Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK ANAK, RUMPLE LEED DAN BAYI

BARU LAHIR

Oleh:
Raihan Ihza Pratama
201910330311041

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter sebagai pemeriksa
dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang diderita dan
informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan diagnosis penyakit pasien.
Keluhan yang diajukan seorang pasien yang diambil dengan teliti akan banyak membantu
menentukan diagnosis dari suatu penyakit.
Anamnesis merupakan proses wawancara yang dilakukan kepada pasien. Anamnesis dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu: Alloanamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan terhadap
orang tua, wali atau orang yang dekat dengan pasien. Autoanamnesis, yaitu anamnesis yang
dilakukan langsung kepada pasien.
Berbeda dengan dewasa, bayi dan anak belum dapat memberikan keterangan sehingga
aloanamnesis menduduki tempat yang jauh lebih penting daripada autoanamnesis. Hamper
80% data yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis didapatkan dari anamnesis.
Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang tidak boleh
diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur anak/bayi. Suasana harus
tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk
diperiksa. Untuk anak usia 1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan
pada bayi usia  6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa.
Tata cara dan urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Selain dilaksanakan anamnesis dan pemeriksaan fisik, terdapat juga
bagaimana cara Rumple leed dan BBL (bayi baru lahir).
Tes Rumple Leede (RL) atau yang dikenal juga dengan Percobaan Pembendungan / Uji
Turniket adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan dalam bidang hematologi. Prosedur
ini diajarkan memahami bahwa tes RL ini dapat dipakai untuk menguji ketahanan kapiler
dan fungsi trombosit sehingga merupakan upaya diagnostik untuk mengetahui adanya
kelainan dalam proses hemostasis primer. Sekaligus agar siswa dapat melakukan persiapan,
melaksanakan serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan ini. Tes RL adalah prosedur
hematologi yang merupakan uji diagnostik terhadap ketahanan kapiler dan penurunan
jumlah trombosit. Ketahanan kapiler dapat menurun pada infeksi DHF, ITP, purpura, dan
Scurvy. Tes RL dilakukan dengan cara pembendungan vena memakai sfigmomanometer
pada tekanan antara sistolik dan diastolik (100 mmHg) selama 10 menit. Pembendungan
vena menyebabkan darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab
kurang kuat atau adanya trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah
dari dalam kapiler akan keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak
sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit. Bercak tersebut disebut ptekie. Hasil
positif bila terdapat ptekie pada bagian volar lengan bawah yang dibendung dengan jumlah ≥
10 pada area berdiameter 5 cm.
1.2 Tujuan
Dengan penulisan referat ini, mahasiswa mampu mengetahui bagaimana prosedur
anamnesis, pemeriksaan anak, rumple leed, dan BBL dengan tepat dan benar.

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat menambah wawasannya tentang prosedur anamnesis, pemeriksaan
anak, rumple leed, dan BBL dengan tepat dan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANAMNESIS

Anamnesis merupakan proses wawancara yang dilakukan kepada pasien. Anamnesis dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu: 

1. Alloanamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan terhadap orang tua, wali atau orang yang
dekat dengan pasien.
2. Autoanamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan langsung kepada pasien 
Berbeda dengan dewasa, bayi dan anak belum dapat memberikan keterangan sehingga
aloanamnesis menduduki tempat yang jauh lebih penting daripada autoanamnesis. Hamper 80%
data yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis didapatkan dari anamnesis. Bahkan dalam
keadaan tertentu, anamenesis merupakan satu-satunya cara tercepat dan kunci untuk menegakkan
diagnosis. Namun demikian, terdapat beberapa hambatan dalam melakukan anamnesis. Salah
satunya, karena anamnesis yang dilakukan merupakan aloanamnesis sehingga pemeriksa harus
waspada akan kemungkinan terjadinya kesalahan karena data yang disampaikan oleh orang tua
atau pengantar pasien mungkin berdasarkan asumsi atau persepsi orang tua atau pengantar.
Keadaan ini tentu saja berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pendidikan, adat dan tradisi,
kepercayaan, kebiasaan dan faktor lainnya. 
Anamnesis yang baik dan terarah akan memudahkan dalam menegakkan diagnosis, sehingga
dibutuhkan anamnesis yang lengkap pada pasien, termasuk riwayat kehamilan ibu, riwayat
kelahiran, makanan, imunisasi, pertumbuhan dan perkembangannya serta riwayat keluarga dan
corak reproduksi, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, dokter harus memperhatikan seluruh
aspek tumbuh kembang anak. 
Anamnesis sebaiknya dilakukan dalam suasana yang kondusif dan nyaman sehingga orang
tua atau pengantar pasie dapat mengemukakan keadaan pasien dengan spontan, wajar namun
tidak berkepanjangan. Anamnesis biasanya dilakukan dengan cara tatap muka, dan
keberhasilannya tergantung pada kepribadian, pengalaman dan kebijakan pemeriksa. Pemeriksa
harus bersikap empati dan menyesuaikan diri dengan keadaan social, budaya, pendidikan serta
memperhatikan kepribadian dan kondisi emosional orang tua yang diwawancarai. 
Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat mungkin
memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menceritakan riwayat penyakit pasien sesuai
persepsinya, bukan memberikan pertanyaan yang jawabannya hanya “ya” atau “tidak”.
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN ANAMNESIS
Salah satu sistematika yang lazim dilakukan dalam membuat anamnesis adalah sebagai berikut: 
1. Pastikan identitas pasien dengan lengkap Identitas dimulai dengan nama pasien, umur
(sebaiknya ditanyakan tanggal lahir pasien), jenis kelamin, nama orang tua, alamat tempat
tinggal (ditulis secara lengkap disertai nomor telpon), umur, pendidikan dan pekerjaan orang
tua, serta agama dan suku bangsa.
2. Tanyakan riwayat penyakit pasien mulai dari keluhan utama, yang dilanjutkan dengan
riwayat penyakit sekarang, yakni sejak pasien menunjukkan gejala pertama sampai saat
dilakukan anamnesis. 
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama kali disampaikan oleh orang
tua pasien. Keluhan utama juga tidak selalu sejalan dengan diagnosis utama. 
Pada riwayat perjalanan penyakit, ditulis cerita secara kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum ada keluhan sampai dibawa berobat,
termasuk pengobatan yang telah didapatkan pasien sebelumnya. Perlu ditanyakan
perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa dan
kecacatan. Perlu diketahui keadaan atau penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit
sekarang serta keluhan atau gejala tambahan termasuk yang tidak ada hubungannya dengan
penyakit sekarang. 
Pada umumnya, hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala:
 Lamanya keluhan berlangsung  
 Bagaimana sifat terjadinya gejala: apakah mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus,
berupa bangkitan atau serangan, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu  
 Untuk keluhan local harus dirinci lokalisasi dan sifatnya  
 Berat ringannya keluhan dan perkembangannya  
 Terdapatnya hal-hal yang mendahului keluhan 
 Apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan ataukah sudah pernah sebelumnya
 
 Apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang menderita
keluhan yang sama  
 Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya 
3. Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berkaitan langsung maupun yang tidak ada
hubungannya sama sekali 
4. Riwayat pasien ketika ia dalam kandungan ibu
Perlu ditanyakan keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit,
pemeriksaan antenatal (frekuensi kunjungan dan kepada siapa kunjungan dilakukan),
pemberian toksoid tetanus, obat-obat yang diminum selama kehamilan muda, dan infeksi
yang terjadi pada kehamilan muda. Pada bayi yang lahir kecil untuk masa kehamilan perlu
ditanyakan apakah ibu merokok, atau minum minuman keras, serta makanan ibu selama
hamil. 
5. Riwayat kelahiran pasien 
Tanyakan kapan dan dimana lahir, siapa yang menolong, cara kelahiran, adanya
kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada hari-hari pertama setelah
lahir. Perlu ditanyakan apakah kelahiran kurang bulan, cukup bulan atau lewat bulan, serta
berat dan panjang badan saat lahir. 
6. Riwayat makanan anak 
Perlu ditanyakan tentang makanan yang dikonsumsi anak baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, kemudian dinilai kualitas dan kuantitas makanan
7. Riwayat imunisasi 
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus
ditanyakan secara rutin, khususnya imunisasi Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, campak, dan
Haemophillus influenza tipe B. jika memungkinkan disertai tanggal dan tempat imunisasi
diberikan. beberapa imunisasi lain juga perlu ditanyakan seperti Hepatitis A, MMR,
Influenza, Varicella, Rotavirus, Pneumokokus dan lainnya. 
8. Riwayat tumbuh kembang 
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan menggunakan kurva berat badan
terhadap umur dan panjang badan terhadap umur. Perkembangan pasien harus ditelaah
secara rinci untuk mengetahui apakah semua tahapan perkembangan dilalui dengan mulus
atau terdapat penyimpangan. Beberapa patokan (milestones) perkembangan di bidang
motorik kasar, motorik halus, social-personal dan bahasa-adaptif perlu dinilai terutama pada
balita. Pada anak yang lebih besar, perlu dinilai prestasi belajar anak, status pubertas
(menars dan telars) serta adanya kelainan tingkah laku dan emosi.
9. Riwayat keluarga, corak reproduksi ibu, dan data perumahan 
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran
keadaan social-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien. Dalam melakukan
anamnesis riwayat keluarga, perlu dibuat pedigri sehingga dapat tergambar dengan jelas
hubungan antara anggota keluarga, terutama apabila ditemukan kelaina yang mempunyai
aspek genetik herediter atau familial. 
Corak reproduksi ibu perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan tumbuh kembang,
kesehatan, kesakitan dan kematian. Perlu ditanyakan umur ibu saat hamil/melahirkan,
terutama yang pertama, umur kakak adiknya, sehingga dapat diketahui jarak kelahiran,
jumlah persalinan termasuk aborsi. 
Data perumahan diperlukan untuk mendapatkan gambaran keadaan anak dalam
lingkungannya sehari-hari. Dari data ini dapat diketahui apa keluarga pasien termasuk
keluarga inti atau keluarga besar, masalah dalam keluarga serta keadaan perumahan serta
lingkungan tempat tinggalnya untuk mengetahui pola pengasuhan serta stimulasi yang
diberikan.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik pada anak berbeda dengan dewasa, ada beberapa hal yang tidak boleh
diabaikan dan cara pemeriksaan harus disesesuaikan dengan umur anak/bayi. Suasana harus
tenang dan nyaman karena jika anak ketakutan, kemungkinan dia akan menolak untuk
diperiksa. Untuk anak usia 1 – 3 tahun, kebanyakan diperiksa dalam pelukan ibu, sedangkan
pada bayi usia  6 bulan, biasanya bisa diperiksa di atas meja periksa. 
Tata cara dan urutan pemeriksaan fisik pada anak tetap dimulai dengan inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. 
Inspeksi, ditujukan untuk melihat perubahan yang terjadi secara umum dengan
membandingkan tempat yang diperiksa dengan daerah sekitarnya atau organ yang sama pada
sisi yang berbeda. 
Palpasi, dilakukan dengan telapak tangan dan atau jari-jari tangan. Palpasi diperlukan
untuk menentukan bentuk, ukuran, tepi, permukaan dan untuk mengetahui intensitas nyeri
serta konsistensi. Palpasi dapat dilakukan dengan kedua tangan, terutama untuk mengetahui
adanya cairan atau ballottement. 
Perkusi, ditujukan untuk mengetahui perbedaan suara ketukan sehingga dapat
ditentukan batas-batas organ atau massa abnormal. Suara perkusi dibagi menjadi 3 macam
yaitu sonor (perkusi paru normal), timpani (perkusi abdomen), dan pekak (perkusi otot).
Suara lain yang terdapat diantara dua suara tersebut seperti redup (antara sonor dan pekak)
dan hipersonor (antara sonor dan timpani). 
Auskulatasi, pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengar suara
pernafasan, bunyi dan bising jantung, peristaltic usus dan aliran darah dalam pembuluh
darah.
A. Alat dan Bahan
1. Stetoskop 
2. Manset anak 
3. Tensimeter 
4. Timbangan anak 
5. Termometer 
6. Meteran tinggi badan 
7. Midline 
8. Palu refleks
B. Prosedur Tindakan/Pelaksanaan
1. Pemeriksaan Umum 
a. Keadaan Umum  
 Kesan sakit  
 Kesadaran  
 Kesan status gizi 
b. Tanda Vital  
 Tekanan Darah 
Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk
anak, yang ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara
setengah sampai dua per tiga lengan atas. Tekanan darah waktu lahir 60 –
90 mmHg sistolik, dan 20 – 60 mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya
naik 2 – 3 mmHg untuk keduaduanya dan sesudah pubertas mencapai
tekanan darah dewasa.
 Nadi 
Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit), irama,
isi/kualitas nadi dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas  
 Nafas 
Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernafasan.
 
