Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

S DENGAN PRIORITAS
MASALAH KEBUTUHAN DASAR : PERSONAL HYGIENE DI WATES MOJOKERTO

Dosen Pembimbing : Arief Andriyanto, M.Kep.,Sp.Kep

MATA KULIAH
KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh Kelompok 5

1. Nadisty Wance I (201801136)


2. Sinta Efriana Dewi (201801137)
3. Maya Ayu Wandari (201801146)
4. Abdul Majid (201801155)
5. Trisna Sagita (201801161)
6. Yonas Tayanan (201801167)
7. Misye Yulimina Ruth (201801176)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TA 2022
Jl. Raya Jabon Km 6 Mojokerto, (0321) 3902
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sang pencipta semesta,
manusia dan kehidupan beserta segala isinya, atas berkat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas gerontic dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar : Personal Hygiene di Wates
Mojokerto”. Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas Keperawatan gerontik di Program Studi S1 Keperawatan fakultas
Keperawatan STIKES BINA SEHAT PPNI Mojokerto.

Mojokerto, 27 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Orisinalitas

Kata Pengantar.....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................4
1.3 Manfaat.................................................................................................4
BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri...................................................6
2.1.1 Pengertian Perawatan Diri............................................................6
2.1.2 Tingkat Kemampuan Perawatan Diri..........................................7
2.1.3 Macam-macam Perawatan Diri...................................................9
2.1.4 Manifestasi Klinik......................................................................13
2.1.5 Tujuan Perawatan Diri...............................................................14
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri...................14
2.1.7 Dampak Perawatan Diri.............................................................16
2.1.8 Upaya Perawat Dalam Melakukan Perawatan Diri....................16
2.2 Konsep Dasar Lansia...........................................................................17
2.2.1 Pengertian Lansia.......................................................................17
2.2.2 Proses Menua.............................................................................18
2.2.3 Batasan Lansia...........................................................................18
2.2.4 Tipe-tipe Lansia.........................................................................19
2.2.5 Perubahan Pada Lansia..............................................................19
2.2.6 Perubahan Kognitif....................................................................21
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus...............................................................22
2.3.1 Pengkajian...................................................................................22
2.3.2 Analisa Data...............................................................................25
2.3.3 Masalah Keperawatan................................................................27
2.3.4 Intervensi Keperawatan.............................................................27
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi........................................................32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................36
3.2 Saran....................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Defisit perawatan diri mandi yaitu hambatan kemampuan untuk melakukan
atau memenuhi aktivitas mandi/hygiene. Defisit perawatan diri menggambarkan
suatu keadaan seseorang yang mengalami hambatan kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berganti pakaian, makan dan
eliminasi. Jika seseorang tidak dapat melakukan semua perawatan diri, situasi ini
digambarkan sebagai defisit perawatan total. Namun, diagnosis tersebut dapat
diklasifikasi dalam masalah yang lebih spesifik, dengan batasan karakteristiknya
masing-masing, masalah-masalah ini dapat berdiri sendiri atau dalam berbagai
kombinasi, seperti Defisit perawatan diri : makan dan deficit perawatan diri :
mandi/hygiene dan makan, (Nursing Interventions Clarification/NIC, 2012).
Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Proses penuaan
merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu masa anak, masa
dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu (Mubarak,
2009).
Menua Constantinides (1994 dalam Setiadi, 2005) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan
progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat
irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses
alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun
sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada
lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan
(disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan
proses kemunduran (Bondan, 2006).
Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur
dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh
manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan berbagai fungsi organ vital.
Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional,
menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya minat
terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap material, dan minat kegiatan
rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan subjek saja yang berbeda (Mubarak,
2009).
Fakta di masa lalu, merawat klien lanjut usia (lansia) dianggap sebagai area
berteknologi rendah, dijelaskan sebagai area yang bukan salah satu area praktik
keperawatan bergengsi (Basford, 2006). Terdapat keraguan bahwa klien lansia
dengan demensia merupakan kekhawatiran utama dalam penyediaan pelayanan
asuhan keperawatan lanjut (home care). Bahwa seiring dengan semakin lanjutnya
usia, mental serta kecakapan fisik melambat sampai beberapa tingkat, sehingga
lansia distigmatisasi sebagai bagian bawah dalam kelompok sosial dan kebutuhan
khusus mereka kurang dikenali, sehingga perawatan home care tidak
maksimal (Larsson, 2007).
Sensus penduduk tahun 1901, menemukan kurang dari dua juta masyarakat
Inggris berusia lebih dari 65 tahun. Pada 1989, diperkirakan jumlah penduduk
lansia sekitar sembilan juta. Walaupun lansia yang lebih muda (65-75 tahun)
secara statistik menunjukkan sikap yang tetap mandiri, terdapat peningkatan
signifikan pada lansia yang lebih tua (75 tahun ke atas) yang menyebabkan
kesulitan tertentu bagi penyedia perencana kesehatan dan perawatan sosial. Pada
1991, bahwa 44% penduduk lansia berusia lebih dari 75 tahun. Diperkirakan pada
2041 proporsi penduduk lansia yang lebih tua akan melebihi 50%. Dalam istilah
lain, diprediksi bahwa antara 1991 dan 2011 jumlah lansia akan meningkat sampai
sekitar 700.000 dan sekitar 75% terdiri dari lansia yang berusia lebih dari 75 tahun
(OPCS, 1991). Antara 60% dan 75% lansia penghuni panti jompo menderita
beberapa bentuk demensia (Stockslager, 2007). Bahwa tingkat kerusakan jaringan
otak meningkat melalui kombinasi dari pengurangan sejumlah darah teroksigenasi
yang mencapai daerah otak, dan efek proses penuaan pada organ lain dan pada
system tubuh. Efek kondisi yang dapat dipantau ini adalah kehilangan
keterampilan sehari-hari seperti mandi, makan dan minum, berpakaian, dan
eliminasi, serta rasa frustasi akibat kehilangan kepercayaan diri dan harga diri
yang dapat digabungkan dengan cara perawat memperlakukan klien lansia
(Kitson, 1990). Salah satu upaya perawatan terhadap lansia berupa home care
untuk mempertahankan individualitas dan pemberdayaan karena perawatan
tersebut adalah tentang pemberian asuhan spesial untuk memenuhi kebutuhan
spesial. Sehingga ketergantungan permanen pada lansia dapat dikurangi.
Pengkajian keperawatan untuk kelompok klien ini perlu dikonsentrasikan pada
mengukur efek kerusakan dalam kemampuan untuk berkomunikasi, mobilisasi,
dan terlibat dalam aktivitas sosial. Intervensi keperawatan selanjutnya harus
berfokus pada memfasilitasi adaptasi individu guna mengembalikan kesejahteraan
dan kemandirian (Basford, 2006)
Berdasarkan kasus di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia dengan klien Ny.
S berumur 72 tahun, ditemukan bahwa klien lansia mengalami masalah dalam hal
perawatan diri disebabkan karena adanya perubahan dalam kodisi fisik dan
psikologisnya.
Kasus yang dialami Ny. S merupakan kasus dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar personal hygiene defisit. Penulis memprioritaskan masalah ini
dikarenakan perubahan kondisi pada fisik dan psikologi klien yang dapat
mempengaruhi status kesehatan klien lansia. Oleh karena itu, perawat perlu
memberikan asuhan keperawatan yang dapat membantu klien lansia dalam
pemenuhan kebutuhan perawatan dirinya terkait dengan kondisi kesehatan pada
Ny. S.
Permasalahan kebutuhan personal hygiene haruslah diperhatikan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian pasien, penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar : Personal Hygiene di Kelurahan Sari
Rejo Medan Polonia”
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah memberikan gambaran nyata
tentang asuhan keperawatan pada klien lansia dengan defisit perawatan diri
dan memberi pengetahuan pada pembaca tentang asuhan keperawatan
kepada klien lansia dengan defisit perawatan diri.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien lansia
dengan Defisit Perawatan diri.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada
klien lansia dengan Defisit Perawatan diri.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada klien
lansia dengan Defisit Perawatan diri.
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada
klien lansia dengan Defisit Perawatan diri.
e. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien
lansia dengan Defisit Perawatan diri.

