Anda di halaman 1dari 166

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.B KHUSUSNYA AN.

S
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN “REMAJA PEROKOK” DI
WILAYAH RT 001 RW 002 KELURAHAN UTAN PANJANG KECAMATAN
KEMAYORAN JAKARTA PUSAT

TANGGAL 21 April 2018 - 28 April 2018

Disusun Oleh :
AI SITI ROHMAH
2015750001

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN 2018
2
3
4

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.B khususnya An.S Dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Gangguan Sistem Pernapasan “Remaja Perokok”
di wilayah Rt 001 Rw 002 Kelurahan Utan Panjang kecamatan Kemayoran Jakarta
Pusat Tanggal 21 april 2018 - 28 april 2018
Tujuan penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah untuk melengkapi salah satu
persyaratan dalam menempuh tugas akhir pada program D-III Keperawatan FIK
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Walaupun karya tulis ilmiah ini telah penulis
selesaikan dengan tepat waktunya, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu


Keperawatan UMJ
2. Ibu Ns. Titin Sutini M. Kep., Sp.An selaku Ka Prodi D-III Keperawatan FIK
UMJ
3. Ibu Ns. Nuraenah M. Kep selaku wali kelas angkatan 33
4. Ibu Ns. Nurhayati, M. Kep., Sp.Kom selaku dosen pembimbing Karya Tulis
Ilmiah
5. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku Dosen penguji Karya Tulis Ilmiah
6. Seluruh staf pengajar Program D-III Keperawatan FIK UMJ
7. Bapak/Ibu kepala Puskesmas serta Kakak-kakak Kelurahan Sumur Batu dan
staf-staf yang telah memberikan doa-doa untuk menunjang karya tulis ilmiah
ini.
8. Keluarga Tn.B yang banyak membatu untuk terwujudnya karya tulis ilmiah
ini.
9. Kedua orang tua saya Jojo Nasja dan Rohyati yang sangat saya cintai, kasihi,
dan sayangi yang telah memberikan banyak semangat, dukungan moril dan
materil dan doa-doa yang tak pernah putus untuk kemudahan, kelancaran serta
5

kesuksesan saya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan beserta kasih


sayangnya.
10. Seluruh keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya sehingga saya dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan lancar dan baik.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 33 yang segala sumber dari sumber
apapun. Kebahagian, kebetean, kekesalan, pertengkaran apapun selalu sama
kalian. Walau seperti itu tetep salut dengan energi positif dan semangat yang
luar biasa untuk kita semua
12. Dan teman-teman saya yang jauh disana yang tak pernah bosan
menyemangati dan menghibur saya yang tidak dapat disebutkan satu per satu
13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga bantuan dan
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari
ALLAH SWT.
Akhir kata penulis menyadari karya tulis ilmiah ini banyak kekurangannya,
oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran
maupun kritik yang membangun dari semua pihak dan semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama kesehatan

Jakarta, 19 Mei 2018

Ai Siti Rohmah

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... i


6

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 5
1. Tujuan Umum .......................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ......................................................................... 5
C. Metode Penulisan ........................................................................... 6
D. Ruang Lingkup ............................................................................... 6
E. Sistematis Penulisan ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR REMAJA.......................................................... 8


1. Pengertian ............................................................................ 8
2. Tahapan Remaja ................................................................. 8
3. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja .......................... 9
4. Perkembangan Remaja ....................................................... 11
5. Resiko Kesehatan ............................................................... 12
B. KONSEP DASAR ROKOK ......................................................... 14
1. Pengertian ........................................................................... 14
2. Komponen ......................................................................... 16
3. Klasifikasi ........................................................................... 18
4. Faktor yang mempengaruhi seseorang merokok ................. 20
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada sisyem
Oksigenasi ........................................................................... 20
6. Dampak negative ................................................................ 21
7. Penatalaksanaan .................................................................. 23
7

C. KONSEP DASAR OKSIGENASI.................................................. 25


1. Pengertian ........................................................................... 25
2. Fisiologi ............................................................................. 26
3. Factor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen .................. 27
4. Gangguan oksigenasi ......................................................... 28
D. KONSEP DASAR KELUARGA ................................................... 32
1. Pengertian ........................................................................... 32
2. Jenis / tipe keluarga ............................................................ 32
3. Tahapan perkembangan dan tugas perkembangan
keluarga ............................................................................... 36
4. Struktur keluarga ................................................................ 41
5. Fungsi keluarga .................................................................. 42
6. Stressor dan koping ............................................................ 43
7. Pemeriksaan kesehatan ....................................................... 45
8. Harapan keluarga ............................................................... 45

E. KONSEP DASAR KEPERAWATAN .......................................... 45


1. Pengkajian Keperawatan .................................................... 45
2. Diagnose keperawatan ........................................................ 49
3. Perencanaan keperawatan ................................................... 54
4. Pelaksanaan keperawatan ................................................... 63
5. Evaluasi keperawatan ......................................................... 64

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian keperawatan ................................................................. 65


B. Diagnose keperawatan ................................................................... 87
C. Perencanaan keperawatan .............................................................. 88
D. Pelaksanaan keperawatan ............................................................... 104
E. Evaluasi keperawatan ..................................................................... 112
8

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian keperawatan ................................................................. 116


B. Diagnose keperawatan ................................................................... 120
C. Perencanaan keperawatan .............................................................. 121
D. Pelaksanaan keperawatan ............................................................... 122
E. Evaluasi keperawatan ..................................................................... 122

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN .............................................................................. 124


B. SARAN .......................................................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 127

LAMPIRAN ............................................................................................... 128

BAB I
9

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan periode ketika individu menjadi matur secara fisik
maupun psikologis dan memperoleh identitas personal. Di akhir periode kritis
perkembangan ini, individu harus siap memasuki dunia dewasa dan
mengemban berbagai tanggung jawab. Periode remaja sering kali dibagi
kedalam tiga tahap ; remaja awal, berlangsung dari usa 12 hingga 13; remaja
menengah, dari usia 14 hingga 16 tahun; remaja akhir, dari usia 17 hingga 18
atau 20 tahun. (Dona wong.dkk, 2008)

Pada masa remaja terjadi beberapa perkembangan diantaranya perkembangan


fisik ditandai dengan peningkatan tinggi badan, pembesaran payudara,
menstruasi, bertumbuhnya jakun, suara mulai membesar dan mimpi basah.
Perkembangan kognitif ditandai dengan individu dapat berfikir di luar konteks
yang terjadi saat ini dan di luar dunia nyata. Perkembangan moral pada masa
remaja yaitu pada tingkat konvensional perkembangan moral yang biasanya
remaja menguji nilai-nilai, standar, serta moral yang mereka miliki.
Perkembangan spiritual, pada perkembangan ini remaja bisa memutuskan
bahwa perbedaan salah, megelompokan perbedaan, meminta saran dari
individu yang penting. Pada masa perkembangan psikososial yaitu
pembentukan identitas diri ini, sangat banyak perilaku-perilaku yang negative
diantaranya pergaulan homoseksual, seks bebas, merokok, tawuran, alcohol.
(Kozier, 2010)

Penyebab remaja merokok sebenarnya karena ingin mencoba bagaimana


rasanya rokok, akan tetapi di dalam rokok terdapat 4000 jenis senyawa kimia
beracun yang berbahaya untuk tubuh, 43 diantaranya bersifat karsinogenik.
Adapun komponen utama rokok yaitu nikotin suatu zat yang berbahaya
penyebab kecanduan, tar yang bersifat karsinogenik, dan CO yang dapat

9
10

menurunkan kandungan oksigen dalam darah. Sangat jelas kenapa orang yang
sudah memulai merokok selalu ingin merokok kembali, itu karena rokok
membuat seseorang jadi ketergantungan(dependensi) dan ketagihan(adiksi).
Mengkonsumsi rokok juga merupakan salah satu factor resiko utama
terjadinya gangguan system pernafasan diantaranya penyakit paru kronik,
bronchitis kronis, TBC, kanker paru, emfisema dll, adapun gangguan system
lain yaitu system kardiovaskuler : jantung coroner, stroke dll. (Kemenkes RI,
2013)

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2
yang berlebihan batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Pada gaya hidup seorang perokok akan mempengaruhi status oksigenasi sebab
semakin sering merokok menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan
pada paru-paru yang lama kelamaan akan membuat paru-paru luka tersebut
terluka, dan juga dapat memperburuk penyakit arteri coroner dan pembuluh
darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
vasokontraksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah coroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun. (Asmadi, 2008)

Menurut data WHO tahun 2010, Indonesia merupakan Negara ketiga dengan
jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan
konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat
rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Tahun 2030
diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa
dan 70% di antaranya berasal dari Negara berkembang.(Kemenkes RI, 2017)
11

Prevalensi perokok di Indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan masyarakat,


terutama pada remaja. Hal ini diperkuat oleh data Riskesdas tahun 2007
jumlah perokok remaja awal usia 10-14 tahun sebanyak 9,6% , dan jumlah
perokok remaja akhir usia 15-19 tahun sebanyak 36,3%, sedangkan pada
tahun 2010 jumlah perokok remaja awal usia 10-14 tahun sebanyak 17,5%,
dan jumlah perokok remaja akhir usia 15-19 tahun sebanyak 43,3%, dan pada
tahun 2013 jumlah perokok remaja awal usia 10-14 tahun sebanyak 18%, dan
jumlah perokok remaja usia akhir 15-19 tahun sebanyak 55,4%. Dari data
yang didapatkan bisa disimpulkan bahwa perokok pada usia remaja awal
maupun remaja akhir terus mengalami peningkatan apalagi pada remaja akhir
adalah usia merokok paling tinggi. (Riskesdas,2013)

Adapun prevalensi perokok remaja usia 15-19 tahun di DKI Jakarta pada
tahun 2007 adalah sebanyak 39,9% dan pada tahun 2010 sebanyak 46,7%
sedangkan pada tahun 2013 adalah sebanyak 50% dari hasil prevalensi tiap
tahun bisa disimpulkan bahwa setiap tahunnya perokok pada usia remaja terus
mengalami peningkatan. (Riskesdas, 2013)

Upaya pemerintah dalam menyikapi pencegahan dan pengawasan peredaran


rokok diantaranya melakukan upaya advokasi, promotif dan preventif.
Adapun upaya advokasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan.
penyebarluasan strategi perluasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
88/Menkes/PB/I/2011, nomor 7 tahun 2011 disepakati bahwa salah satu
tatanan kawasan tanpa rokok adalah tempat proses belajar mengajar, tempat
anak bermain, dan tempat-tempat umum yang dapat diakses oleh masyarakat
umum, termasuk anak-anak. Dalam upaya promotif Kemenkes juga
menyelenggarakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) setiap
tahun dengan berbagai variasi acara/event anti merokok yang diminati oleh
12

generasi muda. Selain itu, tengah dikembangkan dan dikumandangkan


Gerakan Sekolah Sehat Tanpa Asap Rokok bersama Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS). Dalam upaya preventif diadakan pelembagaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Pembangunan Kesehatan. Indikator
keberhasilan PHBS mencakup tidak merokok di dalam rumah tangga, tempat
kerja, dan di tempat-tempat umum. (Kemenkes RI, 2012)

Penanganan pada masalah remaja perokok tidak lepas dari peran perawat
keluarga. Beberapa peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan
keluarga yang merokok adalah perawat sebagai pendidik (promotif) dengan
memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab,
dampak dan cara merawat remaja perokok. Perawat sebagai pelaksana
(kuratif) memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada keluarga
yang merokok. Perawat sebagai konsultan (preventif) dapat menjadi tempat
konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan kepada seorang perokok. Kemudian perawat sebagai advokat
(rehabilitatif) dapat membantu keluarga mengambil keputusan dalam
menangani masalah remaja perokok. (Asmadi, 2008)

Mengingat peningkatan jumlah dan dampak remaja perokok tentunya bukan


hanya peran pemerintah tetapi juga peran perawat dan keluarga.Menurut
Friedmen keluarga berperan dalam memelihara kesehatan keluarga. Tugas
keluarga dalam kesehatan yaitu mengenal masalah rokok, keluarga mampu
mengambil keputusan bagian anggota keluarga yang merokok, keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang merokok, keluarga mampu
memodifikasi lingkungan keluarga yang merokok dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan bagi perokok (Zaidin Ali, 2010)
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang
asuhan keperawatan pada Tn.B khususnya An.S dengan masalah perokok
13

pada remaja. di wilayah Rt 001 Rw 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan


Kemayoran Jakarta Pusat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 7x24 jam
diharapkan penulis dapat memberikan gambaran dan pengalaman yang
nyata dalam pemenuhan kebutuhan dasar kepada keluarga Tn.B khusunya
An.S dengan masalah remaja perokok melalui pendekatan proses
keperawatan.

2. Tujuan Khusus
A. Mampu menguraikan/ mendeskripsikan hasil pengkajian
kebutuhan dasar klien dengan remaja merokok
B. Mampu menguraikan / mendeskripsikan masalah keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan remaja merokok
C. Mampu menguraikan / mendeskrpsikan rencana tindakan
keperawatan
D. Mampu menguraikan / mendeskripsikan tindakan keperawatan
kebutuhan dasar klien dengan remaja merokok
E. Mampu menguraikan / mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan
dasar klien dengan remaja merokok
F. Mampu menidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus
G. Mampu menidentifikasi factor- factor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi

C. Ruang Lingkup
14

Dalam penyusunan makalah ini, penulis membatasi hanya pada pembahasan


tentang pemberian asuhan keperawatan pada remaja merokok

D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun karya ilmiah adalah
melakukan pengalaman study kepustakaan dan deskripsi. Dalam metode
deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana penulis
mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan
keperawatan di deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulis yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut :

BAB I: Pendahuluan

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah,tujuan penulisan, Metode
penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan teoritis


terdiri dari konsep medis yang berhubungan dengan masalah remaja merokok,
konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dengan masalah remaja merokok,
kebutuhan dasar dengan masalah remaja merokok

BAB III: Tinjauan kasus


merupakan hasil dari observasi secara langsung tentang asuhan. Pemenuhan
kebutuhan dasar yang telah diberikan melalui pendekatan proses keperawatan.

BAB IV: Pembahasan


15

Dalam bab ini penulis membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara
landasan teoritis dengan hasil observasi pada penerapan asuhan pemenuhan
kebutuhan dasar yang dilakukan.

BAB V : Dalam bab ini dari kesimpulan dan saran.


16

BAB II

TUJUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR REMAJA


1. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama
kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut
juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan
perubahan fisik (Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola
perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja
(Hurlock, 2011).

Batasan usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah
(Sarwono, 2011). Menur====ut Hurlock (2011), masa remaja dimulai
dengan masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan
masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

2. Tahapan Remaja
Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu :
a. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk
mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas dan
mulai berfikir abstrak.
17

b. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun


Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja
merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada
kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada
dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena
ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini
mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan
berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba
aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.

c. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun


Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan publik.

3. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja


Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:

1) Kegelisahan.
Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai banyak
angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan.
18

Hal ini menyebabkan remaja mempunyai anganangan yang sangat


tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja belum memadai
sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah.

2) Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena
sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.
Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan
kebingungan dalam diri remaja tersebut.

3) Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan
khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan
remaja bersifat negatif. Bersifat positif, misalnya menimbulkan
ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.

4) Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan
semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar
dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman
sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara
berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi
bersama.

5) Keinginan mencoba segala sesuatu


Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remaja
19

cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan


ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami sebelumnya.

4. Perkembangan remaja
a) Perkembangan fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan
seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara
primer dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan
fisik dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder
antara lakilaki dan perempuan berbeda (Potter & Perry, 2009).

Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara
membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah dalam
kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat
menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur
dan diawali dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).

Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh seperti


tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak
kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan
menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan
bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak
dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui
vagina atau alat kelamin wanita (Sarwono, 2011).

b) Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan
hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja
20

belum bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan


sepenuhnya (Sarwono, 2011).

c) Perkembangan kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak
dan menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat
dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam
penyebab dan solusi yang sangat banyak (Potter & Perry, 2009).

d) Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada
kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan
lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya
menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik
yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu dan
tidak percaya diri (Potter& Perry, 2009).

5. Resiko kesehatan
Resiko kesehatan yang dialami oleh remaja :
a. Kecelakaan
Kecelakaan menjadi penyebab utama kematian pada remaja.
Kecelakaan kendaraan bermotor mengakibatkan 74% kematian yang
tidak disengaja pada anak usia 10-19 tahun. (Hockenberry dan
Wilson,2007)

b. Pembunuhan
Pembunuhan merupakan penyebab kematian kedua pada kelompok
usia 15-24 tahun. Kepemilikan senjata akan meningkatkan resiko
21

pembunuhan dan bunuh diri bagi remaja, oleh karena itu tanyakan
mengenai keberadaan senjata api di rumah saat melakukan konseling
keluarga (Hockenberry dan Wilson,2007)
c. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab kematian ketiga pada remaja berusia
13-19 tahun. Pada penelitian terbaru national center for health
statistics, sekitar seperlima siswa sekolah menengah atas pernah
mempertimbangkan untuk bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.
(santrock,2007)

d. Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat-obattan merupakan masalah bagi semua pihak
yang berhubungan dengan remaja. Remaja percaya bahwa subtansi
tersebut dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan performa
dirinya. Statiska terkini memperlihatkan bahwa pada akhir sekolah
SMA, 85% remaja telah mengonsumsi alcohol, 65% telah mencoba
merokok, dan 49% telah pernah mencoba marijuana. (Hockenberry
dan Wilson,2007)

B. KONSEP DASAR ROKOK


1. Pengertian
22

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negera) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah
satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya. (Aula, 2010).

Rokok merupakan zat adiktif yang berdampak negative bagi kesehatan


anak. Karena, rokok dapat menyebabkan adikasi (ketagihan )dan
depensiasi (ketergantungan) bagi penghisap dan orang sekitar dari paparan
asap rokok. Konsekuensinya, menjauhkan anak dari paparan rokok bukan
hanya menjadi kebutuhan tetapi kewajiban bagi semua pihak agar jaminan
hak tumbuh kembang anak terfasilitasi dengan baik.
(Dr.Susanto, M.A , 2017)

Rokok adalah pintu gerbang bagi narkoba. Bahkan rokok itu sendiri
sebenarnya termasuk ke dalam definisi narkoba. Di dalam pengertian
narkoba termuat 3 kelompok zat adiktif yaitu narkotika, psikotropika dan
bahan adiktif lainnya. Rokok bersama dengan alcohol termasuk ke dalam
kelompok yang terakhir. Nikotin yang merupakan salah satu komponen
dari rokok merupakan zat psikotropika stimulant. Jadi sesungguhnya
rokok itu adalah narkoba yang harus dijauhkan untuk melindungi
generasi.(Irjen Polisi Ali Djohardi Wirogioto, 2017

2. Komponen rokok
Sudiono (2007) menyebutkan kandungan didalam rokok tidak hanya
tembakau, tetapi terdapat bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Kandungan utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida.
Nikotin merupakan bahan yang dapat menyebabkan adiksi atau
ketergantungan. Nikotin merupakan racun dan bila digunakan dalam dosis
besar dapat mematikan arena efek paralisis yang ditimbulkannya pada
23

otot pernafasan. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan


vasokontraksi pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah.
Denyut jantung istirahat pada perokok muda meningkat 2-3 detik/ menit.

Kandungan yang terdapat dalam rokok selain nikotin adalah tar, yang
terdiri dari 4.000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia diantaranya
bersifat karsinogenik. Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan tar dan
zat beracun lainnya. Zat-zat tersebut menempel pada sepanjang saluran
nafas perokok dan pada saat yang sama akan mengurangi kekenyalan
alveolus (kantung udara dan paru-paru). Hal ini akan menyebabkan hanya
sejumlah kecil udara yang dapat dihirup dan sedikit oksigen yang terserap
ke dalam peredaran darah.

Gas karbon monoksida yang umum dikenal sebagai asap yang keluar dari
knalpot kendaraan bermotor. Karbon monoksida dalam tubuh akan
mengurangi kemampuan darah untuk menyerap oksigen dari paru-paru.
Hal ini terjadi karena sel darah merah sebagai pengangkut oksigen lebih
mudah berikatan dengan karbon monoksida disbanding dengan oksigen.
Lebih banyak menghisap rokok, lebih banyak karbon monoksida terserap
dalam peredaran darah. Karbon monoksida dari asap yang dihirup oleh
perokok itu sendiri hal tersebut mengkontribusi penumpukan di dinding
pembuluh darah dan pencetus proses atherosclerosis.

Selain tiga kandungan utama rokok tersebut, rokok juga mengandung


bahan kimia lain. Rokok juga mengandung sianida, senyawa kimia yang
mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol,
senyawa kimia organic yang mudah terbakar dan berwarna. Cadmium,
sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. Methanol (alcohol
kayu), alcohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil
alcohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alcohol.
24

Asetilena, merupakan merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga


merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Ammonia, dapat
ditemukan dimana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan
unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang
digunakan untuk mengawetkan mayat. Hydrogen sianida, racun yang
digunakan sebagai fumigant untuk membunuh semut. Zat ini juga
digunakan sebagai zat pembuat plastic dari pestisida. Arsenic, bahan yang
terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang
ditemukan dalam asap buangan mobil dan motor (Wangolds, 2013).

3. Klasifikasi
Rokok menurut jenisnya ada beberapa jenis diantaranya bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau bahan isi rokok, proses pembuatan
rokok, dan penggunaan filter pada rokok
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa jagung
2) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren
3) Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau
b. Rokok berdasarkan bahan baku
1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu

2) Rokok kretek : yang bahan baku atau isinya berupa daun


tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu
25

3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus agar
mendapat efek rasa dan aroma tertentu
c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya
1) Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan
dan atau alat bantu sederhana

2) Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya


menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukan
ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin
pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat
rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu
sampai delapan ribu batang per menit. Mesin pembuat rokok,
biasaynya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok
sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok
natangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pila mesin
pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa
rokok dalam pers, satu pers berisi 10 pak. Sayangnya, belum
ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena
terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung
SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok
sama besar.
d. Rokok berdasarkan penggunaan filter
1) Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus
2) Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya
tidak terdapat gabus.
e. Dilihat dari komposisinya :
26

1) Bidis : tembakau yang digulung dengan daun tembuni kering dan


diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi
daripada rokok buatan pabrik biasanya ditemukan di Asia
Tenggara dan India.
2) Cigar : dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan
daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda dari setiap
Negara, yang terkenal dari Havana, Kuba.
3) Kretek : campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh
berefek mati rasa dan sakit saluran pernafasan. Jenis ini paling
berkembang dan banyak di Indonesia.
4) Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa
digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56% perempuan
India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan
antara pipi dan gusi, dan tembakau kering diisap dengan hidung
dan mulut.
5) Shisha atau hubbly bubbly : jenis tembakau dari buah-buahan atau
rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya
digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di
asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe.

4. Factor Yang Mempengaruhi Orang Merokok


Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai
dari sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa
remaja. Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui
tranmisi dan generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertical yaitu lingkungan
keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku
merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui transmisi horizontal melalui
lingkungan teman sebaya. Namun demikian, yang paling besar
memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah
merokok atau rokok memberikan kontribusi yang positif. Pertimbangan-
27

pertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan dengan


pertimbangan-pertimbangan rasional bagi perokok (Komasari & Alvin,
2000).

Berdasarkan hasil penelitian Fiadah (2011) meyebutkan bahwa ada 4


faktor yang memiliki peran besar dalam perilaku merokok dan berada
sangat dekat dengan perokok yaitu :
a. Pengaruh orang tua
Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak.
Sebab, anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku
yang dicontohkan oleh orang tua.

b. Pengaruh teman
Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor resiko
pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga
sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% diantaranya
memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan
remaja bukan perokok.

c. Factor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja mengonsumsi
rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal. Individu yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih mudah
menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan dengan
individu yang memiliki skor rendah.

d. Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok,
baik dari media cetak ataupun media elektronik. Hasil penelitian
28

Mulyadi (2007) juga menyebutkan mengenai factor-faktor yang


mempengaruhi perilaku merokok. Factor-faktor ini dikategorikan
menjadi 6 (enam) yaitu : keinginan mencoba rasa rokok, sebagai
fashion (gaya), meyukai rasa rokok. Ketidakpedulian terhadap bahaya
rokok, merokok memberikan kepuasan, dan lingkungan social.
Menurut leventhal & clearly ( dalam komasari & Alvin,2000) terdapat
4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :
a. Tahap preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan.
Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap intiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang
per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap maintenance of smoking
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada system oksigenasi


Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri coroner dan pembuluh
darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
vasokontraski pembuluh darah perifer dan pembuluh darah coroner.
Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
29

Nikotin ditemukan pada tembakau dan masuk ke tubuh lewat paru-paru


(rokok kretek dan cerutu) dan membrane mukosa mulut (mengunyah
tembakau serta merokok). Pada dosis rendah, nikotin merangsang reseptor
nikotinik di otak untuk melepaskan norepinefrin dan epinefrein, yang
menyebabkan vasokontriksi. Akibatnya, frekuensi jantung meningkat dan
kemampuan kontraksi ventrikel meningkat. Efek gastrointestinal (GI)
mencakup peningkatan sekresi asam lambung, tonus dan motilitas otot
polos GI , dan meningkatkan muntah.

Nikotin bekerja ke system syaraf pusat (SSP) sebagai suatu stimulant,


berkaitan dengan reseptor asetilkolin di otak dan menyebabkan pelepasan
dopamine dan norepinefrin. Berhenti merokok dianggap lebih sulit karena
pelepasan dopamine, yang kemudian memperkuat ketagihan adiktif untuk
merokok kembali.

Awalnya, nikotin meningkatkan pernafasan, kesadaran mental, dan


kemampuan kognitif, tetapi akhirnya menekan respons (Kneisl &
trigoboff, 2009). Dosis moderat nikotin dapat mengakibatkan tremor.
Dosis tinggi nikotin dijumpai pada beberapa insektisida, dapat
menyebabkan keracunan akut, yang menyebabkan kejang dan kematian.

6. Dampak negative rokok


Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan dalam rokok
membahayakan kesehatan seseoang baik asap yang dihisap langsung saat
merokok maupun yanh kelur dari ujung rokok, sama-sama mengandung
bahan kimia beracun, seperti nikotin, tar, nitrous oxide, fomic acid, caron
monoksida, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila beri nteraksi dan
berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
penyakit kanker paru,bir, kerongkongan, usus, penyakit jantung dan
penyakit paru kronis.
30

Cahyono (2008) mengatakan tentang bahaya rokok yang merupakan


penyebab kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah. Penyebab
kematian utama yang disebabkan oleh rokok adalah penyakit jantung
(1,69 juta kematian), dan kanker paru (0.85 juta kematian). Sekitar 90%
kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. Jenis kanker lain
yang bisa terkait dengan rokok adalah kanker kandung kemih, ginjal,
kanker leher Rahim. Kanker esophagus, dan kanker pancreas.

Nikotin adalah salah satu zat beracun yang bersifat adiktif yang berperan
besar dalam menimbulkan gangguan tubuh. Nikotin dapat meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin dapat mengaktivasi trombosit
dan meningkatkan asam lemak, mencetuskan aterosklerosis, penyempitan
pembuluh coroner. Penyempitan arteri coroner dapat menimbulkan
serangan jantung. Sumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi di tempat
lain. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah ginjal, menyebabkan
terjadinya hipertensi dan gagal ginjal. Apabila penyumbatan terjadi di otak
bisa menyebabkan terjadinya stroke.

Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40 macam


karsinogen. Kemungkinan kanker paru pada perokok 22 kali lebih besar
dari pada non perokok. Kanker hidung, lidah, mulut, kelenjar ludah2 kali
lebih besar dari non perokok. Kanker pharynk 6-7 kali lebih besar,
kerongkongan 12 kali lebih besar, eshophagus 8-10 kali lebih besar,
ginjal 5 kali lebih besar dari non perokok (Depkes, 2009).

Rokok juga beresiko menimbulkan impotensi. Rokok juga dapat


menyebabkan disfungsi ereksi pada umur 30-40 tahun. Hal ini disebabkan
karena bahan kimia dalam rokok menyebabkan penyempitan pada
31

pembuluh darah sekitar genital. Adanya disfungsu ereksi merupakan tanda


dini gangguan pembuluh darah ditempat lain.

Nikotin dalam rokok juga dapat menurunkan kadar estrogen, sehingga


menimbulkan menopause secara dini dan psteoporosis lebih berat. Zat
kimia yang ada dalam rokok dapat menstimulasi thrombosis di otak besar
yang dapat berakibat terjadinya serangan stroke atau kelumpuhan. Selain
itu rokok juga bisa menyebabkan keguguran spontan, bayi dengan berat
badan lahir rendah, dan meningkatkan resiko kematian bayi baru lahir.
Disamping keadaan diatas, kebiasaan merokok memudahkan munculnya
gangguan gusi dan gigi, kemandulan, asam bronkial, dan gangguan pada
mata terutama katarak.

7. Penatalaksanaan
Ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli dalam dunia
rokok untuk menghentikan kecanduan terhadap rokok (Syafiie, 2009).
Metode tersebut yaitu :
a. Metode yang mengandalkan perubahan prilaku
Perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan, terdiri dari :
1) Metode Cold Turkey
Perokok hanya perlu berhenti merokok. Metode ini tidak
menggunakan perencanaan yang panjang. Perokok cukup
menentukan kapan dia akan melakukannya.
2) Teori perilaku kognitif
Perokok hanya akan merubah prilaku buruk merokok kalau dia
tahu bahwa merokok itu buruk.
3) Pengondisian berbalik
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan sebuah stimulasi
negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
b. Metode yang mengandalkan terapi dan obat-obatan
32

1) Terapi penggantian nikotin


Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya
dengan nikotin yang didapat dari kulit (susuk nikotin), mukosa
hidung (nikotin sedot hidung), dan mukosa mulut (permen karet
nikotin).
2) Pemberian obat-obatan
Obat yang digunakan untuk membantu keberhasilan berhenti
merokok antara lain :
a) Varenklin
Varenklin menghalangi nikotin menempel pada reseptor
dan mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan dari rokok.
Efektivitas obat ini sudah teruji dalam studi terhadap 2.000
perokok. Dosis yang digunakan untuk terapi adalah 1 mg,
diberikan 2 kali sehari, efek samping yang ditimbulkan
adalah mual, sakit kepala, insomnia dan mimpi buruk,
namun hanya terjadi pada kurang dari 10 % (Larasaty,
2009).
b) Bupropion
Obat ini memiliki efek poten untuk berhenti merokok,
bahkan melebihi khasiat varenklin. Efek samping
bupropion tersering adalah insomnia, mulut kering, mual
dan dapat menyebabkan kejang dengan resiko 1:1.000,
maka tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat
epilepsy (Suryadjaja, 2013).
c) Klonidin
Klonidin efektif menurunkan gejala putus obat pada pasien
yang berhenti merokok atau berhenti minum alcohol. Efek
samping utama klonidin adalah mulut kering dan sedasi.
Klonidin berguna bagi pasien yang memiliki kontraindikasi
dengan farmakoterapi lainnya.
33

3) Metode hipnotis
Perokok diberi intervensi oleh penghipnitis bahwa merokok itu
buruk dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali,
besar kemungkinan dia akan berhenti, sekalipun dia tidak tahu
siapa yang menyuruhnya berhenti.

C. KONSEP OKSIGENASI
Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen dalam
sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan menit.
Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka
dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang
perokok akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh
kondisi seperti: pergerakan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen
dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah
keseluruh jaringan. Pada perokok klien mengalami gangguan kebersihan jalan
napas yang mengakibatkan suplai oksigen dalam tubuh berkurang.

1. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme
tubuh. Kebutuhan oksigen di dalam tubuh harus terpenuhi Karena apabila
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila
berlangsung lama akan menyebabkan kematian. Proses pemenuhan
kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernafasan. Pembebasan jalan nafas dari
sumbatan yang mrnghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal.
(Taqwaningtyas, Ficka(2013) dalam Hidayat dan Uliyah, 2005)
34

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kima


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya,
terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan
CO2 yang berlebihan batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang vital dalam kebutuhan


manusia, dalam tubuh, oksigenasi berperan penting dalam proses
metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang
sangat berarti bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai
upaya perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan gerapan perawat itu sendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klien
serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan tersebut.

2. Fisiologi
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen dari atmosfer
kemudian masuk melalui organ pernapasaan bagian bawah trakea,
bronkus, bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan
masuknya udaraorgan pernafasaan bawah, organ pernafasaan atas juga
berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan
masuk ke pernafasaan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan
melembabkan gas sedangkan fungsi organ pernafasaan bagian bawah
selain sebagai tempat untuk masuknya oksigen, juga dalam preses difusi
gas. (Tarwoto dan wartonah, 2011)
35

3. Factor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu ubuh
memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan
oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa factor, dintaranya
lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup, dan status kesehatan.(Asmadi,
2008)
a. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalire
kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui
kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang
dingin, pembuluh darah mengalamikontriksi dan penurunan tekanan
darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh
ketinggian tempat. Pada tempat yang tinggi tekanan barometer akan
turun, sehingga tekanan oksigen juga turun. Implikasinya, apanila
seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian
3.000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli
berkurang. Ini mengindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru
sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan
oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin
sedikit kandungan oksigennya , sehingga seseorang yang berada pada
tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.

Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara.
Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara,
konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respons tubuh
36

terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala,


pusing, batuk, dan merasa tercekik.
b. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen
semakin meningkat.
c. Emosi
Takut, cemasn dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
d. Gaya hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri coroner dan
pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat
menyebabkan vasokontraksi pembuluh darah perifer dan pembuluh
darah coroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
e. Status kesehatan
Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan system respirasi
berfungsi dengan baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh secara adekuat. Sebaliknya orang yang mempunya penyakit
jantung ataupun penyakit pernafasan dapat mengalami kesulitan
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

4. Gangguan oksigenasi
Gangguan pada system respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh
tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan
respirasi dikelompokan menjadi tiga yaitu gangguan irama/ frekuensi
pernafasan, insufisiensi pernafasan dan hipoksia.
37

a. Gangguan irama/ frekuensi pernafasan


1) Gangguan irama pernafasan antara lain
a) Pernafasan cheyne-stokes yaitu siklus pernafasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian
menurun dan berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi dengan
siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi pada klien
gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intracranial,
overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernafasan ini
terutama terdapat pada orang diketinggian 12.000-15.000 kaki
diatas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernafasan biot yaitu pernafasan yang mirip dengan
pernafasan cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai
apnea. Keadaan pernafasan ini kadang ditemukan pada
penyakit radang selaput otak.
c) Pernafasan kussmaul yaitu pernafasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/ menit. Jenis
pernafasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolic dan gagal ginjal.
2) Gangguan frekuensi pernafasan
a) Takipnea/ hiperpnea, yaitu frekuensi pernafasan yang
jumlahnya meningkat diatas frekuensi pernafasan normal
b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi
pernafasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi
pernafasan normal.
b. Insufisiensi pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernafasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
38

b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,


emfisema, TBC ,dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru :
a) Konsisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang,
misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker, dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernafasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan alin-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang
tidak normal dalam beberapa bagian paru misalnya pada
thrombosis paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan yaitu :
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang
tersedia untuk transport oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin
menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh
karena curah jantung yang rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Hipoksia dapat
dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetika, overventilasi, dan hipoksia histotoksik.
1) Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di dalam arteri. Terbagi
atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan
hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah Karen
akarbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia
isotonic terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang
39

dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terjadi pada kondisi


anemia, keracunan karbondioksida.
2) Hipoksia hipokenik (stagnant anoksia/ anoksia bendungan)
Hipoksia hipokenik yaitu terjadi akibat adanya bendungan atau
sumbatan. Hipoksia hipokenik dibagi kedalam dua jenis yaitu
hipoksia hipokenik ischemic dan hipoksia hipokenik kongetif.
Hipoksia hipokenik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen
pada jaringan disebabkan karena kurangnya suplai darah ke
jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokenik
kongetif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihan atau
abnormal baik local maupun umum yang mengakibatkan suplai
oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jaringan kekurangan
oksigen.
3) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi Karena aktivitas
yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih
rendah dari penggunaannya.
4) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler
jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan
oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam barah vena dalam jumlah
yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena
meningkat).
40

D. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Definisi
a. Bussard dan ball (1966)
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya
nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya dan berfungsi sebagai
saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan
lingkungannya.
b. WHO (1969)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.
c. Departemen RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling tergantungan.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum


bahwa keluarga itu terjadi jika kalau ada:
a. ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan)
b. hubungan (darah/adopsi/kesepakatan)
c. tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
d. ada peran masing-masing anggota keluarga
e. ikatan emosional

2. Jenis/tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones tahun 2003 (dalam
Susanto, 2012) :
41

a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu
rumah.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua
(kakeknenek), keponakan.
6) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktuwaktu tertentu.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
42

9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi, televise, telepon, dan
lain-lain.
10) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau
ditinggal mati.
b. Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana “marital partners‟.
43

6) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anak.
8) Group nework family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anak.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
44

3. Tahapan Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu
yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda
dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman, 1998),
meskipun setiap keluarga melalui tahap perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap
tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat
melalui tahap tersebut dengan sukses. Tahap-tahap perkembangan
keluarga yang paling banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua
orang tua adalah delapan tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall
(1977):
a. Tahap I Pasangan Baru (Keluaraga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing dan yang berakhir ketika
lahirnya anak pertama. Dua orang yang membentuk keluarga perlu
mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru karena keduanya
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi dalam kehidupan sehari-
hari. Tugas perkembangan pada tahap pasangan baru adalah:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan, yaitu pemenuhan


kebutuhan psikologis suami dan istri. Suami maupun istri perlu
saling memerhatikan, menciptakan komunikasi terbuka dan
menyenangkan, serta saling menghargai dan menghormati
keberadaannya (fungsi afektif keluarga).
2) Membina hubungan persaudaraan secara harmonis, suami maupun
istri harus saling menjalin hubungan dengan keluarga pasangannya
sehingga terbentuk interaksi sosial yang harmonis (fungsi
sosialisasi keluarga).
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak, pasangan suami istri harus
mulai merencanakan, kapan dimulainya kehamilan sampai berapa
45

anak yang diinginkan dengan mempertimbangkan kemampuan


yang dimiliki (fungsi perawatan anak secara fisik, psikologis
maupun sosial dan fungsi ekonomi) (diadaptasi dari Tantut (2012),
Andarmoyo (2012)).
b. Tahap II keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak berusia 30
bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan menimbulkan
suatu perubahan yang besar dalam kehidupan rumah tangga. Kelahiran
anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting
dan sering merupakan krisis keluarga. Masalah-masalah yang lazim
ditemukan pada tahap ini adalah:
1) Suami merasa diabaikan
2) Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan
istri

3) Interupsi dalam jadwal yang kontinu

4) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun

Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap


peran baru yang dimilikinya dan harus mampu melaksanakan tugas
dari peran baru tersebut. Tugas perkembangan pada tahap child
bearing adalah:
1) Persiapan menjadi orang tua, yaitu keluarga mulai mengintegrasi
bayi ke dalam kehidupan keluarga sehingga keluarga mulai
memainkan peran sebagai orantua. Bayi membutuhkan perhatian
besar untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga: peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan, keluarga perlu mengidentifikasi
tugas perkembangan pribadi dan perannya sebagi orangtua. Hal ini
dibutuhkan agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan
tugasnya, serta membantu menyelesaikan tugas yang dibebankan.
46

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,


Hubungan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas
dan moral keluarga. (diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo
(2012))
c. Tahap III keluarga dengan anak Prasekolah

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini kesibukan akan bertambah
sehingga menuntut perhatian yang lebih banyak dari orangtua.
Orangtua adalah arsitek keluarga sehingga orangtua harus merancang
dan mengarahkan perkembangan keluarga agar dapat semakin
memperkokoh kemitraan dan perkawinan mereka (dalam Tantut
(2012), Andarmoyo (2012)). Tugas perkembangan pada tahap
prasekolah:

1) Memenuhi Kebutuhan anggota keluarga seperti tempat tinggal,


privasi dan rasa aman Membantu anak untuk bersosialisasi.
2) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara anak yang
lain juga harus terpenuhi
3) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun
diluar keluaga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
4) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

5) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

6) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak


(dalam Tantut, 2012)

d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai saat anak berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 12 tahun. Keluarga perlu membantu
meletakan dasar penyesuaian diri anak dengan teman sebaya. Tugas
perkembangan pada tahap anak usia sekolah adalah:
47

1) Membantu sosialisasi anak : tetanga, sekolah dan lingkungan,


kegiatan mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, menyediakan aktivitas untuk anak dan membantu
sosialisasi anak keluar rumah merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh orangtua.
2) Mempertahankan keintiman pasangan, saat ini hubungan
perkawinan sering mengalami penurunan.orantua lebih fokus pada
karir dan pendidikan anak.
3) Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, keluarga perlu
menyediakan kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya. Keluarga
perlu pula menyediakan kebutuhan anak akan kesehatan terutama
kesehatan kulit dan gigi. (diadaptasi dari Tantut (2012),
Andarmoyo (2012))
e. Tahap V keluarga dengan Remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir
pada 6-7 tahun kemudian. Tahap ini merupakan tahap yang paling
sulit, karena orangtua melepas otoritasnya dan membimbing anak
untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik antara orangtua
dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitasnya sementara orangtua mempunyai hak untuk mengontrol.
Tugas perkembangan pada tahap remaja adalah:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
orangtua harus mempercayai anak agar mandiri secara prematur,
dengan mengabaikan kebutuhan ketergantungannya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, pada
masa ini anak telah lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri
sehingga pasangan suami istri akan lebih banyak waktu untuk
dapat meniti karir atau menciptakan kesenangan perkawinan.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka
48

4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang


keluarga, meskipun peraturan dalam keluarga perlu diubah, etika
dan standar moral keluarga perlu dipertahankan oleh orangtua,
sementara remaja mencari nilai dan keyakinan mereka sendiri
(dalam Tantut, (2012) & Andarmoyo, (2012))
f. Tahap VI keluarga dengan dewasa awal

Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah. Keluarga
menyiapkan/ membantu anak tertua dalam melepaskan diri untuk
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir/yang
lebih kecil untuk mandiri. Tugas perkembangan pada tahap dewasa
awal adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman pasangan

3) Membantu orangtua suami/isteri yang memasuki lansia

4) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga (dalam


Tantut, 2012)

g. Tahap VII keluarga usia pertengahan

Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Atau pada saat
orangtua berusia 45-55 tahun dan berakhir 16-18 tahun kemudian.
Tugas perkembangan pada tahap usia pertengahan adalah:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan sebaya dan anak-anak
3) Memperkokoh hubungan perkawinan (dalam Tantut, 2012 dan
andarmoyo, 2012)
49

h. Tahap VIII keluarga Lansia

Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana, dimulai ketika salah satu
atau ke dua pasangan pensiun, sampai salah satu pasangan meninggal
dan berakhir ketika ke dua pasangan meninggal. Proses lanjut usia dan
pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai
stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Dengan
memenuhi tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orangtua
mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut.

Tugas perkembangan pada tahap lansia adalah:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

2) Menyesuaikan diri dengan perubahan

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi

5) Melakukan life review (dalam Tantut, 2012 dan andarmoyo, 2012)

4. Stuktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri bermacam-macam.
Diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah
50

b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan ini disusun melalui jalur
garis ibu
c. Matrilokal
Adalah epasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri

5. Peran keluarga
Peran adalah suatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam
situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran
keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga mengambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok,
dan masyarakat.

Dalam UU kesehatan nomer 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “setiap


orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal
diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban meciptakan dan memelihara
51

kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang


optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Antara lain:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah rangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai perilaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, dan spiritual.

6. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat bebrapa
fungsi keluarga menurut Friedman (1998); Setiawan & Dermawan (2005)
yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon
dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota
keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara
keluarga mengeksperikan kasih sayang.
52

b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi
pada anak, membentuk nilai dan orma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif
terhadap sosial dan bagaimanakeluarga memperkenalkan anak dengan
dunia luar dengan belajar disipli, mengenal budaya dan norma melalui
hubugan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam
masyarakat.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga
memiliki dan upaya pengendalian jumlah anggota keluarga. Perlu juga
diuraikan bagaimana keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga
tentang pendidikan seks yang dini dan benar kepada anggota
keluarganya
d. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluaraga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
seta menjami pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan
spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
53

7. Stressor dan koping


Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan
memerlukan waktu penyesuaian lebih kurang 6 bulan. Stressor jangka
panjang adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan keluarga berespon terhadap
stressor menjelaskan bagaimana keluarga berespon terhadap stressor yang
ada. Strategi koping yang digunakan menjelaskan tentang strategi koping
(mekanisme pembelaan) terhadap stressor yang ada. Disfungsi strategi
adaptasi menjelaskan tentang perilaku keluarga yang adaptif ketika
mempunyai masalah.

8. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan
tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit)
meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang perlu.

9. Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang
terjadi.

E. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Pengkajian merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi masalah.
54

Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel. Data


dikumpulkan secara sistematis dan terus-menerus dengan menggunakan
alat pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan
metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. (Maglaya,2009).

Pengkajian keperawatan dalam keluarga memiliki dua tahapan.


Pengkajian tahap satu berfokus pada masalah kesehatan keluarga.
Pengkajian tahap dua menyajikan kemampuan keluarga dalam melakukan
lima tugas kesehatan keluarga. Namun dalam pelaksanaanya, kedua
tahapan ini dilakukan secara bersamaan.

Variable data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup :


a. Data umum/ identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,
komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari,
jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transfortasi.
b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama,
hubungan dalam keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar,
dan penggunaan alat bantu atau protesa serta status kesehatan anggota
keluarga saat ini meliputi keadaan umum, riwayat penyakit/ alergi.
c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan
(saat ini sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosis
medis, rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi,
cairan, perkemihan, pernafasan, musculoskeletal, neurosensory, kulit,
istirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya, kebersihan
diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang medis individu
yang sakit (lab,radiologi, EKG, USG).
d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman
antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan
sampah dll.
55

e. Struktur keluarga : struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai


(value), komunikasi, kekuatan. Komponen sruktur keluarga ini akan
menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana
hubungan diantara anggota keluarga.
f. Riwayat dan tahap perkembagan keluarga. Variable perkembangan
keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas
perkembangan keluarga.
g. Fungsi keluarga. Fungsi keluarga terdiri dati aspek instrumental dan
ekspresi. Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan, tidur, pemeluharaan kesehatan. Aspek
ekspresi fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan
masalah, keyakinan dan lain-lain. Pengkajian variable fungsi keluarga
menvakup kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga, meliputi kemampuan mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah
yang sehat dan menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di
masyarakat.

Sumber data pengkajian keperawatan keluarga meliputi :


a. Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga dapat diperoleh
dari wawancara dengan klien berkaitan dengan kejadian sebelumnya
dan kejadian sekarang, penilaian subyektif misalnya pengalaman setiap
anggota keluarga, maupun temuan yang objektif misalnya hasil
observasi berbagai fasilitas yang ada dirumah keluarga.
b. Sumber data keluarga dapat juga diperoleh dari informasi yang tertulis
atau lisan dari berbagai agensi yang berhubungan atau bekerjasama
dengan keluarga, atau informasi dari anggota tim kesehatan lain.
56

a. Model pengkajian
1) Model pengkajian model Friedman
Asumsi yang mendasarinya adalah keluarga sebagai sistem sosial,
merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan
batasan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat
melakukan pengkajian:
a) Data pengenalan keluarga
b) Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
c) Data lingkungan
d) Struktur keluarga
e) Fungsi keluarga
f) Koping keluarga
2) Pengkajian keluarga model Calgary
Pengkajian model Calgary mengembangkan konsep dan teori
sistem, komunikasi dan konsep perubahan. Teori sistem
memberikan kerangka kerja bahwa keluarga sebagai bagian dari
suprasistem dan terdiri dari beberapa subsistem. Komunikasi
merupakan teori bagaimana individu melakukan interaksi secara
berkelanjutan. Konsep perubahan menjadikan kerangka kerja bahwa
perubahan satu anggota keluarga akan mempengaruhi kesehatan
anggota keluarga yang lainnya
a) Tahapan-tahapan pengkajian
Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan
pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan.
Pengkajian Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain :
a) Data umum
b) Riwayat dan tahapan perkembangan
c) Lingkungan
d) Struktur keluarga
57

e) Fungsi keluarga
f) Stress dan koping keluarga
g) Harapan keluarga
h) Data tambahan keluarga
i) Pemeriksaan fisik
Dari hasil penggumpulan data tersebut maka akan dapat
diidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.

Pengkajian Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidak mampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
diantaranya:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga adalah keputusan klinis mengenai
individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisa cermat dan sistematis, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil
pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan
keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga
58

dan koping keluarga, baik yang bersifat actual, resiko maupun sejahtera
dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.

Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain:


a. Analisa data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data, yaitu
mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara menganalisa data
adalah:
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam
format pengkajian
2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual

3) Mengembangkan standart

4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan

Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan


kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu:
a. Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga,
yang meliputi:
1) Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota keluarga

2) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga

3) Keadaan gizi anggota keluarga

4) Status imunisasi anggota keluarga

5) Kehamilan dan KB

b. Keadan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi:


59

1) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,


kontruksi, luas rumah dan sebagainya
2) Sumber air minum

3) Jamban keluarga

4) Tempat pembuangan air limbah

5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya

c. Karakteristik keluarga, yang meliputi:

1) Sifat-sifat keluarga

2) Dinamika dalam keluarga

3) Komunikasi dalam keluarga

4) Interaksi antar anggota keluarga

5) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan


anggota keluarga
6) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga

Dalam proses analisa, data dikelompokan menjadi 2 yaitu data


subyektif dan objektif.
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subyektif :

Data Objektif :
60

b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.
1) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan pernyatan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat
mungkin.
a) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala
yang jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi.
b) Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah
pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani.
c) Potensial/sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal.
d) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan
resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian/ situasi tertentu.
2) Penyebab (Etiologi)

Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas


keluarga, yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

b) Mengambil keputasan untuk melakukan tindakan yang tepat

c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang


tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usiannya yang terlalu muda
61

d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan


kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)
3) Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah
dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “
yang dimanifestasikan dengan”.
c. Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga
yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala
Baylon dan Maglaya) sebagi berikut :
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

x bobot

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria


d) Factor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:
Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu
sifat masalah, kemungkinan dapat diubah, potensi masalah untuk
dicegah dan menonjolnya masalah.

Daftar diagnosis keluarga


Aktual Resiko Potensial
1. Ketidakefektifan 1. resiko 1. potensial
manajiemen ketidakefektifan peningkatan
regimen terapeutik pola nafas pemeliharaan
keluarga 2. resiko penurunan kesehatan,
62

2. Ketidakefektifan kardiak 2. potensial


pemeliharaan peningkatan
kesehatan proses keluarga,
3. Perilaku kesehatan 3. potensial
cenderung beresiko peningkatan
koping keluarga.

3. Perencaaan Keperawatan keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan
divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan
disusun dengan penekanan pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi
dengan tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas
masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Tahapan penyusunan perencanaan
keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan prioritas masalah
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosis keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009).

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah
Skala :
1. Wellnes 3
2. Actual 3 1
3. Resiko 2
63

4. Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat


diubah
Skala :
1. Mudah 2 2
2. Sebagian 1
3. Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk
dicegah
Skala :
1. Tinggi 3 1
2. Cukup 2
3. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
1. Segera 2 1
2. Tidak perlu 1
3. Tidak dirasakan 0

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala:

a. Kriteria I, yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat masalah ini


mengacu pada etiologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3
kelompok besar, yaitu:
1) Ancaman kesehatan
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain:
a) Penyakit keturunan (asma, DM, dan sebagainya)
b) Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular
(TBC, gonore hepatitis, dan sebagainya)
64

c) Jumlah anggota keluarga terlalu bessar dan tidak sesuai


dengan kemampuan sumber daya keluarga
d) Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman)
e) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing
anggota keluarga
f) Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain: Hubungan
keluarga tidak harmonis, Hubungan orang tua dan anak
yang tegang, Orang tua yang tidak dewasa
g) Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya: Ventilasi
kurang baik, Sumber air minum tidak memenuhi syarat ,
Polusi udara , Tempat pembuangan sampah yang tidak
sesuai syarat , Tempat pembuangan tinja yang mencemari
sumber air minum , kebisingan
h) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti: Merokok,
Minum minuman keras , Makan obat tanpa resep, Makan
daging mentah , Hygiene perseorangan jelek
i) Kurang / tidak sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan, seperti
keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa) dan gagal
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai
dengan pertumbuhan normal.
j) Situasi krisis (keadaan sejahtera)
b. Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untung
menangani masalah
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan,dan waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan songkongan masyarakat
65

c. Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor


yang perlu diperhatikan adalah:
1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan
penyakit/masalah

2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu


masalah

3) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan


yang tepat dalam memperbaiki masalah
4) Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah

d. Kriteria IV, yaitu menonjolnya masalah

Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai


skor tertinggi dan disusun sampai skor terendah

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan


tujuan keperawatan keluarga yaitu :
a) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga
diarahkan untuk mencapai suatu hasil.
b) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus
benar-benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga.
c) Tujuan menggambarkan berbagai alternative pemecahan
masalah yang dapat dipilih oleh keluarga.
d) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks
diagnosis keperawatan keluarga dan factor-faktor yang
berhubungan.
e) Tujuan untuk menggambarkan kemampuan dan
tanggungjawab keluarga dalam pemecahan masalah.
Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan keluarga.
66

Perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan NANDA/ICNP,NOC,NIC

Diagnosis keperawatan NOC NIC


Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Hasil
Data pendukung
masalah kesehatan
keluarga : penyakit
jantung koroner
Klien menyatakan : 00188 Perilaku kesehatan Keluarga mampu Keluarga mampu
1. Dada terasa cenderung beresiko mengenal masalah mengenal masalah
diremas 1803 kesehatan 5606 Pengajaran: indivisu
2. Cepat lelah 1602 Pengetahuan kesehatan 5604 Pengajaran : kelompok
3. Letih Pengetahuan tentang 5602 Pengajaran : proses
4. Riwayat 1603 proses penyakit penyakit
keluarga Perilaku peningkatan 1100 Manajemen nutrisi
5. Rasa terbakar 1827 kesehatan 1120 Terapi nutrisi
di dada Mencari informasi 5246 Konseling nutrisi
6. Perasaan mual 1411 masalah kesehatannya 1160 Monitoring nutrisi
7. Pusing Status nutrisi
67

8. Detak jantung Keluarga mampu Keluarga mampu


tidak teratur memutuskan tindakan memutuskan :
9. Perokok dan keyakinan keluarga Memperkuat atau
Hasil pemeriksaan : untuk meningkatkan atau meningkatkan kognitif
1. TD : 160/100 memperbaiki kesehatan : yang diinginkan atau
mmHg mengubah kognitif yang
2. BB diatas batas 1606 Berpartisispasi dalam tidak diinginkan
normal memutuskan perawatan
(obesitas) kesehatan 5250 Dukungan membuat
3. Malas 1700 Keyakinan kesehatan keputusan
beraktivitas 2202 Berpartisipasi dalam 5310 Membangun harapan
4. Kolesterol : memutuskan perawatan 5270 Dukungan emosi
>240 kesehatan
5. EKG : Nampak 2605 Kesiapan caregiver
aritmia dalam perawatan di
6. Peningkatan 2609 rumah
kolesterol Partisipasi keluarga
dalam perawatan
professional
68

0005 Keluarga mampu Keluarga mampu


0002 merawat/ membantu merawat keluarga dalam
0003 melaksanakan ADL membantu melaksanakan
2006 Intoleransi aktivitas 0180 ADL
2004 Pemeliharaan energy 0200 Manajemen energy
1627 Istirahat 7690 Peningkatan kegiatan
1617 Status kesehatan 7710 olahraga
1622 personal : kesehatan fisik Intervensi data lab
Kualitas hidup Dukungan dokter/ tenaga
Perilaku menurunkan kesehatan lainnya, mis.
berat badan 4360 Ahli gizi
Manajemen diri : 1400 Modifikasi perilaku
penyakit arteri coroner Manajemen nyeri
Perilaku keputusan : Diet
yang dianjurkan
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi
untuk mencegah, lingkungan untuk
mengurangi, atau mengembalikan fungsi
69

mengontrol ancaman psikososial dan


kesehatan memfasilitasi perubahan
1929 Control resiko gangguan 4350 gaya hidup
1906 lipid 4490 Manajemen perilaku
Control resiko Bantuan untuk berhenti
1931 penggunaan tembakau 4360 merokok
1928 Control resiko stroke 4360 Modifikasi perilaku
Control resiko hipertensi Modifikasi perilaku
6485 lingkungan
Manajemen lingkungan
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
1806 Pengetahuan tentang 7910 Konsultasi
sumber-sumber 8100 Rujukan
kesehatan perilaku 7400 Bantuan system
1603 mencari kesehatan
Pelayanan kesehatan
2605 partisifasi keluarga
70

dalam
Perawatan keluarga
71

4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi pada asuhan kepeawatan keluarga dapat dilakukan pada
individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implemengasi
yang ditujukan pada individu meliputi :
1) Tindakan keperawatan langsung
2) Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
3) Tindakan observasi
4) Tindakan pendidikan kesehatan
Implementasi yang ditujukan pada keluarga meliputi :
1) Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan haraoan tentang kesehatan,
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
4) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
,ingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber
yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada dilingkungan
keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
72

5. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan
evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak tahu atau belum
ada hasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan
keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertaap sesuai dengan waktu
dan kesediaan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama
proses asuhan keperawatan dan pada akhir pemberian asuhan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien dan
keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi menkaji kemajuan
status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon
individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan maslah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.
73

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis menjelaskan laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan


Dasar pada keluarga Tn.B khususnya An.S dengan masalah kebiasaan
remaja merokok yang berada di wilayah Utan Panjang Rt 001 Rw 02 Kel:
Utan Panjang Kec. Kemayoran Jakarta Pusat. Kegiatan dilaksanakan
selama 2 minggu mulai tanggal 16 April 2018 – 28 April 2018 dengan
melakukan kunjungan rumah sebanyak 7 kali pertemuan melalui
pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
pengkajian, analisa data dan perumusan masalah keperawatan, prioritas
diagnose keperawatan dengan teknik skoring, perencanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn.B
b. Usia : 46 tahun, 23 April 1972
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : buruh
e. Alamat : Jl. Utan Panjang Rt 001 Rw 02 kelurahan
utan panjang kecamata kemayoran
f. Komposisi anggota keluarga :
N Nama Jenis Hub. TTL atau Pendi Pekerja Status
o (inisial) Kelamin dengan KK Umur dikan an Imuni
sasi
1 Nn. S Perempu Istri Jawa SMA Karyaw Lengk
an Tengah, an ap
10 Mei
1976 atau
41 tahun
2 An.S Laki-laki Anak Jakarta, 27 SMK Scurity Lengk
74

Desember ap
2003 atau
18 tahun
3 An. R Laki – Anak Bekasi, 22 SMP Pelajar Lengk
laki februari ap
2004

Genogram

Tn.S Ny. T Tn.B


73 th 69 th 63 th Ny.B 60 th(HT)

Tn.I Tn.M
42 th 38 th Tn.N Tn.F Tn.A
Tn.B Ny.S 37 th 36 th 29 th
46 th (PRK) 41 th (HT)

An.S An.R
18 th (PRK) 14 th
keterangan :

: laki-laki : meninggal

: perempuan : klien

----- : tinggal serumah

HT : hipertensi

PRK : perokok
75

g. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Tn.B adalah Nuclear Family atau keluarga
inti, dimana di dalam rumah hanya ada Tn.B, Ny.S, kedua
anaknya. Kedua anaknya bernama An.S dan An.R.
h. Suku
Tn.B berasal dari daerah betawi asli dan Ny.S berasal dari
daerah jawa tengah dan dalam berkomunikasi sehari-hari
menggunakan bahasa Indonesia. Pola hidup keluarga Tn.B
khususnya An.S sering merokok. Mayoritas penduduk di
lingkungan keluarga Tn.B pendatang dari mana saja. Dan tidak
ada budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
i. Agama
Agama keluarga Tn.B adalah islam dan tidak ada satupun
ketentuan islam yang bertentangan dengan kesehatan
j. Status social ekonomi keluarga
Sumber penghasilan keluarga Tn.B berasal dari Tn.B
sebagai buruh, Ny.S sebagai karyawan pabrik dan anak
pertamanya yaitu An.S yang bekerja sebagai security dengan
penghasilan kurang lebih semuanya Rp ± 3000.000. Dari uang
tersebut digunakan untuk membayar keperluan bulannya
seperti biaya kontrakan, Air, listrik dan juga digunakan untuk
adiknya sekolah dan juga digunakan untuk biaya sehari-hari
keluarga Tn.B. dengan pendapatan segitu Tn.B mengatakan
bahwa pas-pasan untuk kebutuhan perbulannya.

k. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga Tn.B biasa menghabiskan waktu bersama
keluarga dengan menonton tv, memasak, main hp serta
mengobrol. Biasanya kalau libur lebaran pulang kampung ke
Jawa Tengah, dan Bekasi .

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


76

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tahap perkembangan keluarga Tn.B saat ini adalah tahap
perkembangan anak usia remaja akhir karena anak pertama
Tn.B berumur 18 tahun.
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab mengingat remaja yang sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
Pada tugas perkembangan ini telah terpenuhi, karena
Tn.B dan Ny.S sudah memberikan kepercayaan kepada
An.S yang sudah belajar mandiri mencari rezeki dan
tanggung jawab dengan pekerjaannya sekarang sebagai
security
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
Hubungan yang intim pada keluarga Tn.B dan Ny.S
terjalin dengan baik, Ny.S suka memasak sebelum
berangkat kerja untuk anak dan suaminya, selalu makan
bersama jika pagi hari dan malam hari, jika ada waktu
senggang suka menonton televisi bersama dan pergi
berlibur jika waktu libur panjang.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
1) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan, permusuhan dan
kecurigaan.
Komunikasi An.S jarang berbicara secara terbuka
kepada orang tua nya melainkan kepada teman sebaya,
karena orang tua nya terlalu sibuk bekerja.
2) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga
Pada perubahan system peran dan peratuan di keluarga
system peran pada keluarga Tn.B baik, Tn.B sebagai
ayah, kepala keluarga dan bekerja mencari nafkah, Ny.S
sebagai ibu, dan membantu mencari nafkah, An.S
77

sebagai anak dan membantu mencari nafkah, An.R


sebagai anak dan pelajar. Tetapi pada peraturan di
keluarga tidak baik,Tn.B dan Ny.S membuat peraturan
tidak boleh pulang malam lebih dari jam 11, peraturan
tersebut tidak berjalan dengan baik karena anak selalu
melanggar peraturan, dan tidak mendengarkan nasihat
orangtua.

c. Riwayat keluarga inti


Tn.B asli Betawi tinggal di Haji ung dan Ny.S asal dari
Jawa Tengah dan pindah menetap di Kemayoran sejak kecil,
setelah lulus SMA Ny.S bekerja si pabrik plastic dan bertemu
dengan Tn.S, kemudian dekat dan berpacaran selama 1 tahun
lalu menikah dan memiliki 2 orang anak yaitu An.S dan An.R.
setelah menikah mereka tinggal di Utan Panjang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Di dalam keluarga Tn.B pada orang tua Tn.B tidak
memiliki riwayat penyakit apapun dan dari keluarga Ny.S ibu
Ny.S mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Ny.S
mengalami hipertensi sejak 2 tahun yang lalu karena banyak
pikiran sampai pingsan karena keleyengan.

3. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn.B adalah pola
komunikasi tertutup yaitu setiap anggota keluarga bila
memiliki masalah pribadi anak enggan bercerita kepada orang
tuanya, tetapi komunikasi ayah dan ibu baik, jika ada suatu
masalah diceritakan kepada keluarga. Dalam pengambilan
keputusan biasanya selalu dibicarakan secara musyawarah
dengan anggota keluarga yang lain, Pola interaksi biasanya
yang paling sering di lakukan adalah di pagi hari saat sarapan
78

atau malam hari saat sedang menonton televisi, gambaran pola


interaksi antara ayah dan ibu baik, antara ibu dan anak kurang
baik, antara ayah dan anak kurang baik, antara anak dengan
anak baik, masalah dalam berinteraksi adalah tidak terbukanya
anak kepada orang tua karena orang tua terlalu sibuk dengan
pekerjaannya dan anak suka bercerita dengan teman sebaya
nya.
b. Struktur keluarga
Di dalam pengambilan keputusan di keluarga menggunakan
metode musyawarah, dan yang mengambil keputusan adalah
kepala keluarga atau Tn.B, anggota keluarga lain yang di
percaya oleh kepala keluarga adalah Ibu, Secara keseluruhan
hubungan keluarga Tn.B saling harmonis karena menghormati
dan menghargai satu sama lain.
c. Struktur nilai
Suku Tn.B adalah Betawi dan suku Ny.S adalah Jawa,
budaya yang dominan adalah Betawi, tidak ada nilai-nilai
tertentu yang dianut keluarga bertentangan dengan kesehatan,
dan tidak ada kegiatan agama yang bertentangan dengan
kesehatan, kesehatan merupakan hal yang penting bagi
keluarga.
d. Struktur peran
Tn.B berperan sebagai suami dari Ny.S, ayah dari 2 orang
anak dan sekaligus berperan sebagai kepala keluarga.
Ny.S berperan sebagai istri dari Tn.B , ibu dari 2 orang anak
dan sebagai ibu rumah tangga.
Anak Pertama yaitu An.S berperan sebagai kakak tertua yang
sudah berkerja dan pencari nafkah.
Anak Kedua yaitu An.R berperan sebagai anak dan sedang
menuntut ilmu di bangku SMP kelas 1.

4. Fungsi Keluarga
79

a. Fungsi Afektif
Respon anggota keluarga bila ada salah satu anggota
keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain akan
merasakan sedih dan bila ada anggota keluarga yang
medapatkan perhargaan maka anggota keluarga yang lain akan
ikut merasakan senang. Dan apabila ada satu anggota keluarga
yang kehilangan maka anggota keluarga yang lain merasakan
sedih.
b. Fungsi Sosialisasi
Anggota keluarga Tn.B tidak ada yang mengikuti
organisasi masyarakat. Meskipun begitu keluarga Tn.B tetap
menjalani interaksi dan hubungan yang baik dengan tetangga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.B dan Ny.S ikut keluarga berencana karena
dua anak saja cukup agar dapat memantau perkembangan dan
pertumbuhan anak, Ny.S menggunakan akseptor yaitu suntik,
karena jika memakai pil takut lupa dan jika memakai yang lain
merasa takut jadi Ny.S memilih suntik,suntik dilakukan di
puskesmas terdekat, lamanya ± 2 tahun dan tidak ada masalah
dalam masalah seksual.
d. Fungsi ekonomi
Setiap anggota keluarga sudah bekerja dan mendapat
penghasilan. Tn.B sendiri bekerja sebagai buruh Ny.S pun
bekerja sebagai karyawan pabrik dan An.S bekerja sebagai
security , bila digabungkan pendapatan keluarga sebulan diatas
Rp.2.700.000 dan pengeluaran rutin tiap bulan adalah
kebutuhan sehari-hari, membayar sekolah, membayar
kontrakan ,dll, dan dengan pendapatan segitu Tn.B mengatakan
bahwa pas-pasan untuk kebutuhan perbulannya. Yang
mengelola keuangan keluarga adalah Ny.S
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
1) Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
80

Kebiasaan keluarga Tn.B berobat jika anggota keluarga


yang sakit selalu membawa ke puskesmas di lingkungan tempat
tinggalnya.

2) Pemenuhan kebutuhan makan


Pengadaan makanan sehari-hari adalah Ny.S memasak
sendiri atau terkadang membeli, komposisi jenis makanan
sehari-hari makanan pokok selalu ada, lauk-pauk selalu ada,
sayuran selalu ada, buah-buahan kadang-kadang, susu kadang-
kadang, cara penyajian makanan dalam keluarga adalah
tertutup, tidak ada pantangan makanan terhadap keluarga selain
Ny.S yaitu makanan rendah garam karena Ny.S menderita
hipertensi, air minum biasanya suka membeli di warung, dan
pengolahan makanan suka di cuci terlebih dahulu baru di
potong-potong, kebiasaan makan dalam keluarga biasa
bersama-sama atau terkadang sendiri.

3) Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur


Tidak semua anggota keluarga terbiasa tidur siang hari
karena Tn.B dan Ny.S bekerja sampai sore. Hanya An.S dan
An.R yang terkadang tidur siang, tidak semua anggota
memiliki kamar tidur, hanya ada dua kamar tidur dan An.S dan
An.R tidur bersama, jika ada anggota keluarga yang tidak bisa
tidur maka membangunkan anggota lain untuk menemani atau
mencoba untuk bisa tidur dengan memikirkan hal-hal yang baik
atau berdzikir.

4) Pemenuhan kebutuhan rekreasi dan Latihan


Kebiasaan rekreasi kelurga yang teratur kira-kira 1 bulan 1
kali ke rumah nenek atau jalan-jalan sperti ke monas , dll. Jika
ada waktu senggang biasanya menonton televisi bersama,
mengikuti pengajian, mengikuti acara-acara di lingkungan
81

sekitar dan melakukan olahraga, biasanya olahraga jogging di


hari minggu.

5) Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri


Kebiasaan anggota keluarga mandi 2 kali sehari pagi dan
sore, menggosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore , dan
shampoan
biasanya 2 hari 1 kali , alat-alat yang digunakan
sabun,odol,sikat gigi, shampoo

5. Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek
Pada saat ini yang menjadi beban fikiran Tn.B dan Ny.S
adalah tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan keluarga
agar tercukupi dan memikirkan An.S yang merokok dan
memilih bekerja daripara menyelesaikan sekolahnya dan An.R
yang malas dan suka bergadang. An.S merasakan kurangnya
perhatian dan memilih mencari perhatian dengan berbuat
kenakalan dengan teman-temannya merokok dan susah diberi
nasihat, dan merasa malu dengan pekerjaan yang lain seperti
pedagang dan memilih menjadi security di malam hari
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Tn.B mengatakan bila ada masalah di dalam keluarga maka
anggota keluarga yang lain saling membantu untuk
menyelesaikan masalah dan mendiskusikan bersama-sama
dengan anggota keluarga lainnya.
c. Strategi koping yang digunakkan
An.S mengatakan bila memiliki masalah maka An.S selalu
merokok dan bercerita kepada teman sebayanya
d. Strategi adaptasi disfungsional
82

Semua anggota keluarga Tn.B bila memiliki masalah selalu


diselesaikan dengan bersama-sama dan selalu menyelesaikan
masalah dengan cara bermusyawarah .

6. Kesehatan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah ( termasuk denah rumah )
Keluarga Tn.S tinggal di daerah Jakarta Pusat dimana
lingkungannya sangat padat penduduk, rumah yang ditinggali
keluarga Tn.S adalah kontrakan dengan ukuran 3 x 5 meter
Dinding rumahnya terbuat dari tembok dan atapnya terbuat dari
genteng dan asbes, kontrakan keluarga Tn.S berlantai 2 dimana
terdapat 1 jendela, 1 pintu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi.
Ventilasi ada kira-kira < 10 % luas lantai, cahaya yang masuk
pada siang hari tidak ada, penerangan menggunakan listrik,
lantai rumah dari ubin Secara keseluruhan kondisi rumah
keluarga Tn.B rapih dan bersih. Tidak ada halaman rumah,
tidak ada ruang tamu, tidak ada dapur, kamar utama itu
merupakan tempat menonton televisi dan bersih, kamar mandi
bersih. Suasana kontrakan keluarga Tn.B nyaman terkadang
bising.
Pengelolaan sampah rumah dan sampah dapur biasanya di
bawah kontrakan ada tempat sampah yang biasa di angkut oleh
petugas sampah.
Sumber air dari PAM dan untuk minum tidak dari situ
tetapi membeli di warung, air tidak berbau dan tidak ada
pengendapan.
Jamban di rumah ada berupa jamban cemplung, jarak
penampungan air dari sumber air > 10 meter
Pembuangan air limbah ada di bawah kontrakan dan
tampak baik.
83

U DENAH RUMAH

tangga Ruang
tv
Kamar tidur
S
Kamar Kamar
mandi tidur

b. Karakteristik tetangga dan komunitas Tetangga


Keluarga Tn.B selama tinggal di Rt 001 Rw 02 kelurahan
utan panjang kecamatan kemayoran tidak pernah memiliki
masalah ataupun terdapat konflik dengan tetangga di
lingkungan tempat tinggalnya dan hubungan silahturahmi
dengan tetangga terjalin baik, keluarga Tn.B bersikap ramah
dan sangat baik dengan tetangga. Dilingkungan rumah keluarga
Tn.B tetangganya ramah-ramah dan sopan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Tn.B tinggal di daerah haji ung dari lahir hingga saat ini
tinggal di utan panjang kemudian untuk Ny.S dari kecil pindah
ke Jakarta bersama orangtua sampai kemudian menikah dengan
Tn.B.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.B melakukan perkumpulan keluarga pada
moment lebaran bersilahturahmi dengan keluarga besar.
Keluarga Tn.B dalam interaksi dan bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar juga baik seperti Tn.B sering mengikuti
kegiatan di Rt . System pendukung keluarga
e. System pendukung keluarga
84

Keluarga Tn.B ketika mendapat musibah dibantu oleh


tetangga dan saudara dari Ny.S keluarga Tn.B mendapatkan
bantuan dari pemerintah berupa BPJS yang diterima oleh
keluarga Tn.B dalam memenuhi kebutuhan kesehatan. Dalam
kehidupan sehari-hari keluarga Tn.B selalu mendapat dukungan
dari setiap anggota keluarga yang lain.

7. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan


Perkumpulan kegiatan di wilayah ini seperti posyandu,
posbindu yang diadakan 1 bulan 1 kali, dan pengajian di masjid,
ada fasilitas kesehatan terdekat yaitu puskesmas kelurahan utan
panjang, bisa dijangkau dengan kendaraan motor atau bisa dengan
jalan kaki.

8. Pemeriksaan fisik : Head to toe


No Pemeriksaan Tn.B Ny.S An.S An.R
. Fisik
1. Keadaan Baik, Baik, Baik, Baik,
Umum Composme Composment Composme Composm
ntis is ntis entis
2. Kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak kepala
ada ada benjolan, ada bersih,
benjolan, rambut bersih benjolan, tidak ada
rambut tidak ada rambut benjolan,
bersih tidak ketombe dan bersih tidak rambut
ada tidak rontok adak bersih
ketombe ketombe tidak ada
dan tidak dan tidak ketombe
rontok rontok dan tidak
rontok
3. Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungti
85

an-anemis an-anemis an-anemis va an-


Sclera an- Sclera an- Sclera an- anemis
ikterik ikterik ikterik Sclera an-
ikterik
4. Hidung Bersih , Bersih, tidak Bersih, Bersih,
tidak ada ada benjolan tidak ada tidak ada
benjolan benjolan benjolan
5. Telinga Bersih, Bersih, tidak Bersih, Bersih,
tidak ada ada cairan tidak ada tidak ada
cairan yang yang keluar cairan yang cairan
keluar dari dari telinga keluar dari yang
telinga dan dan tidak telinga dan keluar dari
tidak berdenging tidak telinga
berdenging berdenging dan tidak
berdengin
g
6. Mulut Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih
ada ada stomatitis ada tidak ada
stomatitis stomatitis stomatitis
7. Gigi Bersih, Bersih, Gigi tampak Bersih,
tidak terdapat kuning, tidak
terdapat caries Bersih, terdapat
caries tidak caries
terdapat
caries
8. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesara
kelenjar kelenjar kelenjar n kelenjar
getah getah bening getah getah
bening bening bening
9. Dada dan Bentuk Bentuk dada Bentuk Bentuk
paru-paru dada simetris, dada dada
86

simetris, tidak ada otot simetris, simetris,


tidak ada bantu nafas, tidak ada tidak ada
otot bantu suara nafas otot bantu otot bantu
nafas, suara vesikuler nafas, suara nafas,
nafas nafas suara
vesikuler vesikuler nafas
vesikuler
10. Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
distensi distensi distensi distensi
abdomen abdomen abdomen abdomen
11. Ektermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan dan keluhan dan keluhan dan keluhan
gangguan gangguan gangguan dan
pergerakan pergerakan pergerakan gangguan
pergeraka
n
12. Tanda-tanda 120/90 150/90 120/80 110/70
Vital mmHg mmHg mmHg mmHg
13. Kesimpulan Tn.B dari Ny.S dari An.S dari An.R dari
hasil hasil hasil hasil
pemeriksaa pemeriksaan pemeriksaa pemeriksa
n keadaan keadaan n keadaan an
umum, umum, umum, keadaan
kepala, kepala, mata, kepala, umum,
mata, hidung, mata, kepala,
hidung, teling, mulut, hidung, mata,
teling, gigi, leher, teling, hidung,
mulut, gigi, dada dan mulut, teling,
leher, dada paru-paru, leher, dada mulut,
dan paru- abdomen, dan paru- gigi, leher,
paru, ekstermitas paru, dada dan
abdomen, semuanya abdomen, paru-paru,
87

ekstermitas, baik, TD ekstermitas, abdomen,


tanda-tanda tinggi 150/90 tanda-tanda ekstermita
vital mmHg. vital s, tanda-
semuanya semuanya tanda vital
baik baik hanya semuanya
gigi kuning baik
karena
sering
merokok

9. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga Tn.B berharap adanya Asuhan Keperawatan
Keluarga akan membuat mereka lebih mengetahui dan memahami
tentang bahaya rokok
88

Penjajakan II

a. Rokok
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah
An.S mengatakan “Rokok adalah tembakau, didalam rokok terdapat
zat nikotin dan tar, saya merokok karena ingin mencoba, saya merokok
sejak kelas 2 SMP dan merokok sehari habis 10 batang dan biasanya
merokok sebelum dan sesudah makan atau sedang menonton televisi,
jika terlalu banyak merokok saya suka merasa sesak”
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Ny.S mengatakan “akibat lanjut dari rokok kalau tidak segera
dihentikan bisa penyakit jantung, darah tinggi, kalau melihat An.S
merokok langsung saya marahi.”
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.S mengatakan “sudah saya suruh untuk An.S berhenti merokok”
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ny.S mengatakan “rumah selalu tertutup, jendela tidak pernah dibuka,
cahaya matahari juga tidak masuk ke rumah”
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Ny.S mengatakan “ada puskesmas tapi tetapi jarang dimanfaatkan”
b. Hipertensi
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah

Ny.S mengatakan “hipertensi adalah tekanan darahnya tinggi, saya


mengalami hipertensi sudah 2 tahun yang lalu karena banyak fikiran,
susah tidur biasanya gejala yang saya alami sakit kepala, pusing, leher
kaku, keleyengan. Jika saya tidak minum obat beberapa hari sempat
saya sampai pingsan karena darah tinggi.”

2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan


Ny.S mengatakan “apabila sudah darah tinggi segera istirahat dan
minum obat ”
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
89

Ny.S mengatakan “jika sudah darah tinggi segera pergi ke puskesmas


dan minum obat darah tinggi amodipine lalu istirahat”
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ny.S mengatakan “saya tutup pintu jika diluar sangat berisik
mengganggu”
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Ny.S mengatakan “saya setiap 1 minggu sekali selalu ke puskesmas
untuk memeriksa tekanan darah”
90

B. Format Analisa Data Kesehatan Keluarga


Nama Keluarga : Tn.B
No. Data Fokus Masalah Diagnose
Kesehatan Keperawatan
1. Data Subjektif : Perokok Perilaku
1. An.S mengatakan “Rokok kesehatan
adalah tembakau, didalam cenderung
rokok terdapat zat nikotin dan beresiko pada
tar, saya merokok karena ingin keluarga Tn.B
mencoba, saya merokok sejak khususnya
kelas 2 SMP dan merokok An.S
sehari habis 10 batang dan
biasanya merokok sebelum
dan sesudah makan atau
sedang menonton televisi, jika
terlalu banyak merokok saya
suka merasa sesak”
2. Ny.S mengatakan “akibat
lanjut dari rokok kalau tidak
segera dihentikan bisa
penyakit jantung, darah tinggi,
kalau melihat An.S merokok
langsung saya marahi.”
3. Ny.S mengatakan “sudah saya
suruh untuk An.S berhenti
merokok”
4. Ny.S mengatakan “rumah
selalu tertutup, jendela tidak
pernah dibuka, cahaya
matahari juga tidak masuk ke
rumah”
5. Ny.S mengatakan “ada
puskesmas tapi tetapi jarang
dimanfaatkan”
91

Data Objektif :

- Klien tampak terlihat baik


- Tekanan Darah : 120/80
mmHg
- RR : 20 x/ menit

2. Data subjektif : Hipertensi Resiko injuri


1. Ny.S mengatakan “pusing, tidak bisa (pecahnya
tidur, lemes” pembuluh
2. Ny.S mengatakan “hipertensi adalah
darah) pada
tekanan darahnya tinggi, saya
keluarga Tn. B
mengalami hipertensi sudah 2 tahun
khususnya
yang lalu karena banyak fikiran,
Ny.S
susah tidur biasanya gejala yang saya
alami pusing, leher kaku,
keleyengan. Jika saya tidak minum
obat beberapa hari sempat saya
sampai pingsan karena darah tinggi.”
3. Ny.S mengatakan “apabila sudah
darah tinggi segera istirahat dan
minum obat ”
4. Ny.S mengatakan “jika sudah darah
tinggi segera pergi ke puskesmas dan
minum obat darah tinggi amodipine
lalu istirahat”
5. Ny.S mengatakan “biasanya saya
tutup pintu jika diluar sangat berisik
mengganggu”
6. Ny.S mengatakan “saya setiap 1
minggu sekali selalu ke puskesmas
untuk memeriksa tekanan darah”
92

Data objektif :

- TD : 150/90 mmHg
- Nadi : 86 x/ menit

C. Skoring Masalah Keperawatan


Masalah Keperawatan Keluarga : Perilaku kesehatan cenderung
beresiko pada keluarga Tn.B khususnya An.S

No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga Tn.B
Skala : khususnya An.S
Potensial =1 adalah perokok,An.S
Resiko =2 mengatakan “jika
Actual =3 dada sudah terasa
sesak segera
mengentikan
merokok” jika tidak
segera ditangani
maka akan merusak
system pernafasan dll

2. Kemungkinan Masalah 2 2/2 x 2 = 4/2 kemungkinan


untuk diubah masalah untuk
Skala : diubah mudah karena
Mudah =2 keluarga telah
Sebagian =1 mengetahui tentang
Tidak Dapat = 0 bahaya rokok,
perawat juga
memberi penyuluhan
tentang bahaya
rokok, dan terdapat
gerakan anti
93

merokok di
lingkungan dekat
tempat tinggal
3. Potensial Masalah 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah berheti
Untuk Dicegah merokok sulit
Skala : dicegah karena
Tinggi =3 proses berhenti
Cukup =2 merokok harus
Rendah =1 secara bertahap ,
merokok sudah 4
tahun yang
menyebabkan sangat
ketergantungan
terhadap rokok, tapi
sekarang mulai
mengurangi dosis
merokok setiap
harinya
4. Menonjolnya Masalah 1 2/2 x 2= 2 Keluarga melihat
Skala : masalah merokok
Segera ditangani adalah masalah yang
=2 sangat berbahaya dan
Masalah ada tapi tidak harus segera
perlu ditangani, keluarga
=1 melihat masalah
Masalah tidak sebagai masalah
dirasakan yang serius
=0

Total 5 1/3

Masalah keperawatan keluarga : Resiko injuri (pecahnya pembuluh


darah) pada keluarga Tn. B khususnya Ny.S
94

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Tekanan darah pada
Skala : Ny.S 150/90 mmHg,
Potensial =1 jika tidak di tangani
Resiko =2 segera akan berlanjut
Actual =3 pada aktual yaitu :
pecahnya pembuluh
darah
2 Kemungkinan Masalah 2 1/2 x 2 = 1 Masalah dapat
untuk diubah dirubah sebagian
Skala : karena Ny.S tidak
Mudah =2 memotivasi diri
Sebagian =1 sendiri untuk
Tidak Dapat = 0 Menghindari
makanan yang

Seharusnya
dihindari. Namun
keluarga dan
perawat selalu
mengingatkan Ny.S
untuk menjaga pola
makannya.
3 Potensial Masalah 1 3/3 x 1 = 3/3 Ny.S mengatakan
Untuk Dicegah “saya sudah
Skala : menderita tekanan
Tinggi =3 darah tinggi selama 2
Cukp =2 tahun dan sudah
Rendah =1 meminum obat
“amodipine”. Dan
merasa lebih baik.

4 Menonjolnya Masalah 1 2/2 x 1= 2/2 Ketika keluarga


Skala : mengetahui tentang
Segera ditangani penyakit Ny.S,
95

=2 keluarga langsung
Maslaha ada tapi tidak menganjurkan
perlu kepada Ny.S untuk
=1 berobat ke
Masalah tidak puskesmas atau
dirasakan rumah sakit yang
=0 mampu terjangkau
dan menyuruh untuk
meminum obatnya
secara teratur
Total 3 2/3

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SKOR

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.B 5 1/3


khususnya An.S

2. Resiko injuri (pecahnya pembuluh darah) pada keluarga Tn. 3 2/3


B khususnya Ny.S
96

Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.B

PEROKOK

N Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi


o. TUM TUK Kriteria Standart
1 Perilaku Setelah dilakukan Setelah 45 menit
kesehatan tindakan kunjungan rumah
cenderung keperawatan selama keluarga dapat :
beresiko pada 1 minggu kunjungan 1. Mengenal bahaya
keluarga Tn.B rumah diharapkan rokok
khususnya perilaku kesehatan 1.1 Pengertian Respon Rokok adalah zat adiktif Dengan menggunakan lembar
An.S cenderung beresiko verbal yang berdampak negative balik dan leflet:
teratasi bagi kesehatan anak. a. Menggali pengetahuan
keluarga tentang rokok

b. Diskusikan dengan
keluarga tentang bahaya
rokok
c. Beri kesempatan pada
keluarga untuk
menerima kondisinya
d. `Beri pujian atas
perilaku yang benar
97

1.2 komposisi Respon Menyebutkan komposisi a. Jelaskan pada keluarga


verbal rokok : komposisi rokok dengan
Tar : kumpulan dari menggunakan leaflet
beribu-ribu bahan kimia b. Bimbingan keluarga untuk
dalam komponen padat mengulangi apa yang telah
asap rokokdan bersifat dijelaskan
karsinogenik c. Beri pujian atas perilaku
Nikotin : bahan yang yang benar
bersifat toksik
Ammonia : pembersih
lantai
Arsenic : obat kapur semut
Butane : bahan baku korek
api
Acetone : penghapus cat
Metanole : bahan bakar
roket
Naphthalene : bahan kapur
barus
Cadmium : bahan
98

accumulator mobil
Ckarbonmonoksida : gas
beracun
Vinyil chloride : bahan
plastic

1.3 Penyebab Respon Penyebab remaja merokok a. Diskusikan dengan keluarga


verbal : tentang penyebab remaja
1. Contoh dari orang merokok
tua, guru, dan b. Motivasi keluarga untuk
keluarga menyebutkan kembali
2. Lingkungan penyebab remaja merokok
pergaulan c. Beri pujian atas perilaku
3. Akses yang yang benar
mudah
4. Tipu daya pelaku
usaha
5. Merasa lebih
percaya diri dan
bisa konsntrasi
dengan merokok
99

Setelah 45 menit
kunjungan rumah
keluarga dapat :
2. Mengambil
keputusan untuk
tindakan segera
untuk mengatasi
masalah remaja
merokok Respon Menyebutkan akibat dari a. Jelaskan pada keluarga
2.1 Menyebutkan verbal merokok, bila tidak segera tentang akibat lanjut dari
Akibat di atasi dapat merokok
merokok jika menyebabkan penyakit : b. Motivasi keluarga untuk
tidak segera 1. Kanker memutuskan mengatasi
berhenti 2. Hepatitis kebiasaan merokok pada
3. Diabetes An.S
4. Gangguan c. Berikan motivasi/ dukungan
pernafasan keluarga memilih alternative
5. Gangguan pada d. Beri pujian atas pilihan yang
kesehatan Rahim tepat
6. Penyakit ginjal
100

7. Penyakit paru-
paru
8. Serangan jantung
9. stroke

Keputusan Kelurga yang


harus diambil :
a. usahakan untuk
membiasakan
hidup tanpa rokok
b. perbanyak usaha
untuk berhenti
merokok

Setelah 45 menit
kunjungan rumah,
keluarga dapat :
101

3. Keluarga dapat
melakukan
perawatan pada
anggota keluarga
dengan kebiasaan
merokok Psikomotor Minimal 5 dari 9 a. Jelaskan pada keluarga cara
3.1 Menjelaskan perawatan perokok: perawatan pada perokok
cara perawatan a. Pantau dosis rokok b. Motivasi keluarga untuk
melalui upaya yang dihabiskan mendemonstrasikan ulang
pencegahan/ b. Biasakan dengan c. Beri pujian pada keluarga
berhenti kesibukan tanpa setelah mampu melakukan
merokok mengingat rokok tindakan sesuai yang telah
c. Bila merokok hindari didemostrasikan
anggota keluarga d. Evaluasi apa yang telah
yang lain dilakukan keluarga
d. Buka jendela/ pintu e. Ulangi penjelasan jika ada
lebar-lebar bila pagi hal-hal yang terlupakan
hari
e. Makan yang sehat
f. Terapi hipnotis :
102

Perokok diberi
intervensi oleh
penghipnitis bahwa
merokok itu buruk
dan dia harus
berhenti, maka pada
saat dia sadar
kembali, besar
kemungkinan dia
akan berhenti,
sekalipun dia tidak
tahu siapa yang
menyuruhnya
berhenti.

Setelah 45 menit
kunjungan rumah,
keluarga dapat:
4. Memodifikasi
lingkungan yang
103

aman dan tenang:


4.1 Menjelaskan
lingkungan Respon Menyebutkan cara Diskusikan dengan keluarga cara
yang aman dan verbal memelihara lingkungan memelihara lingkungan yang
tenang bagi yang aman: aman dan tenang:
perokok a. Ventilasi udara dan a. Motivasi keluarga untuk
penerangan sinar memodifikasi lingkungan
matahari pagi b. Lakukan kunjungan yang
b. Menghindari asap tidak direncanakan untuk
rokok mengevaluasi kemampuan
keluarga dalam memelihara
lingkungan yang aman
c. Beri pujian atas hal yang
positif
104

Setelah 45 menit
kunjungan rumah,
keluarga dapat:
5. Memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk mengatasi Menyebutkan fasilitas
kebiasaan merokok kesehatan yang dapat
5.1 Menjelaskan Respon digunakan: Dengan menggunakan lembar
fasilitas verbal a. Fasilitas yang dapat balik dan leaflet:
kesehatan yang digunakan: a. Gali pengetahuan keluarga
dapat rumah sakit tentang fasilitas kesehatan
digunakan dan b. Manfaat: dan manfaat pelayanan
manfaatnya Memberikan kesehatan
5.2 Memanfaatkan informasi tentang b. Diskusikan dengan keluarga
fasilitas rokok dan cara tentang fasilitas kesehatan
kesehatan penanggulangannya dan manfaat pelayanan
c. Keluarga kesehatan
mengunjungi fasilitas c. Beri kesehatan pada
kesehatan secara rutin keluarga untuk memilih
d. Motivasi keluarga untuk
105

memanfaatkan fasilitas
kesehatan secara rutin ke
pelayanan kesehatan
e. Beri pujian atas perilaku
yang benar
106
107

RENCANA PERAWATAN KELUARGA Tn. B

HIPERTENSI

Diagnose Tujuan Kriteria evaluasi


No. keperawatan Rencana intervensi
keluarga Umum Khusus Kriteria Standart

1. Resiko injuri Setelah 1. Setelah dilakukan Verbal : a. Pengertian hipertensi : 1. Diskusikan bersama keluarga pengertian
(pecahnya dilakukan kunjungan selama 1 hipertensi adalah Hipertensi dengan menggunakan lembar
pembuluh kunjungan x 30 menit, Keluarga peningkatan tekanan bolak balik.
darah) pada keperawata dapat mengenal dalam pembuluh darah 2. Tanyakan kembali pada keluarga tentang
keluarga Tn. B n selama 1 masalah hipertensi dimana melewati dalam pengertian hipertensi
khususnya Ny.S minggu, dengan cara batas normal yaitu
3. Berikan pujian atas jawaban yang tepat
tidak 1.1 Menyebutkan 120/80 mmHg.
terjadi pengertian Biasanya tekanan darah
resiko penderita hipertensi
injuri diatas 140/90 mmHg.
(pecahnya
pembuluh 1.2 Menyebutkan
b. Penyebab :
darah) penyebab
1. Keturunan 1. Diskusikan dengan keluarga tentang
pada
108

keluarga hipertensi 2. Kelelahan penyebab hipertensi dengan


Tn. B 3. Kurang olah raga menggunakan lembar bolak balik
khusunya 4. Penyakit tekanan 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
Ny.S darah tinggi kembali penyebab hipertensi
5. konsumsi garam 3. Beri reinforcement positif atas usaha
Verbal :
berlebihan yang dilakukan keluarga

1.3 Menyebutkan
c. menyebutkan 3 dari 5
tanda dan gejala
tanda- tanda hipertensi :
hipertensi
1. Rasa sakit kepala
2. berat ditengkuk 1. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda
3. Mata berkunang – – tanda hipertensi
kunang
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
4. Gelisah sukar tidur
kembali tanda – tanda hipertensi
Keletihan, napas
3. Beri reinforcement positif atas usaha yang
pendek, terenggah
dilakukan keluarga
enggah, sesak napas

Verbal
109

2. Setelah 1 x 30 menit Verbal d. Menyebutkan 3 dari 5 1. Jelaskan pada keluarga akibat lanjut
kujungan keluarga akibat lanjut dari apabila hipertensi tidak diobati dengan
mampu mengambil hipertensi yang tidak menggunakan lembar balik
keputusan untuk diobati : 2. Motivasi untuk menyebutkan kembali
merawat anggota 1. penyakit jantung akibat lanjut dari hipertensi yang tidak
keluarga yang 2. Serangan otak / diobati
menderita hipertensi stroke 3. Beri reinforcement positif atas jawaban
dengan cara : 3. Penglihatan keluarga yang tepat
2.1 Menyebutkan menurun
akibat lanjut tidak 4. Gangguan gerak dan
diobatinya keseimbangan
hipertensi 5. Kerusakan ginjal
kematian
3. Setelah 1 x 30 menit Verbal e. Menyebutkan 3 dari 6 1. Diskusikan dengan keluaraga tentang
kunjungan keluarga cara perawatan pencegahan hipertensi
mampu merawat hipertensi: 2. Motivasi keluaraga untuk menyebutkan
anggota keluarga 1. jaga berat badan pencegahan hipertensi
dengan hipertensi ideal 3. Beri reinforcememnt positif atas usaha
dengan cara 2. Kurangi konsumsi yang dilakukan keluarga
3.1 Menyebutkan garam berlebiham
110

cara perawatan dalam makanan


hipertensi seperti ikan asing
dirumah 3. Batasi konsumsi
makanan kolestrol
tinggi, seperti jeroan
4. Jangan merokok
5. Banyak makan sayur
dan buha
6. Batasi minum kopi

3.2 Melakukan tehnik f. Keluarga dapat


relaksasi melakukan 2 dari 4 cara 1. Demonstrasikan pada keluarga cara
melakukan tehnik melakukan tehnik relaksasi
relaksasi 2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
1. Napas dalam mencoba melakukan tehnik relaksasi
2. Kompres hangat 3. Beri reinforcement positif atas usaha
3. Relaksasi otot keluarga
Psikomoto 4. Teknik progresif 4. Pastikan keluarga akan melakukan
r
tindakan yang diajarkan jika diperlukan
111

4. Setelah 1 x 30 menit Verbal 5. Menyebutkan 2 dari 3 1. Jelaskan lingkungan yang dapat


keluarga mampu cara memodifikasi mencegah hipertensi
memodifikasi lingkungan untuk 2. Motifasi keluarga untuk mengulangi
lingkungan yang mencegah hipertensi : penjelasan yang diberikan
dapat mencegah 1. Menciptakan
3. Beri reinforcement positif atas jawaban
hipertensi: lingkungan yang
keluarga
4.1 Menyebutkan tenang
cara – cara 2. Pencahayaan yang
memodifikasi cukup
lingkungan 3. Ventilasi yang baik

5. Setelah 1 x 30 menit Verbal 6. Manfaat kunjungan ke 1. Informasikan mengenai pengobatan dan


kunjungan keluarga fasilitas kesehatan : pendidikankesehatan yang dapat
mampu memanfaatkan 1. Mendapatkan diperoleh keluarga di balai pengobatan
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
dengan cara : pengobatan hipertensi kembali hasil diskusi
5.1 Menyebutkan 2. Mendapatkan 3. Beri reinforcement positif atas hasil yang
kembali manfaat pendidikan kesehatan dicapai keluarga
kunjungan ke tentang hipertensi
fasilitas kesehatan
112

Perokok

No. Hari/tgl/jam Dx Tindakan keperawatan Paraf


1. Sabtu, 21 1.1 1. Menggali pengetahuan keluarga tentang Ai
April 2018 rokok
Ds : An.S mengatakan ” Rokok adalah
tembakau, bahan baku rokok nikotin
Penyebab seseorang merokok karena
penasaran ingin mencoba”
Do : An.S Tampak terbata – bata saat
menjawab
2. Memberi motivasi keluarga untuk
mengemukakan pendapatnya tentang
rokok
Ds: An.S mengatakan ”bingung
mengungkapkannya”
Do: An.S tampak mendengarkan
3. Mendiskusikan bersama keluarga
mengenai pengertian dan penyebab
perokok serta komposisi rokok.
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “setuju”
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dan mendengarkan
4. Menanyakan kembali pada keluarga
tentang pengertian dan penyebab merokok
serta komposisi rokok
Ds : An.S mengatakan “rokok merupakan
zat adiktif yang berdampak negative bagi
kesehatan. komponen utama rokok yaitu
nikotin suatu zat yang berbahaya penyebab
kecanduan, tar zat yang menyebabkan
penyakit kanker, dan CO yang dapat
menurunkan kandungan oksigen dalam
darah, penyebab seseorang merokok
berawal dari ingin mencoba, mengikuti
113

orangtua.”
Do : An.S tampak lebih lancar menjawab
daripada sbelumnya
5. Memberikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan keluarga
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
1.2 1. Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut Ai
dari perokok
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “saya
baru tahu akibat- akibat tersebut”
Do : keluarga tampak memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat lanjut dari perokok yang
tidak diobati
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “merokok
bisa membuat seseorang jadi
ketergantungan dan ketagihan, bisa
terkena penyakit paru kronik, bronchitis
kronis, TBC, kanker paru, emfisema,
jantung, hipertensi
Do : An.S tampak senang dapat
mengulang kembali
3. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
2. Selasa, 24 1.3 1. Mendiskusikan dengan keluaraga tentang Ai
April 2018 cara berhenti merokok
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “setuju”
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dan mendengarkan
114

2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan


cara berhenti merokok
Ds : An.S mengatakan “” tekatkan niat
yang bulat untuk berhenti merokok,
mendapatkan dukungan dari orang-orang
terdekat untuk berhenti merokok, menunda
perasaan ingin merokok dan menvari
kesibukan lain, mengurangi dosis rokok
yang dikonsumsi”
Do : An.S tampak senang dan
bersemangat
3. Mendemonstrasikan pada keluarga cara
melakukan terapi SEFT
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan
4. Memberikan kesempatan pada keluarga
untuk mencoba melakukan terapi seft
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “mau
mencoba terapi tersebut”
Do : Keluarga Tn. B melakukan terapi
SEFT
115

3. Rabu, 25 1.4 1. Menjelaskan lingkungan yang dapat


April 2018 mencegah merokok
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dengan serius
2. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : An.S mengatakan “Menciptakan
lingkungan yang tenang, jauh dari orang-
orang perokok, Pencahayaan yang cukup
dan Ventilasi yang baik”
Do : An.S tampak lancar menjawab
3. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
1.5 1. Menginformasikan mengenai pengobatan Ai
dan pendidikan kesehatan yang dapat
diperoleh keluarga di balai pengobatan
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dengan serius
2. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : An.S mengatakan “Mendapatkan
pelayanan kesehatan Mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang bahaya
merokok dan cara berhenti merokok”
Do : An.S tampak lancar menjawab
3. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
116

Hipertensi

No. Hari/tgl/jam Dx Tindakan keperawatan Paraf

1. 1.1 6. Menggali pengetahuan keluarga tentang Ai


Hipertensi
Ds : Ny.S mengatakan “Hipertensi adalah
darahnya tinggi. Tanda gejala Hipertensi
adalah sering marah – marah, pusing,
leher sakit, dan cepat lelah. Penyebabnya
karna kelelahan dan sering makan yang
asin – asin.”
Do : Ny.S Tampak terbata – bata saat
menjawab
7. Memberi motivasi keluarga untuk
mengemukakan pendapatnya tentang
Hipertensi
Ds: Ny.S mengatakan ”bingung
Sabtu, 21
mengungkapkannya”
April 2018
Do: Ny.S tampak mendengarkan
8. Mendiskusikan bersama keluarga
mengenai pengertian penyebab dan tanda
gejala Hipertensi
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “setuju”
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dan mendengarkan
9. Menanyakan kembali pada keluarga
tentang pengertian, penyebab dan tanda
gejala hipertensi
Ds : Ny.S mengatkan “ hipertensi adalah
peningkatan tekanan dalam pembuluh
darah dimana melewati dalam batas
normal yaitu 120/80 mmHg. Biasanya
117

tekanan darah penderita hipertensi diatas


140/90 mmHg, disebabkan karna gaya
hidup yang tidak sehat, merokok, minum
alcohol, kurang olahraga, kegemukan, dan
stress. Tanda dan gejala yaitu rasa sakit
dikepala, tengkuk terasa berat, mata
berkunang – kunang, gelisah, sukar tidur,
dan kelelahan.”
Do : Tn. B tampak lebih lancar menjawab
daripada sbelumnya
10. Memberikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan keluarga
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
1.2 4. Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut Ai
dari hipertensi
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “saya
baru tahu akibat tersebut”
Do : keluarga tampak memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik
5. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat lanjut dari hipertensi yang
tidak diobati
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “dapat
mengakibatkan penyakit jantung,
Serangan otak / stroke, Penglihatan
menurun dan kematian”
Do : Ny.S tampak senang dapat
mengulang kembali
6. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
118

Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima


kasih”
Do : keluarga tampak senang
2. 1.3 5. Mendiskusikan dengan keluaraga tentang Ai
pencegahan hipertensi
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “setuju”
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dan mendengarkan
6. Memotivasi keluaraga untuk
menyebutkan kembali pencegahan
hipertensi
Ds : Ny.S mengatakan “jaga berat badan
ideal, Kurangi konsumsi garam
berlebihan dalam makanan seperti ikan
asin, Jangan merokok, Banyak makan
Selasa, 24 sayur dan buah, Batasi minum kopi”
April 2018 Do : Ny.S tampak senang dan
bersemangat
7. Mendemonstrasikan pada keluarga cara
melakukan tehnik relaksasi
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan
8. Memberikan kesempatan pada keluarga
untuk mencoba melakukan tehnik
relaksasi
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “mau
mencoba teknik relaksasi tersebut”
Do : Keluarga Tn. B melakukan teknik
relaksasi
3. Rabu, 25 1.4 4. Menjelaskan lingkungan yang dapat Ai
April 2018 mencegah hipertensi
119

Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dengan serius
5. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : Ny.S mengatakan “Menciptakan
lingkungan yang tenang, Pencahayaan
yang cukup dan Ventilasi yang baik”
Do : Ny.S tampak lancar menjawab
6. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
1.5 4. Menginformasikan mengenai pengobatan Ai
dan pendidikan kesehatan yang dapat
diperoleh keluarga di balai pengobatan
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dengan serius
5. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : Ny.S mengatakan “Mendapatkan
pelayanan kesehatan pengobatan
hipertensi dan Mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang hipertensi”
Do : Ny.S tampak lancar menjawab
6. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
120

E. Evaluasi Keperawatan
Perokok
N Hari/tanggal/jam Dx Evaluasi (SOAP) Paraf
o
1 Sabtu , 21 April 2018 1 S : An.S mengatakan “saya Ai
merokok setiap hari dari SMP
kelas 2 dan kira-kira merokok
>10 batang per hari”
O:
1. Keadaan umum An.S
baik
2. Td : 120/70 mmhg, N :
86x/menit,
S : 36,7’c, RR :
20x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

2Selasa, 24 April 2018 1 S : An.S mengatakan “masih Ai


merokok tapi dosisnya
dikurangi kira-kira sekarang 9
batang per hari”
O:
1. Keadaan umum An.S
baik
2. Td : 110/80 mmhg, N :
88x/menit,
S : 36,6’c, RR :
121

20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P :pertahankan intervensi

Rabu , 25 April 2018 1 S : An.S mengatakan Ai


“sekarang merokok sudah
dikurangi kira-kira 6 batang
per hari
O: keadaan umum An.S baik
Td : 120/90 mmhg , S
: 36,5’c, RR: 20 x/
menit N : 84 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan Intervensi

Hipertensi
No Hari/tanggal/jam Dx Evaluasi (SOAP) Paraf
1 Sabtu , 21 April 2018 2 S : Ny.S mengatakan Ai
“pusing,sakit kepala, leher
terasa kaku dan semalam tidak
bisa tidur”
O:
1. Keadaan umum Ny.S
baik
2. Td : 130/90 mmhg,
N : 86x/menit,
S : 36,7’c, RR :
18x/menit
122

P : pada saat istirahat


Q : seperti tertimpah
benda berat
R: tengkuk/leher
belakang, dan kepala
S:4
T : hilang timbul

A : masalah teratasi sebagian


P : pertahankan intervensi

2 Selasa, 24 April 2018 2 S : Ny.S mengatakan Ai


“sekarang sudah tidak pusing,
sakit kepala juga sudah
mendingan tapi leher masih
terasa kaku dan bisa tidur
semalam”
O:
1. Keadaan umum Ny.S
baik
2. Td : 130/80 mmhg, N :
88x/menit
S : 36,6’c, RR :
18x/menit
S:1
T: -
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi

3 Rabu , 25 April 2018 2 S : Ny.S mengatakan Ai


123

“sekarang sudah tidak pusing,


tidak sakit kepala dan leher
sudah tidak kaku lagi tidur pun
nyenyak”
O: keadaan umum Ny.S baik
Td : 130/90 mmhg , S
: 36,5’c, RR: 20 x/
menit N : 84 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
124

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan antara tinjauan teori dan kasus
tentang asuhan keperawatan pada keluarga Tn.B khususnya An. S dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan gangguan sistem pernapasan
“REMAJA PEROKOK” di wilayah Rt 001 Rw 002 Kelurahan Utan Panjang
Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Pembahasan ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan melalui proses keperawatan yang meliputi proses
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis, dalam
pengkajian penulis melakukan pengumpulan data. Data diperoleh dengan
menggunakan format pengkaijan dan teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara dengan keluarga, observasi dan pemeriksaan fisik. Setelah penulis
melakukan pendekatan untuk menjalin hubungna saling percaya, keluarga
Tn.B dapat menerima kedatangan penulis. Dalam pengkajian tidak ditemukan
kesulitan dikarenakan keluarga Tn.B bersikap kooperatif dalam menjawab
semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis sehingga mempermudah
mendapatkan informasi. Selain karena faktor keluarga yang kooperatif,
penulis terbantu dengan adanya format pengkajian sehingga dapat
mengumpulkan data secara lengkap sesuai yang dibutuhkan.

Pada tipe keluarga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan
tipe keluarga Tn.B adalah keluarga inti dimana didalam teori menurut
Friedman, Bowden, & Jones tahun 2003 (dalam Susanto, 2012) dijelaskan
125

bahwa keluarga inti (the nuclear family) adalah Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak yang tinggal dalam satu rumah.

Tahap perkembangan keluarga Tn.B saat ini adalah tahap pekembangan anak
remaja. Karena anak pertama Tn.B yaitu An.S berusia 18 tahun dalam tugas
perkembangan didapatkan kesenjangan antara kasus dengan teori. Dimana
berdasarkan teori menurut Menurut Rodgers ((Friedman, 1998) dalam Tantut,
(2012) & Andarmoyo, (2012)) tugas perkembangan keluarga pada tahap anak
remaja adalah memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mempertahankan hubungan yang intim dalam
keluarga,mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Tetapi keluarga Tn.B belum dapat mempertahankan komunikasi terbuka
antara anak dan orang tua karena An.S jarang berbicara secara terbuka kepada
orang tua melainkan kepada teman sebayanya karena orang tua terlalu sibuk
bekerja dan pada Perubahan system peran dalam keluarga Tn.B baik, Tn.B
sebagai ayah, kepala keluarga dan bekerja mencari nafkah, Ny.S sebagai ibu,
ibu rumah tangga dan membantu mencari nafkah, An.S sebagai anak dan
membantu mencari nafkah, An.R sebagai anak dan pelajar. Tetapi pada
peraturan di keluarga tidak baik,Tn.B dan Ny.S membuat peraturan tidak
boleh pulang malam lebih dari jam 11, peraturan tersebut tidak berjalan
dengan baik karena anak selalu melanggar peraturan, dan tidak mendengarkan
nasihat orangtua. Terjadinya kesenjangan karena komunikasi didalam
keluarga tidak terbuka dan Menurut Ali (2011), karakter perkembangan
sifat remaja adalah pertentangan karena pada masa anak sering mengalami
pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.

Peran keluarga pada keluarga An.S telah sesuai, dimana masing-masing


anggota keluarga memiliki peran yang berbeda, Tn.B sebagai ayah, kepala
keluarga dan bekerja mencari nafkah, Ny.S sebagai ibu, ibu rumah tangga,
126

dan membantu mencari nafkah, An.S sebagai anak dan membantu mencari
nafkah, An.R sebagai anak dan pelajar.

Fungsi keluarga Tn.B memiliki kesenjangan dengan teori, dimana menurut


Friedman, (1988); Setiawan & Dermawan (2005) fungsi keluarga terbagi
menjadi 5 yaitu: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, pemeliharaan
kesehatan, ekonomi. Kesenjangan yang terjadi antara kasus dan teori karena
keluarga tidak mampu menjalankan fungsi sosialisasi dan perawatan
kesehatan. Keluarga Tn.B tidak mampu menjalankan fungsi sosialisasi karena
tidak mengikuti organisasi masyarakat dan hanya menjalankan interaksi serta
hubungan yang baik dengan tetangga.

Kesehatan lingkungan mulai dari karakteristik, rumah yang ditempati keluarga


Tn.B adalah rumah kontrakan. Rumah yang ditempati keluarga Tn.B berjenis
petak dan permanent dengan ukuran bangunan 3 m² x 5 m² tanpa pekarangan.
Atap rumah terbuat dari genteng dan abses, lantai dari ubin dan terdapat
ventilasi < 10% luas lantai. Cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam
rumah. Pencahayaan dirumah menggunakan listrik namun masih kurang
pencahayaan. Kondisi rumah berdebu dan banyak barang bertumpuk. Jendela
tidak pernah dibuka. Keluarga Tn.B memiliki wc sendiri di dalam rumah.
Sedangkan menurut teori ventilasi rumah seharusnya > 10% luas lantai,
kondisi rumah bersih tidak berdebu dan tidak banyak barang bertumpuk.

Keluarga Tn.B memiliki kesenjangan pada tugas keluarga dalam bidang


kesehatan antara kasus dan teori, dimana dalam teori menurut Friedman tugas
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan dibagi 5, yaitu:
mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan keperawatan
anggotanya yang sakit, memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan. Keluarga Tn.B tidak mampu mengambil keputusan,
127

Tn.B tidak mengetahui akibat lanjut dari PEROKOK jika tidak ditangani.
Tetapi Ny.S selalu memberikan nasihat agar berhenti merokok. Keluarga
Ny.S tidak mampu memodifikasi lingkungan dapat terlihat dari keadaan
rumah yang gelap, ventilasi kurang, dan berdebu. Kesenjangan tersebut terjadi
karena kurangnya pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah rokok,
mengambil keputusan, merawat keluarga yang sakit, memodifikasi
lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan

Untuk penyebab merokok terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.


Dimana pada kasus An.S keluarga mengatakan penyebabnya karena ingin
mencoba. Sedangkan pada teori penyebab merokok adalah pengaruh orang
tua, pengaruh teman, factor kepribadian, dan pengaruh. Hal itu dapat terlihat
dari prilaku orang tua khususnya Tn.B yang perokok. Kesenjangan ini terjadi
karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyebab seseorang
merokok.

Pada komposisi rokok terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.


Dimana kasus An.S keluarga mengatakan komposisi rokok hanyalah nikotin
dan tar. Sedangkan pada teori komposisi dalam rokok terdapat 4000 bahan
kimia yang mana 60 bahan kimia diantaranya bersifat karsinogenik, yaitu :
Tar, nikotin, karbon monoksida, sianida, cyano,benzene, cadmium, methanol,
alcohol, aaetilena, ammonia, formaldehida, hydrogen sianida dan arsenic,
bahan-bahan tersebut sangat berbahaya bagi tubuh. Hal ini dapat dilihat dari
prilaku An.S dengan sifat acuh terhadap zat-zat yang terkandung di dalam
rokok. Kesenjangan ini terjadi karena keluarga tidak mengetahui zat yang
terkandung didalam rokok adalah zat yang sangat berbahaya bagi diri sendiri
dan orang lain.
128

B. Diagnosa Keperawatan
Dalam penyusunan diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara kasus
dan teori. Menurut teori diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA
(1995) dalam Ni Made,dkk (2017) terbagi menjadi kelompok diagnosa.
Kelompok diagnosa pertama adalah aktual yang terdiri dari prilaku kesehatan
cenderung beresiko, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan,
ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga. Kemudian
kelompok diagnosa kedua adalah resiko (ancaman kesehatan) yang terdiri dari
resiko ketidakefektifan pola nafas, resiko penurunan kardiak . Kelompok
diagnosa yang terakhir adalah potensial/sejahtera yang terdiri dari potensial
peningkatan pemeliharaan kesehatan, potensial peningkatan proses keluarga,
potensial peningkatan koping keluarga.

Sedangkan pada kasus penulis hanya memunculkan diagnosa aktual yaitu:


prilaku kesehatan cenderung beresiko. Penulis mengangkat diagnosa aktual
karena An.A mengalami masalah yang nyata, hal tersebut dapat dilihat dari
keluhan keluarga yang mengatakan bahwa An.S sudah 5 tahun merokok,
sehingga tidak perlu mengangkat diagnosa keperawatan resiko. Sementara
diagnosa potensial tidak ditegakan karena saat ini keluarga belum dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan dan belum mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan untuk ditingkatkan.

Dalam menentukan prioritas masalah keperawatan, penulis tidak mengalami


kesulitan karena keluarga kooperatif dan mengerti skoring setelah diarahkan
oleh penulis. Pada tinjauan kasus peulis mendapatkan 2 masalah keperawatan
keluarga dan telah ditentukan prioritas masalah keperawatan sebagai berikut:
prilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.B khususnya An.S 5
1/3 dan resiko injuri (pecahnya pembuluh darah) Resiko Nyeri berulang pada
keluarga Tn.S khususnya Ny.S dengan skor 3 2/3.
129

C. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakkan keperawatan keluarga diarahkan untuk mengubah
pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarganya dengan bantuan
minimal dari perawat. Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan
perawatan (jangka panjang/ pendek), penempatan standart dan kriteria serta
menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah prilaku kesehatan
cenderung beresiko (Setiadi, 2008). Pada tinjauan kasus rencana keperawatan
diprioritaskan pada masalah ini merupakan masalah yang sedang terjadi
(nyata) dibandingkan dengan diagnosa kedua.

Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kesehatan cenderung beresiko pada


keluarga Tn.B khususnya An.S, penulis bersama keluarga merencankana
untuk melakukan TUK 1 – 5 dalam bentuk kegiatan penyuluhan kesehatan
tentang ROKOK mulai dari pengertian rokok, penyebab seseorang merokok,
komposisi rokok, akibat/ dampak rokok dan cara perawatan pada keluarga
dengan masalah rokok. Kemudian melakukan kegiatan psikomotorik berupa
terapi SEFT, modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada.

Tidak terdapat kesenjangan antara rencana tindakan keperawatan keluarga


pada kasus maupun teori, dimana penulis melibatkan keluarga dalam
penyusunan rencana keperawatan keluarga dan dapat diterima oleh keluarga.
Selain itu penulis mrencanakan untuk melakukan penyuluhan disetiap
masalah pada keluarga untuk mencegah resiko terjadinya masalah dengan
tindakan promotif seperti penyuluhan kesehatan.
130

D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2008).
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis melakukan sesuai rencana
yang telah disusun bersama keluarga Tn.S. Dalam pelaksanaan keperawatan
tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus, namun saat pelaksanaan
tindakan keperawatan mengalami sedikit hambatan dikarenakan setiap
melakukan tindakan tidak semua anggota keluarga Tn.S hadir. Namun penulis
memberikan saran kepada anggota keluarga Tn.S yang hadir agar dapat
memberitahu kepada anggota keluarga yang tidak hadir. Selain itu penulis
juga memberikan leaflet untuk bisa dibaca dan dipelajari oleh seluruh anggota
keluarga Tn.S.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan
keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi disusun mengunakan SOAP secara operasional dengan tahapan
sumatif (hasil) dan formatif (proses) (Setiadi, 2008).

Dalam membuat evaluasi tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan


kasus. Karena pada tinjauan kasus, penulis telah membuat evaluasi proses
setiap hari (evaluasi formatif) setelah melakukan tindakan. Kemudian setelah
waktu 3 x 24 jam yang telah ditentukan saat membuat perencanaan melakukan
asuhan keperawatan, penulis membuat evaluasi akhir berupa SOAP (evaluasi
sumatif). Dari evaluasi hasil tersebut, analisa masalah untuk diagnosa prilaku
kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.B khususnya prilaku
kesehatan cenderung beresiko adalah masalah teratasi sebagian karena
perkembangan yang terjadi pada klien dan keluarga hanya mencangkup
131

setengah dari yang sudah ditetapkan saat membuat perencanaan. Hal ini dapat
dilihat dari An.S sudah mengurangi dosis rokok yang di konsumsi, Kemudian
keluarga sudah mampu menyebutkan kembali pengertian sampai cara
perawatan keluarga dengan masalah rokok. Tn.S dan keluarga dapat
melakukan dengan benar cara terapi SEFT. Namun keluarga belum mampu
menerapkan modifikasi lingkungan yang bersih dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada.

Tindak lanjut dari penulis menyarankan kepada keluarga Tn.S selalu menjaga
kesehatan pada seluruh anggota keluarga serta melakukan terapi SEFT pada
keluarga yang merokok, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
132

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis membahas asuhan keperawatan dengan perbandingan antara
teori dan kasus dilapangan, kemudian penulis dapat mengambil kesimpulan
dan saran sebagai berikut: ROKOK adalah zat adiktif yang berdampak
negative bagi kesehatan anak. Karena rokok dapat menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan.

Pengkajian pada keluarga Tn.B dengan masalah REMAJA PEROKOK


dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
sehingga didapatkan keluhan yang sedang dirasakan. An.S mengatakan “An.S
sudah merokok sejak kelas 2 SMP”

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah perilaku kesehatan


cenderung beresiko pada keluarga Tn.B khusunya An.S. Rencana
keperawatan disusun bersama keluarga adalah memberikan penyuluhan
bahaya ROKOK mulai dari pengertian sampai cara perawatan dengan masalah
Remaja Perokok , serta melakukan terapi SEFT, modifikasi lingkungan, dan
motivasi keluarga menggunakan fasilitas layanan kesehatan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari rencana


yang telah disusun bersama keluarga. Meliputi: melakukan penyuluhan
kesehatan bahaya rokok mulai dari pengertian sampai cara perwatandengan
masalah remaja perokok, melakukan terapi seft, membantu modifikasi
lingkungan, dan memotivasi keluarga memanfaatkan fasilitas layanan
kesehatan.
133

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan SOAP yang dilakukan setiap hari


sampai tanggal 25 April 2018. Evaluasi yang diperoleh adalah maslah teratasi
sebagian. Tindak lanjut dari penulis menyarankan kepada keluarga Tn.S selalu
menjaga kesehatan pada seluruh anggota keluarga serta melakukan terapi
SEFT, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
B. SARAN
Penulis memberikan saran kepada beberapa pihak terkait, diharapkan dapat
membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.B
khususnya An.S dengan masalah remaja perokok dan saran tersebut yaitu:
1. Puskesmas
Diharapkan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hendaknya
dapat membantu masyarakat untuk memberikan pendidikan kesehatan
terutama dalam melakukan modifikasi lingkungan di wilayah Utan
panjang. Hal ini dapat didukung dengan adanya kegiatan penyuluhan rutin
setiap bulan, melakukan kegiatan Dor to Dor untuk memantau kondisi
lingkungan rumah.
2. Profesi perawat
Diharapkn dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya perawat
setelah melakukan penyuluhan ataupun tindakan lainnya memberikan
leaflet atau bacaan tertulis sehingga bisa dibaca kembali oleh keluarga
serta dapat bermanfaat untuk keluarga yang tidak hadir saat dilakukan
tindakan.
3. Institusi pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi buku sebagai referensi yang berkaitan
dengan Konsep Rokok, asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
remaja perokok, sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam
menyusun karya tulis ilmiah.
4. Klien dan keluarga
Diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dan menjaga lingkungan tetap
bersih guna mencegah terjadinya pencemaran asap rokok. Serta mampu
134

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan ekonomis seperti


puskesmas atau klinik.
135

Daftar Pustaka

Andarmoyo S. (2012). Keperawatan keluarga : konsepteori, proses, dan praktik


keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu

Jaya Muhammad. (2009). Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Samarinda:


Riz’ma

Kemenkes RI (2014). Menkes ungkap dampak rokok terhadap kesehatan dan


ekonomi menkes ungkap dampak rokok terhadap kesehatan dan ekonomi.
http://www.depkes.go.id diakses tanggal 15 mei 2018 jam 20.20 WIB

Kozier, B dkk. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses dan
praktik. Vol. 2. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Laporan Nasional Riskesda. (2013). Prevalensi perokok. http://www.depkes.go.id


Diakses tanggal 6 mei 2018 jam 13.00 WIB

Laporan Nasional Riskesdas. (2007). Prevalensi perokok . http://www.k4health.org


Diakses tanggal 6 mei 2018 jam 11.43 WIB
Ni’am Asrorun, 2017.panduan anti merokok untuk pelajar, guru, dan orang tua.
Jakarta: Erlangga

Perry.Potter. (2009). Fundamental of nursing fundamental keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Rismani.Made,dkk, 2017. Panduan asuhan keperawatan . Jakarta : UI

Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Edisi 1. Yogyakarta :


graham Ilmu.

Sudiono,Janti. 2007 . pemeriksaan patologi untuk diagnosis neoplasma mulut. Jakarta


: EGC

Tantut Susanto, M.Kep.Sp.Kep.Kom. (2012). Buku ajar keperawatan keluarga:


aplikasi pada praktik asuhan keperawatan keluarga. Jakarta : TIM.

Wangolds, 2013. Kandungan dalam sebatang rokok. Http://wangolds.com/thread-


kandungan-dalam-sebatang-roko. Diakeses 5 Mei 2018

Wong, D.L dkk. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2. Jakarta : EGC.
136

Lampiran

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAHAYA ROKOK

Ai Siti Rohmah

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018
137

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAHAYA MEROKOK

Pokok Pembahasan : Perawatan penyakit infeksius


Sub pokok pembahasan : Pengertian sampai penanganan
merokok
Topik : Penyuluhan bahaya merokok
Tanggal / Waktu : 24 April 2018
Penyuluh : Ai Siti Rohmah

Sasaran : keluarga Tn.B

Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab


Media : Leaflet dan Lembar Balik

A. Tujuan
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 20 menit tentang bahaya
merokok diharapkan bapak/ ibu mampu memahami tentang bahaya merokok
dan mampu menanggulangi anggota keluarga yang merokok.
Tujuan Khusus :
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 20 menit diharapkan
keluarga dapat :
1. Menyebutkan kembali pengertian rokok
2. Menyebutkan kembali penyebab remaja merokok
3. Menyebutkan komposisi rokok
4. Menyebutkan kembali komplikasi merokok
5. Menyebutkan cara perawatan dan pengobatan perokok
138

B. MATERI
 Pengertian rokok
 Komponen rokok
 Penyebab remaja merokok
 Komplikasi merokok
 Cara perawatan / penanggulangan berhenti merokok

C. Kegiatan Penyuluhan
1. Ceramah (penjelasan)
2. Diskusi
3. Tanya jawab

D. Uraian kegiatan pendidikan kesehatan ( Pembukaan, Isi, Penutup )


Waktu Kegiatan Penyuluan Peserta
5 Menit Pembukaan 1. Mengucapkan  Menjawab salam
salam  Mendengarkan
2. Memperkenalkan
diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Melakukan kontrak
waktu
5. Melakukan
aspersepsi tentang
rokok
15 Isi 1. Menjelaskan materi  Memperhatikan
Menit 2. Memberikan penyampaian materi
kesempatan untuk  Mengikuti kegiatan
bertanya dan tanya jawab
mengungkapkan
139

pendapat
3. Memberikan
penguatan
4. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
peserta penyuluh
10 Evaluasi 1. Memberikan  Peserta penyuluhan
Menit kesempatan kepada mengajukan
peserta penyuluhan pertanyaan
untuk bertanya  Penyuluh menjawab
2. Memberikan pertanyaan.
kesempatan kepada
penyuluh untuk
menjawab
pertanyaan yang
dilontarkan
5 Menit Penutup 1. Menyimpulkan  Bersama-sama
materi menyimpulkan
2. Melakukan tindak  Menjawab salam
lanjut
3. Memberi salam

E. Media dan Sumber


1. Media : Leaflet dan lembar balik
2. Sumber : buku dan internet

F. Evaluasi
Prosedur : tanya jawab
Bentuk pertanyaan : lisan
140

Jumlah soal : 5
1. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa itu rokok ?
2. Keluarga mampu menjelaskan komponen rokok ?
3. Keluraga mampu menjelaskan penyebab remaja merokok ?
4. Keluarga mampu menjelaskan komplikasi merokok ?
5. Keluarga mengerti tentang cara pengobatan /penanggulangan berhenti
merokok ?

Materi Penyuluhan

A. Pengertian
Rokok adalah dibungkusnya rajangan dari tembakau dalam gulungan kertas
yang kemudian diberi nama cigarette, juga disuguhkan teknik lain berupa
gulungan daun tembakau baik yang besar atau cingar mapupun yang kecil
atau cigarillo.

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang
dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun
dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang
merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok
yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa
menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau suami mereka merokok di
rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi
dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian
berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga
dan asma.
141

B. Komposisi
Sudiono (2007) menyebutkan kandungan didalam rokok tidak hanya
tembakau, tetapi terdapat bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Kandungan
utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida. Nikotin
merupakan bahan yang dapat menyebabkan adiksi atau ketergantungan.
Nikotin merupakan racun dan bila digunakan dalam dosis besar dapat
mematikan arena efek paralisis yang ditimbulkannya pada otot pernafasan.
Nikotin meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan vasokontraksi
pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah. Denyut jantung
istirahat pada perokok muda meningkat 2-3 detik/ menit.

Kandungan yang terdapat dalam rokok selain nikotin adalah tar, yang terdiri
dari 4.000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia diantaranya bersifat
karsinogenik. Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan tar dan zat beracun
lainnya. Zat-zat tersebut menempel pada sepanjang saluran nafas perokok dan
pada saat yang sama akan mengurangi kekenyalan alveolus (kantung udara
dan paru-paru). Hal ini akan menyebabkan hanya sejumlah kecil udara yang
dapat dihirup dan sedikit oksigen yang terserap ke dalam peredaran darah.

Gas karbon monoksida yang umum dikenal sebagai asap yang keluar dari
knalpot kendaraan bermotor. Karbon monoksida dalam tubuh akan
mengurangi kemampuan darah untuk menyerap oksigen dari paru-paru. Hal
ini terjadi karena sel darah merah sebagai pengangkut oksigen lebih mudah
berikatan dengan karbon monoksida disbanding dengan oksigen. Lebih
banyak menghisap rokok, lebih banyak karbon monoksida terserap dalam
peredaran darah. Karbon monoksida dari asap yang dihirup oleh perokok itu
sendiri hal tersebut mengkontribusi penumpukan di dinding pembuluh darah
dan pencetus proses atherosclerosis.
142

Selain tiga kandungan utama rokok tersebut, rokok juga mengandung bahan
kimia lain. Rokok juga mengandung sianida, senyawa kimia yang
mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa
kimia organic yang mudah terbakar dan berwarna. Cadmium, sebuah logam
yang sangat beracun dan radioaktif. Methanol (alcohol kayu), alcohol yang
paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alcohol yang paling
sederhana yang juga dikenal sebagai metil alcohol. Asetilena, merupakan
merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon
alkuna yang paling sederhana. Ammonia, dapat ditemukan dimana-mana,
tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat. Hydrogen sianida, racun yang digunakan sebagai
fumigant untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat
plastic dari pestisida. Arsenic, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon
monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil
dan motor (Wangolds, 2013).

C. Etiologi
Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari
sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja.
Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi
dan generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertical yaitu lingkungan keluarga,
lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja.
Sosialisasi yang lain melalui transmisi horizontal melalui lingkungan teman
sebaya. Namun demikian, yang paling besar memberikan kontribusi adalah
kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah merokok atau rokok memberikan
kontribusi yang positif. Pertimbangan-pertimbangan emosional lebih dominan
143

dibandingkan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional bagi perokok


(Komasari & Alvin, 2000).

Dr. H.M. Asrorun Ni,am Sholeh,M.A (2017) meyebutkan bahwa ada 4 faktor
yang memiliki peran besar dalam perilaku merokok dan berada sangat dekat
dengan perokok yaitu :
a. Pengaruh orang tua
Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak. Sebab,
anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang
dicontohkan oleh orang tua.
b. Pengaruh teman
Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor resiko
pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga
sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% diantaranya
memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan
remaja bukan perokok.
c. Factor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja mengonsumsi
rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal. Individu yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih mudah
menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan dengan individu
yang memiliki skor rendah.
d. Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok, baik
dari media cetak ataupun media elektronik. .
144

D. Komplikasi
Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan dalam rokok
membahayakan kesehatan seseoang baik asap yang dihisap langsung saat
merokok maupun yanh kelur dari ujung rokok, sama-sama mengandung bahan
kimia beracun, seperti nikotin, tar, nitrous oxide, fomic acid, caron
monoksida, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila beri nteraksi dan
berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
penyakit kanker paru,bir, kerongkongan, usus, penyakit jantung dan penyakit
paru kronis.

Cahyono (2008) mengatakan tentang bahaya rokok yang merupakan penyebab


kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah. Penyebab kematian utama yang
disebabkan oleh rokok adalah penyakit jantung (1,69 juta kematian), dan
kanker paru (0.85 juta kematian). Sekitar 90% kanker paru berhubungan
dengan kebiasaan merokok. Jenis kanker lain yang bisa terkait dengan rokok
adalah kanker kandung kemih, ginjal, kanker leher Rahim. Kanker esophagus,
dan kanker pancreas.

Nikotin adalah salah satu zat beracun yang bersifat adiktif yang berperan
besar dalam menimbulkan gangguan tubuh. Nikotin dapat meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin dapat mengaktivasi trombosit dan
meningkatkan asam lemak, mencetuskan aterosklerosis, penyempitan
pembuluh coroner. Penyempitan arteri coroner dapat menimbulkan serangan
jantung. Sumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi di tempat lain. Apabila
sumbatan terjadi di pembuluh darah ginjal, menyebabkan terjadinya hipertensi
dan gagal ginjal. Apabila penyumbatan terjadi di otak bisa menyebabkan
terjadinya stroke.

Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40 macam


karsinogen. Kemungkinan kanker paru pada perokok 22 kali lebih besar dari
145

pada non perokok. Kanker hidung, lidah, mulut, kelenjar ludah2 kali lebih
besar dari non perokok. Kanker pharynk 6-7 kali lebih besar, kerongkongan
12 kali lebih besar, eshophagus 8-10 kali lebih besar, ginjal 5 kali lebih besar
dari non perokok (Depkes, 2009).

Rokok juga beresiko menimbulkan impotensi. Rokok juga dapat


menyebabkan disfungsi ereksi pada umur 30-40 tahun. Hal ini disebabkan
karena bahan kimia dalam rokok menyebabkan penyempitan pada pembuluh
darah sekitar genital. Adanya disfungsu ereksi merupakan tanda dini
gangguan pembuluh darah ditempat lain.

Nikotin dalam rokok juga dapat menurunkan kadar estrogen, sehingga


menimbulkan menopause secara dini dan psteoporosis lebih berat. Zat kimia
yang ada dalam rokok dapat menstimulasi thrombosis di otak besar yang
dapat berakibat terjadinya serangan stroke atau kelumpuhan. Selain itu rokok
juga bisa menyebabkan keguguran spontan, bayi dengan berat badan lahir
rendah, dan meningkatkan resiko kematian bayi baru lahir. Disamping
keadaan diatas, kebiasaan merokok memudahkan munculnya gangguan gusi
dan gigi, kemandulan, asam bronkial, dan gangguan pada mata terutama
katarak.

E. Penatalaksanaan
Ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli dalam dunia rokok
untuk menghentikan kecanduan terhadap rokok (Syafiie, 2009). Metode
tersebut yaitu :
1. Metode yang mengandalkan perubahan prilaku
Perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan, terdiri dari :
146

a. Metode Cold Turkey


Perokok hanya perlu berhenti merokok. Metode ini tidak
menggunakan perencanaan yang panjang. Perokok cukup
menentukan kapan dia akan melakukannya.
1) Teori perilaku kognitif
Perokok hanya akan merubah prilaku buruk merokok kalau dia
tahu bahwa merokok itu buruk.
2) Pengondisian berbalik
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan sebuah stimulasi
negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
b. Metode yang mengandalkan terapi dan obat-obatan
1) Terapi penggantian nikotin
Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya
dengan nikotin yang didapat dari kulit (susuk nikotin), mukosa
hidung (nikotin sedot hidung), dan mukosa mulut (permen karet
nikotin).
2) Pemberian obat-obatan
Obat yang digunakan untuk membantu keberhasilan berhenti
merokok antara lain :
a) Varenklin
Varenklin menghalangi nikotin menempel pada
reseptor dan mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan
dari rokok. Efektivitas obat ini sudah teruji dalam studi
terhadap 2.000 perokok. Dosis yang digunakan untuk
terapi adalah 1 mg, diberikan 2 kali sehari, efek
samping yang ditimbulkan adalah mual, sakit kepala,
insomnia dan mimpi buruk, namun hanya terjadi pada
kurang dari 10 % (Larasaty, 2009).
147

b) Bupropion
Obat ini memiliki efek poten untuk berhenti merokok,
bahkan melebihi khasiat varenklin. Efek samping
bupropion tersering adalah insomnia, mulut kering,
mual dan dapat menyebabkan kejang dengan resiko
1:1.000, maka tidak boleh digunakan pada pasien
dengan riwayat epilepsy (Suryadjaja, 2013).
c) Klonidin
Klonidin efektif menurunkan gejala putus obat pada
pasien yang berhenti merokok atau berhenti minum
alcohol. Efek samping utama klonidin adalah mulut
kering dan sedasi. Klonidin berguna bagi pasien yang
memiliki kontraindikasi dengan farmakoterapi lainnya.
c. Metode hipnotis
Perokok diberi intervensi oleh penghipnitis bahwa merokok itu buruk
dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali, besar
kemungkinan dia akan berhenti, sekalipun dia tidak tahu siapa yang
menyuruhnya berhenti.
148

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA
149
150

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI

Ai Siti Rohmah

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018
151

Pokok Bahasan : Hipertensi (Darah Tinggi)


Sub Pokok Bahasan : Penanganan Hipertensi
Penyaji : Ai Siti Rohmah
Sasaran : Keluarga Tn. B
Hari dan Tanggal Pelaksanaan :
Tempat : Wilayah rt. 001 rw. 02 kel. Utan Panjang
kec. Kemayoran Jakarta Pusat

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 1 x 30 menit
masyarakat dapat memahami tentang penyakit darah tinggi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit keluarga dapat :
a. Menjelaskan pengertian darah tinggi
b. Menyebutkan 3 dari 5 penyebab darah tinggi dengan baik.
c. Mengetahui tanda dan gejala darah tinggi dengan baik.
d. Mengetahui makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk
penderita Darah tinggi
e. Mengetahui komplikasi dari hipertensi
f. Mendemonstarsikan tehnik relaksasi/napas dalam

B. SASARAN
Keluarga Tn. B

C. MATERI
Terlampir
152

D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 5 menit o Salam perkenalan
o Menjelaskan
kontrak dan tujuan
pertemuan
o Menyamakan
persepsi
2. Pelaksanaan 20 menit o Menjelaskan Leaflet
tentang : Dan Lembar
o Pengertian darah Balik
tinggi
o Penyebab darah
tinggi
o Tanda dan gejala
darah tinggi
o Diet darah tinggi
o Mengetahui
komplikasi yang
terjadi akibat
hipertensi
o Mendemonstrasikan
tehnik
relaksasi/napas
dalam
o Membuka sesion
pertanyaan
o Diskusi dengan
keluarga
153

3. Penutup 5 menit o Menyimpulkan dari


pembelajaran yang
diberikan
o Mengevaluasi
pembelajaran yang
diberikan
o Menutup
pembelajaran
dengan salam

E. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Demonstrasi

F. MEDIA DAN ALAT


Lembar Balik dan Leaflet

G. DENAH LOKASI
Terlampir

H. SUMBER
Benowitz, L. 2002. Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B.G., 2002, Basic
and Clinical Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika

Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.


154

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


Volume 2. EGC. Jakarta

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Smeljer,S.C Bare, B.G .2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,


*Brunner & Suddarth, Ed 8.Penerbit EGC Jakarta

Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Medah


edisi 8. Jakarta. EGC

Soeparman dkk.1987.Ilmu Penyakit Dalam Ed 2. Penerbit FKUI. Jakarta

Sofyan, Andy.2012. Hipertensi. Kudus

Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M. (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit


Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: PT Argomedia Pustaka

I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Semua anggota masyarakat hadir dalam acara penyuluhan.
b. Kesiapan materi penyaji.
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2. Evaluasi Proses
a. Masyarakat hadir sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan 2/3 dari
jumlah masyarakat di wilayah rt.007 rw.02 Keluarahan Utan Panjang
Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat
b. Masyarakat antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak
diketahuinya
c. Masyarakat menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
155

3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Adanya kesepakatan masyarakat dengan perawat dalam melaksanakan
implementasi keperawatan selanjutnya.
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang darah tinggi yang diterima oleh
audience dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan di akhir ceramah.

J. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan kembali pengertian tekanan darah tinggi ?
2. Jelaskan kembali penyebab tekanan darah tinggi?
3. Apa tanda dan gejala tekanan darah tinggi?
4. Apa saja makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk
penderita tekanan darah tinggi?
5. Sebutkan pengobatan darah tinggi ?
6. Jelaskan komplikasi darah tinggih?

LAMPIRAN 1

MATERI

A. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
156

Menurut Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan


suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal.
Sedangkan menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai darah tinggi (Soeparman, 1999).

B. Penyebab
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh
darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
1. Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, stres psikologis
2. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
3. Hipertensi hormonal
4. Bentuk hipertensi lain: obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan, 2012)

C. Tanda Dan Gejala


Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun, dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
6. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
(Elizabeth J. Corwin, 2000)
157

D. Penatalaksanaan
1. Diit
Diit merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar glukosa.Tujuan
diituntuk membantu menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan
darah menuju normal,penurunan faktor resiko BB yang berlebih, menurunkan
kadar lemak kolesterol.Diit untuk penderita Hipertensi:
2. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Darah tinggi
a. Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
b. Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak
c. Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
d. Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
e. Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung, buncis,
kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
f. Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
g. Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak
lebih 15 gramperhari.
h. Minuman
Teh encer, coklat encer, juice buah.
158

3. Makanan yang dibatasi


a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, paru, minyak
kelapa, gajih
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya biscuit,
craker
c. Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor asin.
d. Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
e. Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis, daging sapi,
daging kambing.
f. Garam dapur :
1) Tekanan darah ringan >140 – 149/ >90 – 94 Mmhg
Diet rendah garam 3 = 1 sendok teh/ hari
2) Tekanan darah sedang > 150 – 179/ > 95 – 109 Mmhg
Diet rendah garam 2 = ½ sendok the / hari
3) Tekanan darah berat > 180/ >110 Mmhg
Diet rendah garam 1 = TANPA GARAM
g. Makan tinggi lemak dan kolesterol
h. Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan, dll
4. Jenis teknik relaksasi
a. Relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi napas dalam bertujuan untuk meningkatkan efesiensi
batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Prosedur teknik
relaksasi :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstermitas atas dan bawah rileks
159

5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali


6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan – lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambal terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
b. Relaksasi progresif
Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan cara duduk di kursi yang
nyaman atau berbaring dengan nyaman di ruangan yang sejuk dan tenang.
Mulai bernapas perlahan dan dalam hingga paru – paru terisi penuh
kemudian tahan napas selama beberapa detik. Perlahan – lahan keluarkan
napas sehingga rongga dada kembali mengendur hingga paru – paru
mengempis sempurna.
Setelah sekitar 5 – 10 menit membentuk pola pernapasan, mulai
latihan berikutnya yaitu menegakan setiap bagian tubuh saat menarik
napas. Pertahankan ketegangan otot selama 10 detik kemuadian kendurkan
otot dan keluarkan napas bersamaan. Setelah itu dilanjutkan dengan
tahapan berikut :
1) Tekuk kuat jari kaki dan tekan kaki ke bawah
2) Tekan tumit ke bawah dan lekukan kaki ke atas
3) Tegakan otot betis
4) Tegangkan otot paha, luruskan lutut dan kekukan tungkai
5) Tegangkan otot bokong
6) Tegangkan perut
7) Tekuk siku dan tegangkan otot lengan
8) Naikkan bahu dan tekan kepala ke bantal
9) Katupkan rahang, kenyitkan alis dan tutuplah mata rapat – rapat
10) Regangkan seluruh otot bersama – sama
160

Tarik napas dalam, relaksasi terjadi jika klien mengalami perasaan yang
nyamandan berat menyebar ke seluruh tubuh.
c. Guided Imagery
Guided imagery adalah proses yang mneggunakan kekuatan fikiran dan
mengarahkan tubuh untuk rileks melalui komunikasi dalam tubuh dan
melibatkan semua indera (sentuhan, penglihatan, dan pendengaran).

Tekhnik guided imagery dilkukan dengan cara berhayal atau


membayangkan sesuatu. Tekhnik ini dimulai dengan proses relaksasi pada
umumnya, yaitu meminta kepada klien untukperlahan-lahan menutup
matanya dan fokus pada nafas mereka, klien di dorong untuk relaksasi
mengosongkan fikiran dan memenuhi fikiran dengan bayangan untuk
membuat damai dan tenang.
d. Thermotheraphy
Superficial thermotherapy atau kompres hangat merupakan salah satu
terapi modalitas dengan cara memberikan rasa panas pada permukaan
jaringan sekitar kedalaman 1 cm. kompres hangat pada tubuh bertujuan
untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan.
Efek terapeutik :
1) Vasodilatasi
2) Penurunan viskositas darah
3) Penurunan ketegangan otot
4) Peningkatan metabolisme jaringan
5) Peningkatan permeabilitas kapiler

Caranya :
1. Botol air panas
Berupa botol yang didalamnya diisi oleh air panas. Kerugiannya adalah panas
tidak dapat bertahan lama yaitu kurang dari 5 menit.
2. Kenny Pack
161

Kompres ini berbahan dasar wol yang diberi uap panas dan dikeringkan,
memiliki panas awal yang intens namun mendingin dengan cepat (sekitar 5
menit)
3. Handuk Panas
Berupa handuk yang dicelupkan kedalam air yang bersuhu 40-46oC, panas
bertahan cukup lama, sekitar 5-10 menit.
4. Hydrocolator Pack
Terbuat dari bahan kanvas yang berisi jel. Jel dapat menyerap sejumlah besar
air dan dengan demikian dapat mempertahankan panas untuk jangka waktu
yang lama. Panas bisa bertahan hingga 30 menit jika dipanaskan sampai suhu
60-70 oC, menyediakan suhu sekitar 45 oC untuk kulit.

Kemampuan klien unutk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan cedera (kaji
apakah klien menyadari rasa panasserta dapat membedakan suhu yang terlalu
panas). Tingkat keasadaran dan kondisi fisik umum klien (klien lansia beresiko
untuk tidak dapat mentoleransi panas dengan baik)
Area yang dikompres dengan memeriksa :
1. Perubahan integritas kulit (edema, memar, kemerahan, lesi terbuka,
perdarahan)
2. Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi) jaringan yang terasa dingin,
berwarna pucat atau kebiruan dan kurangnya sensasi atau mati rasa
mengindikasiskan kerusakan sirkulasi
Denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah (penting dikaji sebelum tindakan
diberikan pada area tubuh yang luas. (Berman et al, 2002)

E. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target
organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai
162

dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah


dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat
komplikasi hipertensi yang dimilikinya.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung


maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada 19 organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation,
dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β). Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan
organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
a. Jantung
1) hipertrofi ventrikel kiri
2) angina atau infark miokardium
3) gagal jantung
b. Otak - stroke atau transient ishemic attack
c. Penyakit ginjal kronis
d. Penyakit arteri perifer
e. Retinopati
163

LAMPIRAN 2

DENAH LOKASI

KETERANGAN:
: PENYAJI :PINTUMASUK

: AUDIEN
164

AI SITI ROHMAH
2015750001
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JAKARTA
DIII KEPERAWATANN
165
166

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Ai Siti Rohmah

Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 01 Februari 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah


Alamat : Jalan Raya Rancah-Rajadesa Rt/Rw 01/11 Dusun
Karabganyar Desa Tanjungjaya Kecamatan Rajadesa
Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat

No. Telepon : 085211388857

Email : Aisitirohmah97@gmail.com
DATA PENDIDIKAN

TK Nazmul Waqi : Tahun 2000-2003

SDN 5 Tanjungjaya : Tahun 2003 - 2009

MTS Harapan Baru Cijantung Ciamis : Tahun 2009 - 2012

MAN Cijantung Ciamis : Tahun 2012 - 2015

D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta : Tahun 2015 – 2018

Anda mungkin juga menyukai