Disusun oleh:
dr.Iqbal Razif
Pembimbing
RSUD NGIMBANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
dr.Iqbal Razif
Pendamping:
Pada hari Rabu tanggal 10 November 2021 telah dipresentasikan diskusi ilmiah oleh:
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
Obyektif Presentasi :
Tujuan :
Bahan Bahasan : Kasus Tinjauan Pustaka Riset Audit
1. Anamnesis
Pasien kejang 30 menit smrs satu kali di rumah dan berhenti sendiri. Kejang
menghentak kepala dan kedua tangan serta kaki. Pasien tidak sadar setelah
kejang. Pasien tidak demam. Pasien kejang berulang di IGD RSUD Ngimbang
satu kali. Kejang menghentak-hentak kedua kaki dan tangan. Kejang selama
sekitar 30 detik dan berhenti setelah i.v diazepam bolus perlahan-lahan hingga
4 mg. Setelah kejang pasien tidak sadar.
Riwayat kejang sejak 1 tahun lalu sampai sekarang sebanyak 4x, Kejang
pertama hingga ketiga sekitar 30 detik hingga 1 menit dan berhenti sendiri.
Pasien sadar setelah kejang. Kejang terjadi di bulan yang berbeda. Kejang
keempat terakhir desember 2020 lebih dari 10 menit dan px tidak sadar
Riwayat Pengobatan :
Riwayat Keluarga :
Riwayat Psikososial :
Tidak ada
Review of System :
Pusing (-) Demam (-) Batuk (-) Sesak (-) Jantung berdebar (-)
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : Somnolen , GCS 356
Keadaan Sakit : Berat
Suara Bicara : Lemah
Personal hygiene : Baik
BB : 23 kg
TB : 122 cm
Tanda Vital
Hb : 12.0 g/dl
Leukosit : 10.500 /cmm
NLR : 0.42
Hematokrit : 40 %
4. Diagnosis
5. Tatalaksana
Inj.. Diazepam i.v bolus perlahan” (2mg/menit) s/d maksimal 5 mg bila kejang
berulang
1. Definisi
Kejang adalah suatu gambaran tanda dan gejala yang diakibatkan aktivitas neural
berlebihan atau abnormal (Eugen Trinka et al., 2015). Gambaran tersebut dapat berupa
manifestasi eksitasi positif (motorik, sensorik, psikis) atau negatif (hilang kesadaran,
memadai atau berulang dalam interval tertentu dengan kondisi menetap (Eugen Trinka
et al., 2015).
2. Etiologi
Penyebab status epileptikus dapat dibagi secara umum menjadi dua yakni simtomatis
dan idiopatik. Simtomatis adalah berdasarkan penyebab yang diketahui. Secara acute
perdarahan dan stroke. Secara remote dengan riwayat sebelumnya seperti enselopati
seperti tumor otak, kelainan metabolik, autoimun, PMEs, Demensia. (Eugen Trinka et
3. Patofisiologi
(IDAI, 2016)
Secara umum tindakan suportif ABC (airway breathing circulation) harus dilakukan
seiring dengan pemberian obat anti-konvulsan seperti pemasangan O2. Diazepam i.v
(0.2 – 0.5 mg/kgBB) onset cepat dengan kecepatan 2 mg/ menit hingga bila kejang
sudah berhenti tanpa menghabiskan dosis. Fenitoin i.v onset lambat (15 - 20
Tatalaksana umum lainnya yang tidak kalah penting adalah informasi bagi keluarga
secara jelas dan akurat, Manajemen risiko dalam terapi serta identifikasi faktor
1. Definisi
Epilepsi adalah penyakit dari otak dengan salah satu kondisi berikut ini: Setidaknya 2
kali kejang berbeda tanpa provokasi terjadi lebih dari 24 jam. Kejang 1 kali tanpa
provokasi dengan kemungkinan kejang berulang setelah sebelumnya kejang 2 kali
Epilepsi dibagi dalam beberapa level klasifikasi berdasarkan jenis kejang, tipe epilepsi
dan sindroma epilepsi. Jenis kejang berdasarkan letak gangguan terbagi menjadi
generalized onset, focal onset, unknown onset dan focal to bilateral . Pembagian
lainnya berdasarkan tingkat kesadaran setelah kejang, pergerakan selama kejang dan
Penyebab Epilepsi dibagi secara luas menjadi struktural, genetik, infeksi, metabolik,
genetik ditemukan adanya kelainan mutasi autosomal dominan pada riwayat keluarga,
atau juga berdasarkan penelitian dalam populasi dengan gejala yang sama. Penyebab
dan kongenital infeksi seperti virus Zika dan cytomegalovirus. Penyebab metabolik
atau pyridoxine. Penyakit autoimun dapat menyebab inflamasi di sistem saraf pusat
karena belum diketahui secara pasti (Ingrid E. Scheffer et al., 2017; Robert S. Fisher
et al., 2017).
3. Diagnosis
Anamnesis utama mulai dari memastikan pasien benar-benar kejang, bentuk bangkitan
kesadaran, gangguan fungsi otonom, pola setiap kejang, riwayat penyakit dahulu,
Pemeriksaan fisik umum dan neurologi untuk mencari penyebab kejang sesuai
(IDAI, 2016)
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu mencari penyebab epilepsi adalah EEG
4. Tatalaksana
Tatalaksana umum yakni dengan memberikan informasi penyakit pada pihak terkait,
manajemen risiko dalam aktivitas, menghindari pencetus kejang dan risiko kematian
memulai OAE dan pilihan obat dengan 70% epilepsi pada anak berespon baik pada
Efek samping OAE secara akut yakni reaksi idiosinkrasi berupa rash/ ruam
kronik yakni peningkatan berat badan, gangguan kognitf, hipertrofi gusi, gangguan
Keputusan penghentian OAE dipertimbangkan bila anak sudah bebas kejang selama 2
tahun atau lebih. Sekitar 70% anak yang bebas kejang lebih dari 2 tahun tidak
didiskusikan pihak terkait dengan memperhatikan hal berikut ini (IDAI, 2016).
(IDAI, 2016)
Tatalaksana non-medikamentosa yang dapat dilakukan pada epilepsi anak adalah diet
ketogenic dengan kandungan lemah tinggi rendah karbohidrat dan cukup protein
perbandingan 3:1 atau 4:1 dalam gram. Tindakan bedah saraf dan stimulasi nervus
vagus dapat dipertimbangkan pada kasus epilepsi intraktabel (tidak respon terhadap 2
Inggrid E. Scheffer, Samuel B., Giuseppe C., Mary B.C.,Jacqueline F., Laura G.,
Edouard H. (2017) ILAE Classification of the Epilepsies: Position paper of the
ILAE Commission for Classification and Terminology. Epilepsia 58(4): 512-521
diakses dari <
https://www.ilae.org/files/ilaeGuideline/ClassificationOfEpilepsies_Scheffer_et_a
l-2017-Epilepsia.pdf>
pada tanggal 15 Juni 2021
Robert S. Fisher ., Carlos A., Alexis A., Alicia B., Helen C. Christian E. Elger, (2014)
a Practical clinical definition of epilepsy. Epilepsia 55 (4) : 475-482
diakses dari < https://www.ilae.org/files/ilaeGuideline/Definition2014.pdf>
pada tanggal 15 Juni 2021
Robert S. Fisher., Patricia O., Shafer R.N., Carol D. (2017) 2017 Revised Classification
of Seizures. Epilepsy Foundation
diakses dari < https://www.epilepsy.com/article/2016/12/2017-revised-
classification-seizures>
pada tanggal 15 Juni 2021
Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI (2016). Epilepsi pada Anak. Jakarta : IDAI
Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI (2016). Rekomendasi Penatalaksanaan Status
Epileptikus. Jakarta : IDAI
diakses dari <https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/
Rekomendasi-Penatalaksanaan-Status-Epileptikus.pdf>
pada tanggal 10 Juni 2021