Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

REUMATOID ARTHRITIS

CLINICAL TEACHER (CT) :


Ns.Vonny Mewo,S.Kep,M.Kep

OLEH :
Claudia Nathalia Wungow
NIM.19180012

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


JANUARI 2022
KONSEP LANSIA
A. DEFINISI LANSIA
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan
budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006)

B. BATASAN LANSIA
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2) Usia tua (old) :75-90 tahun
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan

C. PERKEMBANGAN LANSIA
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-
hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat
berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses
ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.

D. PERMASALAHAN LANSIA DI INDONESIA


Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut UU
Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasal 1 ayat 1: Kesejahteraan adalah
suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang
diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga,
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia
sesuai dengan Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Dan mereka dibagi
kepada dua kategori yaitu lanjut usia potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak
potensial (ayat 4). Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang
dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain. Bagi Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan
masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai kemudahan pelayanan
agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus
agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta
faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan
mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada
lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan,
demensia, osteoporosis, dsb.
KONSEP REUMATOID ARTHRITIS

A. Pengertian Artritis Reumatoid


Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi, 2010)
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis
dan terutama menyerang persendian, otot-otot, tendon, ligamen, dan
pembuluh darah yang ada disekitarnya. (Kowalak, 2011).

B. Etiologi Artritis Reumatoid


Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
artritis reumatoid, yaitu :
a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
a. Endokrin
Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan
sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan
dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena
pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan
perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab
penyakit ini.
b. Autoimmun
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II,
faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II
kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
c. Metabolik
d. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan
dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara
produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan
artritis reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relatif 4:1
untuk menderita penyakit ini.

C. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti
vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, synovial
menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang
subchondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis, tingkat erosi dari kartilago
menetukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka
menjadi adhesi di antara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari
tulang subchondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga klien terutama yang
mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan akan
menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012, h. 81-82)

D. Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid


a. Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit
di pagi hari.
b. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.
a. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
c. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri
pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang
sendi pergelangan tangan.
d. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan
pergelangan jari, tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan
sekitar leher.
e. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan
sekaligus diberbagai persendian.
f. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau
hujan setelah mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur
bayam, kangkung, kelapa, santan, dan lain-lain (Haryono dan
Setianingsih, 2013, h. 10)

Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga


kelompok, yaitu :
a. Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan
sebagian besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula
reumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat
mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.
a. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
b. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan
panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada
pagi
hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya
bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrome
karpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh
sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan
prednison dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis
yang baik.

E. Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid


1. Pemeriksaan cairan synovial :
a. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses
inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
c. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan
berbanding terbalik dengan cairan sinovium.
2. Pemeriksaan darah tepi :
a. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila
terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s
Syndrome.
b. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
3. Pemeriksaan kadar sero-imunologi :
a. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita
dengan nodul subkutan.
b. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis
rheumatoid dini.

F. Komplikasi Artritis Reumatoid


a. Peradangan menyebar luas. Peradangan dapat menjangkiti jaringan
tubuh lain, seperti hati, pembuluh darah, paru-paru, dan mata. Kondisi
ini jarang terjadi dengan perawatan dini.
b. Cervical myelopathy. Saraf tulang belakang tertekan akibat dislokasi
persendian tulang belakang bagian atas. Walau jarang terjadi, jika tidak
segera dioperasi, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan saraf
tulang belakang permanen dan akan berdampak kepada aktivitas
sehari-hari.
c. Sindrom lorong karpal. Kondisi ini terjadi karena saraf median,
yaitu saraf yang mengendalikan gerakan dan sensasi di pergelangan
tangan tertekan dan menimbulkan gejala kesemutan, nyeri, dan
mati rasa. Kondisi ini bisa diringankan dengan suntikan steroid atau
menggunakan bebat untuk pergelangan tangan. Namun, umumnya
operasi diperlukan untuk melepaskan tekanan pada saraf median.
d. Penyakit kardiovaskular. Penyakit seperti stroke dan serangan
jantung bisa terjadi akibat dampak rheumatoid arthritis yang
memengaruhi pembuluh darah atau jantung. Risiko terkena
penyakit ini bisa dikurangi dengan mengonsumsi makanan sehat,
berolahraga secara teratur dan berhenti merokok.
e. Kerusakan sendi. Kerusakan sendi akibat radang bisa menjadi
permanen jika tidak ditangani dengan baik. Ada beberapa masalah
yang dapat memengaruhi persendian, seperti kelainan bentuk
persendian, penipisan tulang (osteroporosis), kerusakan pada tulang
dan tulang rawan, serta tendon di area sekitar terjadinya
peradangan.
f. Sindrom Sjogren. Penderita rheumatoid arthritis rentan
mengalami sindrom Sjogren, yakni kondisi dimana kelembapan
pada mata dan mulut berkurang.
g. Limfoma. Limfoma merupakan jenis kanker darah yang
menyerang getah bening di dalam tubuh.

G. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


Tujuan utama dari program penatalaksanaan perawatan adalah
sebagai berikut :
a. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
a. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita.
b. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada
sendi.
c. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai