekolah sebagai bentuk dari desentralisasi pendidikan dengan memberikan otonomi
yang luas kepada sekolah untuk mengelola sumber daya dengan
mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat setempat Partisipasi masyarakat dituntut agar lebih memahami
pendidikan, membantu serta mengontrol pengelolaan pendidikan. Oleh karena itu
sekolah dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi, baik kq>ada orang tua,
masyarakat, maupun pemerintah. (Mulyasa 2002, Nanang Fattah 2003).
Dengan adanya otonomi sekolah, sekolah dapat lebih diberdayakan.
Menurut Mulyasa (2002: 13) pemberdayaan sekolah dengan memberikan otonomi
yang lebih besar di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap
tuntutan masyarakat. MBS sebagai sarana peningkatan efisiensi, mutu dan
pemerataan pendidikan.

Sementara Nanang Fattah (2003: 19) menyatakan bahwa MBS secara


konsepsional akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja sekolah dalam
hal mutu, efisiensi manajemen keuangan, pemerataan kesempatan dan pencapaian
tujuan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya
yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu
diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan dalam mengelola sekolah,
peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol,
serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif.
Pemerataan pendidikan tampak pada terserapnya anak usia sekolah untuk
mengenyam pendidikan di sekolak Bagi anak yang tidak mampu menjadi tanggung
jawab pemerintah.

MBS memberi peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk
melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah yang berkaitan dengan kurikulum,
pembelajaran, manajerial dan sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas
dan profesionalisme. Pelibatan masyarakat dalam dewan/komite sekolah
mendotong sekolah untuk terbuka, demokratis dan bertanggung jawab.

MBS sebagai konsep desentralisasi pendidikan dilatarbelakangi sedikitnya oleh tiga


alasan sebagaimana dikemukakan oleh Udin Sa’ud dan Asep Suryana(2003:244-
245): 1) Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan
desentralisasi, kekuasaan atau kewenangan di tingkat sekolah, 2) Penelitian tentang
program MBS berkenaan dengan desentralisasi kekuasaan dan program
peningkatan partisipasi foccd stakeholders, dan 3) Strategi MBS harus lebih
menekankan kepada elemen manajemen partisipatif.

D. Indikator-Indikator dan Kriteria Kinerja Sekolah


Indikator-indikator efektivitas dapat berasal dari komponen input (sumber daya
manusia dan biaya), transformasi proses (proses dan struktur internal), dan output

Menurut Hoy dan Miskel (2001 .295-296) : ~outcome kinerja menunjukan


kepada kuantitas produk dan jasa dari sekolah kepada para peserta didik, para
pendidik, dan pihak-pihak lainnya, termasuk di dalamnya mutu output (hasil).
Indikator dari outeome ini adalah prestasi akademik, kepuasan kerja, sikap peserta
didik dan pendidiknya, angka putus sekolah, kehadiran guru, perhatian staf sekolah
dan tanggapan masyarakat terhadap efektivitas sekolah.

Kriteria proses merajuk pada jumlah dan mutu dan merupakan harmoni
antara proses dan struktur internal yang mengubah input menjadi output. Kriteria
proses merajuk pada iklim hubungan antar personal yang sehat, tingkat motivasi
guru dan siswa yang tinggi, kepemimpinan kepala sekolah dan guru yang baik,
prosedur pengawasan yang bermutu, mutu pengajaran penggunaan teknologi
pengajaran, dan evaluasi personil. Kesemuanya ini berhubungan dengan kinerja
output.

Kriteria input merupakan potensi dan kapasitas awal sekolah untuk


mencapai kinerja efektif. Hal mencakup kendala seperti standar dan kebijakan
pendidikan, ciri-ciri sekolah, atau karakteristik dari partisipan untuk memahami
pengaruh sekolah yang efektif. Contoh dari kriteria input ini adalah tingkat
kesehatan sekolah, kemampuan siswa, kecakapan personil di sekolah, dukungan
orang tua, jumlah dan iri perpustakaan, jumlah dan mutu teknologi pengajaran dan
kondisi fisik fasilitas sekolah.

Selanjutnya Ronald Edmond dalam Hoy dan Miskel (2001:300)


menyebutkan lima kunci sekolah efektif seperti berikut: 1) Kepemimpinan yang
kuat dari kepala sekolah terutama dalam pembelajaran, 2) Keinginan dari para guru
untuk meningkatkan prestasi siswa, 3) Lebih menekankan kepada kemampuan
dasar (basic skill), 4) lingkungan yang teratur, dan 5) Penilaian yang sistematik dan
berkala bagi siswa.
Selain mengkaji efektivitas sekolah, diperlukan juga kajian terhadap
efisiensi sekolah (telah dibahas dalam lain), efisiensi merupakan aspek yang sangat
penting karena sekolah dihadapkan pada masalah kelangkaan sumber dana dan
secara langsung berkaitan dengan kegiatan manajemen. Kalau efektivitas
membandingkan antara rencanan dengan tujuan yang dicapai, maka efisiensi lebih
ditekankan pada perbandingan antara input atau sumber daya dengan output Suatu
kegiatan dikatakan efisien apabila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan sumber daya yang minimal.

