Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOROSI

OLEH :

NAMA : RINA THERESIA MANURUNG


KELAS : SI-3D
NIM : 2005022070
TUGAS : BAHAN BANGUNAN

Dosen Pengampu
Drs. Indra Fauji, M.T

D3 – TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan karunia-
Nya, kepada seluruh umat manusia, yang atas izin-Nya sehingga Saya mampu menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “KOROSI” ini dapat selesai tepat pada  waktunya.

Sejalan dengan dinamika bangsa ini masih terus mencari cara yang lebih efektif untuk
menghasilkan generasi baru yang cerdas, maka dari itu penulis mendukung semua itu dengan
cara mencari sesuatu yang jarang ditampilkan dan banyak dipertanyakan salah satunya dengan
membuat makalah ini, yang dapat bermanfaat dengan berbagai pokok masalah.Dengan adanya
makalah, mudah-mudahan dapat mengembangkan pengetahuan sains para kaum pelajar untuk
lebih maju dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian tak lupa Saya tuturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan kepada Dosen Pengampu, Drs. Indra Fauji, M.T . Kami sadar bahwa makalah yang Saya
buat ini, masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai
pihak untuk perbaikan isi makalah ini, Saya sambut  dengan senang hati.

Penulis

Rina Th Manurung

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………...……………………………………… 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….. 3

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………… 4

A. : Latar belakang………………………………………………………………………… 4
B. : Rumusan masalah……………………………………………………………………. 6
C. : Tujuan penulisan……………………………………………………………………… 6
D. : Manfaat……………………………………………………………………………….. 6
E. : Batasan masalah……………………………………………………………………… 6

BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 7

A. : Pengertian Korosi……………………………………………………………………… 7
B. : Jenis-jenis Korosi……………………………………………………………………… 8
C. : Proses Terjadinya Korosi……………………………………………………………….. 12
D. : Faktor yang Menyebabkan Korosi..……………………………………………………. 13
E. : Cara Mencegah terjadinya Korosi…………………………………………………........ 16
F. : Dampak Korosi…………………………………………………………………………. 17

BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………………...... 18

A. : Kesimpulan……………………………………………………………………………… 18
B. : Saran…………………………………………………………………………………… 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korosi merupakan fenomena alamiah yang terjadi pada material logam, dimana korosi merupakan
proses kerusakan material karena reaksi kimia atau elektrokimia dengan lingkungannya. Lingkungan
yang dimaksud dapat berupa lingkungan asam, udara, embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai
dan air tanah[1] . Sama halnya dengan dengan tulang manusia yang menjadi rapuh karena penuaan,
logam yang terkorosi juga menjadi rapuh akibat proses perkaratan. Menurut catatan sejarah, konsep
dasar korosi moderen diawali pembuatan sel korosi oleh galvanik. Konsep ini kemudian berkembang
dan digunakan untuk menjelaskan fenomena korosi basah dan fenomena korosi kering seperti yang
terjadi pada pada batas butir. Sampai saat ini pengembangan pengetahuan dan teknologi tentang
korosi masih terus dilakukan baik di dunia kerja maupun di dunia pendidikan. Di dunia pendidikan
khususnya, korosi galvanik sudah menjadi fundamental atau dasar dalam melihat fenomena korosi
yang terjadi pada logam. Salah satu cara untuk melihat fenomena korosi yang terjadi pada suatu
logam adalah dengan melakukan praktikum di laboratorium. Laboratorium Metalurgi Fisik Jurusan
Teknik Mesin Universitas Andalas, memiliki satu alat uji korosi galvanik yang dipakai untuk
keperluan praktikum. Ironisnya, peralatan pengujian korosi galvanik yang telah ada belum memadai
untuk memperlihatkan fenomena elektrokimia dan fisik yang jelas dari sebuah proses korosi. Dengan
dasar inilah pembuatan alat uji korosi galvanik sistem satu sel ini dilakukan. Selain itu, nantinya juga
akan dilakukan pengujian untuk mengetahui performa dari alat uji korosi yang telah dibuat.
Diharapkan nantinya hasil dari tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mendukung
kegiatan praktikum uji korosi di laboratorium Metalurgi Fisik. Material yang digunakan pada saat
pengujian adalah pasangan lembaran aluminium-satainless steel komersil yang ada di pasaran. Kedua
material ini dipilih karena relatif mudah didapatkan di daerah Padang
Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi
panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal yang menyebabkan
terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga akan berpengaruh terhadap sifat
mekanik seperti kekuatan dan ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.
Ketebalan pelat juga memegang peran penting agar mendapatkan mutu sambungan yang baik, hal ini
disebabkan karena masukan panas yang diterima oleh pelat berbeda-beda tergantung luas penampang.
Sedangkan masukan panas pengelasan yang akan diterima akan mempengaruhi struktur mikro yang
akan terbentuk. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju korosi, pada
lingkungan yang memiliki pH tinggi, laju korosi secara umum akan menjadi lebih cepat. Kelembaban

4
udara, air hujan, lumpur, benturan atau gesekan dengan benda lain yang menyebabkan lapisan
pelindung terkelupas merupakan salah satu rusaknya pelindung metal sehingga akan mempercepat
proses korosi. Karat timbul akibat reaksi oksidasi antara material logam dengan oksigen. Salah satu
yang dapat mempercepat proses timbulnya karat 2 yaitu air laut yang mengandung kadar garam,
begitu juga dengan cairan air dan garam dapur (NaCl). Karat muncul disebabkan permukaan logam
bersentuhan langsung dengan air yang mengandung asam sehingga mengalami proses oksidasi oleh
udara. Semakin dibiarkan air dan kotoran menempel pada baja semakin banyak pula zat asam
bereaksi terhadap besi yang menjadikannya karat.

Gambar 1.1 Contoh Korosi pada paku


korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau
diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses kerusakannya. Ketika atom logam terekspos ke
lingkungan yang mengandung molekul air, mereka akan melepas elektron, mengubah diri menjadi 3
ion positif dan melibatkan aliran listrik. Efek ini akan terkonsentrasi dalam skala kecil yang mula-
mula membentuk lubang kecil atau retakan, kemudian meluas sehingga mampu menimbulkan
kegagalan. Korosi lokal yang berawal dari keberadaan lubang-lubang kecil seringkali terdapat
kegagalan lelah awal yang ditambah dengan media korosif seperti air laut akan semakin memperbesar
pertumbuhan retakan akibat lelah. Korosi juga terjadi lebih cepat pada area dimana perubahan
microstructural akibat proses pengelasan. Penggunaan baja sudah tidak asing lagi pada proses
industri. Umumnya untuk mencegah korosi pada struktur baja digunakan pelapis atau polarisasi
katoda (cathodic polarization), yaitu dengan memasang anoda sebagai tumbal.

5
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan permasalahan yaitu bagaimana kecepatan laju korosi
daerah HAZ dan Base metal terhadap pengaruh tegangan ampere 120,160,200 pada material Baja ST
37 dengan larutan Nacl.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah:
1. Membuat alat uji korosi galvanik sistem satu sel skala laboratorium.
2. Melihat dan mengetahui fenomena fisik, listrik dari korosi galvanik.
sistem satu sel dari pasangan lembaran aluminium-stainless steel.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah:
1. Alat uji korosi yang telah dibuat dalam penelitian ini akan disumbangkan dan menjadi properti
laboratorium Metalurgi Fisik untuk keperluan praktikum korosi pada mata kuliah Metalurgi Fisik dan
Pengendalian Korosi.
2. Prosedur dan data pengujian dapat dijadikan sebagai referensi atau panduan penyusunan modul
praktikum

E. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dri pelaksanaan tugas akhir ini adalah:
 Penelitian ini dibatasi oleh pembuatan alat uji korosi galvanik sistem satu sel. Sistem satu sel disini
bermakna pasangan logam uji berada dalam satu wadah larutan elektrolit.
 Spesimen yang digunakan pada saat pengujian adalah pasangan lembaran aluminium-stainless steel
komersil yang mudah didapatkan di Padang
 Larutan elektrolit yang digunakan untuk pengujian korosi adalah larutan NaOH (kondisi basa) dan
Larutan HCl (kondisi asam) dengan konsentrasi yang berbeda-beda.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logamdengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidakdikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Karat disebut sebagaiautokatalis karena karat yang
terjadi pada logam akan mempercepat proses pengaratan berikutnya. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalamireduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat
besiadalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.Korosi merupakan
proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana
besi mengalami oksidasi.Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2eElektron yang dibebaskan di anode mengalir ke
bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagaikatode, di mana oksigen tereduksi .O2(g) + 4H+(aq) +
4e <--> 2H2O(l)atauO2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)Ion besi(II) yang terbentuk pada anode
selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III)yang kemudian membentuk senyawa oksida
terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian manadari besi itu yang bertindak sebagai anode dan
bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor,
atau perbedaan rapatan logam itu.Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam
karena logam bereaksisecara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwakorosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijihmineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi
sulfida,setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja
atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yangmenyebabk
an korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu
untuk dapat mengetahui kemungkinanterjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada
banyak faktor, seperti ada atautidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda
potensial terhadapelektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

