Anda di halaman 1dari 41

Annisa Yuri Ekaningrum, SKM, MSi

Wardina Humayrah, SGz, MSi


z
Epidemiologi
Stunting
z
Definisi Stunting

 Stunting didefinisikan sebagai kondisi anak


usia 0 – 59 bulan, dimana tinggi badan
menurut umur berada di bawah minus 2
Standar Deviasi (<-2SD) dari standar
median WHO. Lebih lanjut dikatakan bahwa
stunting akan berdampak dan dikaitkan
dengan proses kembang otak yang
terganggu, dimana dalam jangka pendek
berpengaruh pada kemampuan kognitif.
z

Dampak Stunting terhadap Kualitas SDM


z
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat
Stunting
Rata-rata kerugian ekonomi di 32 provinsi
yang ada di Indonesia sekitar Rp 96 miliar-Rp
430 miliar (0,15-0,67%) dari rata-rata PDRB
provinsi-provinsi di Indonesia (Renyoet BS,
2016)

Besar potensi kerugian ekonomi secara


nasional akibat produktivitas yang rendah
pada balita stunting berkisar Rp 3 057 miliar –
Rp 13 758 miliar atau 0.04% - 0.16% dari total
PDB Indonesia (Renyoet BS, 2016)
z

UNICEF
Conceptual
Framework of
Malnutrition
z
z Latar Belakang

Intergenerational
Impact

Masalah Gizi
Multifakorial

Gizi merupakan salah satu upaya


preventif
Pembangunan pangan dan gizi memiliki
dimensi yang luas
Global Competitiveness Index
z
Framework
z Do you know about Scaling Up Nutrition?
z Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan

Periode 1000 HPK = 270 hari selama kehamilan dan 730


kehidupan pertama bayi yang dilahirkan = irreversible (WHO,
1997) (Barker, 1995)

Dampakmya tidak hanya pertumbuhan fisik tetapi juga


perkembangan mental dan kecerdasan pada usia dewasa

Masalah kekurangan gizi 1000 HPK diawali dengan


perlambatan atau retardasi pertumbuhan janin yang dikenal
sebagai IUGR (Intra Uterine Growth Retardation).

Para ahli ekonomi dunia perbaikan gizi pada 1000 HPK


adalah suatu investasi pembangunan yang "cost effective".
(Copenhagen Declaration, 2012).
C
z
Prevalensi Malgizi Global
z
z
z
Rata-rata Prevalensi Balita Pendek di Regional Asia
Tenggara Tahun 2005-2017
z
Epidemiologi dalam Skala Nasional

Prevalensi stunting selama 10 tahun terakhir menunjukkan


tidak adanya perubahan yang signifikan dan ini
menunjukkan bahwa masalah stunting perlu ditangani
segera.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan


30,8% atau sekitar 7 juta balita menderita stunting.

Walaupun prevalensi stunting menurun dari angka 37,2%


pada tahun 2013, namun angka stunting tetap tinggi dan
masih ada 2 (dua) provinsi dengan prevalensi di atas 40%
yaitu Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur.
z
Prevalensi Balita Pendek di Indonesia
Tahun 2015-2017
Proporsi Status Gizi Sangat Pendek
dan Pendek pada Balita,
2007-2018
z
z
z
Distribusi
Geografis
Prevalensi
Stunting
Menurut
Provinsi
z CUT OFF VALUES OF PUBLIC HEALTH SIGNIFICANCE
z

Rencana Aksi Nasional


Pangan dan Gizi
Pengantar RAN-PG (Rencana Aksi
z
Nasional Pangan dan Gizi)
Koordinasi dan kerjasama
beberapa stakeholder  RAN-PG

Ketahanan Pangan dan Gizi

Mewujudkan manusia Indonesia


yang sehat, cerdas, produktif, dan
memiliki daya saing yang tinggi

Sumber: Buku RAN-PG BAPPENAS (2018)


Tujuan RAN-PG
z

1. Mengintegrasikan dan menyelaraskan perencanaan pangan dan gizi


nasional melalui koordinasi program dan kegiatan multisektor
2. Meningkatkan pemahaman, peran dan komitmen pemangku
kepentingan pangan dan gizi untuk mencapai kedaulatan pangan
serta ketahanan pangan dan gizi;
3. Memberikan panduan dan masukan bagi pemerintah dan pemerintah
daerah dalam menyusun rencana pembangunan pangan dan gizi
dengan menggunakan pendekatan multisektor
4. Memberikan panduan bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi pembangunan
pangan dan gizi multisektor
Indikator dan Sasaran Pangan
z
Indikator dan Sasaran Percepatan
z
Perbaikan Gizi
5 Pilar RAN-PG
z
1. Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Promosi dan pendidikan gizi masyarakat
b. Pemberian suplementasi gizi
c. Pelayanan kesehatan dan masalah gizi
d. Pemberdayaan masyarakat di bidang pangan dan gizi
e. Jaminan sosial yang mendukung perbaikan pangan dan gizi
f. Pendidikan anak usia dini

2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam


a. Mutu dan Keamanan Pangan
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
c. Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi
d. Konsumsi kalori, karbohidrat, protein, dan vitamin
e. Peningkatan akses pangan bagi masyarakatmiskin dan masyarakat yang mengalami rawan pangan
dan gizi
z

3. Mutu dan Keamanan Pangan, meliputi bidang:


a. Pengawasan regulasi dan standar gizi
b. Pengawasan keamanan pangan segar
c. Pengawasan keamanan pangan olahan;
d. Pengawasan pangan sarana air minum dan tempat-tempat umum; dan
e. Promosi keamanan pangan

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, meliputi bidang:


a. pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
b. pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;
c. penyediaan air bersih dan sanitasi;
d. penerapan kawasan tanpa rokok; dan
e. penerapan perilaku sehat.
z

5. Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi meliputi bidang:


a. Perencanaan Pangan dan Gizi
b. Penguatan Peranan Lintas Sektor
c. Penguatan pencatatan sipil dalam perbaikan gizi;
d. Pelibatan pemangku kepentingan;
e. Pemantauan dan evaluasi
f. Penyusunan dan penyampaian laporan
z
Selain didasarkan pada RPJMN 2015-2019, RAN-PG juga
zmemperhatikan komitmen global diantaranya The Health Assembly
pada tahun 2012 dan Agenda 2030 untuk SDGS
z
Target yang ingin dicapai pada SDGs

 menjamin sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan menerapkan praktek


pertanian tangguh yang meningkatkan produksi dan produktivitas, membantu
menjaga ekosistem, memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim,
cuaca ekstrim,
 menggandakan produktivitas pertanian dan pendapatan produsen makanan skala
kecil, khususnya perempuan, masyarakat penduduk asli, keluarga petani,
penggembala dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan sama terhadap
lahan, sumber daya produktif, dan input lainnya, pengetahuan, jasa keuangan,
pasar, dan peluang nilai tambah, dan pekerjaan non-pertanian;
 menghilangkan kelaparan dan menjamin akses bagi semua orang, khususnya
orang miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, termasuk bayi,
terhadap makanan yang aman, bergizi, dan cukup sepanjang tahun; dan
 menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025
mencapai target yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus
di bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil
dan menyusui, serta manula
Komitmen dalam The World Health
z
Assembly 2012

Penurunan 40 %
Penurunan 50 penurunan 30
prevalensi balita
persen anemia pada persen bayi lahir
pendek dan sangat
WUS dengan BBLR
pendek

peningkatan ASI Menurunkan dan


eksklusif sampai mempertahankan
paling sedikit 50 wasting pada balita
perse kurang dari 5 persen
z

Gerakan 1000 Hari Pertama


Kehidupan
Definisi Program Spesifik dan Sensitif
z

Intervensi Intervensi
Spesifik Sensitif
Kegiatan yang dalam
perencanaannya khusus Berbagai kegiatan
untuk kelompok 1000 HPK pembangunan di luar
sektor kesehatan
Umumnya dilakukan oleh
sektor kesehatan
Sasarannya adalah
masyarakat umum, tidak
Intervensi gizi spesifik
khusus untuk 1000 HPK
bersifat jangka pendek
Sasaran yang ingin dicapai tahun 2025
z

Menurunkan proporsi
Menurunkan proporsi Menurunkan anak
anak balilta yang
anak balita yang yang lahir berat badan
menderita kurus
stunting sebesar 40 rendah sebesar 30
(wasting) kurang dari 5
persen. persen
persen.

Meningkatkan
Menurunkan proporsi prosentase ibu yang
Tidak ada kenaikan
ibu usia subur yang memberikan ASI
proporsi anak yang
menderita anemia ekslusif selama 6
mengalami gizi lebih.
sebanyak 50 persen. bulan paling kurang 50
persen.
Kegiatan dalam Rangka Intervensi Gizi
z
Spesifik

Meningkatkan konsumsi Melanjutkan suplemen


Bagi ibu hamil yang kurus
pangan seharihari melalui tablet besi-folat dengan
(diukur dengan lingkar
perbaikan pendapatan perencanaan dan
lengan) diberikan bantuan
keluarga dan pendidikan pengawasan yang lebih
suplemen pangan
gizi seimbang baik

Intensifkan pendidikan atau


KIE gizi sehingga setiap ibu Pemberian pil besi pada ibu
Menerbitkan Peraturan
hamil memahami hamil di daerah endemik
Daerah tentang Peredaran
pentingnya tablet besi-folat malaria harus dilakukan
Garam Beryodium
dan merasa membutuhkan secara berhati-hati
untuk kesehatannya
Kegiatan dalam Rangka Intervensi Gizi
z Spesifik (2)

Melakukan evaluasi
Sosialisasi yang luas
efektivitas atas berbagai
Peningkatan kepada masyarakat tentang
MP-ASI yang beredar di
Pemberantasan malaria PP 33 tahun 2012 sehingga
masyarakat baik yang
didaerah endemik harus masyarakat dapat ikut
dilaksanakan oleh
menjadi prioritas berperan dalam
pemerintah, LSM, maupun
pelaksanaannya
oleh industri pangan

Melakukan penelitian
prioritas pada Pendidikan gizi tentang ASI
pengetahuan, sikap dan
pengembangan MP-ASI Eksklusif perlu disertai
perilaku (KAP) tentang MP-
lokal untuk anak-anak dengan pendidikan tentang
ASI di berbagai kelompok
masyarakat miskin MP-ASI
sosial masyarakat
Indikator Kegiatan Spesifik
z
Indikator Kegiatan Sensitif
z
z Upaya Pencegahan
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016)
z

Thank you

Anda mungkin juga menyukai