SKRIPSI
Oleh:
Dwi Priharyanti
NIM : 068114090
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
UJI CEMARAN LOGAM BERAT TIMBAL DAN CADMIUM
PADA EKSTRAK RIMPANG KUNYIT
DARI PETANI KUNYIT DI WONOGIRI DAN
PASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA
DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Oleh:
Dwi Priharyanti
NIM : 068114090
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
Skripsi berjudul
Dosen Pembimbing
iii
iv
God speaks to those who take time to listen, and
He listens to those who take time to pray
v
vi
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas semua berkat dan
akhir skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Uji Cemaran Logam Berat
Timbal dan Cadmium pada Ekstrak Rimpang Kunyit dari Petani Kunyit di
Atom” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari
segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas
1. Ibu Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing dan
2. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. dan Bapak Dr. C.J. Soegihardjo, Apt.
selaku Dosen Penguji skripsi atas segala masukan berupa kritik, saran,
3. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Ottok serta seluruh staf
tak terlupakan
vii
5. Teman-teman FST ’06, atas kekompakan, kebersamaan baik dalam suka
maupun duka
6. Semua pihak yang telah memberi dukungan, semangat, dan bantuan dalam
Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih memiliki banyak
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pengetahuan.
Penulis
viii
ix
INTISARI
x
ABSTRACT
The tendency of today's society who want to get back to nature (back to
nature) is the first step in the development of traditional medicine which has
existed since ancient times. One of the traditional ingredients such extensive use
of turmeric (Curcuma domestica Val). Based Monograph Indonesian Traditional
Medicinal Plant Extracts, heavy metal contaminant levels allowed in turmeric
extracts to Cadmium, no more than 0.3 mg / kg and for lead no more than 10 mg /
kg.
This study aimed to determine levels of heavy metals cadmium and lead
in turmeric extract from turmeric farmer in Wonogiri and from seller in the
Market Beringharjo turmeric. In addition to knowing whether they are fulfill the
prerequirement extract in the monograph Indonesian medicinal plant extracts or
not.
Turmeric powder-making through the stages of washery rhizome,
incision, drying and grinding. Turmeric powder extracted by maceration method
using 95% ethanol. Extracts determining levels of Cd and Pb using atomic
absorption spectrophotometer.
From the result, obtained by turmeric extract containing contamination
<0.002 ppm for Cd and <0.002 ppm for Pb. Heavy metal content in turmeric
extract from turmeric farmer in Wonogiri and from eligible Beringharjo Market
qualified as the monograph Indonesian medicinal plant extracts.
xi
DAFTAR ISI
INTISARI ................................................................................................ x
ABSTRACT .............................................................................................. xi
1. Permasalahan ..................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................... 5
xii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................ 6
2. Pemerian ............................................................................ 7
B. Ekstrak .................................................................................... 8
4. Penguapan .......................................................................... 10
C. Plumbum ................................................................................ 11
D. Cadmium ................................................................................ 12
1. Pengabut ............................................................................ 13
2. Pembakar ........................................................................... 14
5. Monokromator ................................................................... 15
6. Detektor ............................................................................. 15
xiii
2. Keseksamaan (Precision) ................................................... 17
3. Linearitas ........................................................................... 18
5. Selektivitas ......................................................................... 18
xiv
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 25
1. Akurasi ............................................................................... 34
2. Presisi ................................................................................. 35
LAMPIRAN ............................................................................................. 44
xv
DAFTAR TABEL
diperbolehkan ..................................................................... 17
10 sampel Cd....................................................................... 51
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
(bawah) ................................................................................. 44
mikroskopis .......................................................................... 46
xviii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
yang telah ada sejak zaman dahulu. Pengobatan tradisional dipilih oleh
(Limananti, 2003).