B. Jenis-Jenis Korosi
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Halwan Jaya dkk bahwa korosi
mempunyai berbagai macam bentuk. Bentuk dari setiap korosi mempunyai karakteristik dan jugamek
anismenya yang berbeda-beda. Jenis atau macam-macam korosi tersebut adalah sebagai berikut :

7
1. Korosi Merata

Gambar 2.1 Korosi merata


Korosi merata merupakan bentuk dari korosi yang biasanya terjadi. Korosi merataditandai dengan
adanya reaksi kimia atau elektrokimia pada permukaan bereaksi.Dampknya dapat terlihat
misalnya logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada logam tersebut.Korosi merata
juga keadaan kerusakaan yang besar pada material. Namun, korosimerata kurang diperhatikan
karena bergantung dari umur suatu peralatan dan dapatdiperkirakan secara akurat dengan
pengujian yang lebih sederhana. Adapun bentuk ataucara mencegah terjadinya korosi merata
adalah pelapisan inhibitor dan juga proteksikatodik.

2. Korosi Galvanik

8
Perbedaan yang potensian dan sering terjadi diantara kedua logam yang
berbeda, pada saat keduanya di celupkan dari laturan korosif. Saat logam itu berkontak, terjadises
uatu perbedaan potensial yang dapat menghasilkan aliran elektron. Elektron tersebutmengalir dari
logam yang kurang muliah (anodik) ke metal yang lebih mulia (katodik).Akibatnya pada metal
yang kurang mulia dapat berubah ke ionion yang lebih positifkarena mampu kehilangan elektron.
Ion-ion positif metal dapat beraksi dengan ionionnegatif yang terdapat di dalam elektrolik
menjadi garam metal. Karena peristiwa demikian permukaan anoda dapat kehilangan
metal.Korosi akan menyerang logam yang ketahanan-korosinya lebih rendah danserangan pada
logam yang lebih tahan-korosi akan lebih sedikit. Logam yang terserangkorosi akan menjadi
anoda dan logam yang lebih tahan terhadap serangan korosi akanmenjadi katoda. Biasanya logam
yang katodik akan terserang sedikit bahkan tidak terjaidikorosi ketika kedua logam tersebut
disambungkan. Jenis korosi ini disebut korosigalvanik.

Gambar 2.2 Korosi galvanik


3. Korosi Celah

Bentuk dari korosi yang ketika terdapat celah akibat penggabungan atau suatu penyatuan dua
logam yang sama mempunyai kadar oksigen yang berbeda dengan bagianluarnya. Jenis dari
korosi tersebut pada umumnya disebabkan oleh lubang yang kecil, dancelah-celah di bawah
kepala baut dan pakunya keling.

9
Gambar 2.3 Korosi celah
4. Korosi Sumuran

Korosi sumuran merupakan bentuk dari adanya serangan korosi yang sangat lokalkemudian
menyerang suatu daerah tertentu yang mengakibatkan adanya lubang dalamlogam. Kemudian
lubang yang berdiameter kecil ataupun besar, dalam banyak kasuslubang tersebut relatif kecil.
Lubang yang terisolasi ataupun terkadang terlihat
misalnya permukaan yang kasar. Pits umumnya bisa digambarkan sebagai rongga atau lubang ber
diameter permukaan kurang-lebih sama ataupun kurang dari kedalaman.Korosi sumuran adalah
bentuk dari suatu korosi yang paling mudah merusak
dan juga berbahaya. Hal tersebut menyebabkan suatu peralatan dapat gagal karena denganterjadin
ya suatu penurunan massa yang sedikit saja dapat mengakibatkan terjadinya suatulubang, maka
kegagalan dapat juga terjadi dengan mudah. Terkadang sulit dalam
mendeteksi pit karena ukurannya yang kecil dan juga pada arena lubang-lubang tersebutdapat
tertutup oleh produksi korosi.

