Anda di halaman 1dari 12

LEADERSHIP YANG EFEKTIF DALAM KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapasitas Pemerintahan Daerah

Dosen : Yamardi S.IP.,M.Si

Disusun Oleh:

Nurul Anjuli 6111171002


Afifa Dewi Lestari 6111171012
Dimas Tri Septian 6111171013
Imam Indrawan 6111171030
Putri Annisa I 6111171046

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinan memainkan peranan yang penting dalam organisasi. Berhasil tidaknya suatu
organisasi salah satunya ditentukan oleh sumber daya yang ada dalam organisasi tersebut.
Disamping itu faktor yang sangat penting adalah faktor kepemimpinan. Peran utama faktor
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengembangan organisasi merupakan suatu kegiatan mengadakan perubahan secara
berencana yang mencakup suatu diagnosa secara sistematis terhadap organisasi. Seorang
pemimpin harus ikut aktif dalam mengatur pelaksanaan kegiatan usaha pengembangan
organisasi. Keberhasilan kegiatan usaha pengembangan organisasi sebagian besar ditentukan
oleh kualitas kepemimpinannya atau pengelola dan komitmen pimpinan pucuk organisasi.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin organisasi.
Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya mempengaruhi dan mengarahkan
para anggotanya.
Kalau dikaitkan dengan lingkungan yang ada, maka dalam kepemimpinan saat ini sangat
diperlukan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan dengan perubahan. Kepemimpinan dan
penyesuaian terhadap perubahan yang ada merupakan tantangan terbesar masa kini bagi seorang
pemimpin. Peranan seorang pemimpin dalam hubungan antar manusia sangat terkait dengan
dengan gaya kepemimpinan yang ditampilkannya. Seorang pemimpin diharapkan dapat
menampilkan gaya kepemimpinan segala situasi serta kepada bawahannya. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi dari orang-orang yang dipimpinnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan


Pemimpin dapat didefinisikan sebagai individu dalam suatu kelompok atau organisasi yang
bertujuan membimbing dan mengkoordinir aktivitas kelompok atau organisasi tersebut.
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, Dengan mengacu pada pengertian pemimpin
diatas maka dapat didefenisikan Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain,
mengarahkan keinginan, kemampuan dan kegiatan mereka untuk menjadi tujuan bersama.
Adapun pengertian  Kepemimpinan Menurut Parah Ahli sebagai berikut :
 Boring, Langeveld dan Weld memberikan arti kepemimpinan sebagai hubungan yang
dilakukan seseorang dengan suatu kelompok, guna mencapai beberapa tujuan yang
diinginkan.
 Mayjen Soedarsono Mertoprawiryo (1990) menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah
adalah suatu seni pergaulan dan suatu profesi seseorang .
 M. Ngalim Purwanto dan Sutaadji Djojopranoto mengartikan kepemimpinan sebagai
tindakan atau perbutan diantara perseorangan dan kelompok, yang menyebabkan baik
orang-orang maupun kelompok menuju kearah tujuan-tujuan tertentu. Sebagai tujuan
bersama.
 Kepemimpinan juga didefenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan orang lain
melakukan tindakan untuk mencapai tujuan bersama.
Efektivitas pada dasarnya membahas tentang visi dan arah. Efektivitas ada hubungannya
dengan memfokuskan energi organisasi ke suatu arah tertentu.Jadi, Kepemimpinan Efektif
adalah seorang pemimpin yang tidak hanya bekerja sendiri tanpa melibatkan siapapun.
Melainkan mampu memanfaatkan berbagai potensi yang mengelilinginya. Kepemimpinan efektif
bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan akan tetapi merupakan interaksi aktif antar
komponen yang efektif.
Menurut Edwin A. Locke (1991) terdapat empat kunci untuk memimpin dengan sukses
yang ditunjukkan dalam model kepemimpinan. Empat kunci ini adalah:
1. Alasan dan sifat-sifat pemimpin/Motives dan traits.
2. Pengetahuan, keahlian, dan kemampuan/Knowledges, Skill, dan ability
3. Implementasi dari visi
  B. Karakteristik Kepemimpinan Efektif
Ada beberapa karekteristik pemimpin yang efektif. Karakteristik pemimpin merupakan ciri-
ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap pemimpin dalam melaksanakan tugas-tugas
kepemimpinannya. Ada empat karakteristik atau syarat pokok yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin (Sunindhia dan Widiyanti diacu dalam Hakiem 2003):
1. Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saran dan nasehat dari
orang-orang di sekitarnya.
2. Pemimpin harus menjadi teladan dalam lingkungannya.
3. Pemimpin harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya dan kepada organisasinya.
4. Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua
faktor yang relevan diperhitungkan.