1.3 Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis imiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi insitusi
penyelenggara pendidikan Diploma III keperawatan khususnya dalam
mengembangkan suatu panduan bagi mahasiswa di dalam mempersiapkan
mahasiswa untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien lansia
dengan defisit perawatan diri. Selain itu, hasil karya tulis ilmiah ini juga
dapat digunakan oleh institusi untuk membantu mhasiswa bagaimana
mengidentifikasi kebutuhan dasar klien lansia dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa membantu klien lansia dalam pemenuhan
kebutuhan dasar.
b. Bagi Praktek Keperawatan
Hendaknya meningkatkan komunikasi terapeutik terhadap klien lansia
sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai. Selain itu juga ditingkatkan
hubungan kerjasama antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam
perawatan baik di rumah sakit maupun setelah klien lansia pulang ke
rumah.

c. Bagi Klien Lansia


Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien
lansia mengatasi masalah defisit perawatan diri, sehingga klien lansia
dapat melakukan perawatan diri dengan baik meskipun mempunyai
keterbatasan fisik.

d. Bagi Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
yang bermakna bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan defisit perawatan diri.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Perawatan Diri


2.1.1 Pengertian Perawatan Diri
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik
secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Kebersihan diri adalah upaya
individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi
dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam
meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1998). Lansia perlu mendapatkan
perhatian dengan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung kepada
orang lain dan mampu mengurus diri sendiri (mandiri), menjaga kesehatan diri,
yang tentunya merupakan kewajiban dari keluarga dan lingkungannya. Dalam
teori self care Dorothea Orem menganggap bahwa perawatan diri merupakan
suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf
kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari
perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali (Hapsah, 2008).
Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di
mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan
mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu
karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan
kesehatan. Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan
rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian.
Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan keluarga akan
pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan. Karena pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 1997).
Menurut Andarmoyo (2012), dalam kehidupan sehari-hari kebersihan
merupakan hal yang sangat penting yang harus diperhatikan karena kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan klien.
Praktek perawatan diri seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial dan
budaya. Jika seseorang sakit biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.
Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,
padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum. Sebagai seorang perawat hal yang penting yang perlu diperhatikan selama
perawatan diri klien adalah memberikan kemandirian klien sebanyak mungkin,
memperhatikan kemampuan klien dalam melakukan praktik perawatan diri,
memberi privasi dan penghormatan, serta memberi kenyamanan fisik kepada
klien.

2.1.2 Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Lansia


Perubahan patofisiologis pada korteks serebri mengakibatkan lansia
mengalami defisit perawatan diri. Sehingga perlu diupayakan penyusunan
aktivitas sehari-hari yang lebih sederhana dan singkat yang dapat menimbulkan
kepuasaan bagi lansia dalam melakukannya (Smeltzer, 2001). Dalam Nursalam
(2009), klasifikasi tingkat kemampuan perawatan diri (tingkat ketergantungan
klien) berdasarkan teori Orem terdiri dari butuh sedikit bantuan (minimal care),
butuh bantuan sebagian dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri (partial
care), dan butuh bantuan penuh dalam memenuhi perawatan diri (total care).
Berdasarkan Activity Daily Living (ADL) Barthel, tingkat ketergantungan klien
terdiri dari mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan sedang,
ketergantungan berat, dan ketergantungan total.

Tabel : Indeks ADL Barthel

No Aktivitas Kemampuan Skor

1 Transfer (tidur duduk) Mandiri 3


Dibantu satu orang 2
Dibantu dua orang 1
Tidak mampu 0
2 Mobilisasi (berjalan) Mandiri 3
Dibantu satu 2
orang/walker
Dengan kursi roda 1
Tergantung orang lain 0

3 Penggunaan toilet (pergi ke/dari WC, Mandiri 1


melepas/mengenakan celana, Perlu pertolongan 0
menyeka, menyiram) orang lain

4 Membersihkan diri (lap muka, sisir Mandiri 1


rambut, sikat gigi) Perlu pertolongan 0
orang lain

5 Mengkontrol BAB Kontinen teratur 2


Kadang-kadang 1
inkontinen
Inkontinen 0

6 Mengontrol BAK Kontinen teratur 2


Kadang-kadang 1
inkontinen
Inkontinen 0

7 Mandi Mandiri 1
Tergantung orang lain 0

8 Berpakaian (mengenakan baju) Mandiri 2


Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0

9 Makan Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tergantung 0
Nilai ADL = 19 : Mandiri

15 – 18 : Ketergantungan Ringan
10 – 14 : Ketergantungan Sedang
5–9 : Ketergantungan Berat
0 –4 : Ketergantungan Total

2.1.3 Macam–Macam Perawatan Diri


Pemeliharaan perawatan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki perawatan diri yang baik apabila, orang tersebut dapat
menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut,
rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya.
Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam perawatan diri adalah:
1. Perawatan Kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi,
ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan
utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis (lapisan luar)
disusun beberapa lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda
dari maturasi, melindungi jaringan yang berada di bawahnya terhadap
kehilangan cairan dan cedera mekanis maupun kimia serta mencegah
masuknya mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Dermis,
merupakan lapisan kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikatan kolagen
dan serabut elastik untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh
darah, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan folikel rambut bagian yang
melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak,
cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit dan rambut
untuk menjaga agar tetap lemas dan liat. Lapisan Subkutan terdiri dari
pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus yang terisi
dengan sel-sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas
bagi tubuh. Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan
dengan pembuluh darah yang berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan
mengeliminasi sel mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat
penting untuk memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan
perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan,
tekstur, turgor, temperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi
fisiologisnya masih optimal.