E. Efektivitas Sekolah Sebagai Bagian Kinerja Sekolah

Kajian sejumlah literatur yang membahas tentang Efektivitas Sekolah akan


dijumpai rumusan pengertian yang bermacam-macam. Efektivitas Sekolah menurut
Taylor adalah sekolah yang semua sumber dayanya diorganisasikan dan
dimanfaatkan untuk menjamin semua siswa, tanpa memandang ras, jenis kelamin,
maupun status sosial-ekonomi, dapat mempelajari materi kurikulum yang esensial
di sekolah itu. Rumusan pengertian ini lebih diorientasikan pada pengoptimalan
pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana termuat kurikulum.

Pengertian lain tentang Efektivitas Sekolah dikemukakan oleh Cheng, yakni


Efektivitas Sekolah menunjukkan pada kemampuan sekolah dalam menjalankan
fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan,
fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah
adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi
sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai
media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis
sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media untuk melakukan
transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah
sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian siswa.

Fungsi-fungsi tersebut ada yang menjadi fungsi umum (notice function)


dalam arti berlaku bagi semua jenis dan/atau jenjang sekolah, dan adapula yang
lebih menonjol pada jenis-jenis sekolah tertentu (distinctive function), seperti pada
sekolah-sekolah yang memiliki ciri keagamaan, sekolah-sekolah kejuruan, atau
jenis-jenis sekolah lainnya. Oleh karena kata efektif itu sendiri mengandung
pengertian tentang derajat pencapaian tujuan yang ditetapkan, maka upaya
perumusan konstruk dan indicator efektivitas sekolah tidak dapat dilepaskan dari
konsep tentang kemampuan (kompetensi) yang hendak dikembangkan melalui
pendidikan di sekolah.

Dengan memperhatikan empat pilar pendidikan di atas, berbagai kelemahan


yang berkembang di masyarakat, dan dengan mempertimbangkan akar budaya
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, maka sekolah di Indonesia
seharusnya dikembangkan untuk membantu siswanya menguasai kompetensi yang
berguna bagi kehidupannya di masa depan, yaitu: (a) kompetensi keagamaan,
meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan yang diperlukan untuk
dapat menjalankan fungsi manusia sebagai hamba Allah yang Maha Kuasa dalam
kehidupan sehari-hari, (b) kompetensi akademik, meliputi pengetahuan, sikap,
kemampuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan jenjang
pendidikannya, (c) kompetensi ekonomi, meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi agar
dapat hidup layak di dalam masyarakat, dan (d) kompetensi sosial pribadi, meliputi
pengetahuan, system nilai, sikap, dan keterampilan untuk dapat hidupadaptif
sebagai warga negara dan warga masyarakat internasional yang demokratis.

Sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan system pendidikan yang


terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain. Dengan
demikian, pengembangan kompetensi pada diri siswa tidak dapat diserahkan hanya
pada kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas, melainkan juga pada iklim
kehidupan dan budaya sekolah secara keseluruhan. Setiap sekolah sebagai satu
kesatuan diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada seluruh
siswanya untuk menguasai keempat kompetensi di atas sesuai dengan jenjang
kependidikannya dan misi khusus yang diembannya.
Secara teoritik, penilaian efektivitas sekolah peril dilakukan dengan cara
mengkaji bagaimana seluruh komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain
secara terpadu dalam mendukung keempat kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa. Namun, pada prakteknya, pandangan yang holistic ini sulit
diimplementasikan secara sempurna karena keterbatasan pendekatan penilaian
yang dapat digunakan. Oleh karena itu, pengertian penilaian Efektivitas Sekolah
dirumuskan sebagai penilaian terhadap keoptimalan berfungsinya setiap komponen
sekolah dalam mendukung penguasaan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekolah adalah lembaga yang diberikan tanggung jawab oleh pemerintah untuk
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada masyarakat. Keseluruhan
usaha dalam meraih kinerja sekolah yang baik didasari dari unsur kepemimpinan
yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah yang banyak menyumbang pengaruh
terhadap pemberdayaan seluruh sumber daya sekolah, sehingga kepemimpinan
dinilai memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas dan efektivitas kinerja
seluruh warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud (1995). Perbandingan pendidikan di Indonesia dengan negara lain


Jakarta.; Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud

Praturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang ; Pembagian wewenang


pemerintah pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan UU otonomi
Daerah nomor 22 tahun 1999,.

Sa’ud, U.S. (2000). Manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai wujud nyata
desentralisasi pengelolaan pendidikan. Makalah disajikan dalam Seminar
Nasional UPI Bandung

Anda mungkin juga menyukai