Salah satu bahan obat tradisional yang penggunaannya luas, yaitu Kunyit
(Curcuma domestica Val). Menurut Rukmana (1995), manfaat Kunyit antara lain
sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan pembuat ramuan untuk
mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia, bahan baku industri jamu dan
kosmetika, bahan penunjang industri teknik dan kerajinan, dan desinfektan untuk
mengawetkan benih yang disimpan. Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam
maupun luar. Kunyit sebagai obat luar berfungsi untuk mengobati eksim,
bengkak, rematik, dan memperlancar air susu ibu, sedangkan sebagai obat dalam,
Kunyit digunakan untuk mengobati panas, demam, diare, gusi bengkak, kencing
manis, hepatitis, dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita yang baru
Ada tiga parameter utama yang harus dipenuhi oleh obat tradisional, yaitu
mutu (quality), keamanan (safety), dan khasiat (efficacy). Obat tradisional dapat
1
2
monografi terkait kadar air, organoleptis, dan kadar kandungan kimia. Bila
dilihat dari segi keamanan, ada beberapa faktor yang menentukan suatu obat
tradisional aman atau tidak yaitu cemaran bakteri, cemaran kapang khamir,
penyakit, hal ini berkaitan dengan jumlah dan jenis kandungan kimia yang
terdapat di dalamnya.
cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam ekstrak Kunyit untuk Cadmium,
yaitu tidak lebih dari 0,3 mg/kg dan untuk Plumbum, yaitu tidak lebih dari 10
Cemaran logam berat dapat berasal dari berbagai sumber misalnya asap
pupuk dan pestisida, dan limbah industri yang penanganannya kurang baik.
Logam yang dikategorikan sebagai logam berat antara lain Plumbum (Pb),
Cadmium (Cd), Arsenikum (As), dan Merkuri (Hg). Logam berat umumnya
cadmium dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan, sakit kepala dan sakit
Rimpang Kunyit yang akan diteliti diambil dari dua asal yang berbeda,
yaitu dari petani dan pasar. Dalam penelitian ini digunakan dua asal yang berbeda,
yaitu petani dan pasar bertujuan untuk membandingkan apakah proses yang
kandungan logam beratnya. Tujuan lain yang ingin dicapai, yaitu untuk
sebagai bahan baku, baik industri besar (IOT) maupun industri kecil (IKOT). Pada
umumnya IOT mendapat bahan baku langsung dari petani sedangkan untuk IKOT
adalah rimpang Kunyit. Sampel rimpang Kunyit petani diambil dari petani di
logam berat cadmium dan plumbum ekstrak rimpang Kunyit dari Pasar
Beringharjo dan hasilnya dibandingkan dengan rimpang Kunyit yang berasal dari
1. Permasalahan
sebagai berikut.
Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar
Beringharjo?
b. Berapa kadar logam berat Cadmium dan Plumbum dalam ekstrak rimpang
Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar
Beringharjo?
c. Apakah kadar logam berat Cadmium dan Plumbum dalam ekstrak rimpang
Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari Pasar
2. Keaslian penelitian
Penelitian ilmiah tentang uji cemaran logam berat yang pernah dilakukan
yaitu cemaran cadmium dalam daging kerang darah dari Pasar Tambak Lorok
Semarang oleh Ignasius Adi Kurniawan (2000), Uji cemaran logam berat pada
ekstrak rimpang Kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa pernah dilakukan
penelitian tentang uji cemaran logam berat (cadmium dan plumbum) ekstrak
rimpang Kunyit dari petani Kunyit di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta
3. Manfaat penelitian
ekstrak rimpang Kunyit dari petani Kunyit di Wonogiri dan Pasar Beringharjo
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta yang digunakan sebagai bahan baku
obat tradisional.
2. Tujuan khusus
ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan
rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari
Pasar Beringharjo.
rimpang Kunyit yang berasal dari petani Kunyit di Wonogiri dan dari
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Rimpang Kunyit
1. Keterangan botani
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
6
7
2. Pemerian
Bau khas aromatik; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan
kadang-kadang tedapat pangkal upih daun dan pangkal akar (Anonim, 1977).
dinding sel menggabus. Rambut penutup : berbentuk kerucut, lurus atau agak
bengkok; panjang 250 µm sampai 890 µm, dinding tebal. Hipodermis : terdiri dari
beberapa lapis sel terentang tangensial , dinding sel menggabus. Periderm : terdiri
dari 6 lapis sampai 9 lapis sel berbentuk segi panjang, dinding menggabus.
Korteks dan silibder pusat : parenkimatik, terdiri dari sel-sel besar, penuh berisi
pati. Butir pati: tunggal, bentuk lonjong atau bulat telur dengan satu ujung
mempunyai tonjolan atau berbentuk bulat sampai hampir segitiga dengan satu sisi
membulat; lamela kurang jelas ; hilus yang kurang jelas terdapat pada tonjolan di
tersebar, bentuk bulat atau lonjong berisi minyak berwarna kuning jingga yang
sebagian mendamar dan berwarna coklat kekuningan; pada penambahan besi (III)
klorida LP warna menjadi lebih tua. Berkas pembuluh : kolateral, tersebar tidak
beraturan pada korteks dan pada silinder pusat, berkas pembuluh dibawah
8
sel parenkim yang tersusun menjari; pembuluh kayu umumnya terdiri dari
pembuluh tangga dan pembuluh jala, lebar 20 µm sampai 80 µm, tidak berlignin.
Endodermis : terdiri dari 1 lapis sel terentang tangensial, dinding radial menebal,
butir pati; gumpalan tidak beraturan zat berwarna kuning sampai kuning coklat;
parenkim dengan sel sekresi; fragmen pembuluh tangga dan pembuluh jala;
fragmen rambut penutup warna kuning; tidak terdapat serabut (Anonim, 1977).
3. Nama daerah
sedangkan di Jawa lebih dikenal dengan sebutan Kunyir, Kunir (Anonim, 1977).
4. Kandungan kimia
B. Ekstrak
1. Definisi ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
9
2. Pengelompokan ekstrak
mudah dituang,
sampai 30%,
mudah digosokkan dengan kandungan lembab tidak lebih dari 5%, dan
3. Metode ekstraksi
Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari
bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pemilihan cairan penyari dan
cara penyarian didasarkan pada zat aktif yang terkandung pada bahan tersebut
(Anonim, 1986).
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-
bahan nabati yaitu dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu
sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat
larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang
keadaan jenuh.
(Anonim,1986)
4. Penguapan
yang masih tinggi dapat diubah menjadi bentuk ekstrak kental. Proses pengentalan
ini dapat dilakukan melalui penguapan dengan menggunakan alat Vacuum Rotary
Evaporator. Cara kerjanya, yaitu perputaran labu dalam sebuah pemanas pada
air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin membuat kondisi optimal
(Voigt, 1994).
C. Plumbum
Plumbum atau timbal adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna
coklat kehitaman. Penggunaan dalam jumlah yang paling besar adalah untuk
bahan produksi baterai pada kendaraan bermotor. Elektroda dari aki biasanya
dalam jaringan lain melalui darah. Logam ini dapat terdeteksi dalam tiga jaringan
utama menjadi tiga kompartemen. Pertama, di dalam darah Pb terikat dalam sel
darah merah dan mempunyai waktu paruh sekitar 25-30 hari. Kedua, di dalam
jaringan lunak (hati dan ginjal) mempunyai waktu paruh sekitar beberapa bulan.
Ketiga, tulang dan jaringan keras seperti gigi, tulang rawan, dan sebagainya.
Hampir sekitar 90-95% Pb dalam tubuh terdapat dalam tulang yang waktu
saraf pusat, fungsi ginjal, menghambat pertumbuhan Hb, bahkan bagi ibu hamil
D. Cadmium (Cd)
(Ca), dan pemupukan tanah oleh fosfat. Pada umumnya kandungan Cd dalam biji-
timah, besi, tembaga, maupun emas. Daya penguapan kadmium di daerah industri
logam dapat menaikkan pencemaran logam, tidak hanya udara bahkan tanah dan
waktu yang lama bersifat toksik terhadap beberapa macam organ, yaitu paru-paru,
yang dapat digunakan untuk analisis logam dan mineral, secara kualitatif dan
untuk eksitasi atom adalah hollow cathode lamp (lampu katoda berongga). Lampu
katoda berongga memiliki garis spektrum yang spesifik untuk tiap unsur.