2. Mandi
Mandi adalah bagian perawatan diri total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi individu dengan ketergantungan total dan memerlukan
perawatan diri total. Keluasan mandi individu dan metode yang digunakan
untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik individu dan kebutuhan
tingkat perawatan diri yang diperlukan. Individu yang bergantung dalam
kebutuhan perawatan dirinya sebagian atau individu yang terbaring di
tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua
bagian badan memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Pada lansia,
mandi biasanya dilakukan dua kali sehari atau lebih sesuai selera dengan air
dingin atau air hangat. Diusahakan agar satu kali mandi tidak dibawah
pancuran atau konsensional, tetapi merendam diri di bak mandi yang akan
memberi kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran
tubuh. Penting juga membersihkan alat kelamin dan kulit antara dubur dan
alat kelamin (perineum). Gosokan dimulai dari sisi alat kelamin kearah
dubur. Bagi wanita, puting payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian
dikeringkan. Setelah selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga
telinga, lipatan-lipatan kulit dan celah-celah jari kaki untuk menghindarkan
timbulnya infeksi jamur, juga pada semua lipatan-lipatan kulit lainnya
(Setiabudhi, 2002).

3. Perawatan Mulut
Perawatan mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,
gigi, gusi, dan bibir. Menggosok, membersihkan gigi dari partikel partikel
makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi, dan mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Beberapa penyakit yang muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang
buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan. Perawatan mulut yang baik
memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.
Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab
adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah
kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteoporosis dan periodontitis
pada lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini
sering tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan.
Karies timbul antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel
pada gigi oleh kuman yang lambat laun mengakibatkan lobang pada enamel
gigi dan bila tidak ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf
gigi karena infeksi. Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat
asam, gigi perlu dibersihkan yaitu kumur-kumur dengan air. Maka penting
untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari dan sangatlah
dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas
makan (Setiabudhi, 2002).

4. Perawatan Mata, Hidung dan Telinga


Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi. Secara
normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena
secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga
tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang serumen
terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri atau dibantu oleh
keluarga. Perawatan telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka
akan mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera
penciuman, memantau temperatur dan kelembapan udara, serta mencegah
masuknya partikel asing ke dalam system pernapasan.
5. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut
sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar
higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator
status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun
fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat
mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh
yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut
perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Kerontokan rambut
sering terjadi pada lansia. Jumlah rambut rata-rata adalah lebih 100.000
helai, 80% bersifat aktif tumbuh dan sisanya 20% berada dalam stadium
tidak aktif. Rambut membutuhkan perawatan yang baik dan teratur,
terutama pada wanita. Agar tidak mengalami banyak kerontokan, antara
lain karena kurangnya sanitasi atau adanya infeksi jamur yang lazim
disebut ketombe. Rata-rata 50-100 helai rambut dapat rontok dalam masa
sehari. Oleh itu rambut sebaik-baiknya perlu dicuci dengan shampo yang
mengandung anti ketombe yang cocok. Cuci rambut sebaiknya dilakukan
tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu (Setiabudhi, 2002).

6. Perawatan Kaki dan Kuku


Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang
tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau
ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau
pada waktu yang terpisah. Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan
pada kuku yaitu pertumbuhan kuku menjadi lebih lambat, permukaan tidak
mengkilat tetapi menjadi bergaris dan mudah pecah karena agak keropos.
Warnanya bisa berubah menjadi kuning. Kuku bisa menjadi lembek
terutama kuku kaki akan menjadi lebih tebal dan kaku serta sering ujung
kuku kiri dan kanan menusuk masuk ke jaringan disekitarnya (ungus
incarnates). Pengguntingan dilakukan setelah kuku direndam dalam air
hangat selama 5-10 menit karena pemanasan membuat kuku menjadi
lembek dan mudah digunting (Setiabudhi, 2002).

7. Perawatan Genetalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Seseorang
yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah yang beresiko
terbesar memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak mampu melakukan
perawatan diri dapat dibantu oleh keluarga untuk melakukannya.

2.1.4 Manifestasi Klinik


Menurut Depkes (2000), manifestasi klien lansia dengan defisit perawatan
diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interakasi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAB/BAK disembarang tempat
2.1.5 Tujuan Perawatan Diri
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Pencegahan penyakit
5. Meningkatkan percaya diri seseorang
6. Menciptakan keindahan

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri


Menurut Potter & Perry (2005), sikap seseorang melakukan perawatan
diri (personal hygiene) dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu : citra tubuh,
praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, variabel kebudayaan,
pilihan pribadi, dan kondisi fisik.
1. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap
peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sundeen, 1991). Citra tubuh ini
dapat seringkali berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan
hygiene seseorang.

2. Praktik Sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang individu berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Praktik hygiene lansia dapat berubah
dikarenakan situasi kehidupan. Misalnya, lansia yang tinggal di rumah
perawatan tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungan yang baru.
Mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk membungkuk keluar masuk
bak mandi kecuali kamar mandi telah dibentuk untuk mengakomodasi
keterbatasan fisik mereka.

3. Status Sosial Ekonomi


Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Dari segi ekonomi, harus diperhatikan apakah
individu dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant,
sampo, pasta gigi, dan kosmetik. Sedangkan dari aspek sosial dilihat apakah
penggunaan produk-produk tersebut merupakan bagian dari kebiasaan sosial
yang dipraktikkan oleh kelompok sosial individu.

4. Pengetahuan
Pengetahuan akan pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktek hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan
diri sehingga akan terus meningkatkan perawatan dirinya.

5. Variabel Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan
hygiene. Seorang dari latar belakang kebudayaan berbeda memiliki praktik
perawatan diri yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering
menentukan definisi tentang kesehatan dan perawatan diri.

6. Pilihan Pribadi
Menurut pilihan dan kebutuhan pribadi, setiap individu memiliki
keinginan dan pilihan tentang kapan untuk melakukan perawatan diri dan
bagaimana ia melakukannya.

7. Kondisi Fisik
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran
terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan
peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di
dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat meningkatkan bantuan
orang lain.
2.1.7 Dampak Perawatan Diri
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku.

2. Gangguan psikosoial
Masalah sosial yang berhubungan dengan defisit perawatan diri adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
aktualisasi diri menurun dan gangguan dalam interaksi sosial.

2.1.8 Upaya Perawat Dalam Melakukan Perawatan Diri


Perawat memiliki peran penting didalam upaya menjaga dan memenuhi
kebutuhan personal hygiene pasien. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan proses keperawatan yaitu (Hidayat, 2006) :
1) Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan
prasarana yang dimiliki, serta faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene individu baik faktor pendukung maupun faktor pencetus.
2) Pemeriksaan fisik pada pemeriksaan fisik, kaji personal hygiene individu,
mulai dari ekstremitas atas sampai bawah:
a) Rambut : Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kualitas), apakah
tampak kusam? Apakah ditemukan kerontokan?
b) Kepala : Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan
adanya ketombe, kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
c) Mata : Amati adanya tanda-tanda ikterus., konjungtiva pucat, secret
pada kelopak mata, kemerahan dan gata-gatal pada kelopak mata.
d) Hidung : Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,
perdarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tak kunjung sembuh, tanda-
tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
e) Mulut : Amati kondisi mulut dan amati kelembabannya. Perhatikan
adanya lesi, tanda-tanda radang gusi atau sariawan, kekeringan atau
pecah-pecah.
f) Gigi : Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-
tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap atau gigi
palsu.
g) Telinga : Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya
serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan pada
daya pendengaran.
h) Kulit : Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembaban) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, kulit keriput,
lesi, atau pruritus.
i) Kuku tangan&kaki : Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan
adanya kelainan atau luka.
j) Personal hygiene secara umum : Amati kondisi dan kebersihan kulit
secara umum. Perhatikan adanya kelainan kulit atau bentuk tubuh.

2.2 Konsep Dasar Lansia


2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000). Usia lanjut
adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Usia lanjut adalah suatu proses alami
yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006). Menua secara normal dari system saraf
didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat
bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual
dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo & Hendra
Utama, 1995). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Wahyudi, 2000).

2.2.2 Proses Menua


Proses menua merupakan suatu proses yang wajar, bersifat alami dan pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang (Nugroho, 2000).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley & Patricia, 2006).

2.2.3 Batasan Lansia


Menurut WHO, batasan lansia meliputi:
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Masdani (2006), mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan


dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

2.2.4 Tipe-Tipe Lansia


Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknya. Nugroho (2000), menjelaskan tipe-tipe lansia
antara lain :
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan,
mempunyai kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses
penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, minder, pasif dan kaget.

2.2.5 Perubahan Pada Lansia


Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya
umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah
sebagai berikut :
1. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap
suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive
terhadap sentuhan.
3. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi
menyebabkan otosklerosis.
5. Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole
normal ± 95 mmHg.
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara
lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
8. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
9. Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi
atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan
disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks
sekunder.
10. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.
11. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan
pada bentuk sel epidermis.
12. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan
mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi
lamban, otot mudah kram dan tremor.

2.2.6 Perubahan Kognitif


Kebanyakan trauma psikologis dan emosi pada masa lanisa muncul akibat
kesalahan konsep karena lansia mengalami kerusakan kognitif. Akan tetapi
perubahan struktur dan fisiologi yang terjadi pada otak selama penuaan tidak
mempengaruhi kemampuan adaptif & fungsi secara nyata (Ebersole & Hess,
1994).
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
Nama Panti :-

Alamat Panti :-

Asrama :-

No Rekam Medik :-

Tanggal Pengkajian : Agustus 2021

I. IDENTITAS

Nama : NY. S

Alamat : Wates

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : Elderly (69 tahun)

Status : Menikah

Agama : Kristen

Suku : Jawa

Tingkat pedidikan : Tamat SMA

Lama tinggal di panti/ keluarga : -

Sumber pendapatan :-

Keluarga yang dapat dihubungi : -

Riwayat Pekerjaan :-

II. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan yang dirasakan saat ini : Sering merasakan gatal pada tubuh

Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir : Gatal-gatal

Penyakit saat ini : -

Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : gatal-gatal

III. STATUS FISIOLOGIS

Bagaimana postur tulang belakang lansia :

(1) Tegap (2) Kifosis (3) Skoliosis (4) Lordosis


Tanda-tanda vital dan status gizi :

(1) Suhu : 36,6

(2) Tekanan darah : 100/60

(3) Nadi : 84

(4) Respirasi : 20

(5) Berat badan : 40

(6) Tinggi badan : 150

(7) Status Gizi : IMT : 17,8 (kurang BB)

PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1.Kepala :

Kebersihan : kotor/bersih

Kerontokan rambut : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak

2. Mata

Konjungtiva : anemis/tidak

Sklera : ikterik/tidak

Strabismus : ya/tidak

Penglihatan : Kabur/tidak

Peradangan : Ya/tidak

Riwayat katarak : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak

Penggunaan kacamata : ya/tidak

3. Hidung

Bentuk : simetris/tidak

Peradangan : ya/tidak

Penciuman : terganggu/tidak

4. Mulut dan tenggorokan

Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab

Peradangan/stomatitis : ya/tidak

Gigi geligi : karies/tidak, ompong/tidak

Radang gusi : ya/tidak

Kesulitan mengunyah : ya/tidak

Kesulitan menelan : ya/tidak

5. Telinga

Kebersihan : bersih/tidak

Peradangan : ya/tidak

Pendengaran : terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan : -

Keluhan lain : ya/tidak

Jika ya, jelaskan :-

6. Leher

Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak

Kaku kuduk : ya/tidak

7. Dada

Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya

Retraksi : ya/tidak

Wheezing : ya/tidak

Ronchi : ya/tidak

Suara jantung tambahan : ada/tidak

8. Abdomen

Bentuk : distensi/flat/lainnya

Nyeri tekan : ya/tidak

Kembung : ya/tidak

Supel : ya/tidak

Bising usus : ada/tidak, frekwensi : 4 kali/menit


Massa : ya/tidak, regio

9. Genetalia

Kebersihan : baik/tidak

Haemoroid : ya/tidak

Hernia : ya/tidak

10. Ekstremitas

Kekuatan otot : 5,5,2,2 (skala 1 – 5 )

Kekuatan otot

0 : lumpuh
1 : ada kontraksi
2 : Melawan grafitasi dengan sokongan
3 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh

Rentang gerak : maksimal/terbatas

Deformitas : ya/tidak,

Tremor : ya/tidak

Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak

Penggunaan alat bantu : ya/tidak,

Refleks

Kanan Kiri

Biceps + +

Triceps + +

Knee - -

Achiles - -

Keterangan : reflek knee dan achiles pada kedua kaki menurun

Refleks + : normal

Refleks - : menurun/meningkat

11. Integumen

Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak

Kelembaban : Kering/lembab

Gangguan pada kulit : ya/tidak, jelaskan gatal pada seluruh badan dan sering menggaruk
garuk daerah yang gatal

IV. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL SPIRITUAL

Cemas : tidak

Stessor psikologis :konflik dengan keluarga

Mekanisme koping : adaptif

Stabilitas emosi

(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar
Motivasi penghuni panti/tinggal bersama keluarga:

(1) Kemauan sendiri


(2) Terpaksa

Pengkajian masalah emosional:

1. Masalah emosional

Pertanyaan tahap 1

(1) Apakah klien mengalami susah tidur (ya)


(2) Apakah klien sering merasa gelisah ( ya)
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri (tidak)
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir(ya)
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban ya 1 atau lebih

Pertanyaan tahap 2

(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan (ya)
(2) Ada masalah atau banyak pikiran (tidak)
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain (tidak)
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter (tidak)
(5) Cenderung mengurung diri (ya)
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya, maka
masalah emosional ada atau ada gangguan emosional

Gangguan emosional
Kesimppulan : terdapat ganggguan emosional
SKALA DEPRESI GERIATRIK

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam


Gerontological Nursing, 2006)
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ?
□ Ya □ Tidak
2 Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan hal-hal yang
menarik minat anda ?
□ Ya □ Tidak
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa ?
□ Ya □ Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan ?
□ Ya □ Tidak
5 Apakah anda biasanya bersemangat / gembira ?
□ Ya □ Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?
□ Ya □ Tidak
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?
□ Ya □ Tidak
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?
□ Ya □ Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?
□ Ya □ Tidak
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya
ingat anda dibanding kebanyakan orang ?
□ Ya □ Tidak
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan ?
□ Ya □ Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini ?
□ Ya □ Tidak
13 Apakah anda merasa anda penuh semangat ?
□ Ya □ Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?
□ Ya □ Tidak
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari
pada anda ?
□ Ya □ Tidak
Skor : ( skor 6) menunjukkan kemungkinan besar depresi.
- Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi.
- Skor 10 atau lebih merupakan depresi.
PENILAIAN DEPRESI MENURUT BECKAT, BECKRW:
1. Kesedihan
0. Saya tidak merasa sedih
1. Saya merasa sedih
2. Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
3. Saya sangat sedih/tak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2. Pesimisme
0. Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
1. Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
2. Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
3. Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
3. Rasa kegagalan
0. Saya tidak merasa gagal
1. Bila merasa telah gagal melebihi pada umumnya
2. Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
3. Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami atau istri)
4. Ketidakpuasan
0. Saya tidak merasa tidak puas
1. Saya tidak mempunyai cara yang saya gunakan
2. Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
3. Saya tidak puas dengan segalanya
5. Rasa bersalah
0. Saya tidak kecewa dengan diri sendiri
1. Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
2. Saya merasa sangat bersalah
3. Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
6. Tidak menyukai diri sendiri
0. Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
1. Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
2. Saya muak dengan diri saya sendiri
3. Saya benci diri saya sendiri
7. Membahayakan diri sendiri
0. Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
1. Saya merasa lebih baik mati
2. Saya mempunyai rencana pasti tentang rencana bunuh diri
3. Saya akan membunuh saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
8. Menarik diri dari sosial
0. Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
1. Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
2. Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
3. saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka
semuanya
9. Keragu-raguan
0. Saya membuat keputusan yang baik
1. Saya berusaha mengambil keputusan
2. Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
3. Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
10. Perubahan Gambaran Diri
0. Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumya
1. Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik
2. Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan saya dan ini
membuat saya tidak menarik
3. Saya merasa bahwa saya jelek dan tampak menjijikkan
11. Kesulitan Kerja
0. Saya tidak bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
1. Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
2. Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan untuk melakukan sesuatu
3. Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
12. Keletihan
0. Saya tidak merasa lebih lelah dari sebelumnya
1. Saya merasa lelah dari yang biasanya
2. Saya merasa lebih untuk melakukan sesuatu
3. Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
13. Anoreksia
0. Nafsu makan saya tidak buruk dari sebelumnya
1. Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
2. Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
3. Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

SCORE : 6 (depresi ringan)

0-4: Depresi tidak ada atau minimal


4– 7: Depresi ringan
8 – 15 : Depresi sedang
16 ke atas : depresi berat
Sosial:
Hubungan dengan orang lain dalam wisma/di dalam keluarga :
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti/di masyarakat:
(1) Tidak dikenal
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti/di masyarakat:
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah
Frekwensi kunjungan keluarga
(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah
APGAR KELUARGA
(Skrinning singkat mengkaji fungsi SOSIAL Lansia)

Tdk
Selalu Kadang2
No Fungsi URAIAN Pernah
(2) (1)
(0)

1. Adaptation Saya merasa puas karena saya dapat meminta 


bantuan keluarga (teman-teman) saya saat
ada sesuatu yang mengganggu saya.

2. Partnership Saya merasa puas karena keluarga (teman- 


teman) saya membicarakan setiap hal dan
berbagai masalah dengan saya.

3. Growth Saya merasa puas karena keluarga (teman- 


teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk terlibat dalam aktivitas
atau kegiatan baru.

4. Affection Saya merasa puas karena keluarga (teman- 


teman) saya memperlihatkan kasih sayang
dan berespons terhadap emosi saya, seperti
rasa marah, penderitaan, dan kasih sayang.

5. Resolve Saya merasa puas dengan cara keluarga 


(teman-teman) saya dan saya meluangkan
waktu bersama-sama.

SCORE : 5 (disfungsi sedang)


INTERPRETASI HASIL :
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Spiritual:
Aktivitas ibadah: tidak beribadah
Hambatan : tidak bisa menjalankan ibadah karena tidak dapat berjalan
PENGKAJIAN TINGKAT KERUSAKAN INTELEKTUAL/ASPEK KOGNITIF LANSIA
1. SPMSQ (SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESIONER).
Benar Salah Nomor Pertanyaan

 1 Tanggal berapa sekarang?

 2 Hari apa sekarang ?

 3 Apa nama tempat ini ?

 4 Dimana alamat anda ?

 5 Berapa umur anda ?

 6 Kapan anda lahir ?

 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

 9 Siapa nama ibu anda ?

 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


setiap angka baru, secara menurun

JUMLAH 2 (Fungsi intelektul utuh)

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
II. MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
Skor Skor
Maksimum Lansia
ORIENTASI

5 (5) Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun), berapa dan


( musim ) apa ?

5 (5) Sekarang kita berada dimana ? (jalan), (no rumah), (kec),


(kabupaten/kota), (Propinsi)

REGISTRASI

3 (3)
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, 1 detik untuk
tiap benda . Kemudian mintalah manula mengulang ke 3 nama
tersebut. Berikan satu angka untuk setiap jawaban yang benar.
Bila masih salah , ulanglah penyebutan ke 3 nama benda
tersebut, sampai ia dapat mengulangnya dengan benar.
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah ( bola, kursi, sepatu )
( Jumlah percobaan .............................. )

ATENSI DAN KALKULASI

5 (4) Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100 ke bawah 1


angka untuk tiap jawaban yang benar. Berhenti setelah 5
hitungan. (93, 86, 79, 72, 65).

Kemungkinan lain : ejalah kata “dunia” dari akhir ke awal ( a-


i-n-u-d )

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

3 (3) Tanyalah kembali nama ke 3 benda yang telah disebutkan


diatas. Berikan 1 angka untuk setiap jawaban yang benar.

BAHASA

9 (6) a. Apakah nama benda-benda ini ? ( Perlihatkan pensil


dan arloji )
( 2 angka )
b. Ulanglah kalimat berikut : ” Jika Tidak Dan Atau
Tapi ” ( 1 angka )
c. Laksanakan 3 buah perintah ini : ” Peganglah
selembar kertas dengan tangan kananmu, lipatlah
kertas itu pada pertengahan dan letakanlah di lantai ( 3
angka )
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut : ”
PEJAMKAN MATA ANDA ” ( 1 ANGKA )
e. Tulislah sebuah kalimat ( 1 angka )
f. Tirulah gambar ini ( 1 angka )
Skor Nilai : 24 – 30 : Normal/tidak ada gangguan kognitif
Nilai : 18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
Nilai : 0 – 17 : Gangguan kognitif berat

V. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


Kebiasaan merokok
(1) > 3 batang sehari
(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Frekwensi makan
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan
(1) 1 porsi dihabis
(2) ½ porsi yang dihabiskan
(3) < ½ porsi yang dihabiskan
(4) Lain-lain
Makanan tambahan
(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang dihabiskan
Pola pemenuhan cairan
Frekwensi minum
(1) < 3 gelas sehari
(2) > 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
(1) Takut kencing malang hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum terbatas
(4) Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman
(1) Air putih (2) Teh (3) Kopi (4) susu
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan


1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 0
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 2

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 2

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0


beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 2


dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 4

7. Lebih sering makan sendirian 1 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0


atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0


terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 0


belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 11

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi: 11 High nutritional risk
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk
Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur : 4 – 6 jam
Gangguan tidur berupa : Sulit mengawali
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : diam saja
Pola eliminasi BAB
Frekwensi BAB : 1 kali sehari
Konsisitensi : Lembek
Gangguan BAB : Tidak ada
Pola BAK
Frekwensi BAK : 4 – 6 kali sehari
Warna urine : Putih jernih
Gangguan BAK : Tidak ada
Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan : Menggambar
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi : tidak
Memakai sabun : tidak
Sikat gigi : tidak
Menggunakan pasta gigi : tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih : tidak pernah
Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks :

NO AKTIVITAS NILAI SKORE

BANTUAN MANDIRI

1. Makan 5 10 5
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 5 -10 15 5
sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, menyisir, 0 5 0
mencukur dan mengosok gigi
4. Aktivitas toilet 5 10 10
5. Mandi 0 5 0
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak 10 15 10
mampu berjalan lakukan dengan kursi roda )
7. Naik turun tangga 5 10 5
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 5 10 5
9. Mengontrol defekasi 5 10 10
10. Mengontrol berkemih 5 10 10

JUMLAH 60

Penilaian : 60 (ketergantungan berat)


0 – 20 : Ketergantunganpenuh
21 – 61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan sedang
91 – 99 :Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Pengkajian Fungsional berdasar Indeks KATZ dari AKS
A . Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi.
B . Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan.
F . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan
satu fungsi tambahan
G . Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai C, D,
E, atau F.
Hasil Indeks KATZ: A
Jelaskan: pasien mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan
mandi.
PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA (Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998)

KRITERIA NILAI

a.      Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

    bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0


     **tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali

duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0


      ** menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi

       bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup 0


      **tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali

      duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup 0


      **menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan

      menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata terbuka 0


      ** menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya

      menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata tertutup 1


      **klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya

     perputaran leher (klien sambil berdiri) 0


     **menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki: keluhan vertigo,
pusing atau keadaan tidak stabil

          gerakan mengapai sesuatu 1


      **tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk
dukungan       

          Membungkuk 0
      **tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-
usaha yang keras untuk bangun

b.      komponen gaya berjalan atau pergerakan

        minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan


     **ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan

        ketinggian langkah kaki 0


     **  kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)

        kontinuitas langkah kaki 0


     ** setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat
satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai

        kesimetrisan langkah 0


      **langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit

        penyimpangan jalur pada saat berjalan 1


      **tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi

        berbalik 0
     **berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang
objek untuk dukungan

Jumlah 3

Keterangan: score 3 resiko jatuh rendah


          0 – 5 resiko jatuh rendah
          6 – 10 resiko jatuh sedang
          11 – 15 resiko jatuh tinggi
THE TIMED UP AND GO TEST(TUG TEST)

NO LANGKAH

1 Posisi Pasien Duduk Dikursi

2 Minta PasienBerdiri Dari Kursi, Berjalan 10 Langkah (3meter), Kembali Ke Kursi,


Ukur Waktu Dalam Detik

Interpretasi hasil:
Score: >30 detik, gangguan mobilitas dan risiko jatuh tinggi
≤ 10 detik : risiko jatuh rendah
11 -19 detik : risiko jatuh rendah-sedang
20 –29 detik : risko jatuh sedang – risiko tinggi
≥ 30 detik : gangguan mobilitas dan risiko jatuh tinggi

VI. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


PEMUKIMAN
Luas bangunan : 10x15 m
Bentuk bangunan : Rumah
Jenis bangunan : Permanen
Atap rumah : Genting
Dinding : Tembok
Lantai : keramik
Kebersihan lantai : kotor
Ventilasi : 15 % luas lantai
Pencahayaan : Baik
Pengaturan penataan perabot : berantakan
Kelengkapan alat rumah tangga : tidak ada
SANITASI
Penyediaan air bersih (MCK) : tidak ada
Penyediaan air minum : air hujan
Pengelolaan jamban : pribadi
Jenis jamban :leher angsa
Jarak dengan sumber air : < 10 meter
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : Lancar
Petugas sampah : dibuang sembarang tempat
Polusi udara : Rumah tangga
Pengelolaan binatang pengerat : tidak
FASILITAS
Peternakan : ada, ayam
Perikanan : tidak
Sarana olah raga : tidak
Taman : ada Luasnya, 5m
Ruang pertemuan : ada Luasnya, 4×4 m
Sarana hiburan : tidak ada
Sarana ibadah : tidak ada
KEAMANAN, KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI
Keamanan
Sistem keamanan lingkungan
Penanggulangan kebakaran :tidak
Penanggulangan bencana :ada
Transportasi
Kondisi jalan masuk panti/rumah : rata
Jenis transportasi yang dimiliki : tidak ada Jumlah : -
Komunikasi
Sarana komunikasi : tidak ada
Jenis komunikasi yang digunakan : tidak ada
Cara penyebaran informasi : melalui tetangga
VII. INFORMASI PENUNJANG
Diagnosa Medis :-
Hasil Pemeriksaan Lab :-
Pengobatan dan Terapi Medis :-
2.3.2 Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


Keperawatan
1 DS : Gangguan kemampuan Defisit perawatan
- klien mengatakan malas mandi untuk melakukan atau diri (mandi,
- klien merasa sedih dengan kondisi menyelesaikan aktifitas berhias,
dirinya perawatan diri secara makan/minum dan
- klien mengatakan terakhir mandi 2 tahun mandiri. eliminasi).
yang lalu
DO :
- klien nampak lesu, lemas dan tidak
bersemangat
- keadaan klien tampak bau dan terubungi
nyamuk
- kulit kotor, tampak malas untuk mandi
dan sulit untuk ganti pakaian
2 DS: Gangguan proses Gangguan kognitif
- keluarga mengatakan bahwa klien jarang
berpikir
bergaul maupun bersosialisasi dengan
orang lain karena klien takut adanya
penolakan.
- Klien mengatakan lingkungannya tidak
mengerti sama sekali tentang klien.
DO:
- Klien sering duduk menyendiri di teras
rumah.
- Kurang dalam kontak mata.
- Klien tidak ingin pembicaraanya dipotong.

2.3.3 Masalah Keperawatan


a. Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan/minum dan eliminasi).
b. Gangguan kognitif.
2.3.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Rencana Tindakan Rasional

Defisit Tujuan dan criteria NIC


hasil : 1. Dengan klien
perawatan diri 1. Latih klien
NOC mengetahui
(mandi, cara-cara
Dalam waktu 4 hari klien pentingnya
berhias, perawatan
akan mampu kebersihan diri
makan/minum diri
menunjukkan perawatan diharapkan
dan eliminasi). a. Jelaskan
diri dengan indikator : klien dapat
pentingnya
1. Klien tidak melakukan
mengaalami menjaga
defisit perawatan perawatan diri
kebersihan
diri. secara mandiri
Klien mampu diri.
melakukan tanpa harus
b. Jelaskan
kebersihan diri diperhatikan
secara mandiri. alat-alat
oleh orang lain.
3. Klien untuk

mampu menjaga
2. Dengan
melakukan kebersiha
menjelaskan
berhias/be n diri.
pentingnya
rpakaian c. Jelaskan
berdandan/ber
secara cara-cara
hias diharapkan
baik. melakukan
dapat
4. Klien mampu kebersihan
membantu
melakukan diri.
merubah
makan/minum d. Latih
penampilan
klien
dengan baik. klien supaya
5. Kilen mampu memprak
terlihat lebih
melakukan tekkan
BAB/BAK rapih.
secara mandiri. cara
3. Dengan
menjaga
melatih klien
kebersih
cara makan
an diri.
yang benar
2. Latih klien
bias/dapat
berdandan/
melakukan
berhias
makan sesuai
a. Berpakaian.
dengan tahapan
b. Menyisir
makan yang
rambut.
baik.
c. Berhias.
3. Latih klien 4. Dengan klien
makan
mengetahui
/minum secara
cara BAB/BAK
mandiri
yang baik
a. Jelaskan
diharapkan
cara
klien mampu
mempers
BAB/BAK di
iapkan
makan/ tempat yang
minum. sesuai dan
b. Jelaska dapat
n cara melakukan
makan/ BAB/BAK
minum
dengan baik.
yang
tertib.
c. Jelaskan
cara
merapik
an
peralata
n
makan/
minum
setelah
dipakai.
d. Praktek
makan
sesuai
dengan
tahapan
makan
yang
baik.
4. Ajarkan klien
melakukan
BAB/BAK
secara mandiri
a. Jelaskan
tempat
BAB/BAK
secara
mandiri.
b. Jelaskan cara
membersihka
n diri setelah
BAB/BAK
c. Jelaskan cara
membersihka
n tempat
BAB/BAK.
Tujuan dan kriteria hasil NIC 1. Gangguan
Gangguan :
1. Minimalkan kognitif
Kognitif NOC
ketakutan, merupakan
1. Klien dapat
kekhawatiran, ancaman
membuat
keputusan. firasat atau terhadap
2. Klien dapat ketidaknyamana harga diri,
menunjukkan n hubungan
proses pikir Pantau dan perawat-
yang logis, modifikasi klien yang
terorganisasi. lingkungan positif
3. Klien dapat untuk fisik dapat
berespon untuk membantu
dengan tepat meningkatkan klien
terhadap isyarat keamanan. mengekspr
komunikasi dan esikan rasa
3. Persiapkan
lingkungan. takut dan
untuk
4. Klien akan merasa
mencapai fungsi berinteraksi
aman
kognitif yang dalam
optimal dengan kontak
lingkungan
Klien mampu mata dan
berpartisipasi dimana ia
dalam kegiatan sentuhan, jika
berada.
keagamaan. diperlukan.
2. Respon
4. Beri dukungan kognitif
kepada klien biasanya
dan keluarga mencakup
saat periode gangguan
disorientasi sensori dan
klien persepsi
yang dapat
5. Beri umpan
membahay
balik positif dan
akan
penguatan
keamanan
untuk perilaku
klien.
yang sesuai.
3. Hubungan
yang baik
antara
perawat
dan klien
dapat
memudahk
an perawat
dalam
melakukan
intervensi
keperawata
n.
4. Hubungan
yang penuh
perhatian
dengan
orang lain
akan
meningkat
kan konsep
diri yang
positif,
komunikasi
dengan
orang yang
terdekat
sering kali
dapat lebih
mudah
dimengerti
daripada
komunikasi
dengan
orang
5. Memberika
n umpan
balik dapat
membuat
seseorang
merasa
dihargai.
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal
Kamis, Defisit 1. Melatih klien cara- SOAP
30 Des perawatan diri cara perawatan diri S: Klien mengatakan
2021 ( mandi, berhias, a. Menjelaskan merasa segar dan nyaman
makan/minum pentingnya setelah mandi.
dan eliminasi) menjaga O:
kebersihan diri. - Klien tampak
b. Menjelaskan berpakaian
alat-alat untuk dengan rapi dan
menjaga bersih.
kebersihan diri. - Ketombe pada
c. Menjelaskan rambut berkurang.
cara-cara - Kulit klien terlihat
melakukan bersih.
kebersihan diri. - Klien mampu
Melakukan
d. Melatih klien
mempraktekkan perawatan mulut
cara menjaga
secara mandiri.
kebersihan diri.
- Klien mampu
2. Melatih klien
menyiapkan alat
berdandan/berhias
makan/minum
a. Berpakaian.
dengan baik.
b. Menyisir
A: Defisit perawatan diri
rambut.
(mandi, berhias,
c. Berhias.
makan/minum dan
3. Melatih klien
eliminasi) (+)
makan /minum
P: Intervensi
secara mandiri
dilanjutkan. Bantuan
a. Menjelaskan
perawatan diri
cara
(Eliminasi).
mempersiapkan
- Menjelaskan cara
makan/minum.
membersihkan diri
b. Menjelaskan setelah BAB/BAK
cara
yang baik dan
makan/minum benar.
yang tertib.
c. Menjelaskan
cara merapikan
peralatan
makan/minum
setelah dipakai.
d. Mempraktekkan
cara makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik.
4. Mengajarkan klien
melakukan
BAB/BAK secara

Mandiri
a. Menjelaskan
tempat
BAB/BAK
secara mandiri.
b. Menjelaskan
cara
membersihkan
diri setelah
BAB/BAK.
c. Menjelaskan
cara
membersihkan
tempat
BAB/BAK

Jumat, Gangguan 1. Meminimalkan SOAP


31 Des kognitif ketakutan, S: Klien mengatakan
2021 kekhawatiran,
sudah mampu mengatasi
firasat atau
rasa takut, khawatir dan
ketidaknyamanan.
ketidaknyamanannya.
2. Memantau dan
- Klien mengatakan
memodifikasi
sudah mampu
lingkungan untuk
berinteraksi
fisik untuk
dengan keluarga
meningkatkan
dan lingkungan.
keamanan.
- Klien mengatakan
3. Mempersiapkan belum mau
berpartisipasi
untuk berinteraksi
dalam kegiatan
dengan kontak mata
keagamaan.
dan sentuhan, jika
O: Klien mulai dapat
diperlukan.
berkomunikasi dengan
4. Memberi dukungan
anggota keluarga dan
kepada klien dan
lingkungan sekitar.
keluarga saat
A: Gangguan kognitif (+)
periode disorientasi
P: Intervensi
klien.
dilanjutkan.
Memberi umpan balik
- Bantu klien
positif dan penguatan untuk
berpartisipasi pada kegiatan
perilaku yang sesuai. keagamaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan proses keperawatan pada Ny. S yang dimulai dari
Pengkajian, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi disimpulkan diagnosa
keperawatan yang di peroleh dari Ny. S adalah :
1. Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan/minum dan eliminasi)
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktifitas sendiri ditandai dengan klien lansia hanya
mandi 1x sehari, tidak mengganti pakaian setelah mandi, tidak
memotong kuku tangan dan kaki.
2. Gangguan kognitif berhubungan dengan gangguan proses pikir
ditandai dengan klien jarang bergaul maupun bersosialisai dengan
orang lain karena takut adanya penolakan.

Adapun intervensi dan implementasi yang utama dilakukan pada Ny. S telah
diperbuat adalah meningkatkan kemampuan klien lansia untuk melakukan dan
menyelesaikan perawatan diri secara mandiri dengan perencanaan sebelumnya
sehingga hasilnya sudah mendekati kriteria hasil yang sudah ditetapkan.
Sedangkan evaluasi hasil dari asuhan keperawatan Ny. S dengan masalah defisit
perawatan diri di Kelurahan Wates dimana kedua masalah itu belum teratasi
sepenuhnya dan intervensi masih perlu untuk dilanjutkan dibantu oleh keluarga.

3.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien lansia dengan masalah defisit
perawatan diri, penulis menekankan pentingnya mengatasi atau mengurangi
masalah defisit perawatan diri yang bisa terjadi pada klien lansia dapat terpenuhi
dengan baik.
a. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi informasi
tambahan bagi institusi pendidikan keperawatan dalam mempersiapkan
mahasiswa untuk dapat memberikan asuhan keperawatan professional
pada lansia yang mengalami defisit perawatan diri.
b. Bagi Praktek Keperawatan
Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam
pemenuhan kebutuhan dasar klien lansia yang mengalami defisit
perawatan diri dan melibatkan keluarga dalam merawat klien lansia.
c. Bagi Klien Lansia
Sebaiknya klien lansia mampu menjalin kerja sama yang baik dengan
perawat dan tim kesehatan lainnya, serta untuk mempercepat proses
perawatan klien lansia sekaligus meningkatkan kesiapan keluarga dalam
merawat klien lansia.
d. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan hendaknya
lebih dahulu memahami tentang kebutuhan dasar klien lansia yang
terkait dengan masalah defisit perawatan diri sehingga mahasiswa dapat
memberikan asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif.
DAFTAR
PUSTAKA

Basford, L. (2006). Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan


Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC.

Stockslager, J.L., Schaeffer, L. (2007). Buku Saku Asuhan Keperawatan


Geriatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hidayat. A.A.A, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Aplikasi konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Mubarak, W.I. (2005). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Nugroho, W. (2009). Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Kitson, A. (1990). The Dialetics of Dementia, With Particular Reference


to Alzheimer’s Disease, Ageing and Society. 10.

Tarwoto & Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan


Keperawatan: Salemba Medika: Jakarta.

Arjatmo, T. & Utama, H. (1995). Ilmu Keperawatan gerontik. Edisi 4.


Jakarta: EGC.

Smeltzer. (2001). Kemampan Perawatan Diri Pasien Lansia. Jakarta: EGC.

Potter, A.P. & Perry, A.G. (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik. Edisi Keempat, Jakarta: EGC.

Stanley & Patricia. (2006). Fundamentals of Nursing : Concepts,


Procces and Pratice. Edisi 3. St. Louis: Mosby Year Book.

Stuart & Sundeen. (1991). Buku Saku Keperawatan. Edisi 5. Jakarta:


Buku Kedokteran. EGC.

Nursalam. (2011). Model Asuhan Keperawatan terhadap Peningkatan


Adaptasi Kognisi. Jurnal Ners.
Notoadmojo. (1997). Pengetahuan Kognitif. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai