Menurut Irwin, et all (2010), sense of humor adalah sebuah kemampuan seseorang atau
individu untuk melihat suatu sisi yang lebih ringan dan lebih lucu dalam kehidupannya.
Humor adalah “sesuatu yang sangat berkaitan dengan respon tertawa” (Provine, 2000 p.2). Yang
dimaksud disini adalah bahwa humor adalah sesuatu yang merangsang seseorang untuk tertawa
namun bukan berupa rangsangan fisik yang nyata melainkan merangsang perasaan seseorang.
Mindess
(Fitriani & Hidayah, 2012) mengatakan bahwa fungsi humor yang paling penting
adalah kekuatannya untuk membebaskan diri dari banyak rintangan dan pembatasan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sense of humor
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan
masalah, keterampilan untuk menciptakan humor, kemampuan menghargai dan menanggapi
humor, serta menanggapi orang-orang yang humoris (Permana, 2009)
Sense of humor atau yang biasa disebut dengan kepekaan humor, menurut Meredith
merupakan kemampuan untuk menertawakan semua hal termasuk dirinya sendiri dan tetap
mencintai dan menyukainya (Fitriani & Hidayat, 2012).
Pengertian sense of humormenurut Thorson dan Powell (Dowling, dkk, 2003) yaitu
merupakan multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor,
mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme
copingdan untuk mencapai tujuan sosial
Dalam kategori ini, humor diciptakan atau dimunculkan melalui kata-kata, cara berbicara, makna
kata, atau akibat dari kata-kata. Berger membagi kategori ini menjadi 11 teknik, yaitu:
Bombast: Talking in a high-flown, grandiloquent, or rhetorical manner (berbicara dengan cara
muluk, muluk-muluk, atau retoris).
Infantilism: Playing with the sound of words (bermain dengan bunyi kata-kata).
Irony: Saying one thing and meaning something else or exactly the opposite of what you’re
saying (mengatakan sesuatu yang bermakna sesuatu yang lain atau kebalikan dari apa yang
dikatakan).
Dissapointment: A situation that leads to (minor) dissapointment (Situasi yang mengarah kepada
kekecewaan).
Ignorance: Someone acts or behaves in a foolish, naive, gullible, or childish manner (Seseorang
yang bertindak atau berperilaku dengan cara yang bodoh naif, lugu, atau kekanak-kanakan).
Repetition: Repetition or replay of the same situation (Pengulangan dari situasi yang sama).
Ridigity: Someone who thinks along staight lines, who is conservative and inflexible (Seseorang
yang berpikir konservatif dan tidak fleksibel).
Imitation: Mimicking or copying someone’s appereance or movements while keeping one’s own
identity at the same time (Meniru penampilan seseorang atau gerakan sambil tetap menjaga
identitasnya sendiri pada saat yang sama).
Peculiar voice: Funny, unusual voice (Suara yang tidak biasa/lucu), Slapstick: Physical pie-in-
the-face humor often involving degradation of someone’s status (lelucon yang kasar secara fisik.
Speed: Talking or moving in very fast or slow motion (Berbicara atau bergerak dengan sangat
cepat atau sangat lambat).
(Berger, 1998, p. 18-23)
Hasanat dan Subandi (1998) mengatakan humor dinilai dapat menimbulkanemosi positif, sebab
humor menjadikan seseorang dapat tersenyum ataupun tertawadan memunculkan ekspresi wajah
positif.
Secarasederhana humor didefinisikan sebagai sesuatu yang lucu. Sesuatu yang bersifat
humoradalah sesuatu yang dapat membuat tertawa (Eysenck dalam Utomo, 2009).
Marten menjelaskan humor sebagai reaksi emosi ketika sesuatu terjadi tidaksesuai dengan yang
diharapkan dan reaksi emosi itu membawa kesenangan ataukebahagiaan (Jones, 2010)
Menurut Nilsen (dalam Hasanat, 2002) fungsi humor dibagi menjadi empatfungsi, yaitu fungsi
fisiologik, fungsi psikologik, fungsi pendidikan, dan fungsi sosial.Mindess (Hartanti, 2002)
berpendapat bahwa fungsi humor yang paling penting adalahkekuatannya untuk membebaskan
diri dari banyak rintangan dan pembatasan dalamkehidupan sehari-hari. Humor dapat melepas
individu dari berbagai tuntutan yangdialami dan dapat membebaskannya dari perasaan
inferioritas.
Humor tidak hanya mencakup kognitif dan apresiasi terhadap stimulus humor tetapiberkaitan
juga dengan kemampuan dalam memproduksi stimulus humor.
Eysenck (Ruch, 2007) menyatakan istilah kepekaan humor digunakan untuktiga hal berikut
ini :a.The conformist sense, yaitu tingkat kesamaan di antara individu satu denganyang lain dalam
apresiasi terhadap materi-materi humor.b. The quantitative sense, yaitu yang menunjukkan
seberapa sering seseorangtertawa dan tersenyum, serta seberapa mudah seseorang merasa
gembira.c.The productive sense, yaitu menekankan seberapa banyak seseorangmenceritakan
cerita-cerita lucu dan membuat orang lain gembira.
Abel (Hartanti, 2008; Noviati, 2011) menjelaskan bahwa kepekaan humor meliputi lima aspek
yaitu:
a.kemampuan memahami humor.b.kemampuan menikmati dan menghargai humor.c.kemampuan
membuat humord. menyukai humor dan orang-orang humorise.menggunakan humor untuk
meredakan ketegangan dan menggunakan humoruntuk mencapai tujuan sosial.
Utomo(2006) kemudian melakukan analisis faktor eksploratori pada Skala Kepekaan Humorini,
yang kemudian menghasilkan empat faktor yaitu kekerasan, kekesalan, parodi, dan joke. Hasil
analisis faktor eksploratori menunjukkan materi humor yang bersifatkekerasan memiliki bobot
yang paling besar dibandingkan indikator yang lainnya.Pemaparan di atas dapat menjelaskan
bahwa apresiasi terhadap materi humor dapatmenunjukkan kepekaan humor seseorang.
Secara umum Martin (dalam Miller, 2003) mentakrifkan sense of humor sebagai perbedaan
kebiasaan individual dalam segala bentuk perilaku, pengalaman, perasaan, sikap dan kemampuan
yang dihubungkan dengan hiburan, kesenangan, tertawa, candaan dan sejenisnya.
Selanjutnya Thorson & Powell (1993) menyatakan bahwa sense of humor adalah sebuah cara
memandang dunia; sebuah „gaya‟ tertentu, sebagai bentuk perlindungan diri dalam berinteraksi
dengan orang lain.
Kedua pakar ini mendefinisikan sense of humor sebagai konstruk yang multidimensi yakni terdiri
dari: (1) Humor production; (2) Uses of humor for coping; (3) Social uses of humor; (4) Attitudes
toward humor.
Sense of humor adalah konstruk multidimensional yang terdiri dari humor production, uses of humor
for coping, social uses of humor, dan attitudes toward humor. Keempat aspek ini mengacu pada
Thorson & Powell (1993) yang menyim-pulkan bahwa jika ke empat aspek tersebut dimiliki oleh
individu maka individu mem-punyai rasa humor yang baik dan lebih mudah beradaptasi terhadap
situasi sulit di dalam kehidupannya. Sense of humor diukur dengan skala berdasarkan ke empat
aspek tersebut.
Humor menurut Kuiper (2012) adalah stimulus yang dapat memancing tawa pada seseorang,
seperti lelucon, cerita lucu, kartun lucu, situasi memalukan, lelucon praktis, dan sebagiannya.
Humor digambarkan sebagai salah satu stimulus yang dapat membantu seseorang untuk
tertawa dan merasa bahagia (Ripoll, 2010).