13
jumlah atom yang terdapat di dalam sampel. Sampel yang berbentuk cairan
diubah ke dalam bentuk kabut, kemudian diubah ke dalam bentuk atom di dalam
nyala api. Di dalam spektrofotometer serapan atom terdapat sumber sinar berupa
lampu katoda (hollow cathode lamp), yang memiliki λ tertentu untuk setiap unsur
(Khopkhar, 1990).
panjang gelombang resonansinya khas untuk setiap atom. Jika cahaya dengan λ
sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus
dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Inilah asas yang
1. Pengabut
uji. Larutan yang akan dikabutkan ditarik ke dalam pipa kapiler oleh kerja venturi
dari semprotan udara yang bertiup melintasi ujung kapiler. Untuk mengkabutkan
sampel yang berupa cairan diperlukan gas bertekanan tinggi untuk menghasilkan
aerosol yang halus. Aerosol kemudian dibawa ke dalam nyala, di mana logam-
2. Pembakar
konsumsi total. Pada pembakar pracampur, aerosol yang dihasilkan dalam bilik
penguap tidak langsung menuju nyala. Aerosol yang besar akan jatuh dan
dibuang. Campuran gas-gas dan aerosol itu mengalir ke bagian atas pembakar
(nyala). Pada tipe konsumsi total, larutan sampel disalurkan lewat pipa terpisah
Ketika sampel yang telah berubah menjadi uap dibawa menuju api
pelarut menguap di primary combustion zone. Hasil dari tahap ini adalah
pemisahan partikel padat yang dibawa menuju interzonal region. Daerah ini
merupakan daerah dengan suhu tertinggi, di sini gas atom dan ion akan terbentuk
dari partikel padat. Eksitasi dari spektra emisi atom juga terjadi di daerah ini.
Tahap terakhir, atom dan ion akan dibawa menuju lapisan terluar atau secondary
combustion zone dimana akan terjadi oksidasi sebelum hasil atomisasi dibuang
3. Gas pembakar
dan asetilen. Sedangkan oksidator yang digunakan adalah udara, oksigen, N2O
dan asetilen. Setiap bahan bakar menghasilkan temperatur nyala yang berbeda-
4. Sumber cahaya
Ada dua jenis lampu yang digunakan yaitu hollow cathode lamp dan
mempunyai sebuah katode pemancar yang terbuat dari senyawa yang sama
lampu discas tak berelektrode terdiri dari tabung kuarsa yang mengandung unsur
5. Monokromator
resonansi tertentu dari garis-garis lain yang tidak diserap dan dipancarkan oleh
sumber radiasi. Ada dua jenis monokromator, yaitu monokromator celah dan
difraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi dapat memelihara daya pisah
yang lebih tinggi sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih lebar
6. Detektor
unsur dalam sampel yang memberikan serapan tersendiri. Hasil perubahan itu
16
spesifik untuk tiap logam. Pengujian kadar cemaran logam Pb dan Cd dapat
dilakukan pada panjang gelombang 217,0 nm untuk Pb, panjang gelombang 228,8
1. Kecermatan (accuracy)
dengan dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode
dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan
2. Keseksamaan (precision)
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
simpangan baku relatif (koefisien variasi), dapat diukur dengan cara sebagai
berikut:
SD = Simpangan baku
(Harmita, 2004).
18
3. Linearitas
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung
berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi diartikan
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
5. Selektivitas
zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang
hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan
(Harmita, 2004).
BAB III
METODE PENELITIAN
tidak ada perlakuan terhadap subyek uji, dan bersifat deskriptif karena hanya
1. Klasifikasi variabel
a. Variabel Bebas dalam penelitian ini, yaitu ekstrak rimpang Kunyit yang
ekstrak Kunyit.
penyimpanan.
2. Definisi operasional
a. Ekstrak Kunyit, yaitu ekstrak kering dari rimpang Kunyit yang diperoleh
C. Bahan Penelitian
aquadest, etanol teknis, baku Plumbum (Pb) p.a. Merck, baku Cadmium (Cd) p.a.
D. Alat Penelitian
(Pyrex), Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunkel Ika Labortechnik), oven
Analytic Jena.
pada bulan Juni 2009 dengan usia tanaman 12 bulan. Pemilihan petani dilakukan
secara acak. Rimpang Kunyit dari Pasar Beringharjo diperoleh pada bulan Juni
2009 dari salah satu penjual Kunyit yang dipilih secara acak. Rimpang yang
21
dilakukan untuk serbuk dengan metode yang sama. Hasil yang diperoleh
a. Pencucian
Pencucian dilakukan pada air mengalir sampai tidak ada tanah yang
b. Perajangan
c. Pengeringan
dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C dan dihentikan ketika simplisia
mudah dipatahkan.
22
d. Penyerbukan
e. Ekstraksi
4. Penyiapan sampel
pekat tetes demi tetes melalui dinding beker dan dipanaskan pada penangas air
hingga timbul asap putih dan larutan sampel berwarna jernih. Pemanasan
hingga tanda.
Cd dibuat dengan enam kadar yaitu 4, 6, 8, 10, 12, 14 ppb dengan cara mengambil
400, 600, 800, 1000, 1200, 1400 µl dari larutan 50 ppb dan diencerkan sampai 50
serapan atom dengan λ 228,8 nm. Validasi metode analisis dilakukan dengan
terukur pada kurva baku dibandingkan dengan kadar yang diketahui dikalikan
100%. Syarat metode analisis menurut Harmita (2004), yaitu jika metode tersebut
kadar Pb 1000 µg/ml. Selanjutnya, dibuat larutan baku yang mempunyai kadar Pb
10 µg/ml, yaitu dengan cara memipet 1,0 ml larutan baku induk 1000 µg/ml dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan asam nitrat sampai
tanda.
Dipipet 0,5 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 4,0 ml; 8,0 ml larutan baku Pb, 10 µg/ml ke
masing-masing labu ukur sampai tanda tera dan dibaca absorbansi larutan baku
2004b).
kadar Cd 1000 µg/ml. Selanjutnya, dibuat larutan baku yang mempunyai kadar Cd
10 µg/ml, yaitu dengan cara memipet 1,0 ml larutan baku induk 1000 µg/ml dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan asam nitrat sampai
tanda.
Dipipet 0,5 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 4,0 ml; 8,0 ml larutan baku Cd, 10 µg/ml ke
masing-masing labu ukur sampai tanda tera dan dibaca absorbansi larutan baku
komparatif untuk kadar cemaran logam pada ekstrak rimpang Kunyit dari petani
Rimpang Kunyit yang akan diteliti diambil dari dua asal yang berbeda
yaitu dari petani dan pasar. Dalam penelitian ini digunakan dua asal yang berbeda
yaitu petani dan pasar bertujuan untuk membandingkan apakah proses yang
kandungan logam beratnya (Pb dan Cd). Tujuan lain yang ingin dicapai, yaitu
tradisional sebagai bahan baku, baik industri besar maupun industri kecil.
mencapai 12.323 kg/ha (Priamboro, 2001). Salah satu daerah yang memproduksi
banyak rimpang Kunyit, yaitu Wonogiri, yang terletak di Provinsi Jawa Tengah.
Maka dipilih rimpang Kunyit dari petani di Wonogiri sebagai sampel mewakili
rimpang Kunyit dari petani. Rimpang Kunyit yang didapatkan dipanen pada bulan
Juni 2009 dengan usia panen 12 bulan. Rimpang Kunyit yang dipanen pada
musim kemarau memiliki lebih banyak sari dibandingkan bila dipanen pada
musim hujan. Selain itu, kandungan air dalam rimpang lebih sedikit sehingga
Rimpang Kunyit dari pasar diambil dari Pasar Beringharjo karena merupakan
konsumen.
