Psikologi Positif secara resmi didirikan oleh Martin E.P. Seligman pada tahun 1998.
Seligmen yang waktu itu menjabat sebagai Presiden APA (American Psychological
Assosiation) secara otomatis dinobatkan sebagai bapak psikologi positif. Aliran ini lahir dari
ketidakpuasan terhadap kajian utama psikologi yang tenggelam dalam kenegatifan. Aliran ini
memandang bahwa tidak seharusnya konsep dalam psikologi hanya sekadar mengembalikan
berbagai keadaan negatif menjadi normal atau kembali pada titik nol. Namun dalam hidup
manusia juga harus dapat menikmati dan merasakan prestasi, kesuksesan dan kebahagiaan
demi dapat mencapai suatu kondisi yang positif. Sheldon, Frederickson, Rathunde,
Csikszentmihalyi, dan Haidt (2000) memberikan definisi lain: mereka mendefinisikan
psikologi positif sebagai "studi ilmiah tentang fungsi manusia yang optimal. Hal ini bertujuan
untuk menemukan dan mempromosikan faktor yang memungkinkan individu, komunitas, dan
masyarakat untuk tumbuh dan berkembang." (dalam Buku Introduction to Positive
Psychology,William C. Compton)
Terdapat tiga pokok tujuan psikologi, sebelum perang dunia ke-2 menurut
Seligman (2000) yaitu menyembuhkan penyakit mental, mengembangkan potensi
individu, dan membuat kehidupan normal yang bermakna (Compton, 2005). Kemudian
setelah selesainya perang dunia kedua tersebut, terjadi pergeseran prioritas tujuan dimana
psikologi lebih memfokuskan terhadap penyembuhan penyakit mental yang disebut dengan
disease model karena pada perang tersebut banyak sekali korban yang meninggal ataupun
yang mengalami trauma.
Pembahasan ini diklaim sudah ada sejak masa Yunani Kuno. Bahkan Istilah psikologi
positif pertama kali muncul pada buku Maslow yang berjudul Motivation and Personality
(1945). Dia mengatakan bahwa psikologi telah sukses dalam segi negatif daripada segi
positif. Psikologi lebih banyak membahas mengenai penyakit mental, dan juga kelemahan-
kelemahan manusia daripada potensi, kebaikan, dan pencapaian manusia. Selanjutnya
Malsow mengatakan bahwa seolah-olah psikologi telah membatasi dirinya sendiri, menjadi
hanya setengah dari haknya untuk menilai. Atau dalam pendapat William James Ketika
menjabat sebagai presiden APA pada tahun 1906, banyak mempertanyakan mengenai
perbedaan orang dalam menggunakan fungsi optimal mereka. Mengapa ada orang yang
mampu menggunakan potensi yang mereka miliki secara maksimal dan ada yang tidak
Dalam level metadefinitif, yang tertulis dalam jurnal Alex Linley, Tujuan besar dari
psikologi positif adalah untuk mengoptimalisasi fungsi psikologis manusia dalam mencapai
kondisi yang jauh lebih baik, yang Wiliam James menyebutnya health-mindedness,
Abraham Maslow menyebutnya self-actualization, dan fully-functioning person pada konsep
milik Carl Rogers, sebenarnya menyiratkan adanya pengabaian (neglected) pada kondisi
negatif manusia. Seakan- akan, psikologi positif hanya merupakan milik mereka yang
normal, mereka yang tidak mengalami gangguan tertentu. Namun dalam titik ini, penulis
jurnal berpendapat untuk melihat aspek positif pada kondisi psikologis mereka yang sedang
mengalami suatu masalah tertentu. Sehingga dalam level meta-definitif, psikologi positif
adalah kemampuan seseorang untuk dapat memaknai kejadian baik maupun buruk di dalam
hidupnya secara positif sehingga manusia dapat memastikan dirinya terus berkembang
kearah yang konstruktif (bersifat membangun). Namun, juga sungguh jelas dari pemeriksaan
sepintas dari literatur penelitian yang psikologi positif tidak dimulai pada tahun 1997, atau
1998, atau 1999, atau 2000 (McCullough & Snyder, 2000). Psikologi Positif berakar pada
mazhab atau aliran Psikologi Humanistik. Abraham Maslow, Carl Rogers dan Erich Fromm,
adalah para tokoh psikologi humanis yang telah dengan gemilang mengembangkan
penelitian, praktek dan teori tentang kebahagiaan atau kehidupan individu yang positif.