10
Gambar 2.4 Korosi sumuran
5. Korosi Erosi

Korosi Erosi adalah suatu korosi yang terjadi karena tingkat percepatan kerusakanatua serangan
pada logam dari gerakan relatif antara cairan korosif dan permukaan logam.Biasanya gerakan
tersebut cukup cepat, dan ikut serta dengan abrasi. Logam yang beradadi permukaan tersebut
kemudian berubah ke ion terlarut atau bentuk produk korosi yang padat.Terkadang juga
dipengaruhi dari lingkungan yang mengurangi laju korosi,khususnya pada saat terjadi serangna
logam dalam kondisi tergenang, tapi tidak dapatdisebut dengan erosion corrosion karena terjadi
suatu kerusakan tidak bertambah. Bentukfisik dari korosi erosi dapat ditandai dalam suatu
penampilannya berupa alur, parit,gelombanang, lubang bulat, lembah-lembah, dan juga dapat
menunjukan pola arah.6.

11
Gambar 2.5 Korosi erosi
 
Korosi Tegangan Gaya-gaya mekanis misalnya dari tarikan atau kompresi berpengaruh sangat
kecil pada proses pengkaratan di bagian metal yang sama jika ditinjau dari laju pengkaratandalam mil
pertahun. Namun, ketika itu merupakan bagian kombinasi antara tensile stressdan lingkungan yang
korosif, maka kondisi tersebut merupakan salah satu dari penyebabutama dalam kegagalan material.
Kegiatan tersebut dapat berupa retakan yang biasadisebut dengan korosi tegangan.
Jenis serangan yang dapat berkarat terjadi sangat cepat, dalam ukuran menit, yaituketika seluruh
persyaratan dapat terjadi karat regangan (tegangan) ini telah terpenuhi padasaat tertentu yakni adanya
suatu regangan internal dan tercipta ketika kondisi korosif yang berhubungan dengna konsentrasi zat
karat (corrodent) dan juga suhu lingkungan.

C. Proses Terjadinya Korosi

12
Karat besi, Fe2O3∙nH2O yang merupakan senyawa kepadatan yang berwarna coklat kemerahan,
terbentuk pada reaksi redoks yang berbeda dengan reaksi sebelumnya. Ion-ionFe2+ yang
terbentuk pada daerah anode terdispersi dalam air dan bereaksi denganO2 membentuk Fe3+ dalam
karat. Keseluruhan reaksi pada proses ini adalah: Secara keseluruhan, jika persamaan reaksi
hilangnya besi dengan reaksi pembentukan karatdijumlahkan maka diperoleh: 
D. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Korosi.
1. Konsentrasi H2O dan O2
Dalam kondisi kelembaban yang lebih tinggi, besi akan lebih cepat berkarat. Selainitu, dalam
air yang kadar oksigen terlarutnya lebih tinggi, perkaratan juga akan lebih cepat.Hal ini
sebagaimana air dan oksigen masing-masing berperan sebagai medium terjadinyakorosi dan agen
pengoksidasi besi.
2. PH
Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi akan lebih cepat,sebagaimana
reaksi reduksi oksigen dalam suasana asamlebih spontan yang ditandaidengan potensial
reduksinya lebih besar dibanding dalam suasana netral ataupun basa.
3. Keberadaan elektrolit
Keberadaan elektrolitseperti garam NaCl pada medium korosi akan mempercepatterjadinya
korosi, sebagaimana ion-ion elektrolit membantu menghantarkan elektron-elektron bebas yang
terlepas dari reaksi oksidasi di daerah anode kepada reaksi reduksi pada daerah katode.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu, semakin cepat korosi terjadi. Hal ini sebagaimana laju
reaksikimiameningkat seiring bertambahnya suhu.5. Galvanic couplingBila besi terhubung atau
menempel pada logam lain yang kurang reaktif (tidakmudah teroksidasi, potensial reduksi lebih
positif), maka akan timbul beda potensial yangmenyebabkan terjadinya aliran elektron dari besi
(anode) ke logam kurang reaktif(katode). Hal ini menyebabkan besi akan lebih cepat mengalami
korosi dibandingkantanpa keberadaan logamkurang reaktif. Efek ini disebut juga dengan efek
galvaniccoupling.
Sifat elektrolit ini dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang ada di udara dan larutan serta
produk korosi yang terbentuk. Ditinjau dari segi elektokimia, ada tiga faktor yang menyebabkan
terjadinya proses korosi pada logam yaitu :
1. Lingkungan yang basah
2. Adanya oksigen
3. Adanya perbedaan potensial dari system

13
Contoh : Menyimpan suatu pelat baja telanjang di udara terbuka, permukaannya akan dibasahi
oleh molekul-molekul air. Molekul-molekul air ini akan bertindak sebagai media elektrolit.
Konduktivitas lapisan air akan bertambah besar kalau mengandung garam-garam terlarut yang berasal
dari polusi udara. Dalam bidang teknik sipil sebagian besar dari pemakaian logam yang digunakan
banyak ditempatkan di udara (atmosfir). Karena itu korosi / karat pada besi dan bajanya adalah korosi
atmosfir. Produk korosi (oksida besi) yang menyebar tidak merata pada permukaan baja, akan
menyebabkan terjadinya perbedaan potensial, dimana baja bertindak sebagai anoda dan oksida
besinya sebagai katoda.
Korosi logam secara garis besar terdiri atas :
1. Korosi Basah
Yaitu hasil dari aksi elektrokimia, bila beda potensial timbul oleh adanya hubungan elektrik
antara bagian-bagian logam yang kontak melalui larutan yang mengandung ion-ion bebas.Jika
logam homogen dimasukan kedalam larutan elektrolit, ion-ion logam cendrung untuk masuk
kedalam larutan tersebut meninggalkan logam dan menghasilkan elektron bebas atau muatan
negatif, ini akan lebih jelas terlihat bila kedua logam tersebut dihubungkan dengan sumber
tegangan listrik maka terjadi perbedaan potensial. Arus listrik akan mengalir dalam sistem dan
mengakibatkan serangan pada logam yang lebih anodik yaitu logam yang memiliki potensial
elektroda lebih negatif. Logam dengan potensial elektroda lebih positif atau logam katodik tidak
diserang. Contoh reaksi pada logam katodik yaitu : Reaksi pengendapan logam, pembebasan
hidrogen atau pembetukan OH- (ion hidroksil). Mekanisme korosi : Untuk memahami
mekanisme proses korosi, coba kita perhatikan reaksi antara logam seng (Zn) dengan asam
chlorida (HCL). Jika logam seng (Zn) dicelupkan kedalam pelarutan Zn membentuk larutan seng
chlorida (Zn Cl 2). Reaksi di atas dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut:
Zn + 2 HCl Zn Cl2 + H 2 ------------------- ( 1 )
Ion chlorida tidak ikut serta dalam reaksi, maka reaksi ( 1 ) dapat disederhanakan sebagai
berikut :
Zn + 2 H + Zn +2 + H 2 -------------- ( 2 )
Seng bereaksi dengan ion hidrogen dari larutan asam membentuk ion seng dan gas Reaksi
oksidasi dari logam seng merupakan proses terkorosinya logam seng, dan ini terjadi pada daerah
anodik / anoda, oleh karena itu disebut reaksi anodik. Reaksi anodik adalah reaksi oksidasi suatu
logam menjadi ionnya yang ditandai dengan kenaikan falensi atau pelepasan elektron. Reaksi
reduksi terjadi pada daerah katodik, disebut reaksi katodik, yaitu reaksi yang ditandai dengan
penurunan falensi atau penyerapan elektron.

14
Secara skematik, proses ini dapat kita lihat pada gambar di bawah ini : hidrogen. Dari persamaan
reaksi ( 2 ) ini terjadi dua jenis reaksi yang berlangsung bersamaan yaitu reaksi :
1. Zn Zn +2 + 2 e ----------------- reaksi oksidasi
2. 2 H+ + 2 e H2 ------------------- reaksi reduksi
Anodik Zn ++ larutan Hcl
-----------------
---------
Katodik H+H+
Kesimpulan : Proses korosi dapat terjadi apabila sekurang-kurangnya terdapat sepasang reaksi
yaitu oksidasi dan reduksi.
2. Korosi Kering
Terjadi pada temperatur tinggi, yaitu oksidasi dan logam-logam, kecuali logam mulia,( misal
emas, platina ) akan membentuk lapisan – lapisan oksida yang akan mempengaruhi laju oksida
selanjutnya. Lapisan-lapisan oksida dipengaruhi oleh perubahan temperatur yang akan
menyebabkan tegangan termal akibat perbedaan ekspansi panas antara logam dan lapisan oksida.
3. Korosi Atmosfir
Dalam bidang teknik sipil sebagian besar dari komsumsi logam yang digunakan banyak
ditempatkan di udara (atmosfir). Karena itu korosi / karat pada besi dan bajanya adalah yang
banyak korosi atmosfir. Produk korosi ( oksida besi ) yang menyebar tidak merata pada
permukaan baja, akan menyebabkan terjadinya perbedaan potensial, dimana baja bertindak
sebagai anoda dan oksida besinya sebagai katoda. Ditinjau dari lingkungannya, faktor-faktor yang
mempengaruhi laju korosi atmosfir diantaranya adalah Derajat Polusi Udara. Di daerah industri
yang padat penduduk, udara banyak dicemari oleh gas buangan seperti : SO2, CO, H2S dan lain-
lain yang akan mempercepat terjadinya proses korosi. SO2 yang ada di udara diserap oleh
partikel-partikel padat seperti karat (Fe2O3), debu dan lain-lain. Partikel padat ini juga bertindak
sebagai katalisator proses oksidasi SO2 menjadi SO3 oleh oksigen di udara. Pada lingkungan
udara yang lembab SO3 ini akan dirubah menjadi H2SO4. Serangan korosi pada logam besi oleh
H2SO4 akan terbentuk garam sulfat ( Fe2SO4), dan kemudian Fe2SO4 yang terbentuk akan
dihidrolisa oleh molekul air yang ada di udara sehingga terjadi Ferro Oksida dan H2SO4 .
Kemudian H2SO4 yang dihasilkan akan membentuk karat baru dan seterusnya. Reaksi dapat
digambarkan sebagai berikut : Fe + SO2 + O2 Fe SO4 4 Fe SO4 + O2 + 6 H2 O 4 Fe OOH + 4
H2 SO4 4 H2 SO4 + 4 Fe + O2 4 Fe SO4 + 4 H2O dan seterusnya. Pada proses korosi atmosfir
melibatkan reaksi aksidasi pada daerah anodik yang ditandai dengan pelepasan elektron, yang
kemudian diperlukan pada daerah katodik untuk proses reduksi. Pada logam besi, pada daerah

15
anodik terbentuk ion-ion fero, pada daerah katodik terbentuk ion-ion hidroksil. Hasil kedua reaksi
tersebut tersebar hingga bertemu dengan endapan hidroksida fero, kemudian terjadi reaksi
oksidasi menghasilkan endapan oksida ferit atau karat.
E. Cara Mencegah Terjadinya Korosi
Korosi pada besi menimbulkan banyak kerugian, karena barang-barang atau bangunanyang
menggunakan besi menjadi tidak awet.
Korosi pada besi dapat dicegah dengan membuat besi menjadi baja tahan karat (stainlesssteel), namun
proses ini membutuhkan biaya yang mahal, sehingga tidak sesuai dengankebanyakan pengunaan besi
Cara pencegahan korosi pada besi dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Menggunakan lapisan pelindung untuk mencegah kontak langsung dengan H2O dan
O2 7Contoh lapisan pelindung yang dapat digunakan, antara lain lapisan cat, lapisan plastik,
lapisan oli dan gemuk, dan pelapisan logam lain, seperti Sn, Zn, dan Cr.Pada pelapisan cat,
fungsinya adalah untuk melindungi besi kontak dengan air danudara. Cat yang mengandung
timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap korosi.Pengecatan harus sempurna
karena jika terdapat bagian yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di bawah cat akan
terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi darikorosi dengan
pengecatan.Pada pelapisan plastik, plastik dapat mencegah besi kontak dengan air dan
udara.Peralatan rumah tangga biasanya dibalut plastik untuk menghindari korosi.Pada
pelapisan dengan oli dan gemuk, perlu dilakukan pengolesan secara berkala.Pada pelapisan
timah (tin plating), timah lebih tahan korosi (kurang reaktif)dibanding besi, di mana potensial
reduksi besi lebih negatif (E° Fe = −0,44 V; E° Sn =−0,14 V). Namun, sebagaimana efek
galvanic coupling, apabila lapisan timah tergores,maka timah justru akan mempercepat korosi
pada besi. Pelapisan timah umumnyadilakukan pada kaleng-kaleng kemasan. Pelapisan timah
umumnya digunakan padakaleng-kaleng kemasan dengan tujuan agar kaleng-kaleng bekas
cepat rusak dan hancur.Pada pelapisan zink (galvanisasi), zink lebih reaktif dibanding besi
(E° Fe = −0,44V; E° Sn = −0,76 V). Berbeda dengan timah, bila lapisannnya tidak utuh, zink
masih dapatmelindungi besi dari korosi. Hal ini terjadi sebagaimana terbentuknya sel
elektrokimiadengan zink sebagai anode yang teroksidasi dan besi sebagai katode.
Mekanisme perlindungan ini disebut perlindungan katode. Pelapisan zink umumnya
digunakan pada besi penopang konstruksi dan pipa besi.Pada pelapisan kromium (chrome
plating), kromium lebih reaktif dibanding besi(E° Fe = −0,44 V; E° Cr = −0,74 V). Sama
seperti zink, mekanisme perlindungan katode juga terjadi pada pelapisan kromium meskipun
ada lapisan kromium yang rusak. Pelapisankromium umumnya digunakan pada ketel, setang,
dan bemper mobil.

16
2. Menggunakan perlindungan katodeMenggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai anode
korbanLogam lain yang lebih reaktif dari besi, seperti Zn, Cr, Al, dan Mg,
akan berfungsi sebagai anode korban yang menyuplai elektron yang digunakan untukmeredu
ksi oksigen pada katode besi. Metode perlindungan katode ini dapat dilakukandengan
pelapisan seperti pada galvanisasi dan chrome plating ataupun dengan hanyamenghubungkan
logam anode korban dengan besi. Sebagai contoh, pipa besi yangditanam di bawah tanah dan
badan kapal laut umumnya dihubungkan dengan batangmagnesium. Magnesium akan
berfungsi sebagai anode korban dan besi menjadikatode yang terlindungi dari korosi (E° Fe=
−0,44 V; E° Cr = −2,37 V). Batangmagnesium tersebut harus diganti secara berkala.

Menyuplai listrik dari luarUntuk melindungi tangki besi bawah tanah juga dapat digunakan
anodeinert seperti grafit yang dihubungkan dengan sumber listrik. Elektron dari sumberlistrik akan
mengalir ke anode, lalu oksidasi yang terjadi di anode akan melepaselektron yang akan mengalir
menuju katode tangki besi melalui elektrolit tanah.

F. Dampak Korosi
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi diantaranya adalah:
1. Adanya kerugian teknis dan depresiasi
2. Bersifat racun
3. Mudah larut dan bercampur dengan bahan lainnya
4. Menurunnya efisiensi
5. Menurunnya kekuatan konstruksi
6. Apperance yang buruk 
7. Karat merupakan polusi dan menambah biaya maintenance
Selain menimbulkan kerugian korosi juga menguntungkan diantaranya adalah adanya pabrik cat
(coating), adanya pekerjaan cathodic protection.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Korosi adalah peristiwa perusakan logam oleh zat lain secara kimia,misalnya pengkaratan
besi.
- Korosi merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yangkontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen.
- Faktor-faktor yang memengaruhi korosi adalah dari bahan itu sendiri(kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, dll) dan dari lingkungan(udara, suhu, kelembaban, dan
keasaman zat-zat kimia).
- Keasaman atau kebasaan merupakan faktor penyebab korosi. Namun, pada percobaan justru
asam memperlambat korosi walaupun pada akhirnya paku mengalami korosi.
B. Saran
Setiap melakukan praktikum diharapkan untuk dapat memperhatikan prosedur kerja
sertamemperhatikan keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk memperbanyak referensi
gunamemudahkan kita baik dalam melakukan praktikum maupun dalam penyusunan
laporan praktikum.Pada praktikum yang dilakukan, hendaknya dalam melakukan penutupan gelas
dilakukandengan benar sehingga tidak ada celah untuk masuknya oksigen ke dalam gelas. Dan
pastikan paku yang digunakan untuk praktikum adalah paku yang baru (paku yang tidak
berkarat). Lalu,lakukan pencacatan data setiap hari secara berturut-turut dengan waktu yang
sama.

DAFTAR PUSTAKA
http://repo.unand.ac.id/3178/3/BAB%2520I.pdf
http://eprints.ums.ac.id/53700/3/BAB%20I.pdf
http://m10mechanicalengineering.blogspot.com/2013/11/macam-macam-bentuk-korosi.html

18

Anda mungkin juga menyukai