25
26
Rimpang Kunyit yang didapatkan baik dari pasar maupun petani sebelum
karena dilakukan dengan panca indera, pemeriksaan yang dilakukan meliputi bau,
rimpang Kunyit, yaitu bau khas aromatik; rasa agak pahit, agak pedas, lama
kelamaan menimbulkan rasa tebal (Anonim, 1977). Tabel III menunjukkan hasil
Uraian Kunyit dari Kunyit dari pasar Acuan resmi (Anonim, 1977)
petani
Warna Orange kecoklatan, Kuning kecoklatan, kuning jingga, kuning
Bidang irisan Bidang irisan kemerahan hingga kuning
berwarna lebih berwarna lebih kecoklatan
buram buram
Bentuk Kepingan bulat, Kepingan bulat, berupa kepingan ringan, rapuh,
ringan, keras tapi ringan, keras tapi berbentuk hampir bundar
rapuh, rapuh, hingga bulat panjang, kadang-
Diameter= 2-3 cm, Diameter= 2-3 cm, kadang bercabang, lebar 0,5
tebal= 1-3 mm tebal= 1-3 mm cm sampai 3 cm, panjang 2 cm
sampai 6 cm, tebal 1 mm
sampai 5 mm, umumnya
melengkung tidak beraturan,
kadang-kadang tedapat
pangkal upih daun dan pangkal
akar
maupun dari pasar memiliki ciri makroskopis yang hampir sama bila
Rimpang basah diiris tipis lalu ditempatkan pada gelas objek dan ditetesi dengan
air. Fungsi penambahan air disini, yaitu untuk menjaga sel agar tetap dalam
kondisi lembab, dalam keadaan kering sel akan mengkerut dan rusak. Rimpang
periderm, korteks dan silinder pusat, butir pati, sel sekresi, berkas pembuluh,
yaitu butir pati; parenkim dengan sel sekresi; fragmen pembuluh tangga dan
dalam pustaka (Anonim, 1977), maka terlihat parenkim dengan sel sekresi dan
fragmen pembuluh yang sama dan khas, yaitu berkas pembuluh yang dikelilingi
mikroskopis maka dapat disimpulkan bahwa rimpang yang diperoleh dari Pasar
B. Pembuatan Ekstrak
menghilangkan tanah dan bahan pengotor lain yang menempel di permukaan luar
rimpang. Rimpang basah diiris dengan ketebalan 0,3-0,5 cm. Semakin tebal irisan
rimpang maka akan semakin lama waktu yang diperlukan untuk pengeringan,
tetapi bila terlalu tipis maka kandungan senyawa yang mudah menguap akan
berkurang. Tebal irisan rimpang yang optimal untuk Kunyit yaitu 3-6 mm
(Siswanto, 2004).
kadar air kurang dari 10% (ditandai dengan simplisia mudah dipatahkan). Kadar
air dalam simplisia dibuat kurang dari 10% untuk mencegah pertumbuhan kapang
dilakukan dengan cara dioven pada suhu 60ºC. Suhu pengeringan yang terlalu
tinggi dapat membuat rusaknya senyawa tidak tahan panas yang terdapat dalam
simplisia.
untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam
cairan penyari. Serbuk simplisia diekstrak secara maserasi kinetik, yaitu dilakukan
dilakukan penambahan pelarut pada serbuk dan dilakukan proses maserasi lagi,
penambahan pelarut dilakukan dua kali. Penambahan pelarut ini bertujuan untuk
yaitu (a) selektivitas; (b) kemudahan bekerja dengan cairan tersebut; (c)
ekonomis, dan (d) relatif aman. Berdasarkan kebijakan dan peraturan pemerintah,
pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya
(Anonim, 2000). Zat aktif yang terkandung dalam rimpang Kunyit, yaitu
kurkuminoid, memiliki sifat yang cenderung nonpolar, maka dipilih etanol 95%
C. Penyiapan Sampel
telah ditimbang ditambahkan asam nitrat dan asam perklorat. Penambahan asam
kuat bertujuan untuk melarutkan logam yang terdapat dalam sampel, reaksi yang
terjadi yaitu:
33
1. Untuk logam Pb
2. Untuk logam Cd
Asam kuat dalam penyiapan sampel ini juga berfungsi sebagai agen
dalam penelitian ini merupakan bahan alam dimana mengandung banyak senyawa
organik, dan bila senyawa organik tidak dihilangkan dapat mengganggu pada saat
dilakukan pembacaan absorbansi karena dengan adanya panas dari nyala api akan
menggunakan asam kuat disebut metode destruksi basah. Asam kuat yang dapat
digunakan dalam metode ini antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat,
dan asam klorida dan dapat digunakan secara tunggal maupun campuran
(Inderayani, 2003).
