Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR


1.1 Tinjauan Pustaka
A. Hasil belajar
Hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai peserta didik
terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan
kegiatan pembelajaran (Ifa, 2013). Hasil belajar merupakan kemampuan
yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat
memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap
dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya
(Sjukur, 2012). Hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Widayanti,
2014)
Hasil pembelajaran dapat dijadikan tolak ukur untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi tujuan pembelajaran (Aziz, 2012). Sebagai salah satu
patokan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran, hasil belajar
merefleksikan hasil dari proses pembelajaran yang menunjukkan sejauh
mana murid, guru, proses pembelajaran, dan lembaga pendidikan telah
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan (Kpolovi, 2014). Hasil
belajar juga merupakan laporan mengenai apa yang telah diperoleh siswa
dalam proses pembelajaran (Popenici, 2015). Dapat disimpulkan hasil
belajar merupakan kompetensi dan keterampilan yang dimiliki siswa yang
diperoleh melalui proses pembelajaran (Molstad, 2016).
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah mengikuti pembelajaran (Nana Sudjana,2013).
UNESCO mengemukakan bahwa hasil belajar yang akan dicapai terdiri atas
empat pilar, diantaranya: (1) learning to know (belajar mengetahui); (2)
learning to do (belajar melakukan sesuatu); (3) learning to be (belajar
menjadi sesuatu); dan (4) learning to live together (belajar hidup bersama).
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan
yang meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Proses perubahan
dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Ranah kognitif Bloom dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi
(evaluaton). Revisi ranah kognitif Bloom bertujuan menyesuaikan
pendidikan terkini, dimana kata benda berubah menjadi kata kerja.
(Huitt, 2011), mengungkapkan “Keempat tingkatan sama seperti Bloom
hirarki aslinya”. Perbaikan ranah kognitif menurut (Anderson,2010)
yaitu: mengingat (remembering), memahami (understanding),
menerapkan (applying), menganalisis (analysing), menilai (evaluating),
dan mencipta (creating). Perubahan tingkat kognitif digambarkan sebagai
berikut.
B. Motivasi belajar
Motivasi berasal dari kata motif yakni kondisi dalam diri individu
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu baik disadari
maupun tidak untuk mencapai tujuan tertentu (Winarni, Anjariah, & Romas,
2016). Motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya pendorong untuk
melakukan aktivitas belajar tertentu yang berasal dari dalam diri dan juga
dari luar individu sehingga menumbuhkan semangat dalam belajar (Monika
& Adman, 2017). Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar
dan memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat
dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk
mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan
belajar (Puspitasari, 2013). Jadi dapat dikatakan motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa sehingga hasil belajar
siswa akan semakin meningkat (Palupi, 2014) Motivasi belajar mempunyai
peranan besar dari keberhasilan seorang siswa. Hasil belajar akan menjadi
optimal kalau ada motivasi belajar. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan semakin baik hasil belajar. Dengan demikian motivasi senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa (Bakar, 2014).
Secara Intrinsik yaitu keinginan seseorang untuk menjadi aktif atau
berfungsinya tidak menunggu adanya rangsangan dari luar diri, karena
dalam diri setiap pelajar tersebut sudah ada kemauan yang kuat untuk
melakukan sesuatu untuk sesuatu itu sendiri. Santrock (2015) menjelaskan
Motivasi Intrinsik muncul saat ada keinginan secara internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Motivasi
belajar secara ekstrinsik merupakan keinginan yang muncul dalam diri
pelajar karena adanya hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa
tersebut, sehingga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Santrock (2015) menjelaskan Motivasi Ekstrinsik muncul saat seorang
pelajar melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk
mencapai tujuan).
Motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang
berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2013). Secara
teoritis motivasi siswa juga merupakan salah satu faktor yang juga
mempengaruhi keberhasilan belajar. Apabila seorang siswa berpedoman
pada dimensi-dimensi motivasi maka akan menimbulkan hasil belajar yang
sangat baik untuk siswa (Zamsir, & Fajrin, 2017). Tanpa motivasi yang
cukup, bahkan orang dewasa dengan keterampilan yang luar biasa tidak
dapat mencapai tujuan jangka panjang, dan tidak ada kurikulum yang cocok
untuk pengajaran yang baik untuk menjamin hasil belajar siswa (Ekiz &
Kulmetov, 2016). Motivasi belajar juga merujuk kepada harapan dan nilai,
dimana harapan menunjukkan bahwa siswa mampu untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan dan nilai menunjukkan keyakinan siswa secara kuat
untuk berhasil dalam belajar (Riconscente, 2014). Dengan demikian
peningkatan motivasi, terbukti secara positif mempengaruhi hasil belajar
siswa (Taurina, 2015).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari
siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini diantaranya adalah: (a) minat
individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar
siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat, (b)
motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita
siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-
unsur dinamis dalam belajar, dan upaya guru membelajarkan siswa. Faktor
dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini di antaranya
adalah lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan lingkungan sosial di sini
yaitu manusia atau sesama manusia, baik manusia itu hadir ataupun tidak
langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering
mengganggu aktivitas belajar. Salah satu dari lingkungan sosial tersebut
yaitu lingkungan siswa di sekolah yang terdiri dari teman sebaya, teman lain
kelas, guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya yang dapat juga
mempengaruhi proses dan hasil belajar individu.
C. Model Pembelajaran Student Centered Learning
Student Centered Learning (SCL) adalah salah satu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendekatan ini cukup efektif
karena memberikan ruang kebebasan dan kesempatan kepada peserta didik
untuk menggali sendiri ilmu pengetahuannya dengan banyak sumber
referensi yang dapat ia akses sehingga nantinya siswa akan mendapat
pengetahuan yang jauh lebih mendalam (deep learning) dan mampu
meningkatkan kualitas siswa. Hal ini di dukung oleh adanya teori
konstruktivisme Vigotsky (dalam Santrock, 2015) yang menjadi dasar
bahwa siswa memperoleh pengetahuan karena keaktifan siswa itu sendiri.
Menurut Harden dan Crosby (2000) yang dikutip dalam (Trinova ,2013),
SCL menekankan pada peserta didik sebagai pembelajar dan apa yang
dilakukan peserta didik untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa
yang dilakukan oleh guru.
Perbedaan mendasar antara Student Centered Learning (SCL) dengan
Teacher Centered Learning (TCL) terlihat jelas pada orientasinya
(Fenty,2011). Orientasi strategi SCL lebih menekankan pada terjadinya
kegiatan belajar oleh siswa, atau berorientasi pada pembelajaran (learning
oriented), sedangkan strategi TCL lebih berorientasi pada konten (content
oriented). Dengan kata lain, pada SCL mengajar tidak lagi dipahami
sebagai proses untuk mentransfer informasi, akan tetapi sebagai wahana
untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran.
Dalam blognya Santoso (2011) menuliskan bahwa pembelajaran
Student Centered Learning (selanjutnya disingkat SCL) menekankan pada
minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar
yang menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka
dan selalu belajar. Model belajar ini sekaligus dapat mengembangkan
kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti
kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan,
kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam
tim, keahlian teknis, serta wawasan globaluntuk dapat selalu beradaptasi
terhadap perubahan dan perkembangan.
Student Centered Learning adalah pengajaran dan pembelajaran yang
menekankan tanggung jawab siswa dan aktivitas belajar tanpa persetujuan
dari guru. Pada dasarnya Student Centered Learning memiliki tanggung
jawab siswa dan kegiatan, berbeda dengan menekankan pada kontrol guru
dan cakupan konten akademik yang ditemukan di banyak konvensional
(Hodge, 2010). Dalam menerapkan konsep SCL, peserta didik diharapkan
sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang
bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya,
menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab
kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya
berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Dalam batas-batas tertentu peserta didik dapat memilih sendiri apa
yang akan dipelajarinya. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran
yang tadinya berpusat pada guru (Teacher Centered) menjadi pembelajaran
yang berpusat pada siswa (Student Centered) diharapkan dapat mendorong
siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan
perilaku. Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan siswa ini berarti
guru tidak mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang
sesungguhnya. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka
siswa memperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk membangun sendiri
pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang
mendalam (deep learning), dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk dapat
mendukung kualitas siswa adalah model pembelajaran Student Centered
Learning (SCL).
Di Indonesia Student Centered Learning (SCL) masih menjadi topik
yang populer pada saat ini terutama dikalangan akademisi dan praktisi
pendidikan yang ditandai dengan muncul dan ramainya permintaan diskusi,
ceramah, dan pelatihan tentang SCL. Pemikir seperti John Dewey, Jean
Piaget, dan Vygostky yang karyanya terfokus pada bagaimana siswa belajar,
bertanggung jawab atas gerak perubahan cara pembelajaran dari yang
terpusat pada guru menjadi terpusat pada siswa, yaitu Student Centered
Learning (SCL). SCL berarti menempatkan siswa sebagai pusat dari
kegiatan belajar. Melaksanakan model SCL berarti guru perlu membantu
siswa untuk menentukan tujuan yang dicapai, mendorong mereka untuk
dapat menilai hasil belajarnya sendiri, membantu mereka untuk bekerja
sama dalam kelompok, dan memastikan agar mereka mengetahui bagaimana
memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia.
Model belajar ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber
daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas,
kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan
dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian
teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan. Pada SCL, siswa secara aktif
mengembangkan ketrampilan dan pengetahuannya artinya siswa secara aktif
menerima pengetahuan tidak lagi pasif.
SCL tidak melupakan peran guru, dalam SCL guru masih memiliki
peran seperti (1) bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses
pembelajaran; (2) mengkaji kompetensi mata pelajaran yang perlu dikuasai
guru di akhir pembelajaran; (3) merancang strategi dan lingkungan
pembelajaran dengan menyediakan berbagai pengalaman belajar yang
diperlukan siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dibebankan pada
mata pelajaran; (4) membantu siswa mengakses informasi, menata dan
memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan
nyata; (5) mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar
siswa yang relevan dengan kompetensinya. Sementara itu, peran yang harus
dilakukan siswa dalam pembelajaran SCL adalah (1) mengkaji kompetensi
mata pelajaran yang dipaparkan guru; (2) belajar secara aktif (dengan cara
mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan
masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir; (3) tingkat
tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu maupun
berkelompok; (4) mengoptimalkan kemampuan dirinya.
Pembelajaran SCL pada saat ini diusulkan menjadi model
pembelajaran yang sebaiknya digunakan karena memiliki beberapa
keunggulan: a) Peserta didik dapat merasakan bahwa pembela-jaran menjadi
miliknya sendiri, karena diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.
b) Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. c) Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran,
sehingga terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di
antara siswa. d) Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru
karena sesuatu yang dialami dan disampaikan belum diketahui sebelumnya
oleh guru.
D. Materi Jamur (Fungi)
Kata jamur berasal dari kata latin yakni fungi. Jamur (fungi) adalah
yang sifatnya eukariotik dan tidak berklorofil. jamur (fungi) ini reproduksi
dengan secara aseksual yang menghasilkan spora, kuncup, dan fragmentasi.
Sedangkan dengan secara seksual dengan zigospora, askospora, dan
basidiospora. Jamur (fungi) ini hidupnya ditempattempat yang berlembap,
air laut, air tawar, ditempat yang asam dan bersimbosis dengan ganggang
yang membentuk lumut (lichenes).
Gambar 1. Jamur

http://mimikologi.blogspot.com/

1. Ciri – ciri Jamur (Fungi)


Fungi (jamur) merupakan organisme eukariot, kebanyakan
multiseluler, beberapa uniseluler, tidak berklorofil, dinding selnya
mengandung kitin dan glukan. Jamur bersifat heterotrof yaitu sebagai
saprofit, parasit, dan hidup bersimbiosis dengan organisme lain. Jamur
banyak terdapat dilingkungan, bentuknya macam- macam, ada yang seperti
bola, gada, payung, dan sebagainya. Jamur berhabitat ditempat lembab,
kurang cahaya, dan mengandung sisa- sisa organik, pada kayu yang lapuk
dan tempat buangan sampah.
2. Struktur Tubuh Jamur
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang
uniseluler, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk
tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur
kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-
jalinan semu menjadi tubuh buah.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma
hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa
dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar
yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel
yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta
atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti
sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi
menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat;
haustoria dapat menembus jaringan substrat. Pada beberapa jamur, dinding
hifa mengandung selulosa, tetapi pada umumnya terutama terdiri atas
nitrogen organic, yaitu kitin.
Macam-macam hifa:
a. Aseptat, yaitu hifa yang tidak mempunyai sekat atau septum dan biasa
disebut senosit.
b. Septat uninukleus, yaitu hifa dengan sel beinti tunggal, sekat
membagi hifa menjadi ruang-ruang dan setiap ruang berisi satu inti.
c. Septat multinukleus, yaitu hifa dengan sel banyak.

Gambar 2. Hifa pada Jamur


http://mimikologi.blogspot.com/
3.Klasifikasi Jamur

Gambar 3. Klasifikasi jamur


http://mimikologi.blogspot.com/

Berdasarkan cara reproduksi seksualnya, Fungi atau jamur dibagi


menjadi empat divisi, yaitu Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina,
dan Deuteromycotina
3.1. Zygomycota
Jamur ini dinamakan sebagai Zygomycota karena membentuk spora
istirahat berdinding tebal yang disebut dengan zigospora. Zygomycota
berhabitat di darat, di tanah, atau pada sisa organisme mati Zygomycota
merupakan kelompok utama yang dapat dikatakan penting karena
membentuk mikorisa (simbiosis jamur dengan akar tanaman). Anggota
Zygomycota yang utama adalah hidup sebagai saprofit.
Ciri – ciri Zygomycota
a. Zygomycota habitat didarat, tanah dan hidup dengan saprofit
b. Merupakan kelompok utama dalam membentuk mikoriza
c. Memiliki miselium yang bercabang banyak dan juga tidak
bersekatsekat
d. Dinding sel terdiri dari kitin dan tidak memiliki zoospora sehingga
spora memiliki sel-sel yang berdinding
e. Bereproduksi secara aseksual dan seksual

Gambar 4. Spora pada Jamur


http://mimikologi.blogspot.com/
3.2. Ascomycota
Ascomycota adalah jamur yang berkembang biak dengan membentuk
spora di dalam selnya yang disebut askus. Askus berbentuk seperti kantung
kecil. Alat reproduksi aseksual berupa hifa. Contoh Ascomycota adalah
Saccharomyces cerevisiae (fermentasi alkohol) dan Aspergillus flavus
(penghasil racun aflatoksin).

Ciri – ciri Ascomycota


a. Dinding selnya tersusun atas zat kitin
b. Unisel dan multiseluler
c. Hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut ascokarp
d. Reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora
e. Reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan
askospora
Gam2: CoGambar 5. Ascomycota (Sumber : Google Image)

Contoh Jamur-jamur yang termasuk anggota Ascomycota adalah


sebagai berikut : Saccharomyces sp., meliputi Saccharomyces cerevisiae,
Saccharomyces sake, dan Saccharomyces tuac, Penicillium sp. meliputi
Penicillium notatum, Penicillium chrysogenum, Penicillium camemberti,
Penicillium roqueforti, dan Penicillium vermiculatum.
3.3. Basidiomycota
Basidiomycota adalah jamur yang berukuran makroskopis,
bereproduksi aseksual dengan membentuk spora di atas sel yang disebut
basidium. Reproduksi seksual dilakukan dengan membentuk spora konidia.
Ciri-ciri Basidiomycota
a.Multiseluler
b. Dinding selnya tersusun atas zat kitin
c. Reproduksi vegetatif dg membentuk konidiaspora memiliki satu inti
haploid
d. Reproduksi generatif dg menghasilkan basidiospora
e. Mengandung inti haploid
f. Badan buah berbentuk seperti payung atau kuping

Beberapa anggota dari genus Amanita mengandung racun yang sangat


mematikan. Beberapa jenis Basidiomycota juga dapat membahayakan
tumbuhan, misalnya menyebabkan kematian pada tanaman ladang.
Contoh: Auricularia polytricha (jamur kuping), Volvariella volvaceae
(jamur merang), Puccinia graminis.

Gambar 6. Jamur Basidiomycota (Sumber : Google Image)


3.4. Deuteromycota
Deuteromycotina beranggotakan jamur-jamur yang belum diketahui
cara reproduksi seksualnya. Oleh sebab itu, Deuteromycotina disebut juga
Fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Jika suatu jamur dalam
penelitian lebih lanjut diketahui cara reproduksi seksualnya, jamur tersebut
akan dimasukkan ke dalam divisi yang sudah ada, yaitu Zygomycotina,
Ascomycotina, atau Basidiomycotina. Jamur Monilia merupakan contoh
jamur yang sebelumnya digolongkan ke dalam Deuteromycotina. Akan
tetapi, setelah diketahui cara reproduksi seksualnya, jamur ini kemudian
dipindahkan ke dalam divisi Ascomycotina. Namanya juga diubah menjadi
Neurospora.
Ciri-ciri lain dari jamur Deuteromycotina adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki hifa bersekat dengan dinding sel dari bahan
kitin
b. Multiseluler dan uniseluler
c. Reproduksi vegetatif dg membentuk konidiaspora
d. Jarang membentuk tubuh buah
e. Hidup sebagai saprofit atau parasit
4. Peranan Jamur dalam kehidupan manusia
Penggunaan manusia jamur untuk persiapan makanan atau pelestarian
dan keperluan lainnya sangat luas dan memiliki sejarah panjang. Jamur
pertanian dan mengumpulkan jamur merupakan industri besar di banyak
negara. Studi tentang dampak menggunakan historis dan sosiologis dari
jamur ini dikenal sebagai ethnomycology.
Karena kapasitas kelompok ini untuk menghasilkan berbagai besar
produk alami dengan antimikroba aktivitas biologis atau lainnya, banyak
spesies telah lama digunakan atau sedang dikembangkan untuk industri
produksi antibiotik , vitamin, 3. dan anti-kanker dan kolesterol-menurunkan
obat.
Baru-baru ini, metode telah dikembangkan untuk rekayasa genetika
jamur, yang memungkinkan rekayasa metabolik spesies jamur. Sebagai
contoh, modifikasi genetik dari spesies ragi yang mudah tumbuh pada
tingkat yang cepat dalam fermentasi besar kapal-telah membuka cara
farmasi produksi yang berpotensi lebih efisien daripada produksi oleh
organisme sumber asli.
Peran jamur bagi kehidupan :
a. Peranan Menguntungkan
 Sebagai pengurai.
 Dapat dikonsumsi.
 Menghasilkan obat-obatan.
 Dapat meningkatkan kesuburan tanaman.
b. Peran Merugikan
 Menyebabkan penyakit pada manusia.
 Menyebabkan kerusakan pada tanaman.

1.2 Kerangka Berpikir


Dalam pembelajaran konvensional yang paling berperan aktif dalam
proses pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa hanya dituntut untuk
mendengar dan mengikuti apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga,
kegiatan belajarnya hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa.
Hal ini juga ditemukan di MAN 1 MAGELANG pada siswa kelas X
MIPA yang dimana pembelajarannya juga masih menggunakan metode
konvensional. Dari pembelajaran konvensional yang terus-menerus ini
dapat mengakibatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar siswa menjadi
terganggu, serta siswa menjadi kurang aktif pada saat di kelas, dan
kemudian malas untuk berfikir. Terutama pada materi Jamur (Fungi) yang
terdapat banyak hafalan berupa jenis dan nama ilmiah dari jamur (Fungi).
Jadi, untuk meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar siswa perlu
adanya perubahan dalam model pembelajaran. Metode Student Center
Learning adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai pusat dari proses belajar.

MAN 1 MAGELANG

Masih menggunakan
Model Student Center
pembelajaran konvensional
Learning
Hasil belajar dan motivasi Hasil Belajar dan Motivasi
siswa rendah Belajar Siswa Meningkat

Materi jamur di Peningkatan Hasil Belajar


MAN 1 Kognitif Dan Motivasi
MAGELANG Siswa Kelas X MAN 1
jarang untuk
MAGELANG Pada Materi
dipahami
Jamur dengan
Menggunakan Metode
Student Center Learning

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

1.3 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dari masalah yang ada dalam
penelitian melalui teknik pengumpulan data, dan analisis data. Berdasarkan
rumusan masalah, tinjauan pustaka serta kerangka berfikir maka hipotesis
yang dapat diperoleh sebagai berikut.
1. H0 : Penerapan Model Student Center Learning tidak dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MAN 1 MAGELANG
H1: Penerapan Model Student Center Learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas X MAN 1 MAGELANG
2. H0 : Penerapan Model Student Center Learning tidak dapat
meningkatkan Motivasi belajar siswa kelas X MAN 1 MAGELANG
H1 : Penerapan Model Student Center Learning dapat meningkatkan
Motivasi belajar siswa kelas X MAN 1 MAGELANG.

Anda mungkin juga menyukai