Teori kepemimpinan berdasarkan ciri (traits theory) memberi petunjuk tentang ciri-ciri
pemimpin yaitu (Siagian, 2003):

1. Pengetahuan umum yang luas.


2. Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
3. Kemampuan analitik.
4. Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
5. Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
6. Kemampuan menentukan skala prioritas.
7. Rasionalitas.
8. Keteladanan.
9. Ketegasan.
10. Orientasi masa depan.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemimpin harus memiliki


keahlian dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Keahlian ini
terlihat dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan. Secara umum
seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik seperti :
1.      Bertanggung Jawab
Apabila seorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan, berarti ia bersedia
untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya atas apa-apa yang dilakukan bawahannya. Disini
pemimpin harus mampu mengatasi bawahannya, mengatasi tekanan kelompok informal, bahkan
kalau perlu juga harus serikat buruh. Hampir semua pemimpin merasa bahwa pekerjaan lebih
banyak menghabiskan energi daripada jabatan bukan pimpinan.
2.      Kemampuan untuk bisa “perceptive”
Perceptive menunjukkan kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan dari suatu
lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengenai tujuan organisasi sehingga mereka bisa bekerja
untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Disini ia memerlukan kemampuan untuk memahami
bawahan, sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka serta juga berbagai
ambisi yang ada. Disamping itu pemimpin harus juga mempunyai persepsi intropektif (menilai
diri sendiri) sehingga ia bisa mengetahui kekuatan, kelemahan, dan tujuan yang layak baginya.
Inilah yang disebut kemampuan “perceptive”.
3.      Kemampuan untuk bersifat Objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan perluasan dari
kemampuan perceptive. Apabila perceptivitas menimbulkan kepekaan terhadap fakta, kejadian
dan kenyataan-kenyataan yang lain. Objektivitas membantu pemimpin untuk meminimumkan
faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.
4.      Kemampuan untuk menentukan prioritas
Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk memiliki
dan menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini sangat diperlukan
karena pada kenyataannya sering masalah-masalah yang harus dipecahkan bukan datang satu
persatu tetapi seringkali masalah datang bersamaan dan berkaitan antara satu dengan yang
lainnya.
5.      Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi seorang
pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan menggunakan bantuan orang
lain, karena itu pemberian perintah, penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu
dikuasai.
C.  Perilaku Pemimpin
Pemimpin yang efektif kelihatannya tidak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan mereka
yang tidak efektif sehingga para ahli perilaku management tidak lagi meneliti tentang apa
persyaratan (kriteria) seorang pemimpin yang efektif melainkan para ahli ini meneliti tentang hal-hal
yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif. Bagaimana mereka mendelegan tugas, bagaimana
mereka mengambil keputusan, bagaiamana mereka bekomunikasi dan memotivasi bawahan.
Seorang pemimpin memang harus memiliki kualitas tertentu (kriteria tertentu) namun disamping
itu ada suatu cara terbaik untuk memimpin tidak seperti kualitas pemimpin, maka perilaku pemimpin
merupakan sesuatu yang dapat dipelajari, jadi seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang
tepat, akan bisa menjadi pemimpin yang efektif.
Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya Kepemimpinan (Style of Leadership). Berbagai gaya
kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan yang satu lebih
baik atau lebih jelek daripada gaya kepemimpinan yang lainnya.
Ada berbagai gaya kepemimpinan menurut Drs. Inu Kencana Syafi’e, M.Si antara lain:
1. Gaya Demokratis
Gaya Demokratis dalam kepemimpinan pemerintahan cara dan irama seorang pemimpin
Pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode
pembagian tugas dengan bawahan, begitu juga antar bawahan dibagi tugas secara merata dan
adil, kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan secara terbuka. Baik bawahan yang terendah
sekalipun boleh menyampaikan saran serta diakui haknya. dengan demikian dimiliki persetujuan
atas kesepakatan bersama. Musyawarah seperti ini akan melahirkan kebijaksanaan (wisdom)
disamping berbagai perintah yang turun dari atas disebut kebijakan (policy), yang dapat diubah
sesuai kebutuhan sepanjang tidak menyalahi aturan.
2. Gaya Birokratis
Gaya Biroratis dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara dan irama seseorang
pemimpin
pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode tanpa
pandang bulu, artinya setiap bawahan harus diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas
yang khusus, kerja yang ketat pada aturan, sehingga kemudian bawahan menjadi kaku tetapi
sederhana.
Dalam kepemimpinan pemerintahan seperti ini segala sesuatunya dilaukan secara resmi dikantor
pada jam dinas tertentu dan dengan tata cara formal, pengaturan dari atas kebawah sedangkan
pertanggungjawaban dari bawah keatas secara sentralistis, serta harus berdasarkan logika bukan
perasaan (irrasional), taat dan patuh kepada aturan serta terstruktur dalam kerjanya.
3. Gaya Kebebasan
Gaya Kebebasan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara dan irama seseorang
pemimpin pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai
metode pemberian keleluasaan pada bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal juga dengan
Laissez Faire atau liberalism.
Dengan begitu gaya ini bersaing dalam berbagai strategi ekonomi, politik, huku, dan
adminidstrasi dalam kepemimpinan pemerintahan bila memakai gaya bebas seperti ini tidak
menutup kemungkinan pemimpin pemerintahan akan membuka penghasilan pendapatan Negara.
4. Gaya Otokrasi
Gaya Otokrasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara irama seseorang pemimpinan
pemerintahan dalam mengahadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode
paksaan kekuasaan.