melalui dinding beker, hal ini bertujuan agar asam yang ditambahkan tidak
bereaksi sekaligus. Asam kuat bereaksi hebat dengan sebagian besar senyawa
penyiapan sampel ini untuk mempercepat proses destruksi senyawa organik dalam
sampel.
34
1. akurasi
dengan kadar analit yang sebenarnya (Harmita, 2004). Akurasi dinyatakan sebagai
dengan cara sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa
ditambahkan ke dalam sampel, dicampur, dan dianalisis lagi, selisih kedua hasil
sebesar 0,1-1 ppm, rentang recovery yang diijinkan adalah 80-110%. Nilai
recovery metode AAS memenuhi syarat recovery ini, sehingga dapat dinyatakan
2. presisi
kuantitatif terhadap sampel yang dianalisis dengan metode terpilih. Makin kecil
simpangan relatif yang dihasilkan oleh suatu metode maka validitas metode
sampel blanko dispiking sehingga konsentrasi terhitung larutan Pb 0,5 ppm, lalu
nm.
Harmita (2004), CV yang baik adalah CV < 2% untuk untuk persentase analit
pada matriks sampel sebesar 0,1-1 ppm. Nilai CV dalam uji ini masuk dalam
rentang nilai CV yang dipersyaratkan, sehingga dapat dinyatakan metode AAS ini
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi diartikan
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama. Dari hasil pengujian didapatkan untuk logam Pb nilai
LOD adalah 0,002 ppm dan nilai LOQ adalah 0,0036 ppm. Pada logam Cd nilai
LOD yang didapat adalah 0,002 ppm dan nilai LOQ adalah 0,0036 ppm
sampel. Linearitas suatu kurva baku menunjukkan bahwa kenaikan respon yang
baku yang digunakan. Parameter linearitas suatu kurva ditentukan dengan nilai
koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,999 (Snyder et al., 1997).
Pada penelitian ini dibuat kurva baku dengan seri konsentrasi larutan Pb
dan Cd, yaitu 0,1; 0,2; 0,4; 0,8; 1,6 ppm. Pada penelitian ini digunakan seri
larutan baku yang beraturan agar lebih mudah memperoleh kurva baku yang
absorbansi larutan Pb dan Cd dapat dilihat pada tabel X dan XI seperti berikut.
37
Dari kedua kurva tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya kadar akan
sehingga persamaan garis yang didapat bisa digunakan untuk menghitung kadar
Pb dan Cd.
39
nilai absorbansi larutan sampel dengan AAS dengan λ 228,8 nm untuk Cd dan
217,0 nm untuk Pb. Penentuan kadar menggunakan kurva baku yang sebelumnya
002975 untuk Cd. Hasil pengukuran kadar larutan sampel tersaji dalam tabel XII
Pb bernilai negatif. Hal ini terjadi karena kandungan logam Cd dan Pb dalam
sampel sangat kecil dan berada di bawah nilai batas deteksi (LOD). Batas deteksi
metode analisis untuk Cd, yaitu 0,002 ppm dan untuk Pb sebesar 0,002 ppm .
40
cemaran logam berat yang diperbolehkan dalam ekstrak Kunyit untuk Cadmium,
yaitu tidak lebih dari 0,3 mg/kg (0,3 ppm) dan untuk Plumbum, yaitu tidak lebih
dari 10 mg/kg (10 ppm). Kadar logam berat Cd dan Pb dalam ekstrak rimpang
Kunyit dari petani di Wonogiri dan Pasar Beringharjo Yogyakarta lebih kecil dari
(Pb) dan Arsen (As). Batas kadar logam arsen dalam obat tradisional yang
memiliki ambang yang sangat kecil, yaitu 10 µg/kg. Sumber cemaran logam arsen
sebagian besar hanya terbatas dari limbah industri yang jumlahnya relatif kecil.
Maka dalam penelitian ini tidak dilakukan uji cemaran logam berat arsen (As).
41
BAB V
C. Kesimpulan
1. Cemaran logam berat yang terdapat dalam ekstrak rimpang Kunyit baik
Yogyakarta sebesar < 0,002 ppm untuk logam Cd dan < 0,002 ppm untuk
logam Pb.
2. Kadar logam berat dalam ekstrak rimpang Kunyit yang berasal dari petani
D. Saran
2. Perlu dilakukan uji lain untuk mengetahui keamanan ekstrak rimpang Kunyit
meliputi uji cemaran lempeng total, uji cemaran kapang khamir, uji
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001, The Merck Index, 13th, 440, 1053, Merck and CO Inc, Nj.USA
Broto, H., et all., 2006, Survei Timbal pada Rambut dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan PKL dan Warga Malioboro Kota Yogyakarta Tahun 2006,
http://www.btkljogja.or.id/file_dokumen/30012008SURVEI%20TIMBAL%
20PADA%20RRAMBU%20MANUSIA.pdf, diakses tanggal 5 Februari
2010
Darmono, 1995, Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, 6, 97, 109,
Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta
Friberg, L., and Piscator, M., 1974, Cadmium in The Environment, 19-27, CRC
Press Inc., US
Inderayani, P., 2003, Perbandingan Destruksi Kering dan Destruksi Basah pada
Penentuan Fe dalam Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz sin.M. utilissima
Pohl) Secara Spektrofotometer Serapan Atom, Skirpsi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya
42
43
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, 275-285, UI Press, Jakarta
Kurniawan, I. A., 2000, Analisis Cadmium (Cd) dalam Daging Kerang Darah
(Anadara granosa) dari Pasar Tambak Lorok Semarang dengan
Spektrofotometri Serapan Atom, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 6-7, Universitas Airlangga
Press, Surabaya
Pudjaatmaka, A.H, dan Setiono, L., 1994, Vogel Buku Ajar kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik, 944-963, EGC, Jakarta
Sinaga, E., 2006, Botani Kunyit, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan
Obat UNAS/ P3OUNAS, http://iptek.apjii.or.id, diakses tanggal 20
Desember 2009
Siswanto, Y. W., 2004, Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial, 46,
Penebar Swadaya, Jakarta
Snyder, L.R., Kirkland, J.J., and Glajch, J.L., 1997, Practical HPLC Method
Development, 2nd Edition, 225, JohnWiley & Sons, Inc., New York
Suryanto, S., 2008, Uji Cemaran Logam Berat (Arsenikum, Cadmium, dan
Plumbum) Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) dan Ekstrak
Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dengan Spektrofotometer
Serapan Atom, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Voigt. R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 579-582, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Rimpang Kunyit
45
Lampiran 2. Ekstrak rimpang kunyit dari petani di Wonogiri (atas) dan ekstrak
rimpang kunyit dari Pasar Beringharjo Yogyakarta (bawah)
46
Lampiran 3. Data identifikasi rimpang kunyit secara mikroskopis
47
Lampiran 4. Data identifikasi serbuk rimpang kunyit secara mikroskopis
48
Lampiran 5. Data verifikasi logam Pb
respon (absorbansi).
49
2. Penentuan Presisi
3. Penentuan Recovery
sampel yang telah dispiking dan blankonya (6 matriks tanpa spiking) ditentukan
50
Lampiran 6. Data verifikasi logam Cd
respon (absorbansi).
51
2. Penentuan Presisi
3. Penentuan Recovery
sampel yang telah dispiking dan blankonya (6 matriks tanpa spiking) ditentukan
52
Lampiran 7. Data pengukuran absorbansi ekstrak rimpang kunyit
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
BIOGRAFI PENULIS
63