Anda di halaman 1dari 6

Hodgkinson (1991) humor dapat menimbulkan refleks tertawa dan tertawa merupakan obat

yang terbaik untuk melawan stres.

Menurut Irwin, et all (2010), sense of humor adalah sebuah kemampuan seseorang atau
individu untuk melihat suatu sisi yang lebih ringan dan lebih lucu dalam kehidupannya.

Humor adalah “sesuatu yang sangat berkaitan dengan respon tertawa” (Provine, 2000 p.2). Yang
dimaksud disini adalah bahwa humor adalah sesuatu yang merangsang seseorang untuk tertawa
namun bukan berupa rangsangan fisik yang nyata melainkan merangsang perasaan seseorang.

Menurut Thorson dan


Powell (1993), sense of humor memiliki empat dimensi yang terkandung di dalamnya.
Berikut ini adalah keempat dimensi tersebut:
1.
Humor Production
Humor production
merupakan suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang lucu
dan/atau membuat sesuatu di sekitarnya menjadi terlihat lucu.
2.
Humor Appreciation
Suatu perasaan yang ada dalam diri seseorang, dimana seseorang tersebut mau menghargai
setiap humor dan/atau kelucuan yang ada di sekitarnya.
3.
Coping Humor
Kemampuan seseorang untuk meredakan ketegangan dan/atau masalah yang terjadi dalam
dirinya dengan menggunakan humor sebagai sarana.
4.
Humor Tolerance
Dimensi ini merupakan suatu sikap seseorang dalam menyikapi humor yang ada di
sekelilingnya.

Sense Of Humor menurut Thorson & Powell (Dowling, Hockenberry,Gregory, 2003)


adalah multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor,
mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme coping
dan untuk mencapai tujuan sosial.

Mindess
(Fitriani & Hidayah, 2012) mengatakan bahwa fungsi humor yang paling penting
adalah kekuatannya untuk membebaskan diri dari banyak rintangan dan pembatasan dalam
kehidupan sehari-hari.

Sense of humor
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan humor sebagai cara menyelesaikan
masalah, keterampilan untuk menciptakan humor, kemampuan menghargai dan menanggapi
humor, serta menanggapi orang-orang yang humoris (Permana, 2009)
Sense of humor atau yang biasa disebut dengan kepekaan humor, menurut Meredith
merupakan kemampuan untuk menertawakan semua hal termasuk dirinya sendiri dan tetap
mencintai dan menyukainya (Fitriani & Hidayat, 2012).

Pengertian sense of humormenurut Thorson dan Powell (Dowling, dkk, 2003) yaitu
merupakan multidimensi dan di dalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor,
mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme
copingdan untuk mencapai tujuan sosial

Teknik-teknik Humor dalam Media Audiovisual menurut Berger


Berikut ini adalah teknik-teknik humor berdasarkan kategori humor menurut Berger. Berger
mengemukakan teknik-teknik humor ini berdasarkan program-program komedi di Amerika dan
dalam konteks budaya Amerika. Ada 4 kategori dasar dimana semua teknik humor yang
ditemukan dapat dikelompokkan:
1. Language. The humor is verbal.

Dalam kategori ini, humor diciptakan atau dimunculkan melalui kata-kata, cara berbicara, makna
kata, atau akibat dari kata-kata. Berger membagi kategori ini menjadi 11 teknik, yaitu:
Bombast: Talking in a high-flown, grandiloquent, or rhetorical manner (berbicara dengan cara
muluk, muluk-muluk, atau retoris).
Infantilism: Playing with the sound of words (bermain dengan bunyi kata-kata).
Irony: Saying one thing and meaning something else or exactly the opposite of what you’re
saying (mengatakan sesuatu yang bermakna sesuatu yang lain atau kebalikan dari apa yang
dikatakan).

Misunderstanding: Misinterpreting situation (salah menafsirkan situasi).


Pun: Playing with the meaning of words (permainan makna kata-kata).
Repartee: Verbal banter, usually in a witty dialogue (mengolok secara verbal, biasanya dalam
dialog cerdas).
Ridicule: Making a fool of someone, verbally or nonverbally (membuat orang lain menjadi
terlihat bodoh secara verbal atau nonverbal).
Sarcasm: Biting remark made with a hostile tone; sarcasm is always a verbal put-down
(komentar menggigit dengan nada yang tajam; sarkasme secara verbal).
Satire: Making a fool of or poking fun at well-known things, situation, or public figures
(mempermalukan suatu hal, situasi, atau tokoh masyarakat/artis).

Sexual allusion: Making a reference or insinuation to sexual or naughty matters (Membuat


referensi atau sindiran yang ditujukan kepada hal-hal seksual atau nakal).
Outwitting: Outsmarting someone or the establishment by retort, response, or comeback
(Mengalah kepintaran seseorang dengan melontarkan pertanyaan atas penyataannya).

2. Logic. The humor is ideational.


Pada kategori ini, humor diciptakan atau dimunculkan melalui hasil pemikiran. Misalnya,
menjadikan seseorang sebagai objek humor dengan cara mengolok-oloknya, atau perubahan
konsep cerita. Berger membagi kategori ini menjadi 9 teknik, yaitu:
Irreverent behavior: Lacking proper respect for authority or the prevailing standards (Tidak
menghormati otoritas atau standar yang berlaku).
Malicious pleasure: Taking pleasure in other people’s misfortune; victim humor (Menertawai
kemalangan orang lain, menjadikan orang lain sebagai korban humor.
Absurdity: Nonsense, a situation that goes against all logical rules (Omong kosong, situasi yang
bertentangan dengan semua aturan logika).
Coincidence: A coincidental and unexpected occurence (Kejadian yang kebetulan dan tak
terduga).
Conceptual surprise: Misleading the audience by means of a sudden unexpected change of
concept (Mengelabui penonton dengan suatu perubahan konsep yang tak terduga atau tiba-tiba).

Dissapointment: A situation that leads to (minor) dissapointment (Situasi yang mengarah kepada
kekecewaan).
Ignorance: Someone acts or behaves in a foolish, naive, gullible, or childish manner (Seseorang
yang bertindak atau berperilaku dengan cara yang bodoh naif, lugu, atau kekanak-kanakan).
Repetition: Repetition or replay of the same situation (Pengulangan dari situasi yang sama).
Ridigity: Someone who thinks along staight lines, who is conservative and inflexible (Seseorang
yang berpikir konservatif dan tidak fleksibel).

3. Identity. The humor is existensial.


Pada kategori ini, humor diciptakan atau dimunculkan melalui identitas diri pemain. Misalnya
karakter yang diperankan atau penampilan yang digunakan. Berger membagi kategori ini menjadi
11 teknik, yaitu:
Anthropomorphism: Objects or animals with human features (Benda atau binatang dengan ciri-
ciri manusia).
Eccentricity: Someone who deviates from the norms, an odd character (Seseorang yang
menyimpang dari norma, sebuah karakter aneh).
Embarrassment: An awkward situation in which someone gets a sense of discomfort, uneasiness,
or shame (Situasi yang canggung di mana seseorang merasa tidak nyaman, gelisah, atau malu).
Grotesque appereance: Someone who has bizzare or monstrous appereance with striking
features (Seseorang yang memiliki penampakkan aneh, mengerikan, atau mencolok).

Imitation: Mimicking or copying someone’s appereance or movements while keeping one’s own
identity at the same time (Meniru penampilan seseorang atau gerakan sambil tetap menjaga
identitasnya sendiri pada saat yang sama).

Impersonation: Taking on the identity of another person, intentionally or unintentionally


(Mengambil identitas orang lain, sengaja atau tidak sengaja).
Parody: Imitating a style or a genre of literature or other media (Meniru gaya atau genre sastra
atau media lainnya).
Scale: Very large or small sizes of objects that surpass people’s logical expectations (Objek yang
berukuran sangat besar atau kecil, diluar logika manusia).
Stereotype: Stereotyped or generalized way of depicting members of a certain nation, gender, or
other group (Stereotip atau generalisasi). Transformation: Someone or something takes on
another form or undergoes a metamorphosis; before/after (Seseorang atau sesuatu yang
mengambil bentuk lain atau mengalami metamorfosis).
Visual surprise: A sudden unexpected visual/phisycal change (Perubahan visual atau fisik yang
tidak terduga).

4. Action. The humor is physical or nonverbal


Pada kategori ini, humor dimunculkan atau ditimbulkan melalui tindakan fisik/komunikasi
nonverbal seperti gerakan tangan atau kaki, aksi, atau ekspresi. Berger membagi kategori ini
menjadi 10 teknik, yaitu:
Clownish behaviour: Making vigorous arm and leg movements or demonstrating exaggerated
irregular physical behaviour (Membuat gerakan yang kuat menggunakan lengan /kaki atau
menunjukkan perilaku fisik berlebihan dan tidak teratur).
Clumsiness: Lacking dexterity or grace (Sikap canggung/kikuk/kaku).
Chase: A pursuit or chase of someone or something (Mengejar seseorang atau sesuatu).
Exaggeration: Making an exaggeration or overstatement; reacting in an exaggerated way;
exaggerating the qualities of a person or product (Bereaksi dengan cara yang berlebihan;
melebih-lebihkan).
Peculiar face: Making a funny face, grimace (Membuat ekspresi wajah yang lucu, meringis).
Peculiar music: Funny, unusual music (Musik yang tidak biasa/lucu). Peculiar sound: Funny
sound, unexpected sound, as in cartoons (Bunyi yang tidak biasa, seperti di kartun).

Peculiar voice: Funny, unusual voice (Suara yang tidak biasa/lucu), Slapstick: Physical pie-in-
the-face humor often involving degradation of someone’s status (lelucon yang kasar secara fisik.
Speed: Talking or moving in very fast or slow motion (Berbicara atau bergerak dengan sangat
cepat atau sangat lambat).
(Berger, 1998, p. 18-23)

Hasanat dan Subandi (1998) mengatakan humor dinilai dapat menimbulkanemosi positif, sebab
humor menjadikan seseorang dapat tersenyum ataupun tertawadan memunculkan ekspresi wajah
positif.

Secarasederhana humor didefinisikan sebagai sesuatu yang lucu. Sesuatu yang bersifat
humoradalah sesuatu yang dapat membuat tertawa (Eysenck dalam Utomo, 2009).

Marten menjelaskan humor sebagai reaksi emosi ketika sesuatu terjadi tidaksesuai dengan yang
diharapkan dan reaksi emosi itu membawa kesenangan ataukebahagiaan (Jones, 2010)

Menurut Nilsen (dalam Hasanat, 2002) fungsi humor dibagi menjadi empatfungsi, yaitu fungsi
fisiologik, fungsi psikologik, fungsi pendidikan, dan fungsi sosial.Mindess (Hartanti, 2002)
berpendapat bahwa fungsi humor yang paling penting adalahkekuatannya untuk membebaskan
diri dari banyak rintangan dan pembatasan dalamkehidupan sehari-hari. Humor dapat melepas
individu dari berbagai tuntutan yangdialami dan dapat membebaskannya dari perasaan
inferioritas.

Menurut Meredith (Hartanti, 2008) kepekaan humor merupakan kemampuanuntuk menertawakan


semua hal termasuk dirinya sendiri dan tetap mencintai danmenyukainya

Hughes (2008) menjelaskan kepekaan humor merupakan kemampuansetiap orang dalam


mempersepsikan, mengekspresikan dan menikmati humor.
Menurut Martin dan Lefcourt(Jones, 2010) kepekaan humor menunjukkan frekuensi seseorang
ketika tersenyum,tertawa, dan merespon hal-hal yang berkaitan dengan hiburan dalam berbagai
situasi

Humor tidak hanya mencakup kognitif dan apresiasi terhadap stimulus humor tetapiberkaitan
juga dengan kemampuan dalam memproduksi stimulus humor.

Eysenck (Ruch, 2007) menyatakan istilah kepekaan humor digunakan untuktiga hal berikut
ini :a.The conformist sense, yaitu tingkat kesamaan di antara individu satu denganyang lain dalam
apresiasi terhadap materi-materi humor.b. The quantitative sense, yaitu yang menunjukkan
seberapa sering seseorangtertawa dan tersenyum, serta seberapa mudah seseorang merasa
gembira.c.The productive sense, yaitu menekankan seberapa banyak seseorangmenceritakan
cerita-cerita lucu dan membuat orang lain gembira.

Abel (Hartanti, 2008; Noviati, 2011) menjelaskan bahwa kepekaan humor meliputi lima aspek
yaitu:
a.kemampuan memahami humor.b.kemampuan menikmati dan menghargai humor.c.kemampuan
membuat humord. menyukai humor dan orang-orang humorise.menggunakan humor untuk
meredakan ketegangan dan menggunakan humoruntuk mencapai tujuan sosial.

Utomo(2006) kemudian melakukan analisis faktor eksploratori pada Skala Kepekaan Humorini,
yang kemudian menghasilkan empat faktor yaitu kekerasan, kekesalan, parodi, dan joke. Hasil
analisis faktor eksploratori menunjukkan materi humor yang bersifatkekerasan memiliki bobot
yang paling besar dibandingkan indikator yang lainnya.Pemaparan di atas dapat menjelaskan
bahwa apresiasi terhadap materi humor dapatmenunjukkan kepekaan humor seseorang.

Secara umum Martin (dalam Miller, 2003) mentakrifkan sense of humor sebagai perbedaan
kebiasaan individual dalam segala bentuk perilaku, pengalaman, perasaan, sikap dan kemampuan
yang dihubungkan dengan hiburan, kesenangan, tertawa, candaan dan sejenisnya.

Selanjutnya Thorson & Powell (1993) menyatakan bahwa sense of humor adalah sebuah cara
memandang dunia; sebuah „gaya‟ tertentu, sebagai bentuk perlindungan diri dalam berinteraksi
dengan orang lain.

Kedua pakar ini mendefinisikan sense of humor sebagai konstruk yang multidimensi yakni terdiri
dari: (1) Humor production; (2) Uses of humor for coping; (3) Social uses of humor; (4) Attitudes
toward humor.

Sense of humor adalah konstruk multidimensional yang terdiri dari humor production, uses of humor
for coping, social uses of humor, dan attitudes toward humor. Keempat aspek ini mengacu pada
Thorson & Powell (1993) yang menyim-pulkan bahwa jika ke empat aspek tersebut dimiliki oleh
individu maka individu mem-punyai rasa humor yang baik dan lebih mudah beradaptasi terhadap
situasi sulit di dalam kehidupannya. Sense of humor diukur dengan skala berdasarkan ke empat
aspek tersebut.

Humor menurut Kuiper (2012) adalah stimulus yang dapat memancing tawa pada seseorang,
seperti lelucon, cerita lucu, kartun lucu, situasi memalukan, lelucon praktis, dan sebagiannya.
Humor digambarkan sebagai salah satu stimulus yang dapat membantu seseorang untuk
tertawa dan merasa bahagia (Ripoll, 2010).

Anda mungkin juga menyukai