Anda di halaman 1dari 153

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN

PUBLIK TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN


PUBLIK PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI
SURABAYA
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :
Reddy Kurnia
0713015025/FE/EA

Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
2011

1
  2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………....vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..x
ABSTRAKSI……………………………………………………………………..xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................................7

1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................................8

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ..........................................................................10

2.2. Landasan Teori.........................................................................................…13

2.2.1. Pengertian Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) ...............................13

2.2.2. Etika Profesional ..............................................................................14

2.2.2.1. Kode Etik Akuntan Indonesia ...........................................16

2.2.3. Kompetensi Akuntan Publik ............................................................17

2.2.3.1. Definisi Kompetensi Akuntan Publik ...............................17

2.2.3.2. Komponen Kompetensi Akuntan Publik ..........................20

2.2.3.3. Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik.......21

2.2.3.4. Teori Pendukung Kompetensi…………………………...23

2.2.4 Independensi Akuntan Publik ...........................................................23

2.2.4.1 Definisi Independensi Akuntan Publik ..............................23


  3

2.2.4.2. Pentingnya Independensi Akuntan Publik ........................25

2.2.4.3. Aspek Independensi akuntan Publik…………………….28

2.2.4.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi

Akuntan Publik………………………………………….32

2.2.4.5. Teori Pendukung Independensi………………………….36

2.2.5. Profesionalisme Akuntan Publik .....................................................38

2.2.5.1. Definisi Profesionalisme Akuntan Publik.........................38

2.2.5.2. Syarat dan Ciri Profesionalisme........................................40

2.2.5.3. Faktor-faktor Pendukung Profesionalisme........................41

2.2.5.4. Prinsip-prinsip Profesionalisme………………………....42

2.2.5.5. Peningkatan Profesionalisme Akuntan Publik ..................45

2.2.5.6. Teori Pendukung Profesionalisme……………………....45

2.2.6. Pengaruh Kompetensi Akuntan Publik Terhadap Profesionalisme

Akuntan Puiblik ..............................................................................46

2.2.6.1. Pengaruh Independensi Akuntan Publik Terhadap

Profesionalisme Akuntan Publik....................................................48

2.3. Hipotesis .....................................................................................................49

BAB III METODE PENELITAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .........................................50

3.1.1. Definisi Operasional.........................................................................50

3.1.2. Pengukuran Variabel........................................................................52

3.2. Teknik Penentuan Sampel ..........................................................................53

3.3. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................55


  4

3.3.1. Jenis Data .........................................................................................55

3.3.2. Sumber Data.....................................................................................55

3.3.3. Pengumpulan Data ...........................................................................56

3.4. Uji Kualitas Data .........................................................................................56

3.4.1. Uji Validitas .....................................................................................56

3.4.2. Uji Reliabilitas .................................................................................57

3.5. Uji Normalitas .............................................................................................57

3.6. Uji Asumsi Klasik ......................................................................................58

3.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...............................................................60

3.7.1 Teknik Analisis .................................................................................60

3.7.2 Uji Hipotesis .....................................................................................60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Obyek Penelitian……………………………………………...63

4.1.2. Gambaran Umum Obyek Penelitian………………………………66

4.1.3. Pengambilan Kuesioner Responden………………………………,66

4.2. Deskripsi Responden……………………………………………………...67

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………………...69

4.3.1. Deskripsi Variabel Kompetensi Akuntan Publik (X1)…………….69

4.3.2. Deskripsi Variabel Independensi Akuntan Publik (X2)…………...71

4.3.3. Deskripsi Variabel Profesionalisme Akuntan Publik (Y)…………75

4.4. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis………………………..77

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas…...…………………………….77

4.4.2. Uji Reliabilitas….…………………………………………………80


  5

4.4.3. Uji Normalitas…………………………………………………......81

4.4.4. Uji Asumsi Klasik….....…………………………………………..82

4.4.5. Tekhnik Analisis…………………………………………………..84

4.5. Uji Hipotesis………………………………………………………………86

4.5.1. Uji F………………… .…………………………………………….86

4.5.2. Uji T………………..……………………………………………. ..87

4.6. Pembahasan……………………………………………………………….88

4.7. Implikasi Penelitian……...………………………………………………..90

4.7. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………...91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……………………………………………………………….92

5.2. Saran………………………………………………………………………92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
  6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Pikir .....................................................................................49


  7

KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK TERHADAP


PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KAP DI SURABAYA

Oleh:
REDDY KURNIA
Abstrak
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Akuntan
publik berfunsi sebagai pihak yang menilai atas kewajaran laporan keuangan
perusahaan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum
(PABU). Dari hasil auditnya tersebut kemudian auditor akan menyampaikan
penilaian atas kewajaran laporan keuangan melalui opini atau pendapat yang
disajikan dalam “Laporan Auditor Independen”. Dari profesi akuntan publik ini
masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Auditor harus
bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (terkecuali untuk auditor internal).
Pertanyaan tentang kualitas audit yang dilakukan akuntan publik oleh masyarakat
bertambah besar setelah terjadi beberapa kasus yang berkaitan dengan hasil audit
para akuntan publik. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat akuntan
publik harus memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Hendaknya
seorang auditor dapat meningkatkan potensi diri tersebut baik secara formal
maupun informal untuk memenuhi tanggung jawab kualitas audit yang
dilakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan
publik.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 43 Kantor Akuntan Publik
(KAP yang di Surabaya. Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari
jawaban kuesioner yang disebar pada 43 Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Surabaya tersebut. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda dengan alat bantu computer, yang menggunakan
program SPSS. 16.0 For Windows.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa
diduga ada pengaruh antara kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap
profesionalisme akuntan publik, tidak teruji kebenarannya dan hipotesis 2 yang
menyatakan bahwa diduga kompetensi akuntan publik yang berpengaruh paling
dominan terhadap profesionalisme akuntan publik, juga tidak teruji kebenarannya.

Keyword : Kompetensi, Independensi Akuntan Publik, dan Profesionalisme


Akuntan Publik
  8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan yang sudah go publik,

terdapat pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Manajemen adalah

pihak yang mengelola serta mengendalikan perusahaan. Manajemen bertugas

menjalankan kegiatan bisnis perusahaan. Konsekuensinya dari hal ini adalah

pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan wewenang

tersebut secara periodik kepada pemilik. Selain pemilik, masih terdapat pihak

lain yang memerlukan informasi yang berasal dari laporan keuangan. Pihak

lain tersebut antara lain adalah pemberi pinjaman, calon kreditor atau

investor, pemerintah, analisis keuangan dan sebagainya.

Dari uraian diatas terlihat jelas adanya sebuah kepentingan yang

berbeda antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan. Manajemen

berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang

dipercayakan kepadanya. Sedangkan pemakai laporan keuangan, khususnya

pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen di dalam

mengelola perusahaan. Karena adanya konflik kepentingan antara manajemen

dengan pemakai laporan keuangan maka laporan keuangan harus diaudit oleh

pihak ketiga yang independen. Pihak yang bisa melakukan audit atas laporan

keuangan adalah akuntan publik.


  9

Profesi akuntan publik merupakan profesi yang menjadi kepercayaan

masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian

yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh

manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja,

1998:3). Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat

keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh

informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Guna menunjang profesionalisme para akuntan publik maka auditor

dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit

yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni sebagai

berikut:

1. Standar umum, yang merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus

dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam

melaksanakan prosedur audit.

2. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur

auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang

dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk

menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara

keseluruhan.

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan

tugasnya untuk mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis

sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yakni ketika


  10

akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen

(Agen) untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya.

Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik

dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik (prinsipal). Akan

tetapi disisi lain, pemilik (prinsipal) menginginkan supaya auditor

melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang

telah dibiayainya.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan

dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya

mengharuskan para akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang

dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit

yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak

skandal yang melibatkan akuntan publik baik diluar negeri maupun

didalam negeri. Skandal didalam negeri terlihat dari akan diambilnya

tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan melakukan

pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun

1998 (Yogi Christiawan, 2002). Selain itu terdapat kasus keuangan dan

manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan

publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto,

2002 dalam Christiawan 2003:82).

Selain fenomena di atas, kualitas audit yang dihasilkan akuntan

publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti
  11

kasus yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang

diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT.

Great River Internasional,Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya

temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi

penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan

milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan

perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam

membayar utang. Sehingga berdasarkan investigasi tersebut Bapepam

menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan

Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI

terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan

publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti

melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)

berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT.

Great River tahun 2003 (kap-muhaemin.com).

Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan

apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik

yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah

terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan

tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu

mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti

permasalahannya adalah kompetensi atau keahlian auditor tersebut.

Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik
  12

rekayasa tersebut, seperti yang terungkap juga pada skandal yang

menimpa Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing,

Adelphia dan Walt Disney (Sunarsip 2002 dalam Christiawan 2003:83)

maka inti permasalahannya adalah independensi auditor tersebut. Terkait

dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat

kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan

independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang

dihasilkan oleh akuntan publik.

Di Indonesia penelitian yang berkaitan dengan auditor memang

sudah sering dilakukan. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh

Mayangsari (2003), penelitian yang membahas masalah keahlian audit dan

independensi sebagai dua faktor yang tidak mutually exclusive yang

mempengaruhi opini auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan, dan

ia pun menyatakan bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen

berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama

sekali tidak memiliki karakter. Pendapat auditor pada kelompok ini

mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan pada kelompok

yang lainnya. Dalam penelitian tersebut kedua faktor yaitu faktor keahlian

dan independensi dimasukkan sebagai faktor kembar yang mungkin akan

mempengaruhi opini auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002) menyatakan

bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan

independensi. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa


  13

pengalaman akan mempengaruhi kemampuan audit untuk mngetahui

kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian

dalam melakukan audit.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kompetensi dan independensi

masuk sebagai salah satu ciri auditor/akuntan publik yang paling penting

yang akan meningkatkan profesionalisme akuntan publik. Novin dan

Tucker (1993) mengidentifikasikan profesionalisme sebagai penguasaan

dibidang pengetahuan, keterampilan dan karakteristik. Lebih jauh lagi

Novin dan Tucker memberikan suatu gambaran bahwa untuk menjadikan

akuntan, akademisi, maupun praktisi, mencapai tingkat profesionalisme

yang memadai, maka mereka harus menguasai tiga hal tersebut.

Fenomena yang berhubungan dengan profesionalisme juga terjadi

di ruang lingkup Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Jawa

Barat (Jabar), dua auditor BPK Suharto dan Enang Hermawan, didakwa

korupsi karena menerima suap dari PNS Pemerintah Kota Bekasi. Pada

persidangan yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)

Senin (20/9), Suharto dan Enang didakwa menerima suap untuk membantu

laporan keuangan Pemerintah Kota Bekasi agar menerima predikat wajar

tanpa pengecualian (Jawa pos, Selasa, 21 September 2010).

Penelitian mengenai kualitas audit penting bagi KAP dan auditor

agar mereka dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

audit dan selanjutnya dapat meningkatkannya kualitas audit yang

dihasilkannya. Bagi pemakai jasa audit, penelitian ini penting yakni untuk
  14

menilai sejauh mana akuntan publik dapat konsisten dalam menjaga

kualitas jasa audit yang diberikannya.

Seperti telah diuraikan diatas, krisis kepercayaan dari masyarakat

telah menimpa para auditor, untuk mengembalikan kepercayaan

masyarakat maka hendaknya auditor meningkatkan profesionalisme diri

dengan berbagai cara baik itu meningkatkan kompetensi dengan

peningkatan pengetahuan potensi baik secara formal maupun informal

serta bisa juga dengan meningkatkan independensi diri masing-masing

auditor. Profesionalisme yang dituntut masyarakat umum dari seorang

auditor sangat mutlak di dalam pelaksanaan tugasnya, oleh karena itu

penelitian ini mengambil tema “Pengaruh Kompetensi dan Independensi

Akuntan Publik Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik Studi Empiris

Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi dan independensi akuntan

publik terhadap profesionalisme akuntan publik.


  15

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan secara empiris apakah terdapat pengaruh antara

kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap profesionalisme

akuntan publik.

2. Untuk membuktikan secara empiris faktor manakah yang lebih

mempengaruhi profesionalisme dari para akuntan publik.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika

lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

2. Bagi Kantor Akuntan Publik dan Ikatan Akuntan Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan

yang bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik dan Ikatan Akuntan

Indonesia dalam melaksanakan pelatihan-pelatihan dalam rangka

peningkatan kompetensi akuntan publik, serta dapat member masukan

kepada Kantor Akuntan Publik dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam

pengembangan independensi para akuntan publik.

3. Bagi peneliti

Dengan penelitian ini dapat dijadikan suatu perbandingan antara

teori-teori yang selama ini peneliti dapatkan semasa perkuliahan dengan


  16

kenyataan yang ada. Sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi

Kantor Akuntan Publik dan kesesuaian antara lain yang diperoleh sehingga

dapat diperoleh pemecahan masalah yang ada.


  17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil penelitian terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini antara lain oleh:

1. Sekar Mayangsari (JRAI, 2003)

judul:

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit:

Sebuah Eksperimen”.

Permasalahan:

a. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan

independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik

atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik

tersebut?

b. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai

dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli

dengan auditor tidak ahli?

Hipotesis:

a. Auditor yang memiliki keahlian audit dan independensi akan

memberikan pendapat dan kelangsungan hidup perusahaan yang

cenderung benar dibanding auditor yang hanya memiliki salah satu

karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya.


  18

b. Kuantitas informasi yang diinginkan dipengaruhi oleh jenis

informasi. Auditor yang ahli lebih banyak mengingat jenis

informasi atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih

mengingat informasi typical.

Kesimpulan:

a. Hasil pengujian mendukung hipotesis pertama bahwa auditor yang

memiliki keahlian dan independensi akan memberikan pendapat

tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar

dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik

atau sama sekali tidak memiliki keduanya.

b. Hasil pengujian mendukung hipotesis kedua bahwa kuantitas

informasi yang diingat dipengaruhi oleh jenis informasi. Auditor

yang ahli lebih banyak mengingat informasi yang atypical

sedangkan auditor non ahli lebih banyak mengingat informasi yang

typical.

2. Kusharyanti (2003)

Judul :

“Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik

Penelitian di Masa Datang”.

Variabel yang diteliti :

Faktor-faktor kualitas audit menurut De Angelo dan Catanach Walker.


  19

Kesimpulan :

Banyak faktor memainkan peran penting dalam mempengaruhi kualitas

audit dari sudut pandang auditor individual, auditor tim maupun KAP.

3. Nurchasanah dan Rahmanti (2003)

Judul :

“Analisis Faktor-faktor Penentu Kualitas Audit”.

Variabel yang diteliti :

a. Pengalaman melakukan audit

b. memahami industry klien

c. respon atas kebutuhan klien

d. taat pada standar umum

e. keterlibatan pimpinan KAP

f. independensi anggota tim audit

g. komunikasi tim audit dan manajemen klien.

Kesimpulan :

Hanya pengalaman melakukan audit dan keterlibatan pimpinan KAP yang

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

4. Teguh Harhinto (2004)

Judul :

“Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Study

Empiris Pada KAP di Jawa Timur”.


  20

Variabel yang ditentukan :

Keahlian diproksikan dalam dua sub variabel pengalaman dan

pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan dalam tekanan dari

klien, lama hubungan dengan klien, dan telaah rekan auditor.

Kesimpulan :

Keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemeriksaan Akuntan (Auditing)

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh

manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan

Puradiredja, 1998:3). Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk

menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga

masyarakat memperoleh infromasi keuangan yang andal sebagai dasar

pengambilan keputusan.

Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke (1996:1) Auditing adalah

pengukuran dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat

diukur mengenai entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang

kompeten dan independensi untuk dapat menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.


  21

Bila ditinjau dari sudut profesi akuntan publik. Auditing adalah

pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu

perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah

laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi

tersebut ( Mulyadi; 1998:9 )

Sedangkan menurut Al Haryono Jusup dalam bukunya Auditing

(2001:1) mendefiniskan pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk

mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi

tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif

untuk menentukan kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak

yang berkepentingan.

2.2.2. Etika profesional

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat

harus memiki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip

moral yang mengatur tentang perilaku professional (Agoes:2004). Tanpa

etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai

penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para

pelaku bisnis. Etika professional merupakan karakteristik suatu profesi

yang membedakan suatu profesi dengan profesi lainnya, yang berfungsi


  22

untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Murtanto dan Marini

2003).

Kamal Gupta (1991:727) yang menyadur dari AICPA, Carey and

Doherty menyatakan “Profesional ethics may be regarded as a mixture of

moral and practical concept, with a sprinkling of exhortation to ideal

conduct designed to evoke right action on the part of member of the

profession concerned”. Bahwa etika professional dapat dipandang sebagai

perpaduan konsep praktis dan moral dengan sedikit nasihat tentang

perilaku yang sesuai, yang dimaksudkan untuk mengarahkan pada

tindakan yang benar sebagai bagian dari anggota profesi.

Sedangkan menurut Abdul Halim (1995:17) etika professional

meliputi standart sikap para anggota profesi yang dirancang agar praktis

dan realistis, tapi sedapat mungkin idealistis.

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat diartikan bahwa kode etik

berpengaruh besar terhadap reputasi serta kepercayaan mayarakat pada

profesi yang bersangkutan. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu

pemeriksaan akuntansi akan menjadi lebih tinggi jika profesi akuntan

publik menerapkan standart mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan

pekerjaan pemeriksaan yang dilakukan oleh anggota profesinya. Kode etik

akuntan juga dimaksudkan untuk membantu para anggotanya dalam

mencapai kualitas pekerjaan sebaik-baiknya.


  23

2.2.2.1. Kode Etik Akuntan Indonesia.

Kelangsungan hidup profesi auditor di Indonesia sangat tergantung

kepada kepercayaan masyarakat terutama pada pengguna jasa auditor

terhadap kualitas jasa yang dihasilkan profesi. Oleh karena itu, Ikatan

akuntan Indonesia mengeluarkan kode etik akuntan Indonesia untuk

mengatur para anggotanya.

Kode etik akuntan Indonesia dibagi menjadi tiga bagian (Mulyadi

1998:45):

1. Kode etik profesi akuntan secara umum

2. Kode etik khusus untuk profesi akuntan publik

3. Penutup

Bagian kedua kode etik akuntan Indonesia yang mengatur etika khusus

profesi akuntan publik berisi pasal-pasal yang mengatur mengenai:

1. Kepribadian

2. Kecakapan profesional

3. Tanggung jawab kepada klien

4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

5. Tanggung jawab lainnya.

Karena penelitian ini menitikberatkan pada analisis kompetensi dan

independensi akuntan publik, maka pasal-pasal yang dibahas adalah

bagian pertama dan kedua saja yaitu pasal-pasal yang mengatur mengenai

kepribadian dan kecakapan professional.


  24

2.2.3. Kompetensi Akuntan Publik

2.2.3.1. Definisi Kompetensi Akuntan Publik

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001)

menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang ahli atau lebih

yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagaii auditor,

sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)

meyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,

auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat

dan seksama (due professional care).

Kualitas Audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan

independensi, “Good quality audit require both competency (expertise)

and indepedence. These qualities have direct effecs on actual audit

quality, as well as potential interactive effects in addition, financial

statement users perception of audit quality are a function of their

perceptions of both auditor indepedence and expertise” (AAA Financial

Accounting Standart Committee 2000) dalam Yulius Jogi Christiawan

(2000:83).

Bahwa kualitas audit ditentukan oleh kompetensi (keahlian) dan

independensi. Kedua hal ini mempunyai pengaruh langsung dan pengaruh

interaktif yang potensial pada kualitas audit yang sebenarnya. Selanjutnya

pengguna laporan keuangan mengartikan kualitas audit sebagai hasil dari

persepsi auditor terhadap independensi dan keahlian.


  25

Menurut Shanteau dalam Shekar Mayangsari (2003:5) kompetensi

dapat didefinisi sebagai keahlian audit yang dimiliki seseorang untuk

dapat mencapai tujuan audit dengan baik. Kemampuan berpikir yaitu

kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa informasi.

Karakteristik kemampuan berpikir adalah kemampuan beradaptasi dengan

situasi yang baru dan ambisius serta kemampuan untuk mengabaikan atau

menyaring informasi-informasi yang tidak relevan. Kompetensi sendiri

melibatkan proses berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan, dan

pengalaman. Hal ini diperkuat oleh Bedard yang menyatakan bahwa

kompetensi (keahlian) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan

keahlian prosedural yang luas yang ditunjukan dalam pengalaman audit.

Adapun kompetensi menurut De Angelo (1982) dalam Kusharyanti

(2002) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sebagai berikut:

1. Kompetensi auditor individual

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara

lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan,

auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan

pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi, dan industry klien.

Selain itu juga diperlukan juga pengalaman dalam melakukan audit.

Seperti yang dikemukan oleh Libby dan Frederick (1990) bahwa auditor

yang berpengelaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan

keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.


  26

2. Kompetensi audit tim

Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika

pekerjaan menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan

semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri dari

auditor yunior, auditor senior, manajer, dan partner. Tim audit ini

dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit

(Wooten:2003). Kerjasama yang baik antar anggota tim, profesionalisme,

persistensi, skeptisisme, proses kendali mutu yang kuat, pengalaman

dengan klien, dan pengalaman industry yang baik akan menghasilkan tim

audit yang berkualitas tinggi. Selain itu, adanya perhatian dari partner dan

manajer pada penugasan ditemukan memiliki kaitan dengan kualitas audit.

3. Kompetensi dari sudut pandang KAP.

Besaran KAP menurut Deis dan Giroux (1992) diukur dari jumlah

klien dan persentase dari audit fee dalam usaha mempertahankan kliennya

untuk tidak berpindah pada KAP yang lain. Berbagai penelitian (misal De

Angelo 1981, Davidson dan Neu 1993, Dye 1993, Becker et.al. 1998,

Lennox 1999) menemukan hubungan positif antara besaran KAP dan

kualitas audit. KAP yang besar menghasilkan kualitas audit yang lebih

tinggi karena ada insentif untuk menjaga reputasi dipasar. Selain itu, KAP

yang besar sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak

sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien (De

Angelo:1981). Selain itu KAP yang besar biasanya mempunyai sumber

daya yang lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka,
  27

membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan

melakukan pengujian audit daripada KAP kecil.

2.2.3.2. Komponen Kompetensi Akuntan Publik

Gibbins dan Larocque dalam artikel Murtanto memberikan suatu

model umum atas kompetensi auditor dengan lima komponen yang terdiri

atas kepribadian, tugas, lingkungan sosial dan kendala-kendalanya, serta

proses pemberian pendapat.

Hayes-Roth dalam Mayangsari (2003:4) mendefinisi kompetensi

sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu.

Pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan

ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut.

Namun demikian, secara umum belum ada kesepakatan mengenai

definisi kompetensi diantara peneliti. Konsekuensinya, konsep dari

kompetensi harus dioperasionalkan dengan melihat beberapa variabel atau

ukuran, seperti lamanya pengalaman seseorang bekerja dibidang tertentu

(Mayangsari, 2003:4).

Dalam perkembangan berikutnya, variabel kompetensi diukur

dengan memasukkan unsur kinerja, seperti kemampuan (ability),

pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience). Hal ini diperkuat

dengan pernyataan Libby (Mayangsari, 2003:5) yang menyatakan bahwa

pengalaman, kemampuan, dan kinerja yang baik harus dimiliki oleh


  28

seseorang yang memiliki keahlian (expert) daripada seorang pemula

(novice).

Hasil penelitian yang dilakukan beberapa peneliti tersebut

menunjukkan adanya konsistensi bahwa dari faktor-faktor yang

mempengaruhi kompetensi akuntan publik ternyata faktor pengetahuan

kognitif merupakan faktor yang sangat penting bagi auditor. Faktor lain

yang juga sangat penting adalah psikologi dan strategi dalam pengambilan

keputusan. Sedangkan faktor-faktor seperti kemampuan kognitif dan

analisis tugas bukan merupakan faktor penting.

2.2.3.3. Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik

Kompetensi merupakan faktor yang menentukan profesionalisme

akuntan publik. Kompetensi itu sendiri merupakan sesuatu yang sulit

untuk dipahami. Dreyfus (1986) dalam Mayangsari (2003:15) mengatakan

bahwa kompetensi seseorang merupakan suatu gerakan yang terus

menerus yang berupa proses pembelajaran dari “mengetahui sesuatu”,

menjadi “mengetahui bagaimana”.

Lebih spesifik lagi Dreyfus membedakan proses pencapaian

kompetensi profesional menjadi lima tahap (Mayangsari, 2003:15)

Tahap pertama disebut dengan novice, yaitu tahapan pengenalan

terhadap kenyataan dan membuat judgement hanya berdasarkan aturan-

aturan yang tersedia. Kompetensi pada tahap pertama ini biasanya dimiliki

oleh staff audit pemula yang baru lulus dari universitas.


  29

Tahap kedua disebut advanced beginner. Pada tahap ini auditor

sangat bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan

untuk merasionalkan segala tindakan audit. Namun demikian auditor pada

tahapan ini mulai dapat membedakan aturan sesuai dengan suatu tindakan.

Tahap ketiga disebut competence. Pada tahap ini audior sudah

mempunyai cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks.

Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam

pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan dan prosedur

aturan audit.

Tahap keempat disebut profiency. Pada tahap ini segala sesuatu

menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung bergantung pada

pengalaman yang lalu. Intuisi pun mulai digunakan. Akhirnya pemikiran

audit akan terus berjalan sehingga diperoleh elemen analisis yang

substansial.

Tahap terakhir adalah expertise. Pada tahap ini auditor mengetahui

sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktik yang

ada. Auditor sudah dapat membuat keputusan atau menyelesaikan suatu

permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor pada tahapan ini

sangat rasional dan mereka bergantung intuisinya bukan aturan-aturan

yang ada.

Keterangan-keterangan tersebut semakin menunjukan pengaruh

pengalaman yang merupakan salah satu unsur dari kompetensi terhadap

profesionalisme akuntan publik. Dreyfus menunjukan bahwa dalam


  30

pembagian jenjang kompetensi, terdapat unsur pengalaman, karena

seseorang yang memiliki keahlian yang berada ditahap novice, untuk

sampai ketahap beginner harus mengalami beberapa waktu pengalaman

kerja serta tambahan pengetahuan teknis.

2.2.3.4. Teori Pendukung Kompetensi

Menurut Michael D Tovey (1997) dalam teori kompetensi Tovey

setidaknya meliputi tiga hal, yaitu:

1. Sebuah kerangka acuan dasar dimana kompetensi dikonstruksikan

melibatkan pengukuran standart yang diakui oleh kalangan industry yang

relevan. Hal ini mengindikasikan terjadinya kesepadanan antara

kemampuan individu dengan standart kompetensi yang ditetapkan

kalangan industry sebagai users.

2. Sebuah kompetensi tidak hanya sekedar dapat ditujukan kepada pihak-

pihak lain, namun juga harus dapat dibuktikan dalam menjalankan fungsi-

fungsi kerja.

3. Kompetensi merupakan sebuah nilai yang mengacu pada satisfactory

performance of individual.

2.2.4. Independensi Akuntan Publik

2.2.4.1. Definisi Independensi Akuntan Publik.

Dalam standar Profesionalisme Akuntan Publik (1994:220.1-

220.2) disebutkan bahwa sikap indpenden, diartikan sebagai sikap yang


  31

tidak mudah dipengaruhi karena akuntan publik melaksanakan

pekerjaannya untuk kepentingan umum. Akan tetapi independen dalam hal

ini tidak berarti mengharuskan ia bersikap sebagai penuntut, melainkan ia

justru harus bersikap mengadili secara tidak memihak dengan tetap

menyadari kewajibannya untuk selalu bertindak jujur, tidak hanya kepada

manajemen dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang

berkepentingan dengan laporan keuangan.

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998:25) memberikan definisi

independensi lebih jelas dengan mengemukakan: “Independensi berarti

bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung

pada orang lain”. Dengan kata lain, jika akuntan publik mengikuti

kehendak klien maka pendapat yang ia berikan tidak mempunyai arti.

Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam

bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh

setiap auditor. Auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap

mental independen, tetapi ia harus menghindari keadaan-keadaan yang

dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya. Dengan

demikian, disamping auditor harus benar-benar independen, ia masih juga

harus menimbulkan persepsi dikalangan masyarakat bahwa ia benar-benar

independen.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

independensi mempunyai tiga pengertian bila dihubungkan dengan

akuntan publik yaitu:


  32

1. Dalam berbagai hal, jika bukan sebagai bawahan, independensi berarti

kejujuran, integritas, obyektivitas, dan tanggung jawab.

2. Dalam hal yang lebih sempit, bila dihubungkan dengan pemeriksaan

akuntan sehubungan dengan mengeluarkan pendapat atas laporan keungan,

maka independensi berarti menghindari berbagai hubungan yang dapat

memungkinkan (sekalipun tanpa sadar) merusak obyektivitas akuntan

publik.

3. Independensi berarti menghindari hubungan yang dapat menimbulkan

kesan seseorang pemeriksa mempunyai suatu konflik kepentingan.

2.2.4.2. Pentingnya Independensi Akuntan Publik.

Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasanya tidak

secara perseorangan tetapi dari segi profesi akuntan publik secara

keseluruhan. Jika masyarakat menilai seseorang akuntan publik atau suatu

kantor akuntan gagal mempertahankan independensinya maka

kemungkinan besar masyarakat menaruh kecurigaan terhadap

independensi keseluruhan akuntan publik. Kecurigaan itu dapat berakibat

hilangnya kepercayaan terhadap profesi akuntan publik, khususnya dalam

pemberian jasa pemeriksaan akuntansi.

Dalam Standar Profesionalisme Akuntan Publik (IAI;1994:220.1)

dijelaskan: “Akuntan publik tidak dapat dibenarkan memihak kepada

kepentingan siapapun sebab bilamana tidak demikian halnya, maka

bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimiliki, ia akan


  33

kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk

mempertahankan kebebasan pendapatnya”.

Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang

paling penting, dalam proses akuntan publik, karena akuntan publik tidak

dapat memberikan pendapat yang obyektif jika ia tidak independen.

Meskipun auditor memiliki kemampuan teknis yang cukup, masyarakat

tidak akan percaya jika mereka tidak independen. Taylor dan Glazen

(1991) dalam artikel Lee dan Stone (1995) yang dikutip oleh Mayangsari

(2003:6) menyatakan bahwa tidak ada standar kode etik yang lebih penting

dari independensi.

Stettler (1997:25-26) lebih jauh lagi menyatakan bahwa

independensi merupakan “ Keystone of a profession” dan selanjutnya

menyatakan bahwa “Should the practitioner lose the reputation for

independence in auditing work, an opinion would become no more

acceptable than the representations by management in statements which it

has prepared”.

Bahwa apabila akuntan publik kehilangan reputasi

independensinya dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, pendapatnya

atas laporan keuangan tidak lebih dari pernyataan manajemen dalam

laporan keuangan yang disajikannya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan

Wilcox (Supriyono;1990:19) bahwa independensi adalah salah satu norma

pemeriksaaan akuntan yang penting sebab pendapat akuntan independen

diberikan untuk tujuan menambah kredibilitas laporan keuangan yang


  34

pada dasarnya merupakan gambaran manajemen. Wilcox selanjutnya

menyatakan bahwa independensi merupakan syarat yang tiada

bandingnya, yang tidak dijumpai dalam bidang lainnya.

Dari berbagai pernyataan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

mengenai pentingnya independensi akuntan publik sebagai berikut:

1. Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk mempertahankan

kebebasan pendapatnya.

2. Independensi penting bagi profesi akuntan publik untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat akan pihak yang dapat dipercaya.

3. Independensi penting bagi profesi akuntan publik untuk menilai

kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen

perusahaan kepada pihak lain yang berkepentingan atas laporan

keuangan tersebut.

4. Independensi sangat penting untuk mendukung terpeliharanya saling

percaya diantara pihak manajemen perusahaan dengan investor dan

masyarakat dipihak lain.

5. Independensi diperlukan agar dapat menambah kredibilitas laporan

keuangan yang disajikan manajemen.

6. Independensi merupakan kunci utama profesi akuntan publik. Jika

akuntan publik tidak independen, maka pendapatnya tidak berarti apa-

apa dan tidak bernilai.

7. Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara

berkesinambungan perlu dipertahankan.


  35

2.2.4.3. Aspek Independensi Akuntan Publik.

Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya terhadap

manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan

pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik.

Sikap mental tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun

dalam penampilan (in appearance).

Menurut Arrens dan Loebbecke (Jusuf;1996:84) mengenai aspek

independensi adalah bukan hanya penting bagi akuntan publik untuk

memelihara sikap mental independen dalam memenuhi tanggung jawab

mereka, tetapi penting juga bahwa pemakai laporan keuangan menaruh

kepercayaan terhadap independensi tersebut. Kedua sasaran ini sering

ditunjukkan sebagai independensi dalam kenyataan (in fact) dan

independensi dalam penampilan (in appearance).

Setiap auditor harus memiliki kedua sikap independensi baik

independence in fact maupun independence in appearance. Kedua aspek

independensi tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling

berkaitan satu dengan yang lain, yaitu meskipun akuntan publik telah

bersikap obyektif dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan atau dengan

kata lain akuntan publik dalam keadaan independen dalam kenyataan,

akan tetapi apabila pemakai laporan keuangan meragukan akan

independensi dalam kenyataan akuntan publik, maka dapat dikatakan

bahwa akuntan publik tersebut tidak independen.


  36

Selain dapat digolongkan menjadi dua aspek, independensi juga

dapat digolongkan dengan cara lain. Abdul Halim (1997:21)

mengemukakan bahwa independensi akuntan publik dapat digolongkan

menjadi tiga aspek yaitu: independence in fact (independensi senyatanya);

independence in appeareance (independensi dalam keahlian); dan

independence in competence (independensi dari sudut keahliannya atau

kompetensinya). Dibawah ini akan dibahas ketiga aspek independensi

tersebut.

1. Independensi dalam kenyataan

Independensi dalam kenyataan berkaitan dengan obyektivitas

akuntan publik untuk bersikap bebas dari pengaruh kepentingan

pribadi serta kemampuan akuntan publik untuk mempertahankan sikap

yang wajar atau tidak memihak selama melakukan pemeriksaan

akuntan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa independensi dalam

kenyataan berarti suatu sikap pada diri akuntan publik untuk bertindak

obyektif, jujur, serta adanya kepercayaan pada diri sendiri dalam hasil

pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Disamping itu,

independen dalam kenyataan berarti juga kemampuan akuntan publik

dalam menghindari keadaan-keadaan yang dapat merusak sikap tidak

memihaknya.
  37

2. Independensi dalam penampilan.

Menurut Abdul Halim (1997:21) independensi dalam

penampilan merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor

sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga

kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai

sikap independensi dan obyektivitasnya. Meskipun auditor independen

telah menjalankan audit dengan baik secara independen dan obyektif,

pendapatnya yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan

dipercaya oleh pemakai jasa auditor independen bila ia tidak mampu

mempertahankan independensi dalam penampilan. Dengan demikian,

pemakai laporan keuangan yang diaudit memandang bahwa

independensi menurut mereka juga merupakan syarat agar laporan

keuangan yang diperiksa akuntan publik dapat dipercaya. Oleh karena

itu, independensi dalam penampilan sangat penting bagi

perkembangan profesi auditor.

Untuk dapat memelihara independensi dalam penampilan,

akuntan publik selain bersikap tidak memihak secara nyata, juga harus

menghindari keadaan-keadaan yang membuat pihak-pihak meragukan

kebebasannya, yaitu dengan jalan tidak berhubungan baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan pihak perusahaan yang

diperiksanya.
  38

3. Independensi dipandang dari sudut keahliannya.

Menurut Mulyadi (1998:49), seseorang dapat

mempertimbangkan fakta dengan baik jika ia mempunyai keahlian

mengenai audit atas fakta terebut. Seorang auditor yang tidak

menguasai pengetahuan mengenai bisnis asuransi, tidak akan dapat

mempertimbangkan dengan obyektif informasi yang tercantum dalam

laporan keuangan perusahaan asuransi. Auditor tersebut tidak memiliki

independensi bukan karena tidak adanya kejujuran dalam dirinya,

melainkan karena tidak adanya keahlian mengenai obyek yang

diauditnya. Kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya

auditor tersebut dalam mempertimbangkan fakta yang diauditnya. Jika

auditor tidak memiliki kecakapan profesional yang diperlukan untuk

mengerjakan penugasan yang diterimanya, ia melanggar pasal kode

etik yang bersangkutan dengan independensi (pasal 1 ayat 2 kode etik

akuntan Indenesia) dan yang bersangkutan dan kecakapan profesional

(pasal 2 ayat 3 kode etik akuntan Indonesia). Abdul Halim (1997:21)

juga menyatakan hal yang sama, bahwa independensi dari sudut

keahlian berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan

auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya dan dengan

kecakapan profesional auditor.


  39

2.2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik

Untuk memberikan gambaran yang terperinci mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, dibawah ini akan

didefinisikan faktor-faktor tersebut.

1. Tingkat persaingan (Rivalry).

Menurut Tunggal (1995:42-43), persaingan didefinisikan

sebagai persaingan suatu perusahaan untuk beradaptasi terhadap

lingkungannya, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal

dengan tujuan untuk mendapatkan peluang/kesempatan atau untuk

mempertahankan/ meningkatkan posisi pasarnya serta memperoleh

suatu keunggulan bersaing (competitive advantage) yang berkelanjutan

sepanjang waktu.

Semakin banyak anggota profesi akuntan publik

mengakibatkan persaingan antar kantor akuntan yang satu dengan yang

lainnya semakin tajam. Persaingan yang tajam dapat mengakibatkan

dukungan yang diberikan oleh seorang akuntan publik terhadap sesama

anggota profesi (jika kliennya ingin mengganti akuntan publik yang

sekarang dipakai dengan akuntan publik yang lain) semakin rendah,

sehingga untuk mempertahankan klien agar tidak berpindah ke kantor

akuntan lain, kantor akuntan publik cenderung tunduk pada tekanan

manajemen klien (Supriyono;1990:41).

Tingkat persaingan ini mempunyai pengaruh yang relative

kecil terhadap penampilan independensi akuntan publik, jika dalam


  40

melaksanakan audit kantor akuntan selalu berpedoman pada

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Standar

Profesionalisme Akuntan Publik (SPAP).

2. Jasa lainnya selain audit.

Aktivitas kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit

juga memberikan jasa-jasa lain selain audit seperti jasa akuntansi, jasa

konsultasi manajemen, dan jasa konsultasi perpajakan. Pemberian jasa

lain ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik. Hal ini

mungkin disebabkan oleh beberapa alasan misalnya :

a. Kantor akuntan yang memberikan saran-saran kepada klien

cenderung memihak kepada kepentingan kliennya sehingga

kehilangan independensi didalam melaksanakan pekerjaan audit.

b. Kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain

audit tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan

kliennya, sehingga cenderung tidak independen didalam

melaksanakan audit.

c. Pemberian jasa lain selain audit mungkin mengharuskan kantor

akuntan membuat keputusan tertentu untuk kliennya sehingga

posisi akuntan publik menjadi tidak independen didalam

melaksanakan audit.

d. Kantor akuntan yang melaksanakan pemberian jasa lain selain jasa

audit mungkin mempunyai hubungan yang sangat erat dengan


  41

manajemen klien sehingga kemungkinan kurang independen

didalam melaksanakan audit (Supriyono;1990:50).

Stettler (Supriyono;1990:50) mengemukakan bahwa pemberian

jasa lainnya selain jasa audit kepada klien audit tidak merusak

independensi jika jasa lain tersebut dilaksanakan oleh staf

profesionalisme yang tidak mempunyai hubungan dengan staf yang

memberikan jasa audit.

3. Lamanya penugasan audit di kantor akuntan.

Beberapa pihak menganggap bahwa hubungan penugasan audit

yang lama atau terus menerus dapat mengakibatkan rusaknya

independensi akuntan publik. Selain menimbulkan hubungan tertutup

sehingga kantor akuntan lebih memperhatikan kepentingan klien,

penugasan audit pada klien tertentu yang terlalu lama memungkinkan

juga akuntan publik akan kehilangan inovasi, cepat merasa puas,

kurang ketat didalam melaksanaknprosedur audit sehingga keadaan-

keadaan ini juga mendorong akuntan publik kehilangan independensi.

Untuk mempertahankan independensi akuntan publik yang

mempunyai hubungan yang lama dengan satu klien tertentu dapat

ditempuh empat cara sebagai berikut (Supriyono;1990:53) :

a. Pembentukan komite audit

b. Keharusan rotasi kantor akuntan publik

c. Keharusan rotasi partner

d. Keharusan direview rekan kantor akuntan


  42

4. Ukuran kantor akuntan publik.

AICPA menggolongkan kantor akuntan kedalam :

a. Kantor akuntan publik besar adalah kantor akuntan yang telah

melaksanakan audit pada perusahaan go publik

b. Kantor akuntan publik kecil adalah kantor akuntan yang tidak

melaksanakan audit pada perusahaan go publik (Supriyono;

1990:58).

5. Audit “fee”

Independensi suatu kantor akuntan publik perlu diragukan jika

“fee” yang diterima dari suatu klien merupakan bagian yang signifikan

dari total pendapatan kantor akuntan tersebut karena :

a. Kantor akuntan publik yang memeriksa merasa tergantung pada

klien tersebut sehingga segan untuk menentang kehendak klien,

b. Kantor akuntan publik takut kehilangan klien yang dapat

mendatangkan pendapatan yang relative besar jika kantor tersebut

tidak menuruti kehendak klien.

c. Kantor akuntan cenderung memberikan “counterpart fee” yang

besar pada satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit

sehingga cenderung menimbulkan hubungan yang tidak

independen. Sebaliknya bila “fee” yang diterima dari seorang klien

tertentu bukan merupakan sebagian besar dari total pendapatan

kantor akuntan publik tersebut, maka kantor akuntan publik


  43

tersebut sulit untuk “ditekan” oleh seorang klien, sehingga

independensinya akan terjaga.

6. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien.

Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila

mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha

dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan

hubungan usaha tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja

atau saat menyatakan pendapatnya, akuntan publik atau kantornya

memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang

material didalam perusahaan yang menjadi kliennya, memiliki

investasi bersama di dalam bisnis dengan perusahaan yang diauditnya

atau dengan karyawan penting, direktur atau pemegang saham utama

perusahaan yang diauditnya yang jumlahnya material dalam

hubungannya dengan kekayaan bersihnya atau kekayaan bersih

kantornya, memiliki hutang atau piutang pada perusahaan yang

diauditnya atau karyawan penting atau pemegang saham utamanya

dan lain sebagainya.

2.2.4.5. Teori Pendukung Independensi

Model teori agen (agency theory) menurut Van Home dan

Wachowicz (1995:5) agen adalah orang yang diberi wewenang oleh pihak

lain, disebut pemberi amanat untuk bertindak atas nama pemberi amanat

tersebut. Jadi teori agen adalah cabang ekonomi yang berhubungan dengan
  44

perilaku pemberi amanat (pemilik) dan agennya (manajer). Pihak manajer

diharapkan untuk bertindak berdasarkan kepentingan pemilik perusahaan

atau pemegang saham.

Teori keagenan ini mengimplikasikan adanya asimetri informasi

antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal.

Jensen dan Meckling (1976) mengungkapkan bahwa jika agen dan

prinsipal adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya,

maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan

selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan prinsipal. Dalam kondisi

adanya konflik kepentingan ini, prinsipal seringkali menggunakan pihak

ketiga sebagai penengah yang dalam hal ini adalah auditor.

Namun demikian, hal yang seringkali diabaikan adalah bahwa

auditor juga merupakan agen bagi prinsipal. Antle (1982) dalam teorinya

menyatakan bahwa auditor adalah seorang economic agent, artinya bahwa

auditor adalah expected utility maximizers. Ia telah membuat model

hubungan antara pemilik, manajer, dan auditor dan memformulasikan

suatu bentuk two – agent agency model, agen pertama adalah manajer dan

kedua adalah auditor.

Berdasarkan model diatas yang dikembangkan oelh Antle (1982),

maka pemilik bertindak sebagai prinsipal dan auditor bertindak sebagai

agen. Dengan adanya kondisi ini maka auditor diharapkan untuk dapat

mempertahankan independensinya dalam menjalankan tugas audit agar

profesionalisme seorang auditor dapat tetap terjaga.


  45

Tanggung jawab untuk mempertahankan independensi tidak hanya

terletak pada auditor secara individual, tetapi juga perusahaan mereka

(KAP), dan organisasi profesi akuntan secara keseluruhan. Perusahaan

auditor (KAP) juga memiliki kepentingan dalam mempertahankan

independensi mengingat reputasi mengenai integritas merupakan asset

yang paling penting bagi mereka, sedangkan organisasi profesi mengakui

bahwa independensi merupakan pilar bagi keberadaan mereka.

2.2.5. Profesionalisme Akuntan Publik

2.2.5.1. Definisi Profesionalisme Akuntan Publik

Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan

karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Gambaran

terhadap profesionalisme dalam profesi akuntan publik seperti yang

dikemukakan oleh Hastuti et al. (2003) dicerminkan melalui lima dimensi,

yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban social, kemandirian, keyakinan

terhadap profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi.

Istilah profesionalisme berarti tanggung jawab untuk berperilaku

yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan

masyarakat (Arens dan Loebbecke;1996:78). Sebagai profesional, akuntan

publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien,

dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat,

sekalipun ini berarti pengorbanann pribadi.


  46

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:789).

Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan

ari suatu profesi atau orang yang profesional. Profesi adalah bidang

pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan

sebagainya) tertentu, dan profesional adalah:

1. Bersangkutan dengan profesi,

2. Memerlukan kepandaian khusus dalam menjalankannya,

3. Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan

amatir).

Jadi dapat disimpulkan bahwa profesioanalisme adalah mutu,

kualitas, dan tindak-tanduk seseorang yang merupakan ari dari suatu

pekerjaan yang memerlukan pendidikan keahlian tertentu dalam

menjalankannya.

Sedangkan Novin dan Tucker (1993), (Mas’ud dan

machfoedz;1995:5) mengidentifikasikan profesionalisme sebagai

penguasaan dibidang pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), dan

karakteristik (ethics).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme

adalah mutu atau kualitas seseorang untuk berperilaku lebih dari sekedar

memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya yang

berlandaskan pada keahlian, pengetahuan, dan karakteristik tertentu.


  47

2.2.5.2. Syarat dan Ciri Profesionalisme

Syarat dan ciri dari tertentu dari profesi (Carey, 1970, Loeb, 1978)

dalam Regar (1993:8) antara lain:

1. Pengetahuan yang diperlukan diperoleh dengan cara mengikuti

pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan tanda atau ijasah

keahlian dan memiliki kewenangan dalam keahliannya.

2. Jasa yang diberikan dibutuhkan oleh masyarakat dan memiliki

monopoli dalam memberikan pelayanan.

3. Memiliki organisasi yang mendapat pengakuan masyarakat atau

pemerintah dengan perangkat kode etik untuk mengatur anggotanya

serta memiliki budaya profesi.

4. Suatu ciri yang membedakannya dengan perusahaan yakni tidak

mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi lebih

mengutamakan pelayanan dengan memberikan jasa yang bermutu

dengan balas jasa yang setimpal.

Selain dari persyaratan umum yang dijelaskan diatas untuk menjadi

akuntan harus lebih dulu mendapatkan izin kerja yang dikeluarkan oleh

Departemen Keuangan. Dan izin kerja hanya dapat diberikan bila

dianggap yang bersangkutan telah cakap untuk melakukan fungsi akuntan

publik dengan meneliti pengalaman yang bersangkutan. Pengetahuan teori

yang diperoleh selama proses pendidikan dianggap tidak cukup untuk

melakukan fungsi akuntan publik. Pengalaman yang relevan merupakan

modal yang penting untuk dapat melakukan fungsi sebagai akuntan publik.
  48

Oleh sebab itu adalah tepat sekali apabila seseorang berminat untuk

menjadi akuntan publik, keharusan untuk memiliki pengalaman

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi.

Hal ini juga dikemukakan oleh Mulyadi (1998:25) dalam norma

pemeriksaan akuntan bahwa disamping akuntan harus telah menjalani

pendidikan formal sebagai akuntan seperti diatur dalam UU no. 34 tahun

1954 tersebut, norma umum yang pertama mensyaratkan akuntan public

harus menjalani latihan teknis yang cukup dalam praktik akuntansi dan

prosedur pemeriksaan.

2.2.5.3. Faktor-faktor pendukung profesionalisme.

Mike W. Martin dan Roland Schinzinget dalam Dipohusodo

(1994:43) mengemukakan kriteria atau faktor-faktor profesionalisme

sebagai berikut:

1. Mencapai standar prestasi dalam pendidikan, kemampuan atau kreativitas

kerja.

Seseorang disebut profesional karena memiliki keahlian tertentu

dibidang tertentu. Keahlian tersebut bisa didapatkan dengan mengikuti

pendidikan formal seperti mengikuti pendidian berkelanjutan di perguruan

tinggi maupun pendidikan informal seperti kursus-kursus, pelatihan-

pelatihan, seminar-seminar, lokakarya bahkan bisa juga didapatkan dari

pengalaman-pengalaman kerja. Pada kenyataannya kata profesional telah

memperoleh konotasi positif, paling tidak berasal dari pengakuan

masyarakat atas pentingnya serta sulitnya untuk mendapatkan ketrampilan


  49

dan pengetahuan. Disamping dari pendidikan untuk menjadi profesional

seseorang harus selalu mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya.

2. Bersedia menerima tanggung jawab moral terhadap masyarakat, konsumen

pelanggan, sejawat, atasan maupun bawahan, sebagai bagian dari

kewajiban profesionalnya meski dalam bentuk yang paling mendasar

sekalipun. Ini berarti seorang yang professional harus berusaha keras

untuk menjaga kepercayaan masyarakat secara umum terhadap profesional

profesi pada umumnya dan profesional pribadi pada khususnya. Seorang

yang professional harus pandai-pandai dalam mempertimbangkan

kewajibannya terhadap masyarakat, konsumen, rekan sejawat, atasan atau

bawahan, serta sesamanya jika terjadi konflik kepentingan diantara

kewajiban-kewajiban itu. Di lain pihak, seorang professional diharapkan

agar menghindari konflik. Yang paling penting bahwa memegang

kepercayaan merupakan salah satu kewajiban profesional yang paling

sentral dan paling luas cakupannya.

2.2.5.4. Prinsip-prinsip Profesionalisme.

Auditor merupakan seseorang yang dianggap ahli oleh masyarakat

untuk melakukan pemeriksaan pada suatu perusahaan ataupun instansi,

oleh karena itu seorang auditor harus professional dalam melakukan

pemeriksaan. Andy Kirana (1996:47) mengemukakan prinsip-prinsip yang

harus dipegang oleh para profesional sebagai berikut:


  50

1. Tanggung jawab.

Dalam kehidupan manusia dan khususnya dalam menjalankan

segenap profesi, kita dituntut untuk selalu bertanggung jawab yang

mencakup dua arah.

a. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya.

Para profesional diharapkan agar bekerja dengan sebaik

mungkin dan menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang sangat

baik. Dalam hal ini ia benar-benar yakin bahwa pekerjaan dan

hasilnya setidak-tidaknya sesuai dengan standar. Agar kualitasnya

dapat dipertanggung jawabkan, maka ia harus menguasai tugas

dengan sebaik-baiknya, terus menerus meningkatkan penguasaan

keterampilan dalam profesi yang dijalankannya, dan menjalankan

pekerjaan secara efektif dan efisien.

b. Tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain atau masyarakat.

Para profesional diharapkan bertangggung jawab atas

dampak pekerjaannya terhadap kehidupan masyarakat, yaitu

terhadap buruh dan pegawai bawah, teman kerja, perusahaan,

klien, keluarga, lingkungan, masyarakat luas, Negara, dan generasi

yang akan datang. Semua itu harus diperhatikan karena setiap

profesi tertentu dituntut untuk tidak melakukan hal yang merugikan

kepentingan orang lain atau masyarakat (minimal), bahkan lebih

dari itu, ia wajib mengusahakan hal yang sangat berguna bagi

orang lain atau masyarakat (maksimal).


  51

2. Keadilan

Prinsip ini menuntut para profesional menghormati hak orang lain.

Dalam pelaksanaan tuntutan keadilan itu berarti: didalam menjalankan

profesinya setiap profesional tidak boleh melanggar hak orang lain, atau

lembaga lain, atau Negara. Karena itu, jika dia mengetahui bahwa

pelaksanaan profesinya akan melanggar hak orang atau pihak lain, maka

dia harus menghentikan tindakan itu.

Tuntutan ini dapat dirumuskan dalam suatu prinsip tanggung jawab

demikian : “Dalam segala bentuk bertindak sedemikian rupa, sehingga

akibat-akibat tindakanmu tidak dapat merusak, bahkan tidak dapat

membahayakan atau mengurangi mutu kehidupan manusia dalam

lingkungannya, baik mereka yang hidup pada masa sekarang, maupun

generasi-generasi yang akan datang.

3. Kebebasan

Setiap orang yang bekerja secara profesional dituntut agar

memiliki otonomi dalam menjalankan profesinya. Walaupun dalam

pekerjaannya ia diikat kode etik profesinya, namun ia tetap memiliki

kebebasan dalam mengemban profesinya, termasuk dalam mewujudkan

kode etik profesinya itu dalam situasi konkret. Walaupun organisasi

profesi ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan profesi anggotanya, pada

akhirnya yang paling bertanggung jawab adalah anggota itu sendiri.


  52

2.2.5.5. Peningkatan Profesionalisme Akuntan Publik.

Organisasi profesi berkewajiban untuk memberikan jaminan bagi

pemakai jasanya tentang keandalan profesional anggotanya dalam

memberikan layanan jasa. Keandalan profesional ditentukan oleh

kompetensi dan karakter anggota profesi.

Dalam profesi akuntansi, keandalan profesional ditentukan oleh

kompetensi anggota profesi dalam bidang akuntansi dan bidang lain yang

berkaitan langsung dengan akuntansi serta karakter anggota profesi yang

berkaitan dengan kepatuhan anggota profesi terhadap etika profesional.

Dalam usaha mencermati hal tersebut perlu dikembangkan visi dari

arah peningkatan profesionalisme akuntan di Indonesia ke masa depan

sebagai berikut (Konvensi Nasional Akuntansi III,1996:66-67):

1. Peningkatan harmonisasi dari standar akuntansi keuangan.

2. Peningkatan harmonisasi pendidikan di akuntan.

3. Peningkatan harmonisasi persyaratan profesional.

4. Peningkatan harmonisasi persyaratan perizinan.

2.2.5.6. Teori Pendukung Profesionalisme

Model teori profesional menurut Litwak dalam Liliweri (1997:45),

dengan jelas dan tegas menunjukkan apabila seseorang mampu

meningkatkan dan mengembangkan spesialisasi dari dalam dirinya, maka

orang tersebut akan memperoleh hasil kerja yang besar. Caranya antara
  53

lain melalui perluasan pendidikan dan pelatihan sehingga masalah yang

sedang dihadapi dapat dipecahkan secara profesional dan fleksibel.

Scott (1996) dikutip dari Alo Liliweri (1997:45) mengemukakan

bahwa seseorang disebut profesional apabila dia memiliki karakteristik,

antara lain setelah mendapat latihan dan pendidikan profesional disekolah,

pelatihan dalam lembaga, ataupun pelatihan khusus. Seseorang profesional

telah dan selalu menambah wawasan pengetahuan serta keterampilan yang

khusus, atas dasar itu dia dapat melakukan mekanisme kontrol atas

pekerjaan.

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh

kepercayaan masyarakat maka hendaknya akuntan publik meningkatkan

profesionalisme diri dengan berbagai cara, baik itu meningkatkan

kompetensi maupun independensi diri masing-masing akuntan publik.

2.2.6. Pengaruh Kompetensi Akuntan Publik terhadap Profesionalisme

Akuntan Publik

Organisasi berkewajiban untuk memberi jaminan bagi pemakai

jasanya tentang keandalan profesional anggotanya dalam memberikan

layanan jasa. Keandalan profesional ditentukan oleh kompetensi dan

karakter anggota profesi (Konversi Nasional Akuntansi III, 1996:419).

Dalam profesi akuntansi, keandalan profesional ditentukan oleh

kompetensi anggota profesi dalam bidang akuntansi dan bidang lain yang
  54

berkaitan dengan kepatuhan anggota profesi terhadap etika profesional

dalam hal ini adalah independensi.

Informasi akuntansi dari suatu perusahaan sangat dibutuhkan oleh

pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pihak internal mempunyai

akses langsung dalam memperoleh informasi akuntansi sedangkan bagi

pihak eksternal terutama dalam hal perusahaan publik, informasi akuntansi

agar dapat dipertanggung jawabkan kelayakannya terlebih dahulu harus

melalui audit yang dilaksanakan oleh akuntan publik yang mempunyai

kompetensi dalam bidang akuntansi dan auditing sesuai dengan standar

professional serta telah menjunjung tinggi kode etik profesi akuntansi

yang berlaku.

Peran profesi akuntansi dalam hal ini akuntan publik yang strategis

menuntut para akuntan untuk dapat bekerja dengan lebih baik, tertib, tidak

menyalahi aturan yang berlaku, serta mampu menghasilkan prediksi

strategis secara lebih tepat, maupun memberikan saran membangun dan

pemecahan berbagai masalah keuangan yang dihadapi oleh pimpinan

perusahaan.

Suatu pedoman yang penting bagi semua profesi (Regar, 1993:12)

adalah bahwa seseorang profesional tidak akan memberikan jasa diluar

bidang keahliannya. Seseorang yang mengaku profesional tanpa memiliki

kompetensi yang diisyaratkan adalah seorang pemalsu profesi, oleh karena

itu kompetensi dan independensi yang merupakan dua karakteristik yang

saling bergantung sangat mempengaruhi profesionalisme seseorang.


  55

2.2.6.1. Pengaruh Independensi Akuntan Publik Terhadap Profesionalisme

Akuntan Publik

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang

akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam

melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan

objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk

menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari

auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan

audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga

tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan

pengetahuan dan pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu

auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan

keuangan kliennya. Kemudian dengan sikap independensinya maka

auditor dapat melaporkan dalam laporan auditan jika terjadi pelanggaran

dalam laporan keuangan kliennya.

Dari uraian kerangka pikir diatas dapat dibuat gambar kerangka

pikir seperti dibawah ini.


  56

Gambar 1:

Kerangka Pikir

Kompetensi (X1)
Mempengaruhi
Profesionalisme Akuntan
Publik (Y)
Independensi (X2)

Uji Statistik

Regresi Linear Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah

dikemukakan, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban

sementara terhadap permasalahan yang diteliti dan masih harus dibuktikan

secara empiris:

1. Diduga ada pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik

terhadap profesionalisme akuntan publik.


  57

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi operasional

Definisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu

definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara

memberikan arti, atau memspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan

suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel

tersebut. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Kompetensi Akuntan Publik

Kompetensi Akuntan publik adalah auditor yang dengan

pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan

audit secara objektif, cermat dan seksama. Oleh karena itu maka pada

penelitian ini variabel kompetensi akan diproksikan dengan 2 sub variabel

yaitu pengetahuan dan pengalaman.

3.1.1.1. Pengetahuan

Dalam penelitian ini pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan

yang dimiliki auditor yang meliputi pengauditan (umum dan khusus),

pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami

industri klien. Sehingga indikator yang digunakan untuk mengukur

pengetahaun auditor adalah:

(a.)Pengetahuan akan prinsip Akuntansi dan standar auditing,

(b.)Pengetahuan akan jenis industri klien,


  58

(c.)Pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien,

(d.)Pendidikan formal yang sudah ditempuh,

(e.)Pelatihan, kursus dan keahlian khusus.

3.1.1.2 Pengalaman

Menurut Loeher (2002) Pengalaman merupakan akumulasi

gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi

secara berulang-ulang dengan sesama, benda alam, keadaan, gagasan, dan

penginderaan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

(a) Lama melakukan audit,

(b) Jumlah klien yang sudah diaudit,

(c) Jenis perusahaan yang pernah di audit.

2. Independensi Akuntan Publik

Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi

adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak

mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang

bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Pada penelitian ini

variabel independensi akan diproksikan menjadi 4 (empat) sub variabel

yakni :

(a) Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure),

(b) Tekanan Dari Klien,

(c) Telaah Dari Rekan Auditor (Peer Review),

(d) Jasa Non Audit.


  59

3. Profesionalisme Akuntan Publik

Profesionalisme Akuntan Publik adalah kemungkinan (joint

probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan

pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Adapun untuk

mengukur kualitas audit pada auditor di Surabaya digunakan indikator

kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto (2004) dan Kartika Widhi

(2006) yaitu sebagai berikut:

(a) Melaporkan semua kesalahan klien,

(b) Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien,

(c) Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit,

(d.) Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam

melakukan pekerjaan lapangan,

(e.) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien,

(f.) Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini untuk

mengukur variabel bebas maupun variabel terikat adalah dengan

menggunakan skala semantic diferential, yang artinya pengskalaan yang

meminta responden untuk memberikan perincian terhadap sejumlah

pertanyaan tentang variabel yang diteliti melalui tujuh skala sikap yang

pada kedua sisinya ditutup dengan kata sifat. Setiap variabel diwakili
  60

beberapa pertanyaan untuk mengetahui keberadaan variabel dalam

kuesioner.

Sangat Tidak Setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat Setuju

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner, pertanyaan

pada kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan dari variabel

tersebut. Kuesioner terdiri dari tiga bagian , yaitu :

1) Kompetensi Akuntan Publik menggunakan instrument yang

dikembangkan oleh Murtanto dan Gudono (1999) dan Christiawan

(2002).

2) Independensi Akuntan Publik menggunakan instrument yang

dikembangkan oleh Tubbs (Sri Sularso, 1999).

3) Profesionalisme Akuntan Publik menggunakan instrument yang

dikembangkan oleh Miller dan Wagner (1971) dan Davis (1961).

3.2. Teknik penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari individu/unit/unsur/ yang

dijadikan obyek atau sasaran penelitian yang memiliki karakteristik yang

sama (Anonim, 2003:IV-11). Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini

adalah para akuntan publik (auditor) yang bekerja pada 43 (empat puluh

tiga) Kantor Akuntan Publik yang ada di Surabaya (sesuai dengan data

yang ada di Ikatan Akuntan Indonesia).


  61

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (Anonim, 2003:IV-11). Hanya

sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk

menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Pengambilan

sampel ini menggunakan model sensus yaitu tiap unit populasi dijadikan

sampel, sehingga jumlah sampel yang didapat sama dengan jumlah

populasi yaitu 43 (empat puluh tiga) Kantor Akuntan Publik.

Sehingga penelitian ini jumlah anggota sampel yang dibutuhkan

sebanyak 43 (empat puluh tiga) KAP dengan masing-masing KAP

diwakili dua responden yaitu, satu responden dari auditor senior dan satu

responden dari auditor junior yang ada di KAP tersebut. Dalam penelitian

ini yang akan digunakan dalam pengolahan data hanya jawaban kuesioner

yang berasal dari responden yang telah diisi dengan semestinya yaitu yang

telah terisi secara lengkap sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sedang

jawaban kuesioner yang kosong dan tidak lengkap, tidak ikut diolah.

Sehingga total sampel ada 2 x 43 = 86 auditor.

Adapun minimum sampel yang diharapkan kembali dalam

penelitian ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

N
n= …………………………………(Umar, 2001:74)
1  Ne 2

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi (86 auditor)


  62

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

keputusan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan,

yaitu 10%

Maka,

86
n= = 46
1  8610%
2

Sehingga penelitian ini jumlah minimum sampel yang diharapkan

kembali sebanyak 46.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

(Nasir,1999:108), yaitu merupakan data yang diperoleh langsung dari

responden melalui pengisian kuesioner yang diberikan pada responden

berkaitan dengan variabel penelitian yaitu kompetensi akuntan publik,

independensi akuntan publik, profesionalisme akuntan publik. Dengan

total ada 30 (tiga puluh) pertanyaan pada kuesioner.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari jawaban kuesioner

yang telah diisi oleh para auditor pada kantor akuntan publik yang

berdomisili di Surabaya sebagai responden. Jawaban kuesioner yang


  63

berasal dari responden yang telah diisi dengan semestinya yaitu yang telah

terisi secara lengkap sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sedang

jawaban kuesioner yang kosong dan tidak lengkap, tidak ikut diolah.

3.3.3. Pengumpulan Data

a. Wawancara

Merupakan cara pegumpulan data dengan tanya jawab langsung

dengan pihak-pihak yang bersangkutan dalam organisasi tersebut.

b. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar

pertanyaan yang sudah disusun rapi dan terstruktur, tertulis kepada

responden untuk diisi menurut pendapat pribadi sehubungan dengan

masalah yang diteliti dan kemudian untuk tiap jawaban diberikan nilai

(skor).

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas

Menurut Sumarsono (2004: 31) Uji validitas dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang

diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan

mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing- masing butir

pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor

pertanyaan. Apabila korelasi antara skor total dengan skor masing- masing
  64

pertanyaan signifikan, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut

mempunyai validitas. Menurut Masrun (1979) dalam Deddy (2009), suatu

instrumen dianggap valid bilamana koefisien korelasi antara skor suatu

indikator dengan skor total seluruh indikator lebih besar 0,3 (r ≥ 0,3).

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang

diberikan rsponden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan

perkataan lain, hasil pengukuran tetap konsisten jika dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap obyek dan alat ukur yang sama.

Reliabilitas dapat dilihat dengan error yang dibuat. Makin besar error yang

terjadi, makin kecil reliabilitas pengukuran, begitu juga sebaliknya. Uji

reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha, dimana instrument dianggap

reliable apabila Cronbach’s Alpha di atas 0,6 (Ghozali,2001:133).

3.5. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data

mengikuti sebaran normal, dapat dilakukan dengan menggunakan metode

Kolmogorov-Smirnov.

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi

data mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004:40) :


  65

1. Jika nilai signfikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka

distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signfikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka

distribusi adalah normal.

3.6. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik menyatakan bahwa persamaan regresi harus

bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan

keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan

keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar

yang tidak boleh dilanggar oleh model regresi linier berganda, yaitu :

1. Tidak terdapat multikolinearitas

2. Tidak terdapat heteroskedastisitas

3. Tidak terdapat autokorelasi

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka

persamaan regresi linier yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga

pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Multikolinearitas.

Multikolinearitas adalah terjadinya hubungan linier antar variabel

bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Apabila ternyata ada

hubungan linier antar variabel bebas, maka persamaan regresi linier

berganda tersebut terjadi multikolinear (terjadi bias).


  66

Untuk mendeteksi adanya suatu multikolinearitas dengan

mengetahui nilai “pembengkakan varians” atau varians inflation faktor

(VIF).

Apabila VIF < 10, maka persamaan regresi linier berganda tersebut

tidak terkena multikolinearitas (Gujarati,1995:339).

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah nilai varians residual dengan varians

setiap variabel bebas tidak sama. Pada regresi linier nilai residual tidak

boleh ada hubungan dengan variabel bebas. Identifikasi heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman.

Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0,05, maka Ho

diterima berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi

yang diurutkan menurut urut waktu (time series) atau data yang diambil

pada waktu tertentu (cross-sectional). Dalam model regresi linier berganda

diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi, karena penelitian ini tidak

berdasarkan pada urut waktu (time series) maka tidak dilakukan uji

autokorelasi.
  67

3.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.7.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan regresi linier berganda untuk melihat besar kecilnya

pengaruh antar variabel bebas dan variabel terikat. Persamaan regresi

linier berganda dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y = βo + β1 x1 + 2 x2 + e…………. (Anonim, 2003 = L-21)

Keterangan:

Y = profesionalisme akuntan publik

x1 = kompetensi akuntan publik

x2 = independensi akuntan publik

β0 = nilai konstanta

1, 2 = koefisien regresi

e = variabel pengganggu, diasumsikan = 0 karena tidak dimasukkan

dalam perhitungan (standar error)

3.7.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji t

1) Uji F

Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

secara bersama-sama (simultan) variabel-variabel independen (bebas)

terhadap variabel dependen (terikat). Pembuktian dilakukan dengan cara


  68

membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5%

dan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana n adalah

jumlah responden dan k adalah jumlah variabel.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah :

Jika Fhitung > Ftabel (n-k-1) maka H0 ditolak

Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa

semua variabel independen ( X1 dan X2 ) berpengaruh terhadap nilai

variabel ( Y ) Jika Fhitung < Ftabel (n-k-1) maka H0 diterima Arti secara

statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel

independen (X1 dan X2) tidak berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).

Selain itu uji F dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas value

(p value) dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%).

Adapun kriteria pengujian yang digunakan adalah :

Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak

Jika p value > 0,05 maka H0 diterima

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar prosentase

sumbangan dari variabel independen X1,X2 secara bersama-sama terhadap

kualitas audit sebagai variabel dependen dapat dilihat dari besarnya

koefisien determinasi (R2). Dimana R2 menjelaskan seberapa besar

variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu

menjelaskan variabel dependen.


  69

2) Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan

membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Untuk menentukan nilai t

tabel ditentukan dengan tingkat signifikasi 5% dengan derajat kebebasan

df = (n-k-1) dimana n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah

variabel. Kriteria pengujian yang digunakan adalah :

Jika t hitung > t tabel (n-k-1) maka H0 ditolak

Jika t hitung < t tabel (n-k-1) maka H0 diterima

Selain itu uji t tersebut dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas

value (p value) dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%).

Adapun Kriteria pengujian yang digunakan adalah :

Jika p value < 0,05 maka H0 ditolak

Jika p value > 0,05 maka H0 diterima

Untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan dari

variabel independen X1,X2 secara parsial terhadap kualitas audit sebagai

variabel dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (r2).

Dimana r2 menjelaskan seberapa besar variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen.


  70

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu suatu badan usaha yang telah

mendapatkan ijin dari menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang

sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya.

Sedangkan akuntan publik atau auditor independen adalah akuntan yang

telah memperoleh ijin dari menteri keuangan atau pejabat yang berwenang

untuk memberikan jasanya.

Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan beberapa

jasa yang disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa tersebut

yaitu:

1. Jasa Audit Laporan Keuangan

Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen, kantor akuntan publik

melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan

pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.

2. Jasa Audit Khusus

Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan tertentu

yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati bersama,

audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis yang

komprehensif dan audit atas informasi keuangan untuk tujuan tertentu.


  71

3. Jasa Atestesi

Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu

kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung

jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur

yang disepakati bersama.

4. Jasa Review Laporan Keuangan

Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi

material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi

komprehensif lainnya.

5. Jasa kompilasi Laporan Keuangan

Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data keuangan

serta inforamsi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas tertentu.

6. Jasa Konsultasi

Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan kompetensi

akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak manajemen,

perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi, penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan rekruitmen pegawai

sampai memberikan jasa konsultasi lainnya.


  72

7. Jasa Perpajakan

Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan,

perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian

masalah perpajakan.

Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk perseroan terbatas dan

persekutuan dimana beberapa akuntan publik bergabung untuk

menjalankan usahanya bersama-sama sebagai sekutu atau rekan (partner).

Selain itu kantor akuntan publik dapat juga berbentuk koperasi jasa audit

(KJA) yang hanya memberikan jasanya pada koperasi saja. Struktur

keorganisasian dalam KAP sebagai berikut :

1. Rekan atau partner, yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki

jabatan tertinggi dalam KAP. Tugasnya bertanggung jawab secara

keseluruhan terhadap pekerjaan yang ditangani oleh KAP.

2. Manajer, yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior.

Tugasnya mereview program audit, mereview kertas kerja, laporan

audit dan manajemen letter.

3. Akuntan senior atau koodinator akuntan junior, yaitu akuntan

perencana dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan.

Tugasnya mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan junior.

4. Akuntan junior atau asisten akuntan, yaitu pelaksana prosedur

pemeriksaan secara rinci sesuai dengan pengarahan dari akuntan

senior. Tugasnya adalah membuat kertas kerja.


  73

Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik dengan sampel 70

responden. Hal yang diungkap adalah faktor-faktor kompetensi yang

meliputi pengetahuan dan pengalaman, faktor-faktor independensi yang

meliputi lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah rekan

auditor, dan jasa non audit, serta kualitas audit. Data diambil

menggunakan instrumen berupa angket yang telah teruji validitas dan

reliabilitasnya.

4.1.2. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah Kantor Akuntan Publik yang ada

di Surabaya yang berjumlah 43, dan dalam penelitian ini menyebarkan

kuesioner kepada seluruh KAP di Surabaya dengan tiap-tiap KAP

diberikan 2 kuesioner. Sehingga total kuesioner yang disebarkan

berjumlah 86 buah.

4.1.3. Pengembalian Kuesioner Responden

Dari sejumlah 86 kuesioner yang disebarkan kepada para

responden pada 43 KAP yang ada di Surabaya selama jangka waktu

tertentu yaitu 1,5 bulan, kemudian kuesioner yang telah diisi diambil

kembali.

Namun dari sebanyak 43 KAP yang dibagikan kuesioner, hanya 35 KAP

yang bersedia menerima kuesioner dan dijadikan responden, sedangkan 8

KAP lainnya tidak bersedia untuk menerima kuesioner karena kebijakan


  74

dari KAP itu sendiri, sebab yang lain adalah pada saat penyebaran

kuesioner mereka sangat sibuk sehingga tidak ada waktu untuk mengisi

kuesioner yang telah dibagikan.

4.2. Deskripsi Responden

Deskripsi profil responden terdiri dari jabatan, pengalaman kerja,

jenjang pendidikan dan kepemilikan sertifikat selain akuntan publik. Hal

tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang responden yang

menjadi sampel dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini responden memiliki jabatan yang bervariasi

diantaranya adalah sebagai partner sebanyak 15 responden atau (21,4 %),

senior auditor sebanyak 15 responden atau (21,4 %), junior auditor

sebanyak 25 responden atau (35,7% ), dan ada jabatan lain sebanyak 15

responden atau (21,4 %).

Berdasarkan pengalaman kerja yaitu kurang dari 5 tahun sebanyak 40

responden atau (57,1 %), berpengalaman 5 sampai 10 tahun sebanyak 25

responden atau (35,7 %), berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 5

responden atau (7,2 %).

Berdasarkan keahlian khusus auditor yakni sebagai analisis system

sebanyak 17 responden atau (24,3 %), sebagai konsultan pajak sebanyak

18 responden atau (25,7 %), sebagai konsultan manajemen sebanyak 15

responden atau (21,4 %), dan keahlian lainnya sebanyak 20 responden atau

(28,6 %).
  75

Berdasarkan jenjang pendidikan yakni D3 sebanyak 15 responden atau

(21,4 %), S1 sebanyak 42 responden atau (60 %), S2 sebanyak 13

responden atau (18,5 %), dan S3 sebanyak 0 responden.

Berdasarkan kepemilikan sertifikat lain selain akuntan publik, yang

memiliki adalah sebanyak 45 responden atau (64,3 %), sedangkan yang

tidak memiliki sebanyak 25 responden atau (35,7 %). Berikut adalah tabel

yang menunjukkan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian

ini :

Tabel 1. Profil Responden (N=70)


Keterangan Jumlah Prosentase
Jabatan - Partner 15 21,4 %
- Senior auditor 15 21,4 %
- Junior auditor 25 35,7 %
- Lain-lain 15 21,4 %
Pengalaman - Kurang dari 5 40 57,1 %
kerja tahun 25 35,7 %
- 5 s/d 10 tahun 5 7,2 %
- Lebih dari 10 0 0
tahun
Keahlian - Analisis sistem 17 24,3 %
khusus - Konsultan pajak 18 25,7 %
- Konsultan 15 21,4 %
manajemen 20 28,6 %
- Lain-lain
Jejang - D3 15 21,4 %
pendidikan - S1 42 60 %
- S2 13 18,5 %
- S3 0 0
Kepemilikan - Tidak memiliki 45 64,3 %
sertifikat - Memiliki 25 35,7 %
selain audit
Sumber : Data yang diolah
  76

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1. Deskripsi Variabel Kompetensi Akuntan Publik (X1)

Dalam mengukur tingkat kompentensi auditor, maka dalam

penelitian ini digunakan 2 dimensi yaitu pengetahuan dan pengalaman.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai kompetensi auditor,

yaitu terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang


kompetensi auditor
Dime Kategori jawaban
Indikator Item pertanyaan JML
nsi STS TS KS N CS SS SSS
Penge Pengetahu Setiap akuntan 0 0 0 2 7 35 26 70
tahua an akan publik harus
n prinsip memahami dan
Akuntansi melaksanakan jasa
dan profesion alnya
Standar sesuai dng SAK 0,0 0,0 0,0 2,8 10 50 37,2 100
Auditing dan SPAP yg
relevan

Pengetahu Untuk melaku kan 0 0 0 11 20 27 12 70


an ten audit yg baik,saya
tang je nis perlu memahami 0,0 0,0 0,0 15,8 28,5 38,5 17,2 100
indu stri industri klien
klien
Pengetahu Untuk melaku kan 0 0 0 10 19 28 13 70
an tentangaudit yang
kondisi baik,saya perlu
perusahaa memahami 0,0 0,0 0,0 14,3 27,1 40 18,6 100
n klien kondisi perusa
haan klien
Pendidika Untuk melaku kan 0 0 0 8 25 31 6 70
n formal audit yang
yang baik,saya mem
sudah butuhkan
ditempuh Pe ngetahuan yang 0,0 0,0 0,0 11,4 35,7 44,3 8,6 100
diperoleh dari
tingkat pendidikan
formal.
  77

Dime Kategori jawaban


Indikator Item pertanyaan JML
nsi STS TS KS N CS SS SSS
Pelatihan, Selain pendidi kan 0 0 1 0 18 37 14 70
kursus formal, untuk
dan mela kukan audit
keahlian yang baik,saya
khusus juga mem
yang butuhkan
dimiliki pengetahuan yang 0,0 0,0 1,4 0,0 25,8 52,8 20 100
diperoleh dari
kursus dan
pelatihan
khususnya
dibidang audit.
Keahlian khusus 0 0 0 3 13 47 7 70
yang saya miliki
dapat menduku ng
proses audit yang 0,0 0,0 0,0 4,3 18,6 67,1 10 100
saya lakukan
Penga Lama Semakin banyak 0 0 0 0 7 36 27 70
laman melakuka jumlah klien yg
n audit saya audit men
jadikan audit yg
saya la kukan 0,0 0,0 0,0 0,0 10 51,4 38,6 100
semakin lebih
baik.
Saya telah 0 0 0 0 10 31 29 70
memiliki banyak
pengalaman dalam
bidang audit
dengan berbagai
macam klien 0,0 0,0 0,0 0,0 14,3 44,3 41,4 100
sehingga audit
yang saya lakukan
menjadi lebih
baik.
Jumlah Walaupun 0 0 0 3 8 41 18 70
Klien sekarang jumlah
yang klien saya banyak,
sudah audit yang saya
diaudit lakukan belum 0,0 0,0 0,0 4,3 11,4 58,6 25,7 100
tentu lebih baik
dari sebelumnya.
  78

Dime Kategori jawaban


Indikator Item pertanyaan JML
nsi STS TS KS N CS SS SSS
Jenis Saya pernah 0 0 23 4 19 22 2 70
Perusahaa Mengaudit
n Yang perusahaan yang
pernah go publik,sehing
diaudit ga saya dapat
mengaudit 0,0 0,0 32,8 5,7 27,3 31,4 2,8 100
perusahaan yang
belum go publik
lebih baik.
Sumber: data yang diolah
Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa tingkat kompetensi auditor di

Surabaya ditinjau dari dimensi pengetahuan dan pengalaman termasuk

dalam kategori tinggi, hal ini terlihat dari dukungan sangat setuju pada

setiap pernyataan sebesar 47,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

kompetensi yang diproksikan dalam pengetahuan dan pengalaman auditor

pada keadaan baik dan cukup kompeten dalam akuntan publik. Auditor

harus mampu membuat laporan pemeriksaan beserta saran dan

perbaikannya berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan dan

mereka harus mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki pada

persoalan yang dihadapi waktu melakukan pemeriksaan dan

penyelesaiannya tanpa bantuan dari pihak lain.

4.3.2. Deskripsi Variabel Independen Akuntan Publik (X2)

Untuk mengukur independensi auditor di Surabaya, dalam

penelitian ini digunakan 4 proksi yaitu lama hubungan dengan klien,

tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan jasa non audit yang
  79

diberikan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai

independensi auditor, yaitu terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang


independensi auditor
Dimens Indikator Item pertanyaan Kategori jawaban JML
i STS TS KS N CS SS SSS
Lama Lama Auditor sebaiknya 0 0 3 4 24 31 8 70
hubung mengaudit memiliki hubungan
an klien dengan klien yang
dengan 0,0 0,0 4,3 5,7 34,3 44, 11,4 100
sama paling lama 3 3
klien
tahun.
Saya berupaya tetap 0 0 0 0 18 38 14 70
bersifat independen
dalam melakukan audit
walaupun telah lama 0,0 0,0 0,0 0,0 25,7 54, 20 100
menjalin hubungan 3
dengan klien
Tidak semua 18 30 19 3 0 0 0 70
Kesalahan klien yg
saya temukan
dilaporkan karena 25,7 42, 27,2 4,3 0,0 0,0 0,0 100
lama nya hubungan 8
dng klien tersebut.
Tekana Pemberian Agar tidak Kehilangan 26 33 10 1 0 0 0 70
n dari sanksi dan klien, kadang-kadang
klien ancaman saya harus bertindak 37,1 47, 14,3 1,5 0,0 0,0 0,0 100
pergantian tidak jujur 1
auditor
Jika audit yang 18 37 14 1 0 0 0 70
dari klien
saya lakukan
buruk,maka saya dapat 25,7 52, 20 1,5 0,0 0,0 0,0 100
menerima sanksi dari 8
klien.
Tdk semua kesalahan 12 40 18 0 0 0 0 70
klien saya laporkan
krn saya mendapat 17,1 57, 25,7 0,0 0,0 0,0 0,0 100
peringatan klien 2
Saya tidak berani 26 37 7 0 0 0 0 70
melaporkan
kesalahan klien
37,2 52, 10 0,0 0,0 0,0 0,0 100
  80

karena klien dapat 8


mengganti posisi saya
dengan auditor lain.
Besar fee Jika audit fee dari satu 0 0 10 3 22 28 7 70
audit yg klien merupakan
diberikan sebagian besar dari
klien total pendapatan suatu 0,0 0,0 14,3 4,3 31,4 40 10 100
kantor akuntan maka
hal ini dapat merusak
independensi akuntan
publik.
Fasilitas Fasilitas yg saya 12 41 12 5 0 0 0 70
dari klien terima dr klien me
njadikan saya sungkan
terhadap klien 17,1 58, 17,1 0,0 0,0 0,0 100
sehingga kurang bebas 6
dlm melakukan audit.
Telaah Manfaat Saya tidak Mem 6 22 35 7 0 0 0 70
dr telaah dr butuhkan telaah dr
rekan rekan rekan auditor untk
auditor auditor menilai prosedur audit 8,6 31, 50 10 0,0 0,0 0,0 100
krna kurang dirasa 4
manfaatnya.
Konsekue Saya bersikap 0 0 0 2 32 22 14 70
nsi thdp jujur untuk meng
audit yg hindari penilaian 0,0 0,0 0,0 2,8 45,7 31, 20 100
buruk kurang dr rekan se 5
profesi dalam tim.
Jasa Pemberian Selain Mem berikan 0 1 21 3 28 17 0 70
non Jasa Audit jasa audit, suatu kantor
audit dan Non akuntan dapat pula
Audit memberikan jasa-jasa 0,0 1,4 30 4,3 40 24, 0,0 100
pada klien lainnya ke pd klien yg 3
yang sama sama.
Jasa non audit 0 6 24 5 28 7 0 70
yang diberikan pada
klien dpt merusak
indepen densi 0,0 8,6 34,3 7,1 40 10 0,0 100
penampilan akuntan
publik tersebut.
  81

Pemberian Pemberian jasa 0 0 10 3 19 33 5 70


jasa non lain selain jasa audit
audit dapat meningkatkan
dapat informasi yang
meningkat
disajikan dalam 0,0 0,0 14,3 4,3 27,1 47, 7,2 100
kan
informasi laporan pemeriksaan 1
pada akuntan publik.
lap.Keuan
gan
Sumber: data yang diolah
Dari Tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa independensi auditor di

Surabaya ditinjau dari lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien,

telaah dari rekan auditor dan jasa non audit memberikan jawaban yang

cukup beragam. Untuk pertanyaan lama mengaudit klien responden

kebanyakan memberikan jawaban sangat setuju sebesar 49,3 % dan yang

lainnya cukup setuju sebesar 30 %, sangat setuju sekali sebesar 15,7 % dan

normal sebesar 5 %. Untuk pertanyaan mengenai pemberian sanksi dan

ancaman pergantian auditor lain responden kebanyakan memberikan

jawaban tidak setuju sebesar 52,5 % dan yang lainnya sangat tidak setuju

sekali sebesar 29,3 % dan kurang setuju sebesar 18,2 %. Untuk pertanyaan

mengenai besar fee audit yang diberikan klien responden kebanyakan

memberikan jawaban sangat setuju sebesar 40% dan yang lainnya cukup

setuju sebesar 31,4 %, kurang setuju sebesar 14,3 %, sangat setuju sekali

sebesar 10 % dan normal sebesar 4,3 %. Untuk pertanyaan mengenai

manfaat telaah dari rekan auditor responden kebanyakan memberikan

jawaban kurang setuju sebesar 50 %, dan yang lainnya tidak setuju sebesar

31,4 %, normal sebesar 10 % dan sangat tidak setuju sekali sebesar 8,6 %.

Untuk pertanyaan mengenai konsekuensi terhadap audit yang buruk


  82

responden kebanyakan memberikan jawaban cukup setuju sebesar 45,7 %

dan yang lainnya sangat setuju sebesar 31,5 %, sangat setuju sekali sebesar

20 % dan normal sebesar 2,8 %. Sedangkan untuk pertanyaan mengenai

jasa non audit responden kebanyakan memberikan jawaban cukup setuju

sebesar 35,7 % dan yang lainnya sangat setuju sebesar 27,1 %, kurang

setuju sebesar 26,2 %, normal sebesar 5,2 %, tidak setuju sebesar 3,3 %

dan sangat setuju sekali sebesar 2,4 %.

4.3.3. Deskripsi Variabel Profesionalisme Akuntan Publik (Y)

Kualitas audit diungkap dengan enam butir pernyataan, dan

jawaban responden seperti pada tabel berikut.

Tabel 4. Persentase jawaban responden pada setiap pernyataan tentang


kualitas audit
Dimensi Indikator Item Kategori pertanyaan JML
pertanyaan STS TS KS N CS SS SSS
Kualitas Melaporkan Besarnya 15 28 27 0 0 0 0 70
audit semua kompensasi yg
kesalahan saya te rima
audit mempenga
ruhi saya da 21,5 40 38,5 0,0 0,0 0,0 0,0 100
lam melapor
kan kesalahan
klien.
Pemahama Pemahaman 0 0 0 2 15 33 20 70
n Terhadap terhadap sis
system tem Informasi
informasi akuntansi
akuntansi klien dapat 0,0 0,0 0,0 2,8 21,5 47,2 28,5 100
klien menjadikan
pelaporan
audit saya
menjadi lebih
baik.
  83

Komitmen Saya mem 0 0 0 1 15 39 15 70


yang kuat punyai komit
Dalam men yang kuat
menyelesai untuk men 0,0 0,0 0,0 1,4 21,4 55,8 21,4 100
kan audit yelesaikan
audit dalam
waktu yang
tepat
Berpedoma Saya men 0 0 0 10 21 28 11 70
n pada prin jadikan SPAP
sip auditing sebagai pedo
dan prinsip man dalam
akuntansi melaksanakan
dalam mel pekerjaan 0,0 0,0 0,0 14,3 30 40 15,7 100
akukan pe laporan.
kerjaan
lapangan
Tidak Saya tidak 0 0 0 7 14 32 17 70
percaya mudah per
begitu saja caya terha dap
pada pernya taan 0,0 0,0 0,0 10 20 45,7 24,3 100
pernyataan klien selama
klien mela kukan
audit.
Sikap hati- Saya selalu 0 0 0 2 17 32 19 70
hati berusaha
dalam berhati-hati
pengambila dalam peng
n ke ambilan ke 0,0 0,0 0,0 2,8 24,3 45,7 27,2 100
putusan putusan sela
ma mela
kukan audit.
Sumber: data yang diolah
Dari Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa pernyataan mengenai

besarnya kompensasi yang diterima akan mempengaruhi dalam

melaporkan kesalahan klien, pada pertanyaan negatif ini umumnya

responden menjawab sangat tidak setuju sebesar 21,5 %, tidak setuju

sebesar 40 % dan kurang setuju 38,5 %. Sedangkan pada pernyataan-

pernyataan yang berjenis items positif : Pemahaman terhadap sistem

informasi akuntansi klien dapat menjadikan pelaporan audit responden


  84

menjadi lebih baik, responden mempunyai komitmen yang kuat untuk

menyelesaikan audit dalam waktu yang tepat, responden menjadikan

SPAP sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan laporan,

responden tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama

melakukan audit, dan selalu berusaha berhati-hati dalam pengambilan

keputusan selama melakukan audit, mendapatkan dukungan responden

dengan persentase yang setuju sebesar 45,7 % dan sangat setuju sebesar

55,8 %. Sehingga berdasarkan analisis deskriptif tersebut dapat

disimpulkan bahwa kualitas audit pada auditor di Surabaya berada pada

kategori lebih dari cukup atau cukup tinggi.

4.4. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Realibilitas

1. Analisis validitas Profesionalisme (Y), dari enam (6) item pertanyaan

pada korelasi putaran pertama kesemuanya valid (ke enam pertanyaan

tersebut memperoleh nilai signifikan kurang dari 0,05 atau lebih kecil dari

5 % tingkat kesalahan observsasinya). Seperti ditunjukkan pada tabel 5

dibawah ini:

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme Akuntan Publik (Y)


Pernyataan Nilai Tingkat Keterangan
korelasi signifikan
Y1 0,296 0,013 VALID
Y2 0,471 0,000 VALID
Y3 0,587 0,000 VALID
Y4 0,507 0,000 VALID
Y5 0,391 0,001 VALID
Y6 0,324 0,006 VALID
Sumber: lampiran 5
  85

2. Analisis Validitas Kompetensi (X1), dari sepuluh (10) item pertanyaan

pada korelasi putaran pertama terdapat satu item pertanyaan yang tidak

valid yaitu item X1_6, karena tingkat signifikan untuk item X1_6 lebih dari

0,05 atau lebih besar dari 5 % tingkat kesalahan observasinya). Seperti

ditunjukkan pada tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Akuntan Publik (X1)


Pernyataan Nilai Tingkat Keterangan
korelasi signifikan
X1_1 0,358 0,002 VALID
X1_2 0,331 0,005 VALID
X1_3 0,465 0,000 VALID
X1_4 0,289 0,015 VALID
X1_5 0,474 0,000 VALID
X1_6 0,216 0,072 TDK VALID
X1_7 0,240 0,046 VALID
X1_8 0,345 0,003 VALID
X1_9 0,531 0,000 VALID
X1_10 0,282 0,018 VALID
Sumber: lampiran 6

Kemudian dilakukan uji validitas putaran ke 2 tanpa memasukkan item

yang tidak valid tersebut yaitu X1_6. Sehingga didapatkan kesemua

item pada putaran kedua ini valid dengan nilai signifikan kurang dari

0,05 atau lebih kecil dari 5 % tingkat kesalahan observasinya. Seperti

pada tabel 7 dibawah ini:

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Akuntan Publik (X1)


Putaran 2
Pernyataan Nilai Tingkat Keterangan
korelasi signifikan
X1_1 0,358 0,002 VALID
X1_2 0,331 0,005 VALID
X1_3 0,465 0,000 VALID
X1_4 0,289 0,015 VALID
  86

X1_5 0,474 0,000 VALID


X1_7 0,240 0,046 VALID
X1_8 0,345 0,003 VALID
X1_9 0,531 0,000 VALID
X1_10 0,282 0,018 VALID
Sumber: lampiran 7

3. Analisis Validitas Independensi (X2), dari empat belas (14) item

pertanyaan pada putaran pertama terdapat tiga item pertanyaan yang tidak

valid (3) item pertanyaan yang tidak valid yaitu item X2_1, X2_2 dan X2_10.

karena tingkat signifikan untuk item X2_1, X2_2 dan X2_10 lebih dari 0,05

atau lebih besar dari 5 % tingkat kesalahan observasinya). Seperti

ditunjukkan pada tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Akuntan Publik


(X2)
Pernyataan Nilai Tingkat Keterangan
korelasi signifikan
X2_1 0,194 0,107 TDK VALID
X2_2 0,224 0,062 TDK VALID
X2_3 0,253 0,035 VALID
X2_4 0,432 0,000 VALID
X2_5 0,495 0,000 VALID
X2_6 0,341 0,004 VALID
X2_7 0,261 0,029 VALID
X2_8 0,361 0,002 VALID
X2_9 0,296 0,013 VALID
X2_10 0,018 0,885 TDK VALID
X2_11 0,345 0,003 VALID
X2_12 0,500 0,000 VALID
X2_13 0,301 0,011 VALID
X2_14 0,378 0,001 VALID
Sumber: lampiran 8

Kemudian dilakukan uji validitas putaran ke 2 tanpa memasukkan

item yang tidak valid tersebut yaitu X2_1, X2_2 dan X2_10. Sehingga

didapatkan kesemua item pada putaran kedua ini valid dengan nilai
  87

signifikan kurang dari 0,05 atau lebih kecil dari 5 % tingkat kesalahan

observasinya. Seperti pada tabel 9 dibawah ini:

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Akuntan Publik


(X2) Putaran 2
Pernyataan Nilai Tiingkat Keterangan
korelasi signifikan
X2_3 0,253 0,035 VALID
X2_4 0,432 0,000 VALID
X2_5 0,495 0,000 VALID
X2_6 0,341 0,004 VALID
X2_7 0,261 0,029 VALID
X2_8 0,361 0,002 VALID
X2_9 0,296 0,013 VALID
X2_11 0,345 0,003 VALID
X2_12 0,500 0,000 VALID
X2_13 0,301 0,011 VALID
X2_14 0,378 0,001 VALID
Sumber: lampiran 9

Hasil pengujian validitas diatas dapat diketahui bahwa semua item

pertanyaan telah valid, yang dapat dilihat dari taraf signifikan dari

hubungan atau korelasi antara jawaban kuesioner dengan total jawaban

kuesioner yang mempunyai tingkat signifikan dibawah 0,05.

4.4.2. Uji Reliabilitas

Selanjutnya pengujian dilakukan untuk menguji reliabilitas dari

masing-masing kuesioner, dimana dari hasil pengujian diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner


Item pernyataan variabel Cronbach Keterangan
Alpha
Kompetensi Akuntan 0,187 TIDAK
Publik (X1) RELIABEL
Independensi Akuntan 0,393 TIDAK
Publik (X2) RELIABEL
  88

Profesionalisme Akuntan 0,097 TIDAK


Publik (Y) RELIABEL
Sumber: lampiran 10

Dari hasil pengujian reliabilitas kuesioenr diatas, dapat diketahui nilai

Cronbach Alpha dari masing-masing variabel diperoleh nilai yang lebih

kecil dari 0,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua item kuesioner

baik itu untuk variabel kompetensi akuntan publik (X1), independensi

akuntan publik (X2), dan profesionalisme akuntan publik (Y) tidak

reliabel.

Namun dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan olah koefisien

reliabilitas (rxx') yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai

dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00

berarti semakin tinggi reliabilitas. Karena nilai reliabilitas diatas

mendekati nilai 1,00 maka data tersebut dapat dikatakan reliabel

(Saifuddin Azwar, 2000:83).

4.4.3. Uji Normalitas

Dari hasil pengujian data normalitas yang dilakukan terhadap

variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov dperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil pengujian Normalitas


Kolmogorov- Taraf
Smiirnov Signifikan
Kompetensi Akuntan Publik 1,112 0,169
(X1)
Independensi Akuntan Publik 0,821 0,511
(X2)
Profesionalisme Akuntan 0,945 0,334
  89

Publiki (Y)
Sumber: lampiran 11

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai statistik Kolmogorov-

Smirnov yang diperoleh mempunyai taraf signifikan yang lebih besar dari

0,05. Hal ini membuktikan bahwa semua variabel yang diteliti

berdistribusi normal. Sehingga pengujian dengan menggunakan statistik

parametik atau dalam hal ini regresi linier berganda layak untuk dilakukan.

Dari hasil pengujian yang ditelah dilakukan diperoleh bahwa model

analisis berganda tersebut telah bebas dari penyimpangan-penyimpangan

asumsi klasik, yaitu bebas dari penyimpangan autokorelasi,

multikolinieritas dan heteroskedastisitas serta normalitas.

4.4.4. Uji Asumsi Klasik

1. Multikolinieritas

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier

dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).

Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini

menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini tidak menunjukkan

adanya gejala multikolinieritas dimana nilai VIF pada variabel tidak

lebih besar dari 10 maka variabel ini disimpulkan tidak terdapat gejala

multikolinieritas dengan variabel independen lainnya. Dengan nilai VIF

untuk Kompetensi (X1) = 1,001 dan Independensi (X2) = 1,001 (lebih

kecil dari 10). Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF (Variance
  90

Inflation Factor)  10. (Cryer,1994 : 681). Seperti ditunjukkan pada tabel

12 dibawah ini:

Tabel 12. Hasil Uji Multikolinieritas

Lampiran

2. Heteroskedastisitas

Pada regresi linear nilai residual atau nilai mutlak dari residual

tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas. Hal ini dapat

diidentifikasikan dengan cara menghitung koefisien korelasi Rank

Spearman antara unstandardized residual atau nilai mutlak dari residual

dengan seluruh variabel bebas.

Besarnya nilai korelasi rank spearman pada penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Korelasi Rank Spearman


Variabel Variabel
Kompetensi Independensi
Akuntan Publik Akuntan Publik
(X1) (X2)
Nilai mutlak dari 0,009 -0,016
residual
Koefisien signifikansi 0,472 0,446
Sumber: lampiran 13
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel untuk Kompetensi (X1)

dan Independensi (X2) TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara

residual dengan variabel bebasnya (nilai signifikansinya lebih besar dari


  91

0.05), maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua variabel penelitian

Tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh bahwa model analisis

berganda tersebut telah bebas dari penyimpangan-penyimpangan asumsi

klasik, yaitu bebas dari penyimpangan autokorelasi, multikolinieritas dan

heteroskedastisitas serta normalitas.

4.4.5. Tekhnik Analisis

Dari hasil pengujian regresi linier berganda maka dapat diperoleh suatu

persamaan sebagai berikut :

Y = 29,500 + 0,124 X1 – 0,119 X2

Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

b0 = Konstanta = 29,500

Menunjukkan besarnya nilai dari variabel profesionalisme akuntan publik

(Y). Apabila variabel kompetensi akuntan publik (X1), dan independensi

akuntan publik (X2) sama dengan nol atau konstan, maka Y sebesar

29,500.

b1 = Koefisien regresi untuk Kompetensi Akuntan Publik (X1) = 0,124

Berdasarkan koefisien regresi kompetensi akuntan publik (X1) sebesar

0,124 dan bertanda positif. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan

yang searah dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Hal tersebut

berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan yang terjadi pada variabel

kompetensi akuntan publik (X1) akan mengakibatkan peningkatan pada


  92

variabel profesionalisme akuntan publik (Y) sebesar 0,124 satuan, dengan

asumsi variabel X2 adalah konstan.

b2 = Koefisien regresi untuk Independensi Akuntan Publik (X2)= -0,119

Berdasarkan koefisien regresi independensi akuntan publik (X2) sebesar

0,119 dan bertanda negatif. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan

yang tidak searah dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Hal

tersebut berarti bahwa setiap kenaikan 1 satuan yang terjadi pada variabel

independensi akuntan publik (X2) akan mengakibatkan adanya penurunan

pada variabel profesionalisme akuntan publik (Y) sebesar -0,119 satuan,

dengan asumsi variabel X1 adalah konstan.

Berdasarkan pengujian didapatkan koefisien korelasi berganda (R) sebesar

0,277 dengan koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,077 atau 7,7%.

Seperti pada tabel 14 dibawah ini:

Tabel 14. Model Summary Regresi


Model R R Square Adjusted R
Std. Error of
Square the
Estimated
1 .277a .077 .049 2.031
a. Predictors: (constant), INDEPEDENSI (X2), KOMPETENSI (X1)
b. Dependent variabel: PROFESIONALISME (Y)

Pada tabel 14 diatas dapat diketahui pada kolom R terlihat angka 0,277.

Angka ini menunjukkan nilai koefisien korelasi yang berarti hubungan

seluruh variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 27,7%. Sedangkan

besarnya nilai koefisien determinasi (R2) sebesar sebesar 0,77, hal ini

menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel profesionalisme

akuntan publik sebesar 7,7% mampu dipengaruhi oleh variabel


  93

kompetensi dan independensi akuntan publik, sedangkan sisanya 92,3%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model.

4.5. Uji Hipotesis

4.5.1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara

bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dengan

membandingkan F Hitung dengan F Tabel dengan tingkat kepercayaan

5%. Nilai F regresi sebesar 2,780 dengan signifikansi sebesar 0,069, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.

Tabel 15. ANOVA Regresi


Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regresion 22.933 2 11.466 2.780 .069a
Residual 276.339 67 4.124
Total 299.271 69
a. Predictors: (constant), INDEPEDENSI (X2), KOMPETENSI (X1)
b. Dependent variabel: PROFESIONALISME (Y)

Dari tabel diatas terlihat dari angka F regresi sebesar 2,780 dengan

signifikansi sebesar 0,069 > ( α = 0,05 ) : Tidak signifikan positif, berarti

perubahan kedua variabel X1 dan X2 tidak mampu menjelaskan perubahan

variabel Y. Dimana [lihat R Square 0,049 atau 4,9 % sedang sisanya 95,1

% [ 100 % - 4,9 % ] dijelaskan oleh variabel lain selain variabel X1 dan X2.

Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk

tekhnik analisis ini tidak cocok.


  94

4.5.2. Uji t

Dari hasil pengujian mengenai analisis hubungan secara parsial, dapat

dilihat pada tabel 16, sebagai berikut:

Tabel 16. Koefisien regresi secara parsial dan uji signifikansi


Model Unstandardize Standardize
d coefficients d coefficients
Std.
B error Beta T Sig.
1 (constant) 29.500 5.123 5.759 .000
KOMPETENSI (X1) .124 .085 .170 1.449 .152
INDEPEDENSI(X2) -.119 .065 -.214 -1.822 .073
a. Dependent Variabel: PROFESIONALISME (Y)

Berdasarkan dari tabel 16 diatas dapat diinterprestasikan, sebagai berikut:

1. Pengaruh Kompetensi Akuntan Publik (X1) terhadap

Profesionalisme Akuntan Publik (Y)

Nilai thitung pada variabel X1 sebesar 1,449 dengan tingkat signifikan

sebesar 0,152. Karena tingkat signifikan yang dihasilkan lebih besar

dari 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya kompetensi

akuntan publik (X1) berpengaruh secara tidak signifikan terhadap

profesionalisme akuntan publik (Y).

2. Pengaruh Independensi Akuntan Publik (X2) Terhadap

Profesionalisme Akuntan Publik (Y)

Nilai thitung pada variabel X2 sebesar -1,822 dengan tingkat

signifikan sebesar 0,073. Karena tingkat signifikan yang dihasilkan

lebih besar dari 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya

independensi akuntan publik (X2) berpengaruh secara tidak signifikan

terhadap profesionalisme akuntan publik (Y).


  95

Sehingga berdasarkan uji t ini dapat dikatakan hipotesis 1 yang

menyatakan bahwa diduga ada pengaruh kompetensi dan independensi

akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan publik tidak dapat teruji

kebenarannya.

4.6. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian regresi linier berganda yang dilakukan

dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa model regresi yang digunakan

tidak cocok atau ada pengaruh secara tidak signifikan antara kompetensi

dan independensi akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan publik.

Sehingga variabel kompetensi dan independensi akuntan publik tidak

berpengaruh secara nyata terhadap profesionalisme akuntan publik.

Penelitian ini tidak berhasil mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Christiawan (2002) yang menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh

dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Hasil pengujian dapat

diketahui bahwa ada pengaruh secara tidak signifikan antara kompetensi

akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan publik, hal ini

menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada kompetensi tidak akan

mempengaruhi profesionalisme akuntan publik. Hal ini bisa disebabkan

karena responden yang mengisi kuesioner rata-rata masih merupakan

auditor junior yang jenjang pendidikan nya masih sampai D3 dan bekerja

di KAP tersebut dibawah 5 tahun. Sedangkan menurut Christiawan (2002 :

85) berdasarkan penelitian yang telah ada secara umum dapat direfleksikan
  96

bahwa pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman yang merupakan

komponen dasar kompeteensi akuntan publik memiliki pengaruh yang

positif terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik.

Hasil pengujian juga dapat diketahui bahwa Independensi

berpengaruh secara tidak signifikan terhadap profesionalisme auditor, hal

tersebut tidak sesuai dengan pendapat Holmes dan Burns (1993:3), untuk

bisa disebut pekerjaan professional, audit haruslah direncanakan dan

dilaksanakan dengan cara yang sangat obyektif, tanpa memihak. Dalam

pengertian ini, obyektif hampir sama dengan istilah Independensi. Artinya

semua audit yang dilakukan secara independen dilaksanakan untuk

memperoleh pandangan pihak ketiga yang tidak memihak mengenai

kewajaran dan keterandalan laporan keuangan dari pihak yang diaudit

(klien). Dari sumber Mr.X yang tidak mau disebutkan nama dan tempat

KAP nya bekerja mengatakan bahwa para responden yang mengisi

kueisoner tersebut memang kurang independen sehingga tidak ada

pengaruh yang nyata antara kompetensi dan independensi terhadap

profesionalisme akuntan publik. Hal ini dalam artian bahwa rata-rata KAP

yang saya sampling cenderung client oriented atau lebih cenderung

memihak kepada klien sehingga dalam pelaksanaannya tidak semua

kesalahan klien dilaporkan karena mendapat peringatan dari klien atau

tidak berani melaporkan kesalahan klien karena klien dapat mengganti

posisinya dengan KAP lain. Menurut Scott et al dalam Meutia (2004:337)

auditor yang independen seharusnya dapat menjadi pelindung terhadap


  97

praktek-praktek akuntansi yang memberdayakan, karena auditor tidak

hanya dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam dibidang akuntansi

tetapi juga dapat berhubungan dengan audit committee dan dewan direksi.

4.7. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa kedua

variabel bebas yang diteliti yakni kompetensi akuntan publik dan

independensi akuntan publik kurang mampu berpengaruh secara nyata

terhadap profesionalisme akuntan publik. Hal tersebut berarti di KAP

variabel kompetensi akuntan publik dan independensi akuntan publik

adalah bukan merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi

profesionalisme akuntan publik.

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pihak KAP untuk lebih

memperhatikan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh para

auditor untuk meningkatkan profesionalisme para auditor dalam bekerja.

Namun KAP tidak boleh mengabaikan faktor-faktor lain yang juga

berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik dengan

lebih memperhatikan sikap mental dari para akuntan publik tersebut

sehingga diharapkan pihak KAP benar-benar mampu meningkatkan

profesionalisme akuntan publik dengan baik dan pada akhirnya hal

tersebut akan memberikan hasil yang positif.


  98

4.8. Keterbatasan Penelitian

Peneliti merasa bahwa penelitian ini sudah dilakukan dengan cukup

optimal, namun peneliti merasa masih banyak kekurangan baik dalam

pelaksanaan penelitian maupun hasil dari penelitian itu sendiri. Hal

tersebut disebabkan adanya berbagai keterbatasan yang ada, yaitu antara

lain mengenai :

1. Berbagai kendala yang dihadapi pada saat penelitian, seperti ketika

pengisian kuesioner oleh para responden, adanya kuesioner yang

tidak jelas bagi responden sehingga peneliti perlu menerangkan

kembali untuk memperoleh jawaban yang tepat.

2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan

responden pada saat pengisian kuisioner tersebut akan dapat

mempengaruhi jawaban atas kuesioner, sehingga belum menunjukkan

kondisi di lapangan yang sesungguhnya.


  99

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi

dan independensi auditor terhadap kualitas audit pada auditor yang bekerja

pada kantor akuntan publik di Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi dan independensi akuntan publik berpengaruh secara tidak

signifikan terhadap profesionalisme akuntan publik. Hipotesis 1 tidak

teruji kebenarannya.

2. Kompetensi akuntan publik bukan faktor dominan yang mempengaruhi

profesionalisme akuntan publik. Hipotesis 2 tidak teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan

saran, antara lain :

1. Untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan

kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan

serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti

kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi.

2. Untuk para auditor diharapkan meningkatkan independensinya, karena

faktor independensi dapat mempengaruhi kualitas audit. Auditor yang


  100

mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen,

tidak mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki perasaan sungkan

sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan

dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

3. Responden pada penelitian selanjutnya hendaknya diperluas, tidak

hanya dari lingkup auditor pelaksana tetapi dapat pula dari pimpinan

Kantor Akuntan Publik (KAP).

4. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan

untuk menambah faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit.


  101

LAMPIRAN 1

Surabaya, 2010
Hal : Permohonan untuk menjadi responden

Kepada Yang Terhormat


Bapak/Ibu Pimpinan Kantor Akuntan Publik
Di tempat

Bapak/ Ibu yang terhormat


Saya adalah mahasiswa Strata 1 (S1) Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, yang saat ini sedang melaksanakan penelitian guna
menyelesaikan tugas akhir saya. Dalam penelitian yang saya lakukan, saya
mengangkat judul penelitian Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan
Publik Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik Pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Surabaya.
Saya menyadari bahwa kegiatan yang Bapak/ibu jalankan akan sedikit
terganggu, namun saya juga berkeyakinan bahwa penelitian ini tidak akan
memberikan hasil yang berarti tanpa adanya partisipasi dan kerjasama dari Bapak/
Ibu. Maka dari itu saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk memberikan informasi
yang saya butuhkan dengan cara mengisi kuisioner yang tersedia.
Berdasarkan hasil pengujian awal yang telah saya lakukan, waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan kuisioner ini rata- rata 10 menit, dan saya
perkirakan waktu yang akan Bapak/Ibu perlukan guna menyelesaikan kuisioner
ini tidak lebih dari 15 menit. Data yang terkumpul nantinya akan dianalisis dan
disajikan dalam bentuk agrerat, sehingga data tersebut akan tersaji secara
keseluruhan (bukan individual) mengenai informasi yang saya terima. Dan perlu
Bapak/Ibu ketahui, bahwa sesuai dengan etika penelitian, data yang akan saya
peroleh akan dijaga kerahasiannya dan digunakan semata- mata untuk
kepentingan penelitian ini.
Demikian permohonan saya buat, atas partisipasi dan kemurahan hati yang
Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan terima kasih.

Mengetahui
Hormat saya

Rina Mustika,SE,MM
Reddy Kurnia

KUISIONER
PETUNJUK PENGISIAN

Pada bagian ini, Anda diminta mengisi identitas responden dengan cara mengisi
dengan huruf latin-kapital pada tempat yang telah disediakan untuk memberikan
tanda (X) pada kotak yang tersedia untuk mencamtumkan nama Anda, pertanyaan
nomor 1 boleh dilewatkan
  102

IDENTITAS PENELITIAN
1. Nama dan Alamat Praktik Kantor Akuntan Publik

2. Nama Auditor : (boleh tidak diisi)

3. Jenjang pendidikan terakhir yang Bapak/Ibu tempuh :

SMA atau sederejat


Perguruan Tinggi – Diploma (D3)
Perguruan Tinggi – Program Sarjana (S1)
Perguruan Tinggi – Program Pascasarjana (S2)

4. Jabatan Bapak/Ibu di Kantor Akuntan Publik ini :

Pimpinan Rekan.
Senior Auditor
Junior Auditor

5. Masa kerja Bapak/Ibu di Kantor Akuntan Publik ini :

2 tahun – 5 tahun
5 tahun – 8 tahun
8 tahun – 10 tahun
Lebih dari 10 tahun

KUISIONER
PETUNJUK UMUM MENJAWAB KUISIONER
1. Isilah kotak jawaban setiap item dengan memberi tanda (X) pada kotak
yang tersedia.

2. Setiap item hanya dijawab dengan memberi tanda (X) sesuai dengan
pilihan jawaban Bapak/Ibu berdasarkan pengamatan, pengalaman,
pemahaman dan kondisi sebenarnya yang dialami pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) ini.

3. Skala nomor menunjukkan seberapa dekat jawaban anda dengan rantang


  103

alternatif jawaban yang tersedia.

Mohon anda menjawab 30 (tiga puluh) butir pertanyaan berikut ini sesuai
petunjuk umum dengan memberi tanda (X) pada kotak yang tersedia.

1. KOMPETENSI AKUNTAN PUBLIK

INDIKATOR PERTANYAAN STS TS KS N CS SS S


1. Pengetahuan Setiap akuntan publik harus
akan prinsip memahami dan melaksanakan jasa
akuntansi dan profesionalnya sesuai dengan
standar Standar Akuntan Keuangan
auditing (SAK) dan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang
relevan
2. Pengetahuan Untuk melakukan audit yang baik,
tentang jenis saya perlu memahami jenis
industri klien industri klien
3. Pengetahuan Untuk melakukan audit yang baik,
tentang kondisi saya perlu memahami kondisi
perusahaan perusahaan klien
klien
4. Pendidikan Untuk melakukan audit yang baik,
formal yang saya membutuhkan pengetahuan
sudah yang diperoleh dari tingkat
ditempuh pendidikan formal
5. Pelatihan, Selain pendidikan formal, untuk
kursus dan melakukan audit yang baik, saya
keahlian juga membutuhkan pengetahuan
khusus yang yang diperoleh dari kursus dan
dimiliki pelatihan khususnya dibidang
audit
6. Keahlian khusus yang saya miliki
dapat mendukung proses audit
yang saya lakukan
7. Lama Semakin banyak jumlah klien
melakukan yang saya audit menjadikan audit
audit yang saya lakukan semakin lebih
  104

baik

8. Saya telah memiliki banyak


pengalaman dalam bidang audit
dengan berbagai macam klien
sehingga audit yang saya lakukan
menjadi lebih baik
9. Jumlah klien Walaupun sekarang jumlah klien
yang sudah saya banyak, audit yang saya
diaudit lakukan belum tentu lebih baik
dari sebelumnya
10. Jenis Saya pernah mengaudit perusa
Perusahaan haan yang go publik, sehingga
yang pernah saya dapat mengaudit perusahaan
diaudit yang belum go publik lebih baik

2. INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK

INDIKATOR PERTANYAAN STS TS KS N CS SS S


1. Lama Auditor sebaiknya memiliki hu
mengaudit bungan dengan klien yang sama
klien paling lama 3 tahun.
2. Saya berupaya tetap bersifat
independen dalam melakukan
audit walaupun telah lama men
jalin hubungan dengan klien.
3. Tidak semua kesalahan klien yang
saya temukan saya laporkan
karena lamanya hubungan dengan
klien tersebut
4. Pemberian an Agar tidak kehilangan klien,
caman Per kadang-kadang saya harus
gantian auditor bertindak tidak jujur
dari klien
5. Jika audit yang saya lakukan
buruk, maka saya dapat menerima
sanksi dari klien

6. Tidak semua kesalahan klien saya


laporkan karena saya mendapat
peringatan dari klien
  105

7. Saya tidak berani melaporkan


kesalahan klien karena klien dapat
mengganti posisi saya dengan
auditor lain.
8. Besar fee audit Jika audit fee dari satu klien
yang diberikan merupakan sebagian besar dari
klien total pendapatan suatu kantor
akuntan maka hal ini dapat
merusak independensi akuntan
publik
9. Fasilitas dari Fasilitas yang saya terima dari
klien klien menjadikan saya sungkan
terhadap klien sehingga kurang
bebas dalam melakukan audit.
10. Manfaat telaah Saya tidak membutuhkan telaah
dari rekan dari rekan auditor untuk menilai
auditor prosedur audit saya karena kurang
dirasa manfaatnya
11. Konsekuensi Saya bersikap jujur untuk
terhadap audit menghindari penilaian kurang dari
yang buruk rekan seprofesi (sesama auditor)
dalam tim.
12. Pemberian Jasa Selain memberikan jasa audit,
Audit dan Non suatu kantor akuntan dapat pula
Audit pada memberikan jasa-jasa lainnya
klien yang kepada klien yang sama
sama
13. Jasa non audit yang diberikan
pada klien dpt merusak
independensi penampilan akuntan
publik tersebut.
14. Pemberian jasa Pemberian jasa lain selain jasa
non audit dapat audit dapat meningkatkan
meningkat informasi yang disajikan dalam
kan informasi laporan pemeriksaan akuntan
pada publik
lap.keuangan
  106

3. PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK

INDIKATOR PERTANYAAN STS TS KS N CS SS S


1. Melaporkan Besarnya kompensasi yang saya
semua kesa terima akan mempengaruhi saya
lahan klien dalam melaporkan kesalahan klien
2. Pemahaman Pemahaman terhadap sistem
terhadap sis informasi akuntansi klien dapat
tem informasi menjadikan pelaporan audit saya
akuntansi klien menjadi lebih baik
3. Komitmen Saya mempunyai komitmen yang
yang kuat kuat untuk menyelesaikan audit
dalam menye dalam waktu yang tepat
lesaikan audit
4. Berpedoman Saya menjadikan SPAP sebagai
pada prinsip pedoman dalam melaksanakan
auditing dan pekerjaan laporan.
prinsip akun
tansi dalam
melakukan
pekerjaan
lapangan
5. Tidak percaya Saya tidak mudah percaya
begitu saja terhadap pernyataan klien selama
pada pernya melakukan audit
taan klien
6. Sikap hati-hati Saya selalu berusaha berhati-hati
dalam peng dalam pengambilan keputusan
ambilan selama melakukan audit
keputusan
  107

LAMPIRAN 2

DATA TABULASI HASIL PENELITIAN


PERNYATAAN MENGENAI FAKTOR KOMPETENSI (X1)
NO. PENGETAHUAN PENGALAMAN TOTAL
TOTAL TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 7 7 4 3 3 4 28 5 5 4 6 20 48
2 6 6 6 5 5 6 34 6 7 6 6 25 59
3 7 6 7 5 6 6 37 6 7 6 6 25 62
4 7 5 5 6 6 6 35 6 7 6 4 23 58
5 7 6 5 6 6 6 36 6 7 5 3 21 57
6 7 6 7 6 5 6 37 7 7 5 3 22 59
7 6 6 6 4 6 6 34 7 6 5 5 23 57
8 6 4 6 4 6 6 32 7 6 6 5 24 56
9 6 4 6 5 7 5 33 7 6 6 5 24 57
10 6 4 6 5 7 5 33 7 6 6 6 25 58
11 5 5 4 5 6 5 30 7 7 6 6 26 56
12 6 4 6 5 6 6 33 6 7 6 6 25 58
13 6 6 6 6 7 6 37 6 7 6 4 23 60
14 5 5 6 6 5 6 33 7 7 7 5 26 59
15 7 6 4 6 5 6 34 6 6 6 3 21 55
16 7 7 7 6 7 6 40 7 6 7 5 25 65
17 6 7 7 6 6 6 38 7 6 7 3 23 61
18 7 7 4 5 6 7 36 7 6 6 6 25 61
19 7 4 4 5 7 6 33 6 6 6 6 24 57
20 6 4 4 5 6 6 31 6 6 6 3 21 52
21 6 4 6 6 6 6 34 7 7 5 6 25 59
22 6 5 6 6 7 6 36 7 7 5 5 24 60
23 6 5 5 5 7 6 34 7 7 5 5 24 58
24 6 4 5 6 5 6 32 6 6 6 6 24 56
25 5 6 5 6 5 7 34 5 6 6 6 23 57
26 6 6 5 5 6 6 34 6 6 6 3 21 55
27 6 5 5 6 6 5 33 7 6 6 5 24 57
28 6 5 7 4 6 5 33 7 7 7 5 26 59
29 6 5 7 5 6 5 34 7 7 7 5 26 60
30 6 5 7 5 6 6 35 6 6 7 3 22 57
31 7 5 7 5 6 6 36 6 7 7 3 23 59
  108

32 7 4 6 4 6 6 33 6 7 6 6 25 58
33 7 7 6 6 5 6 37 7 7 6 6 26 63
34 7 7 7 6 5 6 38 5 6 6 6 23 61
35 7 6 6 6 6 6 37 5 6 6 5 22 59
36 7 7 6 6 7 6 39 7 7 7 3 24 63
37 6 5 5 6 7 7 36 6 6 7 3 22 58
38 7 6 6 6 5 6 36 6 6 7 3 22 58
39 6 5 6 7 5 6 35 6 6 7 3 22 57
40 6 4 6 6 5 6 33 6 5 6 3 20 53
41 6 4 5 7 5 6 33 7 7 6 3 23 56
42 5 6 6 7 6 7 37 7 7 6 3 23 60
43 6 6 4 7 6 6 35 6 7 6 6 25 60
44 6 6 4 6 7 6 35 6 5 6 6 23 58
45 6 6 6 6 7 6 37 6 5 6 6 23 60
46 7 5 6 5 5 6 34 6 6 6 3 21 55
47 6 6 6 5 5 6 34 6 6 6 3 21 55
48 7 6 6 6 6 6 37 6 6 6 3 21 58
49 6 6 5 5 6 6 34 6 6 6 3 21 55
50 6 6 5 6 6 7 36 7 7 7 3 24 60
51 6 5 5 4 6 6 32 7 7 7 6 27 59
52 7 5 7 5 6 5 35 6 7 7 3 23 58
53 7 5 7 5 6 5 35 6 7 7 5 25 60
54 7 5 5 6 6 5 34 6 7 7 5 25 59
55 7 6 6 4 6 5 34 6 7 6 3 22 56
56 6 6 6 5 6 6 35 6 5 6 3 20 55
57 6 6 5 5 5 6 33 6 6 6 5 23 56
58 5 7 5 5 7 6 35 6 6 6 5 23 58
59 7 5 7 5 6 6 36 7 6 7 5 25 61
60 7 6 5 6 6 7 37 7 6 6 6 25 62
61 4 5 4 6 5 6 30 7 5 4 4 20 50
62 4 5 4 6 5 6 30 7 6 4 4 21 51
63 6 6 5 7 6 7 37 6 5 6 5 22 59
64 6 6 6 6 5 6 35 6 5 5 6 22 57
65 5 7 5 7 6 5 35 7 6 6 6 25 60
66 5 7 6 5 6 5 34 5 7 6 5 23 57
67 6 6 6 5 7 4 34 5 7 5 5 22 56
  109

68 7 6 7 4 6 4 34 6 5 7 7 25 59
69 7 7 6 6 6 5 37 5 5 6 7 23 60
70 6 7 5 6 7 6 37 6 6 6 6 24 61
  110

LAMPIRAN 4
DATA TABULASI HASIL PENELITIAN

PERNYATAAN MENGENAI PROFESIONALISME (Y)

KUALITAS AUDIT
NO. TOTAL
1 2 3 4 5 6
1 2 6 5 7 4 7 31
2 3 5 7 6 7 7 35
3 1 6 6 5 6 6 30
4 2 4 6 5 6 7 30
5 2 4 7 5 7 7 32
6 3 5 7 4 5 7 31
7 1 5 6 4 5 7 28
8 3 6 5 5 5 7 31
9 3 5 6 6 5 6 31
10 2 7 6 6 5 6 32
11 2 6 6 5 6 7 32
12 2 6 6 6 4 5 29
13 2 5 6 7 4 5 29
14 3 5 6 6 6 5 31
15 3 5 6 4 6 5 29
16 1 5 6 4 7 7 30
17 1 5 5 5 7 6 29
18 2 7 5 5 5 7 31
19 2 7 7 5 6 7 34
20 1 6 7 6 5 7 32
21 3 7 6 6 5 6 33
22 3 5 6 6 6 6 32
23 2 6 6 6 6 6 32
24 2 6 7 6 6 6 33
25 3 7 7 7 6 6 36
26 3 7 7 7 6 5 35
27 3 7 6 5 4 5 30
28 3 6 6 6 6 6 33
29 3 6 6 6 6 6 33
30 2 7 7 5 5 6 32
31 2 5 6 5 6 6 30
  111

32 1 6 5 5 7 7 31
33 1 6 6 7 7 6 33
34 1 7 6 7 7 7 35
35 2 6 6 6 6 7 33
36 1 7 7 6 7 6 34
37 3 7 7 6 5 6 34
38 2 7 6 5 5 6 31
39 2 6 6 6 5 6 31
40 3 6 5 4 6 6 30
41 2 6 5 7 4 5 29
42 2 6 6 7 4 5 30
43 1 6 6 5 4 5 27
44 3 5 5 5 6 4 28
45 1 6 5 6 6 7 31
46 2 7 6 6 6 6 33
47 2 7 6 6 6 6 33
48 3 6 6 6 6 6 33
49 3 6 6 5 7 7 34
50 1 6 7 5 7 7 33
51 3 7 7 7 5 5 34
52 2 6 7 7 5 5 32
53 2 6 6 6 6 6 32
54 3 6 6 7 6 6 34
55 2 5 6 6 6 7 32
56 1 6 6 4 6 6 29
57 1 7 5 5 6 4 28
58 3 7 6 6 6 5 33
59 3 7 6 5 7 6 34
60 2 6 6 6 6 5 31
61 2 6 5 4 6 6 29
62 3 5 5 4 6 6 29
63 3 5 5 4 6 5 28
64 2 6 4 5 6 5 28
65 3 6 5 5 7 6 32
66 1 6 5 6 7 6 31
67 3 7 6 5 7 6 34
  112

68 2 6 6 6 7 5 32
69 2 6 7 6 7 5 33
70 3 7 6 6 7 6 35
  113

UJI VALIDITAS X2 (PUTARAN 2)


  114
  115

Reliabilitas Y

Reliabilitas X1

Reliabilitas X2
  116

REGRESI DAN UJI ASUMSI KLASIK

Nonparametric
  117

Regression
  118
  119

DAFTAR PUSTAKA
  120

Algifari, 1997, Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Edisi Pertama,
Penerbit BPFE, Yogyakarta

Anonim, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Penerbit Balai
Pustaka, Jakarta.

______, 2009, Pedoman Penyususunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Jurusan


Akuntansi, FE, UPN “veteran” Jawa Timur.

Arrens, Alvin A, dan Loebbecke, 1996, Auditing Pendekatan Terpadu, Buku


Satu, Edisi Revisi, Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta.

Azwar, Saifudin: 2000, Penyusunan Skala Psikologi, Edisi Pertama, Pustaka


Pelajar, Cetakan 2, Yogyakarta.

Dajan, Anto, 1986, Pengantar Metode Statistik, Cetakan Kedua, Jilid I, Penerbit
LP3ES, Jakarta.

Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Cetakan


Pertama, Jilid 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,


Badan Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain,


Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gupta, Kamal, 1991, Contemporary Auditing, Fourth Edition, Tata Mc. Graw
Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Halim, Abdul, 1997, Auditing I (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan), Edisi


Pertama, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 1994, Standar Profesional Akuntan Publik,


Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

Jusup, Al Haryono, 2001, Auditing (Pengauditan), Buku Satu, Cetakan Pertama,


Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.

Kell, Walter G, 1996, Modern Auditing, Sixth Edition, John Wiley and Sons,
Inc.

Kirana, Andy, 1996, Etika Bisnis Konstruksi, Cetakan Kelima, Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.
  121

Mayangssari, Sekar, 2003, “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi


Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”, Tesis.

Mulyadi, 1998, Pemeriksaan Akuntan, Edisi Keempat, Penerbit STIE YKPN,


Yogyakarta.

Nazir, Moh., 1999, Metode Penelitian dan Skripsi, Cetakan Keempat, Penerbit
Ghalia, Jakarta.

Regar, 1993, Mengenal Profesi Akuntan dan Memahami Laporannya,


Cetakan Pertama, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Stettler, Howard F, 1997, Auditing Principles, Fourth Edition, Prentice Hall of


India, Private Limited, New Delhi.

Sumarsono, 2002, Metodologi Penelitian Akuntansi, Surabaya.

Supriono, R.A., 1990, Pemeriksaan Akuntan (Auditing), Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik, Edisi, Pertama,
Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Umar, Husein, 1997, Riset Akuntansi (Dilengkapi Dengan Panduan Membuat


Skripsi dan Empat Bahasan Kasus Bidang Akuntansi), Cetakan Pertama,
Penerbit PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.

Van Home, J.C dan Jr. Wachowicz, 1997, Prinsip-prinsip Manajemen


Keuangan, Buku I, Edisi 9, Sutojo Heru, Salemba Empat, Jakarta.

Koran

Jawa Pos, Wako Bekasi Disebut Lagi Dalam Dakwaan Kasus Korupsi, Selasa,
21 September, 2010, Surabaya.

Jurnal

Christiawan, Yulius Jogi, 2002, “Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 4, No. 2, Hal. 79-92, Nopember 2002.

Mayangsari, Sekar, 2003, “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi


Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, Hal. 1-22, Januari 2003.

Murtanto dan Gudono, 1999, “Identifikasi Karakteristik-karakteristik


Keahlian Audit, Profesi Akuntan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Hal 37-52, Januari 1999.
  122

Sulaarso, Sri dan Ainun Na’im, 1999, “Analisis Pengaruh Pengalaman


Akuntan Pada Pengetahuan dan Pengalaman dan Penggunaan Intuisi
Dalam Mendeteksi Kekeliruan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
2, No. 2, Hal. 154-172, Juli 1999.

Widyasari, Suzy, 2003, “Strategi Pengembangan Kompetensi Sumber Daya


Manusia (SDM) Indonesia Dalam Memasuki Era Global”, Fokus
Ekonomi, Vol. 2, No. 2, Hal. 166-175, Agustus 2003.

Skripsi

Yanuar, Aulia H.S., 2002, “Pengaruh Independensi, Pengetahuan dan


Keahlian Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan
Pada Prosedur Penjualan, Piutang, dan Penerimaan Kas (Pada
Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

Bumiarini, Wivia, 2005, “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik di Surabaya”.

Harhinto, Teguh, 2004, Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap


Kualitas Audit Study Empiris Pada KAP di Jawa Timur.
  120

Algifari, 1997, Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Edisi Pertama,
Penerbit BPFE, Yogyakarta

Anonim, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Penerbit Balai
Pustaka, Jakarta.

______, 2009, Pedoman Penyususunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Jurusan


Akuntansi, FE, UPN “veteran” Jawa Timur.

Arrens, Alvin A, dan Loebbecke, 1996, Auditing Pendekatan Terpadu, Buku


Satu, Edisi Revisi, Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta.

Azwar, Saifudin: 2000, Penyusunan Skala Psikologi, Edisi Pertama, Pustaka


Pelajar, Cetakan 2, Yogyakarta.

Dajan, Anto, 1986, Pengantar Metode Statistik, Cetakan Kedua, Jilid I, Penerbit
LP3ES, Jakarta.

Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Cetakan


Pertama, Jilid 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,


Badan Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain,


Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gupta, Kamal, 1991, Contemporary Auditing, Fourth Edition, Tata Mc. Graw
Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Halim, Abdul, 1997, Auditing I (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan), Edisi


Pertama, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 1994, Standar Profesional Akuntan Publik,


Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

Jusup, Al Haryono, 2001, Auditing (Pengauditan), Buku Satu, Cetakan Pertama,


Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.

Kell, Walter G, 1996, Modern Auditing, Sixth Edition, John Wiley and Sons,
Inc.

Kirana, Andy, 1996, Etika Bisnis Konstruksi, Cetakan Kelima, Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.
  121

Mayangssari, Sekar, 2003, “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi


Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”, Tesis.

Mulyadi, 1998, Pemeriksaan Akuntan, Edisi Keempat, Penerbit STIE YKPN,


Yogyakarta.

Nazir, Moh., 1999, Metode Penelitian dan Skripsi, Cetakan Keempat, Penerbit
Ghalia, Jakarta.

Regar, 1993, Mengenal Profesi Akuntan dan Memahami Laporannya,


Cetakan Pertama, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Stettler, Howard F, 1997, Auditing Principles, Fourth Edition, Prentice Hall of


India, Private Limited, New Delhi.

Sumarsono, 2002, Metodologi Penelitian Akuntansi, Surabaya.

Supriono, R.A., 1990, Pemeriksaan Akuntan (Auditing), Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik, Edisi, Pertama,
Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Umar, Husein, 1997, Riset Akuntansi (Dilengkapi Dengan Panduan Membuat


Skripsi dan Empat Bahasan Kasus Bidang Akuntansi), Cetakan Pertama,
Penerbit PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.

Van Home, J.C dan Jr. Wachowicz, 1997, Prinsip-prinsip Manajemen


Keuangan, Buku I, Edisi 9, Sutojo Heru, Salemba Empat, Jakarta.

Koran

Jawa Pos, Wako Bekasi Disebut Lagi Dalam Dakwaan Kasus Korupsi, Selasa,
21 September, 2010, Surabaya.

Jurnal

Christiawan, Yulius Jogi, 2002, “Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 4, No. 2, Hal. 79-92, Nopember 2002.

Mayangsari, Sekar, 2003, “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi


Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, Hal. 1-22, Januari 2003.

Murtanto dan Gudono, 1999, “Identifikasi Karakteristik-karakteristik


Keahlian Audit, Profesi Akuntan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 2, No. 1, Hal 37-52, Januari 1999.
  122

Sulaarso, Sri dan Ainun Na’im, 1999, “Analisis Pengaruh Pengalaman


Akuntan Pada Pengetahuan dan Pengalaman dan Penggunaan Intuisi
Dalam Mendeteksi Kekeliruan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
2, No. 2, Hal. 154-172, Juli 1999.

Widyasari, Suzy, 2003, “Strategi Pengembangan Kompetensi Sumber Daya


Manusia (SDM) Indonesia Dalam Memasuki Era Global”, Fokus
Ekonomi, Vol. 2, No. 2, Hal. 166-175, Agustus 2003.

Skripsi

Yanuar, Aulia H.S., 2002, “Pengaruh Independensi, Pengetahuan dan


Keahlian Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan
Pada Prosedur Penjualan, Piutang, dan Penerimaan Kas (Pada
Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

Bumiarini, Wivia, 2005, “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik di Surabaya”.

Harhinto, Teguh, 2004, Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap


Kualitas Audit Study Empiris Pada KAP di Jawa Timur.
PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK
TERHADAP PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK PADA KANTOR
AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :
Reddy Kurnia
0713015025/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
2011

  1
COMPETENCE AND INDEPENDENCE OF PUBLIC ACCOUNTANT PUBLIC
ACCOUNTANT ON PROFESSIONALISM IN KAP

By: ReddyKurnia

Abstract

Public accounting profession is a profession people trust. It functions as a public


accountant who assess the fairness of the financial statements whether the
company is in conformity with Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
From the results of its audit then the auditor will submit an assessment of the
fairness of financial statements through the opinion or opinions presented in the
"Independent Auditors' Report." From the public accounting profession is the
people expect a free assessment impartial information presented by
management in the financial statements. Auditors must be independent, that is,
not easily influenced, because he was carrying out his work in the public interest
(except for internal auditors). Questions about the quality of the public accountant
audits conducted by the community grew after a few cases related to the audit of
public accountants. To restore public confidence in public accountants must
consider the quality of the audit was doing. Should an auditor could increase the
potential either formally or informally to meet the responsibilities of audit quality
does. This study aims to determine the effect of competence and independence
of public accountants to the professionalism of public accountants.

Samples used in this study was 43 Public Accounting Firm (KAP in Surabaya.
While the source of the data used comes from the questionnaire answers are
distributed in 43 Public Accounting Firm (KAP) in Surabaya. The data were
analyzed using linear regression analysis technique regression with computer
tools, which use the SPSS program. 16.0 For Windows.
From the analysis it can be concluded that hypothesis 1 which states that
allegedly there is influence between the competence and independence of public
accountants to professional public accountants, not verified and hypothesis 2
which states that the expected competencies of public accountants the most
dominant influence on the professionalism of the public accountant, was
alsonottestedtruth.

Keywords: Competence, Independence Public Accountants, and the


professionalism of Certified Public Accountants

  2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan yang sudah go
publik, terdapat pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Manajemen
adalah pihak yang mengelola serta mengendalikan perusahaan. Manajemen
bertugas menjalankan kegiatan bisnis perusahaan. Konsekuensinya dari hal
ini adalah pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan
wewenang tersebut secara periodik kepada pemilik. Selain pemilik, masih
terdapat pihak lain yang memerlukan informasi yang berasal dari laporan
keuangan. Pihak lain tersebut antara lain adalah pemberi pinjaman, calon
kreditor atau investor, pemerintah, analisis keuangan dan sebagainya.
Manajemen berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis
perusahaan yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan pemakai laporan
keuangan, khususnya pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja
manajemen di dalam mengelola perusahaan. Karena adanya konflik
kepentingan antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan maka
laporan keuangan harus diaudit oleh pihak ketiga yang independen. Pihak
yang bisa melakukan audit atas laporan keuangan adalah akuntan publik.
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan
dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya
mengharuskan para akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang
dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit
yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak
skandal yang melibatkan akuntan publik baik diluar negeri maupun didalam
negeri. Skandal didalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh
Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor
Akuntan Publik yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat
mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998 (Yogi Christiawan,
2002). Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik
yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan
perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan
2003:82).

  1
Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan
apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik
yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi
namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu
saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa
laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahannya adalah
kompetensi atau keahlian auditor tersebut. Namun jika yang terjadi justru
akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, seperti yang
terungkap juga pada skandal yang menimpa Enron, Andersen, Xerox,
WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt Disney (Sunarsip
2002 dalam Christiawan 2003:83) maka inti permasalahannya adalah
independensi auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul
pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor
saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut
berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kompetensi dan independensi
masuk sebagai salah satu ciri auditor/akuntan publik yang paling penting
yang akan meningkatkan profesionalisme akuntan publik. Novin dan Tucker
(1993) mengidentifikasikan profesionalisme sebagai penguasaan dibidang
pengetahuan, keterampilan dan karakteristik. Lebih jauh lagi Novin dan
Tucker memberikan suatu gambaran bahwa untuk menjadikan akuntan,
akademisi, maupun praktisi, mencapai tingkat profesionalisme yang
memadai, maka mereka harus menguasai tiga hal tersebut.
Fenomena yang berhubungan dengan profesionalisme juga terjadi di
ruang lingkup Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Jawa Barat
(Jabar), dua auditor BPK Suharto dan Enang Hermawan, didakwa korupsi
karena menerima suap dari PNS Pemerintah Kota Bekasi. Pada
persidangan yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Senin (20/9), Suharto dan Enang didakwa menerima suap untuk membantu
laporan keuangan Pemerintah Kota Bekasi agar menerima predikat wajar
tanpa pengecualian (Jawa pos, Selasa, 21 September 2010).
Seperti telah diuraikan diatas, krisis kepercayaan dari masyarakat
telah menimpa para auditor, untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
maka hendaknya auditor meningkatkan profesionalisme diri dengan berbagai

  2
cara baik itu meningkatkan kompetensi dengan peningkatan pengetahuan
potensi baik secara formal maupun informal serta bisa juga dengan
meningkatkan independensi diri masing-masing auditor. Profesionalisme
yang dituntut masyarakat umum dari seorang auditor sangat mutlak di dalam
pelaksanaan tugasnya, oleh karena itu penelitian ini mengambil tema
“Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik Terhadap
Profesionalisme Akuntan Publik Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik
Di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah


1. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi dan independensi
akuntan publik terhadap profesionalisme akuntan publik.

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk membuktikan secara empiris apakah terdapat pengaruh antara
kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap
profesionalisme akuntan publik.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun
civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.
2. Bagi Kantor Akuntan Publik dan Ikatan Akuntan Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu
masukan yang bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik dan Ikatan
Akuntan Indonesia dalam melaksanakan pelatihan-pelatihan dalam
rangka peningkatan kompetensi akuntan publik, serta dapat member
masukan kepada Kantor Akuntan Publik dan Ikatan Akuntan
Indonesia dalam pengembangan independensi para akuntan publik.

  3
3. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini dapat dijadikan suatu perbandingan antara
teori-teori yang selama ini peneliti dapatkan semasa perkuliahan dengan
kenyataan yang ada. Sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi
Kantor Akuntan Publik dan kesesuaian antara lain yang diperoleh
sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang ada.

  4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil penelitian terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini antara lain oleh:
1. Sekar Mayangsari (JRAI, 2003)
judul: “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat
Audit: Sebuah Eksperimen”.
Permasalahan:
a. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
independen dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik
atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik
tersebut?
b. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor
yang ahli dengan auditor tidak ahli?
Hipotesis:
a. Auditor yang memiliki keahlian audit dan independensi akan
memberikan pendapat dan kelangsungan hidup perusahaan yang
cenderung benar dibanding auditor yang hanya memiliki salah
satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya.
b. Kuantitas informasi yang diinginkan dipengaruhi oleh jenis
informasi. Auditor yang ahli lebih banyak mengingat jenis
informasi atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih
mengingat informasi typical.
Kesimpulan:
a. Hasil pengujian mendukung hipotesis pertama bahwa auditor yang
memiliki keahlian dan independensi akan memberikan pendapat
tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar
dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik
atau sama sekali tidak memiliki keduanya.
b. Hasil pengujian mendukung hipotesis kedua bahwa kuantitas
informasi yang diingat dipengaruhi oleh jenis informasi. Auditor

  5
yang ahli lebih banyak mengingat informasi yang atypical
sedangkan auditor non ahli lebih banyak mengingat informasi
yang typical.
2. Kusharyanti (2003)
Judul : “Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan
Topik Penelitian di Masa Datang”.
Variabel yang diteliti :
Faktor-faktor kualitas audit menurut De Angelo dan Catanach Walker.
Kesimpulan :
Banyak faktor memainkan peran penting dalam mempengaruhi kualitas
audit dari sudut pandang auditor individual, auditor tim maupun KAP.

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Pengertian Pemeriksaan Akuntan (Auditing)
Bila ditinjau dari sudut profesi akuntan publik. Auditing adalah
pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
tersebut ( Mulyadi; 1998:9 )

2.2.2. Etika profesional


Kamal Gupta (1991:727) yang menyadur dari AICPA, Carey and
Doherty menyatakan “Profesional ethics may be regarded as a mixture of
moral and practical concept, with a sprinkling of exhortation to ideal conduct
designed to evoke right action on the part of member of the profession
concerned”. Bahwa etika professional dapat dipandang sebagai perpaduan
konsep praktis dan moral dengan sedikit nasihat tentang perilaku yang
sesuai, yang dimaksudkan untuk mengarahkan pada tindakan yang benar
sebagai bagian dari anggota profesi.

2.2.2.1. Kode Etik Akuntan Indonesia.


Kelangsungan hidup profesi auditor di Indonesia sangat tergantung
kepada kepercayaan masyarakat terutama pada pengguna jasa auditor

  6
terhadap kualitas jasa yang dihasilkan profesi. Oleh karena itu, Ikatan
akuntan Indonesia mengeluarkan kode etik akuntan Indonesia untuk
mengatur para anggotanya.
Kode etik akuntan Indonesia dibagi menjadi tiga bagian (Mulyadi
1998:45):
1. Kode etik profesi akuntan secara umum
2. Kode etik khusus untuk profesi akuntan publik
3. Penutup

2.2.3. Kompetensi Akuntan Publik


Menurut Shanteau dalam Shekar Mayangsari (2003:5) kompetensi
dapat didefinisi sebagai keahlian audit yang dimiliki seseorang untuk dapat
mencapai tujuan audit dengan baik. Kemampuan berpikir yaitu kemampuan
untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa informasi. Karakteristik
kemampuan berpikir adalah kemampuan beradaptasi dengan situasi yang
baru dan ambisius serta kemampuan untuk mengabaikan atau menyaring
informasi-informasi yang tidak relevan. Kompetensi sendiri melibatkan
proses berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Hal ini diperkuat oleh Bedard yang menyatakan bahwa kompetensi
(keahlian) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keahlian
prosedural yang luas yang ditunjukan dalam pengalaman audit.

2.2.4. Independensi Akuntan Publik


Dalam standar Profesionalisme Akuntan Publik (1994:220.1-220.2)
disebutkan bahwa sikap indpenden, diartikan sebagai sikap yang tidak
mudah dipengaruhi karena akuntan publik melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum. Akan tetapi independen dalam hal ini tidak berarti
mengharuskan ia bersikap sebagai penuntut, melainkan ia justru harus
bersikap mengadili secara tidak memihak dengan tetap menyadari
kewajibannya untuk selalu bertindak jujur, tidak hanya kepada manajemen
dan pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang berkepentingan
dengan laporan keuangan.

  7
2.2.5. Profesionalisme Akuntan Publik
Profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk profesi akuntan
karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Gambaran terhadap
profesionalisme dalam profesi akuntan publik seperti yang dikemukakan oleh
Hastuti et al. (2003) dicerminkan melalui lima dimensi, yaitu pengabdian
pada profesi, kewajiban social, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan
hubungan dengan rekan seprofesi.

2.2.6. Pengaruh Kompetensi Akuntan Publik terhadap Profesionalisme


Akuntan Publik
Informasi akuntansi dari suatu perusahaan sangat dibutuhkan oleh
pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pihak internal mempunyai
akses langsung dalam memperoleh informasi akuntansi sedangkan bagi
pihak eksternal terutama dalam hal perusahaan publik, informasi akuntansi
agar dapat dipertanggung jawabkan kelayakannya terlebih dahulu harus
melalui audit yang dilaksanakan oleh akuntan publik yang mempunyai
kompetensi dalam bidang akuntansi dan auditing sesuai dengan standar
professional serta telah menjunjung tinggi kode etik profesi akuntansi yang
berlaku.

2.2.6.1. Pengaruh Independensi Akuntan Publik Terhadap Profesionalisme


Akuntan Publik
Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang
akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan
objektivitas. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan
audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika
auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari uraian kerangka pikir diatas dapat dibuat gambar kerangka pikir
seperti dibawah ini.

  8
Gambar 1. Kerangka Pikir

Kompetensi (X1) 
Profesionalisme  Akuntan 
Mempengaruhi
Publik (Y)
Independensi (X2) 

Uji Statistik
Regresi Linear Berganda

2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah
dikemukakan, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban
sementara terhadap permasalahan yang diteliti dan masih harus dibuktikan
secara empiris:
1. Diduga ada pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik
terhadap profesionalisme akuntan publik.

  9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Definisi operasional


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Kompetensi Akuntan Publik
Variabel kompetensi akan diproksikan dengan 2 sub variabel yaitu :
 Pengetahuan :
(a.)Pengetahuan akan prinsip Akuntansi dan standar auditing,
(b.)Pengetahuan akan jenis industri klien,
(c.)Pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien,
(d.)Pendidikan formal yang sudah ditempuh,
(e.)Pelatihan, kursus dan keahlian khusus.
 Pengalaman :
(a) Lama melakukan audit,
(b) Jumlah klien yang sudah diaudit,
(c) Jenis perusahaan yang pernah di audit.
2. Independensi Akuntan Publik
Variabel independensi akan diproksikan menjadi 4 (empat) sub variabel
yakni :
 Lama Hubungan Dengan Klien (Audit Tenure),
 Tekanan Dari Klien,
 Telaah Dari Rekan Auditor (Peer Review),
 Jasa Non Audit.
3. Profesionalisme Akuntan Publik
Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor di Surabaya
digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan oleh Harhinto (2004)
dan Kartika Widhi (2006) yaitu sebagai berikut:
 Melaporkan semua kesalahan klien,
 Pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien,
 Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit,
 Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi dalam
melakukan pekerjaan lapangan,

  10
 Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien,
 Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

3.1.2. Pengukuran Variabel


Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur variabel bebas maupun variabel terikat adalah dengan
menggunakan skala semantic diferential, yang artinya pengskalaan yang
meminta responden untuk memberikan perincian terhadap sejumlah
pertanyaan tentang variabel yang diteliti melalui tujuh skala sikap yang pada
kedua sisinya ditutup dengan kata sifat. Setiap variabel diwakili beberapa
pertanyaan untuk mengetahui keberadaan variabel dalam kuesioner.

3.2. Teknik penentuan Sampel


Populasi merupakan kumpulan dari individu/unit/unsur/ yang dijadikan
obyek atau sasaran penelitian yang memiliki karakteristik yang sama
(Anonim, 2003:IV-11). Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah
para akuntan publik (auditor) yang bekerja pada 43 (empat puluh tiga) Kantor
Akuntan Publik yang ada di Surabaya (sesuai dengan data yang ada di
Ikatan Akuntan Indonesia).
Sampel adalah bagian dari populasi (Anonim, 2003:IV-11). Hanya
sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk
menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Pengambilan
sampel ini menggunakan model sensus yaitu tiap unit populasi dijadikan
sampel, sehingga jumlah sampel yang didapat sama dengan jumlah populasi
yaitu 43 (empat puluh tiga) Kantor Akuntan Publik.
Dalam penelitian ini yang akan digunakan dalam pengolahan data
hanya jawaban kuesioner yang berasal dari responden yang telah diisi
dengan semestinya yaitu yang telah terisi secara lengkap sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti, sedang jawaban kuesioner yang kosong dan tidak
lengkap, tidak ikut diolah. Sehingga total sampel ada 2 x 43 = 86 auditor.

3.3.1. Jenis Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
(Nasir,1999:108), yaitu merupakan data yang diperoleh langsung dari

  11
responden melalui pengisian kuesioner yang diberikan pada responden
berkaitan dengan variabel penelitian yaitu kompetensi akuntan publik,
independensi akuntan publik, profesionalisme akuntan publik.

3.3.2. Sumber Data


Sumber data pada penelitian ini berasal dari jawaban kuesioner yang
telah diisi oleh para auditor pada kantor akuntan publik yang berdomisili di
Surabaya sebagai responden.

3.3.3. Pengumpulan Data


Kuesioner Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
daftar pertanyaan yang sudah disusun rapi dan terstruktur, tertulis kepada
responden untuk diisi menurut pendapat pribadi sehubungan dengan
masalah yang diteliti dan kemudian untuk tiap jawaban diberikan nilai (skor).

3.4.1. Uji Validitas


Menurut Sumarsono (2004: 31) Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang
diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing- masing butir
pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor
pertanyaan. Suatu instrumen dianggap valid bilamana koefisien korelasi
antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator lebih besar
0,3 (r ≥ 0,3).

3.1.2. Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang
diberikan rsponden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas
dapat dilihat dengan error yang dibuat. Makin besar error yang terjadi, makin
kecil reliabilitas pengukuran, begitu juga sebaliknya. Uji reliabilitas
menggunakan Cronbach’s Alpha, dimana instrument dianggap reliable
apabila Cronbach’s Alpha di atas 0,6 (Ghozali,2001:133).

  12
3.2. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
mengikuti sebaran normal, dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov.

3.3. Uji Asumsi Klasik


Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi
diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh model regresi
linier berganda, yaitu :
1. Tidak terdapat multikolinearitas
2. Tidak terdapat heteroskedastisitas
3. Tidak terdapat autokorelasi

3.7.1. Teknik Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan regresi linier berganda untuk melihat besar kecilnya pengaruh
antar variabel bebas dan variabel terikat.

3.7.1. Uji Hipotesis


1. Uji F dengan pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai
Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5%.
2. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel.
Untuk menentukan nilai t tabel ditentukan dengan tingkat signifikasi 5%.

  13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian


Populasi dalam penelitian adalah Kantor Akuntan Publik yang ada di
Surabaya yang berjumlah 43, dan dalam penelitian ini menyebarkan
kuesioner kepada seluruh KAP di Surabaya dengan tiap-tiap KAP diberikan 2
kuesioner. Sehingga total kuesioner yang disebarkan berjumlah 86 buah.

4.1.1. Pengembalian Kuesioner Responden


Namun dari sebanyak 43 KAP yang dibagikan kuesioner, hanya 35
KAP yang bersedia menerima kuesioner dan dijadikan responden,
sedangkan 8 KAP lainnya tidak bersedia untuk menerima kuesioner karena
kebijakan dari KAP itu sendiri, sebab yang lain adalah pada saat penyebaran
kuesioner mereka sangat sibuk sehingga tidak ada waktu untuk mengisi
kuesioner yang telah dibagikan.

4.2. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis


4.2.1. Uji Validitas dan Uji Realibilitas
1. Analisis validitas Profesionalisme (Y), dari enam (6) item pertanyaan
pada korelasi putaran pertama kesemuanya valid (ke enam pertanyaan
tersebut memperoleh nilai signifikan kurang dari 0,05).
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalisme Akuntan
Publik (Y)
Pernyataan Nilai Tingkat Keterangan
korelasi signifikan
Y1 0,296 0,013 VALID
Y2 0,471 0,000 VALID
Y3 0,587 0,000 VALID
Y4 0,507 0,000 VALID
Y5 0,391 0,001 VALID
Y6 0,324 0,006 VALID
2. Analisis Validitas Kompetensi (X1), dari sepuluh (10) item pertanyaan
pada korelasi putaran pertama terdapat satu item pertanyaan yang tidak
valid yaitu item X1_6, karena tingkat signifikan untuk item X1_6 lebih dari
0,05.

  14
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Akuntan Publik (X1)
Pernyataan Nilai Tingkat signifikan Keterangan
korelasi
X1_1 0,358 0,002 VALID
X1_2 0,331 0,005 VALID
X1_3 0,465 0,000 VALID
X1_4 0,289 0,015 VALID
X1_5 0,474 0,000 VALID
X1_6 0,216 0,072 TDK VALID
X1_7 0,240 0,046 VALID
X1_8 0,345 0,003 VALID
X1_9 0,531 0,000 VALID
X1_10 0,282 0,018 VALID
Kemudian dilakukan uji validitas putaran ke 2 tanpa memasukkan item
yang tidak valid tersebut yaitu X1_6. Sehingga didapatkan kesemua item
pada putaran kedua ini valid.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Akuntan Publik (X1)
Putaran 2
Pernyataan Nilai Tingkat signifikan Keterangan
korelasi
X1_1 0,358 0,002 VALID
X1_2 0,331 0,005 VALID
X1_3 0,465 0,000 VALID
X1_4 0,289 0,015 VALID
X1_5 0,474 0,000 VALID
X1_7 0,240 0,046 VALID
X1_8 0,345 0,003 VALID
X1_9 0,531 0,000 VALID
X1_10 0,282 0,018 VALID

3. Analisis Validitas Independensi (X2), dari empat belas (14) item


pertanyaan pada putaran pertama terdapat tiga item pertanyaan yang
tidak valid (3) item pertanyaan yang tidak valid yaitu item X2_1, X2_2 dan
X2_10.
karena tingkat signifikan untuk item X2_1, X2_2 dan X2_10 lebih dari 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Akuntan Publik (X2)
Pernyataan Nilai Tingkat signifikan Keterangan
korelasi
X2_1 0,194 0,107 TDK VALID
X2_2 0,224 0,062 TDK VALID
X2_3 0,253 0,035 VALID
X2_4 0,432 0,000 VALID
X2_5 0,495 0,000 VALID
X2_6 0,341 0,004 VALID
X2_7 0,261 0,029 VALID

  15
X2_8 0,361 0,002 VALID
X2_9 0,296 0,013 VALID
X2_10 0,018 0,885 TDK VALID
X2_11 0,345 0,003 VALID
X2_12 0,500 0,000 VALID
X2_13 0,301 0,011 VALID
X2_14 0,378 0,001 VALID
Kemudian dilakukan uji validitas putaran ke 2 tanpa memasukkan item
yang tidak valid tersebut yaitu X2_1, X2_2 dan X2_10.

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Akuntan Publik


(X2) Putaran 2
Pernyataan Nilai Tiingkat Keterangan
korelasi signifikan
X2_3 0,253 0,035 VALID
X2_4 0,432 0,000 VALID
X2_5 0,495 0,000 VALID
X2_6 0,341 0,004 VALID
X2_7 0,261 0,029 VALID
X2_8 0,361 0,002 VALID
X2_9 0,296 0,013 VALID
X2_11 0,345 0,003 VALID
X2_12 0,500 0,000 VALID
X2_13 0,301 0,011 VALID
X2_14 0,378 0,001 VALID
Hasil pengujian validitas diatas dapat diketahui bahwa semua item
pertanyaan telah valid, yang dapat dilihat dari taraf signifikan dari
hubungan atau korelasi antara jawaban kuesioner dengan total jawaban
kuesioner yang mempunyai tingkat signifikan dibawah 0,05.

4.3.1. Uji Reliabilitas


Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Item pernyataan variabel Cronbach Alpha Keterangan
Kompetensi Akuntan Publik 0,187 TIDAK RELIABEL
(X1)
Independensi Akuntan Publik 0,393 TIDAK RELIABEL
(X2)
Profesionalisme Akuntan 0,097 TIDAK RELIABEL
Publik (Y)

Dari hasil pengujian reliabilitas kuesioenr diatas, dapat diketahui


nilai Cronbach Alpha dari masing-masing variabel diperoleh nilai yang
lebih kecil dari 0,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua item tidak

  16
reliabel. Namun dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan olah koefisien
reliabilitas (rxx') yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai
dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00
berarti semakin tinggi reliabilitas. Karena nilai reliabilitas diatas mendekati
nilai 1,00 maka data tersebut dapat dikatakan reliabel (Saifuddin Azwar,
2000:83).

4.3.2. Uji Normalitas


Tabel 7. Hasil pengujian Normalitas
Kolmogorov- Taraf
Smiirnov Signifikan
Kompetensi Akuntan Publik 1,112 0,169
(X1)
Independensi Akuntan Publik 0,821 0,511
(X2)
Profesionalisme Akuntan 0,945 0,334
Publiki (Y)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai statistik Kolmogorov-
Smirnov yang diperoleh mempunyai taraf signifikan yang lebih besar dari
0,05. Hal ini membuktikan bahwa semua variabel yang diteliti berdistribusi
normal. Sehingga pengujian dengan menggunakan statistik parametik
atau dalam hal ini regresi linier berganda layak untuk dilakukan. Dari hasil
pengujian yang ditelah dilakukan diperoleh bahwa model analisis
berganda tersebut telah bebas dari penyimpangan-penyimpangan asumsi
klasik.

4.3.3. Uji Asumsi Klasik


1. Multikolinieritas
Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier
berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini tidak
menunjukkan adanya gejala multikolinieritas dimana nilai VIF pada
variabel tidak lebih besar dari 10, Dengan nilai VIF untuk Kompetensi (X1)
= 1,001 dan Independensi (X2) = 1,001 (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi
multikolinieritas jika nilai VIF (Variance Inflation Factor)  10. (Cryer,1994
: 681).

  17
Tabel 8. Hasil Uji Multikolinieritas

2. Heteroskedastisitas
Besarnya nilai korelasi rank spearman pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 9. Korelasi Rank Spearman
Variabel Kompetensi Variabel Independensi
Akuntan Publik (X1) Akuntan Publik (X2)
Nilai mutlak dari residual 0,009 -0,016
Koefisien signifikansi 0,472 0,446
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel untuk
Kompetensi (X1) dan Independensi (X2) TIDAK mempunyai korelasi yang
signifikan antara residual dengan variabel bebasnya (nilai signifikansinya
lebih besar dari 0.05), maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua
variabel penelitian Tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh bahwa model
analisis berganda tersebut telah bebas dari penyimpangan-
penyimpangan asumsi klasik, yaitu bebas dari penyimpangan
autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas serta normalitas.

4.3.4. Tekhnik Analisis


Dari hasil pengujian regresi linier berganda maka dapat diperoleh
suatu persamaan sebagai berikut :
Y = 29,500 + 0,124 X1 – 0,119 X2
Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
b0 = Konstanta = 29,500
Menunjukkan besarnya nilai dari variabel profesionalisme akuntan
publik (Y). Apabila variabel kompetensi akuntan publik (X1), dan
independensi akuntan publik (X2) sama dengan nol atau konstan,
maka Y sebesar 29,500.

  18
b1 = Koefisien regresi untuk Kompetensi Akuntan Publik (X1) = 0,124
Berdasarkan koefisien regresi kompetensi akuntan publik (X1)
sebesar 0,124 dan bertanda positif. Hal tersebut menunjukkan
adanya perubahan yang searah dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
b2 = Koefisien regresi untuk Independensi Akuntan Publik (X2)= -0,119
Berdasarkan koefisien regresi independensi akuntan publik (X2)
sebesar 0,119 dan bertanda negatif. Hal tersebut menunjukkan
adanya perubahan yang tidak searah dari variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Berdasarkan pengujian didapatkan koefisien korelasi berganda
(R) sebesar 0,277 dengan koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,077
atau 7,7%. Seperti pada tabel 10 dibawah ini:
Tabel 10. Model Summary Regresi
Model R R Adjusted R Std. Error of the
Square Square Estimated
1 .277a .077 .049 2.031

Pada tabel 10 diatas dapat diketahui pada kolom R terlihat angka


0,277. Angka ini menunjukkan nilai koefisien korelasi yang berarti
hubungan seluruh variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 27,7%.
Sedangkan besarnya nilai koefisien determinasi (R2) sebesar sebesar
0,77, hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel
profesionalisme akuntan publik sebesar 7,7% mampu dipengaruhi oleh
variabel kompetensi dan independensi akuntan publik, sedangkan
sisanya 92,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam
model.
4.4. Uji Hipotesis
4.4.1. Uji F
Tabel 11. ANOVA Regresi
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
1 22.933 2 11.466 2.780 .069a
Regresion 276.339 67 4.124
Residual 299.271 69
Total

  19
Dari tabel diatas terlihat dari angka F regresi sebesar 2,780
dengan signifikansi sebesar 0,069 > ( α = 0,05 ) : Tidak signifikan
positif, berarti perubahan kedua variabel X1 dan X2 tidak mampu
menjelaskan perubahan variabel Y. Dimana [lihat R Square 0,049 atau
4,9 % sedang sisanya 95,1 % [ 100 % - 4,9 % ] dijelaskan oleh variabel
lain selain variabel X1 dan X2. Hasil ini menunjukkan bahwa model
regresi yang digunakan untuk tekhnik analisis ini tidak cocok.

4.4.2. Uji t
Tabel 12. Koefisien regresi secara parsial dan uji signifikansi
Model Unstandardized coefficients Standardize coefficients
B Std. error Beta T Sig.
1 constant) 29.500 5.123 5.759 .000
KOMPETENSI (X1) .124 .085 .170 1.449 .152
INDEPEDENSI(X2) -.119 .065 -.214 -1.822 .073

Berdasarkan dari tabel 12 diatas dapat diinterprestasikan, sebagai


berikut:
1. Pengaruh Kompetensi Akuntan Publik (X1) terhadap
Profesionalisme Akuntan Publik (Y)
Nilai thitung pada variabel X1 sebesar 1,449 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,152. Karena tingkat signifikan yang dihasilkan
lebih besar dari 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya
kompetensi akuntan publik (X1) berpengaruh secara tidak signifikan
terhadap profesionalisme akuntan publik (Y).
2. Pengaruh Independensi Akuntan Publik (X2) Terhadap
Profesionalisme Akuntan Publik (Y)
Nilai thitung pada variabel X2 sebesar -1,822 dengan tingkat
signifikan sebesar 0,073. Karena tingkat signifikan yang dihasilkan
lebih besar dari 5% maka H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya
independensi akuntan publik (X2) berpengaruh secara tidak signifikan
terhadap profesionalisme akuntan publik (Y). Sehingga berdasarkan
uji t ini dapat dikatakan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa diduga
ada pengaruh kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap
profesionalisme akuntan publik tidak dapat teruji kebenarannya.

  20
4.5. Pembahasan
Hasil pengujian dapat diketahui bahwa ada pengaruh secara tidak
signifikan antara kompetensi akuntan publik terhadap profesionalisme
akuntan publik, hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada
kompetensi tidak akan mempengaruhi profesionalisme akuntan publik.
Hal ini bisa disebabkan karena responden yang mengisi kuesioner rata-
rata masih merupakan auditor junior yang jenjang pendidikan nya masih
sampai D3 dan bekerja di KAP tersebut dibawah 5 tahun. Sedangkan
menurut Christiawan (2002 : 85) berdasarkan penelitian yang telah ada
secara umum dapat direfleksikan bahwa pendidikan formal, pelatihan dan
pengalaman yang merupakan komponen dasar kompeteensi akuntan
publik memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit yang
dilakukan oleh akuntan publik.
Hasil pengujian juga dapat diketahui bahwa Independensi
berpengaruh secara tidak signifikan terhadap profesionalisme auditor,
Dari sumber Mr.X yang tidak mau disebutkan nama dan tempat KAP nya
bekerja mengatakan bahwa para responden yang mengisi kueisoner
tersebut memang kurang independen sehingga tidak ada pengaruh yang
nyata antara kompetensi dan independensi terhadap profesionalisme
akuntan publik. Hal ini dalam artian bahwa rata-rata KAP yang saya
sampling cenderung client oriented atau lebih cenderung memihak
kepada klien sehingga dalam pelaksanaannya tidak semua kesalahan
klien dilaporkan karena mendapat peringatan dari klien atau tidak berani
melaporkan kesalahan klien karena klien dapat mengganti posisinya
dengan KAP lain.

4.6. Implikasi Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa
kedua variabel bebas yang diteliti yakni kompetensi akuntan publik dan
independensi akuntan publik kurang mampu berpengaruh secara nyata
terhadap profesionalisme akuntan publik. Hal tersebut berarti di KAP
variabel kompetensi akuntan publik dan independensi akuntan publik
adalah bukan merupakan dua faktor penting yang dapat mempengaruhi
profesionalisme akuntan publik.

  21
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pihak KAP untuk
lebih memperhatikan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh
para auditor untuk meningkatkan profesionalisme para auditor dalam
bekerja. Namun KAP tidak boleh mengabaikan faktor-faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme akuntan publik
dengan lebih memperhatikan sikap mental dari para akuntan publik
tersebut sehingga diharapkan pihak KAP benar-benar mampu
meningkatkan profesionalisme akuntan publik dengan baik dan pada
akhirnya hal tersebut akan memberikan hasil yang positif.

4.7. Keterbatasan Penelitian


Peneliti merasa bahwa penelitian ini sudah dilakukan dengan
cukup optimal, namun peneliti merasa masih banyak kekurangan baik
dalam pelaksanaan penelitian maupun hasil dari penelitian itu sendiri. Hal
tersebut disebabkan adanya berbagai keterbatasan yang ada, yaitu
antara lain mengenai :
1. Berbagai kendala yang dihadapi pada saat penelitian, seperti ketika
pengisian kuesioner oleh para responden, adanya kuesioner yang
tidak jelas bagi responden sehingga peneliti perlu menerangkan
kembali untuk memperoleh jawaban yang tepat.
2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang
dirasakan responden pada saat pengisian kuisioner tersebut akan
dapat mempengaruhi jawaban atas kuesioner, sehingga belum
menunjukkan kondisi di lapangan yang sesungguhnya.

  22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi
dan independensi auditor terhadap kualitas audit pada auditor yang
bekerja pada kantor akuntan publik di Surabaya. Berdasarkan hasil
penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kompetensi dan independensi akuntan publik berpengaruh secara
tidak signifikan terhadap profesionalisme akuntan publik. Hipotesis 1
tidak teruji kebenarannya.
2. Kompetensi akuntan publik bukan faktor dominan yang
mempengaruhi profesionalisme akuntan publik. Hipotesis 2 tidak teruji
kebenarannya.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan
saran, antara lain :
1. Untuk meningkatkan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan
kompetensi para auditor yakni dengan pemberian pelatihan-pelatihan
serta diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti
kursus-kursus atau peningkatan pendidikan profesi.
2. Untuk para auditor diharapkan meningkatkan independensinya,
karena faktor independensi dapat mempengaruhi kualitas audit.
Auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar
independen, tidak mendapat tekanan dari klien, tidak memiliki
perasaan sungkan sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya
benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
3. Responden pada penelitian selanjutnya hendaknya diperluas, tidak
hanya dari lingkup auditor pelaksana tetapi dapat pula dari pimpinan
Kantor Akuntan Publik (KAP).
4. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan
untuk menambah faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit.

  23
DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 1997, Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Edisi Pertama,
Penerbit BPFE, Yogyakarta

Anonim, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Penerbit Balai
Pustaka, Jakarta.

______, 2009, Pedoman Penyususunan Usulan Penelitian dan Skripsi,


Jurusan Akuntansi, FE, UPN “veteran” Jawa Timur.

Arrens, Alvin A, dan Loebbecke, 1996, Auditing Pendekatan Terpadu, Buku


Satu, Edisi Revisi, Amir Abadi Jusuf, Salemba Empat, Jakarta.

Azwar, Saifudin: 2000, Penyusunan Skala Psikologi, Edisi Pertama, Pustaka


Pelajar, Cetakan 2, Yogyakarta.

Dajan, Anto, 1986, Pengantar Metode Statistik, Cetakan Kedua, Jilid I, Penerbit
LP3ES, Jakarta.

Dipohusodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Cetakan


Pertama, Jilid 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,


Badan Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sumarno Zain,


Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gupta, Kamal, 1991, Contemporary Auditing, Fourth Edition, Tata Mc. Graw
Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Halim, Abdul, 1997, Auditing I (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan), Edisi


Pertama, Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 1994, Standar Profesional Akuntan Publik,


Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.

Jusup, Al Haryono, 2001, Auditing (Pengauditan), Buku Satu, Cetakan


Pertama, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.

Kell, Walter G, 1996, Modern Auditing, Sixth Edition, John Wiley and Sons, Inc.

Kirana, Andy, 1996, Etika Bisnis Konstruksi, Cetakan Kelima, Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.

Mayangssari, Sekar, 2003, “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi


Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”, Tesis.

  24
Mulyadi, 1998, Pemeriksaan Akuntan, Edisi Keempat, Penerbit STIE YKPN,
Yogyakarta.

Nazir, Moh., 1999, Metode Penelitian dan Skripsi, Cetakan Keempat, Penerbit
Ghalia, Jakarta.

Regar, 1993, Mengenal Profesi Akuntan dan Memahami Laporannya,


Cetakan Pertama, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Stettler, Howard F, 1997, Auditing Principles, Fourth Edition, Prentice Hall of


India, Private Limited, New Delhi.

Sumarsono, 2002, Metodologi Penelitian Akuntansi, Surabaya.

Supriono, R.A., 1990, Pemeriksaan Akuntan (Auditing), Faktor-faktor


Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik, Edisi,
Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Umar, Husein, 1997, Riset Akuntansi (Dilengkapi Dengan Panduan


Membuat Skripsi dan Empat Bahasan Kasus Bidang Akuntansi), Cetakan
Pertama, Penerbit PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta.

Van Home, J.C dan Jr. Wachowicz, 1997, Prinsip-prinsip Manajemen


Keuangan, Buku I, Edisi 9, Sutojo Heru, Salemba Empat, Jakarta.

Koran

Jawa Pos, Wako Bekasi Disebut Lagi Dalam Dakwaan Kasus


Korupsi, Selasa, 21 September, 2010, Surabaya.

Jurnal

Christiawan, Yulius Jogi, 2002, “Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 4, No. 2, Hal. 79-92, Nopember 2002.

Mayangsari, Sekar, 2003, “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi


Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, Hal. 1-22, Januari 2003.

Murtanto dan Gudono, 1999, “Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian


Audit, Profesi Akuntan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 2, No. 1, Hal 37-52, Januari 1999.

Sulaarso, Sri dan Ainun Na’im, 1999, “Analisis Pengaruh Pengalaman


Akuntan Pada Pengetahuan dan Pengalaman dan Penggunaan
Intuisi Dalam Mendeteksi Kekeliruan”, Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 2, No. 2, Hal. 154-172, Juli 1999.

  25
Widyasari, Suzy, 2003, “Strategi Pengembangan Kompetensi Sumber Daya
Manusia (SDM) Indonesia Dalam Memasuki Era Global”, Fokus
Ekonomi, Vol. 2, No. 2, Hal. 166-175, Agustus 2003.

Skripsi

Yanuar, Aulia H.S., 2002, “Pengaruh Independensi, Pengetahuan dan


Keahlian Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan
Pada Prosedur Penjualan, Piutang, dan Penerimaan Kas (Pada
Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

Bumiarini, Wivia, 2005, “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik di Surabaya”.

Harhinto, Teguh, 2004, Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap


Kualitas Audit Study Empiris Pada KAP di Jawa Timur.

  26

Anda mungkin juga menyukai