 Suhu 
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Rectal 
Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua
jari tangan kiri memisahkan dinding anus kanan dengan kiri, dan
termometer dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu. 
b. Oral 
Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan
untuk anak > 6 tahun. 
c. Aksiler
Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus
selama 3 menit. Umumnya suhu yang diperoleh 0,5 lebih rendah dari
suhu rektal. 
c. Data Antropometrik  
 Berat Badan 
Berat badan merupakan parameter yang paling sederhana dan
merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. 
Interpretasi : 
a. BB/U dipetakan pada kurve berat badan 
 BB< sentil ke 10 : defisit  
 BB> sentil ke 90 : kelebihan 
b. BB/U dibandingkan dengan acuan standar, dinyatakan persentase :  
 > 120% : gizi lebih  
 80% – 120% : gizi baik  
 60% - 80% : tanpa edema, gizi kurang; dengan edema,
gizi buruk 
 < 60% : gizi buruk, tanpa edema (marasmus),
dengan edema (kwasiorkhor) 
 Tinggi Badan 
Dinilai dengan : 
a. TB/U pada kurva  
 < 5 sentil : deficit berat  
 Sentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah
perawakan pendek akibat defisiensi nutrisi kronik atau
konstitusional 
b. TB/U dibandingkan standar baku (%)  
 90% - 110% : baik/normal  
 70% - 89% : tinggi kurang 
  < 70% : tinggi sangat kurang 
c. BB/TB 
2. Kulit 
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda
perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus,
bercak ‘café au kait’, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan
kulit, dan stria. 
3. Kelenjar Limfe 
Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher,
ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya,
mobil atau tidak. 
4. Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala,
asimetri, sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh
darah, rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar,
yaitu melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior. 
5. Muka 
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung
dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada
sinus. 
6. Mata 
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus,
ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil,
katarak, dan kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di
bawah 6 bulan. 
7. Hidung 
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung,
mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus. 
8. Mulut 
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :  
 Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.  
 Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.  
 Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.  
 Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan, tepi
hiperemis/tidak.  
 Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
9. Tenggorok 
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh
mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan
pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna,
paradangan, eksudat, kripte) 
10. Telinga 
Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga,
nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan
menggunakan heat lamp dan spekulum telinga. 
11. Leher 
Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea,
pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher. 
12. Thorax 
Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :
 Inspeksi 
Pada anak < 2 tahun : lingkar dada ≤ lingkar kepala 
Pada anak > 2 tahun : lingkar dada ≥ lingkar kepala. 
Perhatikan 
a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll 
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c.  Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot 
d. Ictus cordis  
 Palpasi Perhatikan : 
a. Pengembangan dada : simetri/tidak 
b. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak 
c. Sela iga : retraksi/tidak 
d. Perabaan iktus cordis
 Perkusi 
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan
jari lain, atau secara tidak langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain.
Jangan mengetok terlalu keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya
lebih kecil. 
Tentukan : 
a. Batas paru-jantung 
b. Batas paru-hati : iga VI depan 
c. Batas diafragma : iga VIII – X belakang. 
d. Bedakan antara suara sonor dan redup.  
 Auskultasi 
Tentukan suara dasar dan suara tambahan
a. Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound, metamorphosing
breath sound. 
b. Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing 
c. Suara jantung normal, bising, gallop. 
13. Abdomen 
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara berurutan meliputi ;
 Inspeksi 
Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh : 
a. Bentuk : cekung/cembung 
b. Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak kecil 
c. Umbilikus : hernia/tidak 
d. Gambaran vena : spider navy 
e. Gambaran peristaltik  
 Auskultasi
Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 – 30 detik.  
 Perkusi 
Normal akan terdengar suara timpani. Dilakukan untuk menentukan udara
dalam usus, atau adanya cairan bebas/ascites. 
 Palpasi 
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki
dibengkokkan di sendi lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas, kemudian
dari kanan atas ke bawah. Apabila ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling
akhir. 
Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan tentukan lokasinya. Nilai perabaan
terhadap hati, limpa, dan ginjal. 
a. HATI 
Palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual 
Ukur besar hati dengan cara : 
 Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta
dihubungkan dengan umbilikus. 
 Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus. Normal : 1/3 – 1/3 sampai
usia 5 – 6 tahun. 
 Perhatikan juga : konsistensi, permukaan, tepi, pulsasi, nyeri tekan. 
b. LIMPA 
Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara : Tarik garis singgung ‘a’ dengan
bagian arcus aorta kiri. Dari umbilikus tarik garis ‘b’ tegak lurus ‘a’ bagi dalam
4 bagian. Garis ‘b’ diteruskan ke bawah sampai lipat paha, bagi menjadi 4
bagian juga. Sehingga akan didapat S1 – S8.
c. GINJAL 
Cara palpasi ada 2 : 
Jari telunjuk diletakkan pada angulus kostovertebralis dan menekan keras
ke atas, akan teraba ujung bawah ginjal kanan.
Tangan kanan mengangkat abdomen anak yang telentang. Jari-jari tangan
kiri diletakkan di bagian belakang sedemikian hingga jari telunjuk di angulus
kostovertebralis kemudian tangan kanan dilepaskan. Waktu abdomen jatuh ke
tempat tidur, ginjal teraba oleh jari-jari tangan kiri. 
14. Ekstremitas 
 Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger, dan
pembengkakan tulang. 
 Persendian Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan
gerakan. 
 Otot Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus. 
15. Alat Kelamin 
Perhatikan : 
Untuk anak perempuan : 
 Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak. 
 Labia mayor : perlengketan / tidak 
 Himen : atresia / tidak 
 Klitoris : membesar / tidak. 
Untuk anak laki-laki : 
 Orifisium uretra : hipospadi = di ventral / bawah penis, Epsipadia = di
dorsal / atas penis. 
 Penis : membesar / tidak 
 Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak. 
 Testis : normal sampai puber sebesar kelereng. 
 Reflek kremaster : gores paha bagian dalam testis akan naik dalam skrotum
16. Anus dan Rektum 
Anus diperiksa rutin sedangkan rektum tidak. 
Untuk anus, perhatikan : 
 Daerah pantat adanya tumor, meningokel, dimple, atau abces perianal. 
 Fisura ani 
 Prolapsus ani 
Pemeriksaan rektal : anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dengan jari
kelingking masuk ke dalam rektum. 
Perhatikan : 
 Atresia ani 
 Tonus sfingter ani 
 Fistula rektovaginal 
 Ada penyempitan / tidak.

2.3 RUMPLE LEED


1. Atur posisi dalam keadaan berbaring 
2. Lakukan pengukuran tekanan darah 
3. Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik kemudian jumlahkan batas kedua
tekanan tersebut dan bagi dua dengan rumus

         
4. Lakukan pengukuran MAP dengan mempertahankan tekanan hasil pengukuran MAP
sampai kurang lebih 5 menit. 
5. Setelah itu turunkan tekanan secara perlahan-lahan 
6. Baca hasil negatif apabila tidak ditemukan petekie (<20) dan positif apabila adanya
petekie (> 20)
II. BBL
1. Bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari
normal 
2. Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam waktu 24 jam untuk mendeteksi kelainan
3. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal 
4. Cuci tangan 
5. Lihat aktivitas fisis bayi 
6. Tangisan bayi 
7. Pemeriksaan suhu 
8. Pemeriksaan antropometri
9. Kepala → Fontanella, sutura, trauma kelahiran (cephal hematom, caput suksedaneum,
fraktur tulang tengkorak), kelainan kongenital 
10. Wajah → simetris atau tidak, tanda khas, trauma lahir 
11. Mata → kelainan kongenital, trauma lahir, infeksi 
12. Hidung → bentuk dan lebar, nafas, sekret 
13. Mulut → simetris atau tidak, kelainan kongenital, lidah 
14. Telinga → bentuk dan posisi, kelainan kongenital 
15. Leher → simetris atau tidak, trauma, pembengkakan 
16. Klavikula → trauma
17. Tangan → gerakan, jumlah jari 
18. Dada → kesimetrisan gerakan 
19. Abdomen → bentuk, kelainan kongenital 
20. Genetalia 
21. Anus dan rectum 
22. Kulit 
23. Spinal

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Anamnesis dilaksanakan sebelum kita memulai pemeriksaan-pemeriksaan untuk
menegakkan diagnosis. Anamnesis merupakan proses wawancara yang dilakukan kepada
pasien.  Hamper 80% data yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis didapatkan dari
anamnesis. Setelah dilakukan anamnesis, maka dilakukan pemeriksaan fisik dan juga rumple
leed.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman. 1999. NELSON : Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta


Bachtiar, R.R., Madjid, B. 2015. Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik
Anamnesis. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin : Makassar.

Buku Ajar Neonatalogi IDAI 2008

Taufiq, A. 2013. Keterampilan Klinis Blok Hematoimunologi. Fakultas Kedokteran


Universitan Muhammadiyah Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai