Anda di halaman 1dari 7

KLINIS ABORTUS SPONTAN

Dapat di bagi atas :4,5,6


1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )
Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Proses
awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :

a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin
masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama
b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
c) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
d) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup
Pemeriksaan penunjang:

a) Pemeriksaan hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes urin kehamilan
menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila hasil tes urin masih
positif keduanya maka prognosisnya adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya
negative maka prognosisnya dubia ad malam.
b) USG: untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta
apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan juga ukuran biometri
janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut
jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping ada atau tidaknya pembukaan
kanalis servikalis.
Penatalaksanaan
a) Tirah baring
b) Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (salbutamol atau
indometasin) karena obat ini tidak dapat mencegah abortus.
c) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual
d) Bila reaksi kehamilan 2x berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus dikosongkan
(kuret)
2. Abortus Insipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)
ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Ditandai dengan adanya :

a) robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks


b) terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
c) perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
d) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
Pemeriksaan penunjang:
a) tes urin kehamilan masih positif
b) USG: pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan
gerak jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal. Biasanya
terlihat penipisan serviks uteri atau pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya
pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Penatalaksanaan

 Bila kehamilan < 16 minggu dapat dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum
Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :

- Berikan ergometrin 0,2 mg I.M yang diulangi 15 menit kemudian jika perlu ATAU
Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan dapat diulang setelah 4 jam
jika perlu
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
 Bila kehamilan > 16 minggu tunggu ekspulsi spontan kemudian dilakukan evakuasi uterus
dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :

- Induksi oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai 8 tetes sampai 40 tetes/
menit, sesuai kondisi kontraksi uterus sampai terjadi pengeluaran hasil konsepsi
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
 Lakukan Pemantauan Pasca Abortus
3. Abortus Kompletus
ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar
melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong.

Tanda dan Gejala

a) Serviks menutup.
b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
c) Gejala kehamilan tidak ada.
d) Uji kehamilan negatif.
e) Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan penunjang:
a) tes urin kehamilan masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus
b) USG: biasanya tidak diperlukan bila pemeriksaan klinis sudah memadai.
Penatalaksanaan
 Tidak perlu evakuasi lagi
 Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.
 Lakukan Pemantauan Pasca Abortus
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2
minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.
4. Abortus Inkompletus
ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus.

Gejala Klinis :

 Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas


 Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).
 Sudah ada keluar fetus atau jaringan
 Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati kanalis
servikalis terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau
kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Pemeriksaan penunjang:
a) USG: hanya dilakukan bila ragu dengan diagnosis secara klinis. Yang didapatkan dalam USG
adalah besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit
dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan.
Penatalaksanaan

Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat dikeluarkan
secara digital, atau cunam ovum kemudian dievakuasi

i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol 400 mg per
oral
ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan kuret vakum (KV)
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, antibiotika prophilaksis

- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam

- Bila anemia terapi dengan Fe kalau perlu transfusi darah.


5. Missed Abortion
ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi
tertahan dalam uterus 8 minggu atau lebih

Gejala Klinis

- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai mual dan
muntah
- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi.

- Mamae menjadi mengecil

- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative pada 2-3
minggu setelah fetus mati.
- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit

- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong

Pemeriksaan penunjang:
a) Tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan
kehamilan.
b) USG: didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya
tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.
c) Pemeriksaan koagulasi perlu dilakuakn sebelum tindakan evakuasi dan kuretase bila
missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu karena kemungkinan akan terjadi
gangguan pembekuan darah.
Penatalaksanaan

i. pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
ii. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan
serviks uterus yang masih kaku, dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu
untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis. Caranya antara lain:
- infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5%
tetesan 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan
tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh.
- Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan 1 hari, dan kemudian induksi diulangi.
Biasanya maksimal 3 kali.
- Diberikan mesoprostol secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali
dengan jarak 6 jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau
terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.
Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini,
dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.

iii. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau
fibrinogen
iv. Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan
antibiotika.
6. Abortus Habitualis
ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Penyebab abortus habitualis
selain faktor anatomis banyak yang mengaitkannya dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan
reaksi terhadap antigen lymphosite trophoblast cross reactive (TLX). Bila reaksi terhadap
antigen ini rendah atau tidak ada, maka akan terjadi abortus. Salah satu penyebab lain yang
sering dijumpai ialah inkompetensia serviks, yaitu keadaan dimana serviks uteri tidak dapat
menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester
pertama, dimana ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa
mules/kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan
oleh trauma serviks pada kehamilan sebelumnya, misalnya pada tindakan usaha pembukaan
serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas sehingga diameter kanalis servikalis sudah
melebar.

Diagnosis:

- Dapat ditegakkan dengan anamnesis cermat.

- Pemeriksaan dalam/inspekulo: dinilai diameter kanalis servikalis dan didapati selaput


ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai memasuki trimester kedua. Diameter ini
melebihi 8 mm.
Pemeriksaan :

a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau anomali


congenital.
b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan
glandula thyroidea
c. Psiko analisis
Terapi :
 Untuk kelainan kegagalan reaksi antigen TLX, maka diobati dengan transfusi leukosit atau
heparinisasi.
 Pada serviks inkompeten, dianjurkan untuk periksa hamil seawal mungkin.
 Bila dicurigai adanya inkompetensia serviks dialakukan tindakan untuk memberikan fiksasi
pada serviks agar dapat menerima beban dengan berkembangnya umur kehamilan.
Operasi dilakukan pada umur kehamilan 12 – 14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau MC
DONALD (cervical cerlage) dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang
sutera/mersilenen yang tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan aterm dan
bayi siap dilahirkan.
 Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
 Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika
dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
7. Abortus Infeksious
ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital

Diagnosis :

- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
rumah sakit.
- Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan sebagainya.

- tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,
kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek disertai
nyeri tekan.
Penatalaksanaan
- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup

- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji kepekaan
obat)
o Berikan suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
o Berikan suntikan streptomisin 500mg setiap 12 jam
o Atau antibiotika spektrum luas lainnya.

- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi
8. Septic Abortion
ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran
darah atau peritoneum.

Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti nadi cepat
dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.

Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan
dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman. Perlu di
observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.

Anda mungkin juga menyukai