D. Jenis Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Pemerintahan
Ada 3 hal dalam kepemimpinan pemerintahan yang boleh diputuskan berbeda dengan
organisasi maupun didunia swasta yaitu mendirikan rumah tahanan bagi masyarakat (disebut
dengan penjara) mebunuh masyarakatnya (hukuman mati), merampas harta masyarakatnya
(pajak). Pemerintah juga perlu melayani masyarakatnya, yang berbeda dengan organisasi swasta
yang pelayanannya mencari keuntungan, maka pemerintah memberikan pelayanan gratis.
2. Kepemimpinan Swasta
Kepemimpinan swasta adalah barang tertentu bermacam-macam diantaranya adalah
administrasi niaga yang berkonotasi dagang, artinya kegiatan yang dilakukan mereka agar dapat
bertahan hidup dalam masyarakat untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup oleh karena itu
kegiatan tersebut bersifat khusus karena bertujuan untuk mendapatkan uang sebanyak-
banyaknya dan mampu mengeluarkan biaya dengan harapan memperoleh kemudahan,
kenyamanan, dan kenikmatan.

E.  Fungsi Kepemimpinan Efektif

Fungsi seorang pemimpin yang efektif adalah:

1. Membantu mencapai sasaran organisasi


2. Menggerakan anggota menuju sasaran tersebut
3. Mewujudkan interaksi dan keterikatan antar individu
4. Memelihara kekuatan dan kohesi anggota

F. Kepemimpinan yang efektif di Pemerintahan Daerah


Dengan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yang dilandasi dengan semangat
otonomi daerah, maka akan memberi peluang yang besar bagi terciptanya kehidupan
pemerintahan dan kebangsaan yang dicita-citakan, yaitu :

1) meningkatkan kualitas demokrasi


2) terciptanya system dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
yang lebih efektif dan efisien
3) memacu kreativitas daerah dalam mengembangkan potensinya dan fungsi pelayanan
kepada masyarakat
4) memacu pemerdayaan aparatur pemerintahan dalam pembangunan
5) memacu perwujudan institusi yang lebih fleksibel, inovatif, dan meningkatjkan moral
serta komitmen pada produktivitas yang tinggi.

Pada umumnya daerah menghadapi kendala dalam pelaksanaan otonomi daerah, misalnya
sumber daya manusia yang masih belum memadai; Pendapatan asli daerah yang rendah; dan
struktur organisasi yang belum memadai.
Oleh karena itu di era otonomi daerah diperlukan kepemimpinan daerah yang mampu
mengelola sumberdaya yang dimiliki, dan mempunyai kemampuan dan kreativitas dalam
menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Pemimpin menciptakan kebijakan yang
memungkinkan lahir dan berkembangnya prakarsa sendiri, baik dari masyarakat maupun dunia
usaha dalam berperan aktif dalam proses pembangunan.
Peranan mayarakat dan swasta dalam pembangunan daerah akan semakin besar dan
menentukan. Perlu disadari bahwa tanpa meningkatkan partisipasi mayarakat dan swasta,
otonomi akan kehilangan makna dasarnya. Melalui otonomi, pemerintah daerah mempunyai
peluang yang lebih besar untuk mendorong dan memberi motivasi membangun daerah yang
kondusif, sehingga akan munculnya kreasi dan daya inovasi masyarakat yang dapat bersaing
dengan daerah lain.
Pemberdayaan masyarakat dan swasta sama pentingnya dengan peningkatan pengetahuan ,
perluasan wawasan, dan peningkatan aparatur/birokrat bagi pelaksana tugas. Pemberdayaan
tersebut, agar daerah semakin mampu dan mandiri, otonomi, tidak semata-mata dalam
penyerahan urusan akan tetapi lebih jauh lagi yaitu seberapa jauh kewenangan yang telah
dilimpahkan itu memberi kontribusi terhadap kemampuan mengambil prakarsa sendiri.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 29 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dandirevisi menjadi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, dan direvisi kembali menjadi
UU Nomor 23 Tahun 2015, pimpinan daerah (Bupati/Walikota) adalah figur yang bertanggung
jawab atas maju mundurnya di wilayahnya. Seorang pemimpin wajib menyampaikan visinya
secara jelas ke masyarakat/rakyatnya, sehingga rakyat dapat menerima dan memahami secara
jelas.
BAB III
PENUTUP

  Kesimpulan
Unsur penting yang perlu diperhatikan kepemimpinan dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah
pentingnya mendorong kreativitas pegawai, agar mampu menciptakan sesuatu yang baru yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat; melakukan perubahan cara kerja yang tradisional menuju manajemen modern,
pemerintahan bersih, akuntabilitas, dan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan; adanya
kemampuan pemimpin untuk meningkatkan kemandirian daerah; pengembangan kebersamaan antara semua
elemen masyarakat; peningkatan kualitas dalam berkomunikas; meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
setiap pembangunan. Semua ini akan tergantung pada seorang pemimpin yang akan menjadi motor penggerak
di daerahnya.
 

Daftar Pustaka

Syafi’ie, Inu Kencana. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Penerbit PT. Refika Aditama,
Bandung 2009.
Hersugondo, Soliha (2008), Kepemimpinan yang efektif dan perubahan
Irawati,Nisrul (2004). Kepemimpinan Efektif, Kepemimpinan yang mampu mengambil keputusan
tepat

Anda mungkin juga menyukai